You are on page 1of 11

RESUSITASI JANTUNG PARU

Resusitasi jantung paru (RJP), atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi masih hidup. Komplikasi dari teknik ini adalah pendarahan hebat. Jika korban mengalami pendarahan hebat, maka pelaksanaan RJP akan memperbanyak darah yang keluar sehingga kemungkinan korban meninggal dunia lebih besar. Namun, jika korban tidak segera diberi RJP, korban juga akan meninggal dunia. Langkah yang paling tepat jika korban mengalami komplikasi henti jantung dan pendarahan hebat tergantung pada kemampuan penolong. Jika penolong sendirian dan mahir dalam mengendalikan pendarahan, maka penolong harus menghentikan pendarahan dengan cepat baru kemudian melakukan RJP. Jika penolong ada banyak, maka pengendalian pendarahan dan RJP dapat dilakukan secara bersamaan. Langkah pertama dalam memberikan RJP adalah menentukan titik kompresi jantung. Titik ini merupakan tempat diletakkannya tangan penolong untuk menekan jantung. Titik kompresi jantung terletak pada pertemuan iga kanan dan kiri. Titik ini bisa diletakkan pada 2 jari diatas taju pedang atau lurus dengan garis semu antara puting susu. Pelaksanaan RJP berbeda-beda, tergantung pada usia korban. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Korban dewasa (lebih dari 8 tahun) Jika penolong hanya 1, maka fase pertama RJP dikakukan sebanyak 4 siklus per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 15 kali tekan jantung dan 2 kali nafas buatan. Setelah fase pertama selesai, korban diperiksa jantung dan nafasnya. Jika jantung dan nafas masih berhenti, pertolongan dilanjutkan dengan fase kedua yang terdiri dari 8 siklus (4 siklus per menit). Jika pada fase kedua ini jantung dan nafas korban masih berhenti, maka dilanjutan ke fase ketiga yang terdiri dari 8 siklus, demikian seterusnya.

Jika penolongnya 2 orang, maka 1 orang bertugas untuk menekan jantung dan 1 orang lagi memberi nafas buatan. Fase pertama RJP dilakukan dengan 12 siklus per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kali tekan jantung dan 1 kali nafas buatan. Jika korban masih belum bernafas, maka fase-fase selanjutnya dilakukan sebanyak 24 siklus (12 siklus per menit) Korban anak-anak (1 8 tahun) Untuk anak-anak (baik itu penolongnya sendirian atau 2 orang), RJP dilakukan sebanyak 14 20 siklus per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kali pijat jantung dan sekali nafas buatan. Yang perlu diperhatikan disini adalah penekanan jantung tidak boleh terlalu dalam, hanya 3 4 cm saja, dan tiupan pada saat pemberian nafas buatan juga tidak boleh terlalu kencang. Korban bayi (kurang dari 1 tahun) Untuk bayi (baik itu penolongnya sendirian atau 2 orang), RJP dilakukan sebanyak 20 siklus per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kali tekan jantung dan 1 kali nafas buatan. Untuk bayi yang baru lahir, RJP dilakuakan sebanyak 40 siklus yang tiap siklusnya terdiri dari 3 kali tekan jantung dan 1 kali nafas buatan. Yang perlu diperhatikan pada RPJ pada bayi adalah penekanan jantung dilakukan dengan 2 jari saja (jari tengah dan jari manis) dengan kedalaman 1,5 2,5 cm dan volume nafas yang diberikan hanya sebanyak penggembungan pipi penolong saja. RJP pada korban dihentikan apabila: ada penolong yang menggantikan ada tanda kehidupan ada tanda kematian setelah 30 menit

PROSEDUR RESUSITASI JANTUNG PARU / CPR Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang

mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami serangan jantung (heart attack), tenggelam, tersengat arus listrik, keracunan, kecelakaan dan lain-lain. Pada kondisi napas dan denyut jantung berhenti maka sirkulasi darah dan transportasi oksigen berhenti, sehingga dalam waktu singkat organ-organ tubuh terutama organ fital akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal bagi korban dan mengalami kerusakan. Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, karena otak hanya akan mampu bertahan jika ada asupan gula/glukosa dan oksigen. Jika dalam waktu lebih dari 10 menit otak tidak mendapat asupan oksigen dan glukosa maka otak akan mengalami kematian secara permanen. Kematian otak berarti pula kematian si korban. Oleh karena itu GOLDEN PERIOD (waktu emas) pada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah dibawah 10 menit. Artinya dalam watu kurang dari 10 menit penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung harus sudah mulai mendapatkan pertolongan. Jika tidak, maka harapan hidup si korban sangat kecil. Adapun pertolongan yang harus dilakukan pada penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah dengan melakukan resusitasi jantung paru / CPR. Berdasarkan konvensi American Heart Association (AHA) terbaru pada tanggal 18 Oktober 2010, Prosedur CPR terbaru adalah sebagai berikut : A. Kewaspadaan Terhadap Bahaya Penolong mengamankan diri sendiri dengan memakai alat proteksi diri (APD). ALat proteksi yang paling dianjurkan adalah sarung tangan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari korban kepada penolong. Selanjutnya penolong mengamankan lingkungan dari kemungkinan bahaya lain yang mengancam, seperti adanya arus listrik, ancaman kejatuhan benda (falling object), Setelah penolong dan lingkungan aman maka selanjutnya meletakan korban pada tempat yang rata, keras, kering dan jauh dari bahaya.

B. Cek Respons / Penilaian Kesadaran Cek kesadaran korban dengan memanggil dan menepuk bahunya. Jika dengan memanggil dan menepuk tidak ada respos, maka lakukan pengecekan kesadaran dengan melakukan Rangsangan Nyeri. lakukan rangsang nyeri dengan menekan tulang dada korban dengan cara penolong menekuk jari-jari tangan kanan, lalu tekan dengan sudut ruas jari-jari tangan yang telah ditekuk. Jika tidak ada respon dengan rangsany nyeri berarti korban tidak sadar dan dalam kondisi koma. C. Panggil Bantuan / Call For Help Jika korban tidak berespons selanjutnya penolong harus segera memanggil bantuan baik dengan cara berteriak, menelepon, memberi tanda pertolongan (SOS) dan cara lainya. BERTERIAK : Memanggil orang disekitar lokasi kejadian agar membantu pertolongan atau disuruh mencari pertolongan lebih lanjut. Jika ada AED (Automatic External Defibrilation) maka suruh penolong lain untuk mengambil AED. MENELEPON : menghubungi pusat bantuan darurat (emergency call number) sesuai dengan nomor dilokasi / negara masing-masing. Seperti : 911, 118, 112, 113, 999, 000, 555 dan lain-lain. EMERGENCY SIGNAL : dengan membuat asap, kilauan cahaya, suar dan lain-lain jika lokasi ada didaerah terpencil. D. Cek Nadi Pengecekan nadi korban dilakukan untuk memastikan apakah jantung korban masih berdenyut atau tidak. Pada orang dewasa pengecekan nadi dilakukan pada nadi leher (karotis) dengan menggunakan 2 jari. Caranya letakan 2 jari tangan pada jakun (tiroid) kemudian tarik ke arah samping sampe terasa ada lekukan rasakan apakah teraba atau tidak denyut nadi korban. Pada bayi pengecekan nadi dilakukan pada lengan atas bagian dalam. Dengan menggunakan 2 jari rasakan ada tidaknya denyut nadi pada lengan atas bagian dalam korban. Jika nadi tidak teraba berarti korban mengalami henti jantung, maka segera lakukan penekanan / kompresi pada dada korban. Jika nadi teraba berarti jantung masih berdenyut maka lanjutkan dengan membukaan jalan napas dan pemeriksanaan napas. E. Kompresi Dada Jika korban tidak teraba nadinya berarti jantungnya berhenti berdenyut maka harus segera dilakukan penekanan / kompresi dada sebanyak 30 kali.

CARANYA : posisi penolong sejajar dengan bahu korban. Letakan satu tumit tangan diatas tulang dada, lalu letakan tangan yang satu lagi diatas tangan yang sudah diletakan diatas tulang dada. Setelah lalu tekan dada korban denga menjaga siku tetap lurus. Tekan dada korban sampai kedalaman sepertiga dari ketebalan dada atau 3-5 cm / 1-2 inci (korban dewasa), 2-3 cm (Pada anak), 1-2 cm (bayi) F. Buka Jalan Napas Setelah melakukan kompresi selanjutnya membuka jalan napas. Buka jalan napas dengan menengadahkan kepala korban. Pada korban trauma yang dicurigai mengalami patah tulang leher melakukan jalan napas cukup dengan mengangkat dagu korban. G. Memberikan Napas Buatan Jika korban masih teraba berdenyut nadinya maka perlu dilakukan pemeriksaan apakah masih bernapas atau tidak. Pemeriksaaan pernapasan dilakukan dengan Melihat ada tidaknya pergerakan dada (LOOK), mendengarkan suara napas (LISTEN) dan merasakan hembusan napas (FEEL). Jika korban berdenyut jantungnya tetapi tidak bernapas maka hanya diberikan napas buatan saja sebanyak 12-20 kali per menit. Jika korban masih berdenyut jantungnya dan masih bernapas maka korban dimiringkan agar ketika muntah tidak terjadi aspirasi. Korban yang berhenti denyut jantungnya / tidak teraba nadi maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan pernapasan karena sudah pasti berhenti napasnya, penolong setelah melakukan kompresi dan membuka jalan napas langsung memberikan napas buatan sebanyak 2 kali. H. Evaluasi Evaluasi pada CPR dilakukan setiap 5 Siklus. (5 x 30 kompresi) + (5 x 2 napas buatan). Evaluasi pada pemebrian napas buatan saja dilakukan setiap 2 menit J. Sudrajat_Senior Paramedic

Pada orang dewasa tindakan RJP ini dilakukan dengan rasio 30 kompresi dada berbanding 2 kali tiupan nafas (untuk satu penolong) dan rasio 5 kompresi dada berbanding 1 kali tiupan nafas persiklus untuk dua penolong. Pada anak dan bayi dilakukan dengan rasio 5 : 1 juga. Adapun cara proses pemberian pertolongan hingga ke Resusitasi Jantung Paru adalah sebagai berikut: 1. Ketika anda menemukan korban, lakukanlah penilaian dini dengan memeriksa responnya melalui respon suara anda. Panggillah nama korban jika anda mengenalnya atau dengan cara mengguncang-guncang bahu korban (hati-hati bila curiga ada cedera leher dan tulang belakang). 2. Jika TIDAK ADA RESPON, untuk korban dewasa mintalah pertolongan pertama kali kepada orang disekeliling anda baru lakukan pertolongan. Pada bayi atau anak, lakukan pertolongan terlebih dahulu selama 1 menit baru minta bantuan. Hal ini karena umumnya pada bayi atau anak terjadi karena sebab lain, sehingga biasanya pemulihannya lebih cepat. 3. Pada kondisi tidak respon ini, segera buka jalan nafas, tentukan fungsi pernafasan dengan cara ; lihat, dengar dan rasakan (LDR) selama 3 - 5 detik. Jika ada nafas maka pertahankan jalan nafas dan segera lakukan posisi pemulihan atau

melakukan pemeriksaan fisik. 4. Jika TIDAK ADA NAFAS, maka lakukan pemberian NAFAS BUATAN sebanyak 2 X.

Posisi tangan penolong harus tegak lurus 5. Kemudian periksa Nadi Karotis Korban 5 - 10 detik, jika ada maka kembali ke no. 3. Jika TIDAK ADA NADI, maka baru lakukan tindakan Pijat Jantung Luar atauResusitasi Jantung Paru dengan jumlah rasio 30 kali kompresi dada : 2 kali tiupan nafas (satu

penolong) atau 5 : 1 untuk (dua penolong). Ingat melakukan RJP ini hanya dilakukan ketika nadi tidak ada / tidak teraba. 6. Jika korban menunjukkan tanda-tanda pulihnya satu atau semua sistem, maka tindakan RJP harus segera dihentikan atau hanya diarah ke sistem yang belum pulih saja.Biasanya yang paling lambat pulih adalah pernafasan spontan, maka hanya dilakukan tindakan Resusitasi Paru (nafas buatan) saja.

Catatan : Khusus untuk bayi yang baru lahir, rasio kompresi dan nafas buatan adalah 3 : 1, mengingat dalam keadaan normal bayi baru lahir memiliki denyut nadi diatas 120 x/menit dan pernafasan mendekati 40 x/menit. Melakukan RJP yang baik bukan jaminan penderita akan selamat, tetapi ada hal-hal yang dapat dipantau untuk menentukan keberhasilan tindakan maupun pemulihan sistem pada korban diantaranya:

Saat melakukan pijatan jantung luar suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.

Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik pada saat memberikan bantuan pernafasan. Reaksi pupil / manik mata mungkin akan kembali normal. Warna kulit korban akan berangsur-angsur membaik. Korban mungkin akan menunjukkan refleks menelan dan bergerak. Nadi akan berdenyut kembali.

Pengertian : Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung Tujuan : Untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung sehingga dapat pulih kembali Indikasi : 1. Henti nafas (Respiratory Arrest), henti nafas yang bukan disebabkan gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel) 2. Henti jantung (Cardiac Arrest) dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:

Hipoksemia karena berbagai sebab Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia) Gangguan irama jantung (aritmia) Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung, tension pneumothoraks)

Diagnosis :

Tidak terdapat adanya pernafasan (dengan cara Look-Listen-Feel) Tidak ada denyut jantung karotis

Perhatian : Pada pasien yang telah terpasang monitor EKG dan terdapat gambaranasistole pada layar monitor, harus selalu dicek denyut nadi karotis untuk memastikan adanya denyut jantung. Begitu juga sebaliknya pada pasien terpasang monitor EKG yang telah di-RJP terdapat gambaran gelombang EKG harus diperiksa denyut nadi karotis untuk memastikan apakah sudah teraba nadi (henti jantung sudah teratasi) atau hanya gambaran EKGpulseless. Jika nadi karotis belum teraba maka RJP dilanjutkan Tindakan Tanpa alat : a.1 (satu) orang penolong : memberikan pernafasan buatan dan pijat jantung luar dengan perbandingan 2 : 30 dalam 2 menit (5 siklus). Tiap 5 siklus dievaluasi dengan mengecek pernafasan (LLF) dan jantung (perabaan nadi karotis). Jika masih henti jantung dan henti nafas, RJP dilanjutkan b. 2 (dua) orang penolong : memberikan pernafasan buatan dan pijat jantung luar yang dilakukan oleh masing-masing penolong secara bergantian dengan perbandingan 2 : 30 dalam 2 menit (5 siklus). Tiap 5 siklus dievaluasi dengan mengecek pernafasan (LLF) dan jantung (perabaan nadi karotis). Jika masih henti jantung dan henti nafas, RJP dilanjutkan dengan berganti orang. c. Pijat jantung luar diusahakan 100 kali/menit

Dengan alat : Untuk mencapai hasil RJP yang lebih baik harus segera diusahakan pemasangan intubasi endotrakeal.

UNTUK BAYI (baru lahir hingga 1 tahun) DAN ANAK-ANAK (1 hingga 8 tahun). CPR yang diberikan untuk bayi dan anak kecil adalah serupa dengan CPR untuk orang dewasa. Akan tetapi, terdapat beberapa perbedaan penting yang perlu diingat seperti di bawah ini. A. Saluran Pernapasan (Airway =A) Hati-hatilah dalam memengang bayi sehingga Anda tidak mendongakkan kepala bayi dengan berlebihan. Leher bayi masih terlalu lunak sehingga dongakan yang kuat justru bisa menutup saluran pernapasan. B. Pernapasan (Breathing = B) Pada bayi yang tidak bernapas, jangan meneoba menjepit hidungnya. Tutupi mulut dan hidungnya dengan mulut Anda lalu hembuskan dengan perlahan (1 hingga 1,5 detik/napas) dengan menggunakan volume yang eukup untuk membuat dadanya mengembang.

Pada anak keeil, jepit hidungnya, tutupi mulutnya, dan berikan hembusan seperti pada bayi. C. Peredaran Darah (Circulation = C) Pemeriksaan Denyut. Pada bayi, untuk menentukan ada atau tidaknya denyut nadi adalah dengan meraba bagian dalam dari lengan atas pad a bagian tengah antara siku dan bahu. Pemeriksaan denyut pada anak keeiL sarna dengan orang dewasa. Tekanan pada Dada

Untuk bayi dan anak kecil, gunakanlah hanya satu tangan untuk menekan dada. Pada bayi, salah satu tangan Anda dapat diselipkan di bawah punggung untuk memberikan sanggaan yang kuat.

Untuk bayi, gunakan hanya ujung jari telunjuk dan jari tengah untuk menekan dada pada ujung tulang dada atau sternum seperti Tekanan Bagian dari tangan Posisi tangan ke ujung tulang dada (sternum) 1 lebar Ujung jari jari di bawah garis antar puting (pastikan tidak Paling 1 hingga tidak 100 2cm kali per menit Banyaknya tekanan diuraikan dalam tabel di bawah. Tekanlah sternum antara 1 hingga 2cm paling tidak 100 kali per menit.

Untuk anak kecil, gunakan salah satu

pangkal telapak tangan (Lihat tabel untuk posisi), dan tekanlah ujung tulang dada antara 2 hingga 3cm, tergantung pada besar kecilnya anak. Berikan tekanannya sebanyak 80 hingga 100 kali per menit.

Bayi telunjuk dan jari tengah

Untuk bayi dan anak kecil, hembusan

napas harus diberikan selama jeda waktu setelah melakukan tekanan dada sebanyak 5 kali. Lakukan secara berulang hingga sadar.

menekan ujung tulang dada) Ujung tulang Pangkal Anak telapak tangan dada (sama dengan orang dewasa) 2 hingga 3 cm 80 hingga 100 kali per menit

Resusitasi Jantung Paru - RJP (Cardio Pulmonary Resuscitation - CPR) untuk anak di atas 8 tahun sama dengan untuk orang dewasa.

You might also like