You are on page 1of 3

Resume LATAR BELAKANG PEMIKIRAN WAWASAN NUSANTARA 1.

Aspek kewilayahan Nusantara Geografi adalah wilayah yang tersedia dan terbentuk secara alamiah, demikian adanya oleh alam nyata. Kondisi obyektif geografis sebagai modal dalam pembentukan suatu negara, merupakan suatu ruang atau wadah yang harus dipedomani sebagai ruang gerak hidup dan kehidupan suatu negara. Kondisi obyektif geografi Nusantara yang merupakan untaian ribuan pulaupulau yang tersebar dan terbentang di khatulistiwa serta terletak pada posisi silang yang sangat strategis, memiliki karakteristik yang berbeda dengan negara lainnya. Wilayah Indonesia pada saat Proklamasi kemerdekaan masih berlaku Territoriale Zee En Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939, dimana lebar laut Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air rendah masing-masing pantai pulau Indonesia. Hal itu dirasa sangat merugikan Indonesia. Maka dimaklumkanlah Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957. Deklarasi ini menyatakan bahwa bentuk geografi Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil dengan sifat dan corak tersendiri. Sekarang pengertian kata Nusantara ialah kepulauan Indonesia yang terdiri dari 17.508 pulau besar maupun kecil dengan batas astronomis yang telah ditentukan. Melalui konferensi PBB tentang Hukum Laut Internasional yang ketiga tahun 1982, maka Pokok-pokok asas negara kepulauan diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 82 (United Nation Convention on the Law Of the Sea). UNCLOS 82 telah menjadi hukum positif sejak 16 November 1994. Berlakunya UNCLOS 82 akan berpengaruh dalam upaya pemanfaatan laut bagi kepentingan kesejahteraan seperti bertambah luasnya ZEE dan Landas Kontingen Indonesia. Selanjutnya adalah penegakkan kedaulatan dirgantara yang perlu diperhatikan yaitu wilayah Indonesia secara vertikal. Secara konstektual geografi Indonesia mengandung keunggulan dan juga kelemahan. Perumusan kebijakan nasional harus memiliki wawasan kewilayahan yang

diatur

politik

ketatanegaraan.

Oleh

karena

itu,

Wawasan

Kebangsaan

mempertimbangkan kondisi dan konstelasi geografis Indonesia. 2. Aspek Kehidupan a. Latar Belakang Sosial Budaya Sosial budaya sebagai salah satu aspek kehidupan nasional adalah faktor dinamik masyarakat yang terbentuk oleh keseluruhan pola tingkah laku lahir batin yang memungkinkan hubungan sosial diantara anggota-anggotanya. Masyarakat Indonesia sejak awalnya terbentuk dengan ciri kebudayaan yang sangat beragam. Secara universal kebudayaan masyarakat yang heterogen tersebut mempunyai unsur-unsur penting yang sama yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem matapencaharian, serta sistem teknologi dan peralatan. Sesuai dengan sifatnya, kebudayaan merupakan warisan yang bersifat memaksa bagi masyarakat yang bersangkutan. Kebudayaan dapat membentuk sentimen-sentimen kelompok. Berdasarkan ciri dan sifat kebudayaan serta kondisi dan konstelasi geografi NKRI, tergambar secara jelas betapa sangat heterogen serta uniknya masyarakat Indonesia. Dari tinjauan sosial budaya tersebut, pada akhirnya dipahami bahwa proses sosial dalam keseluruhan upaya menjaga persatuan nasional sangat membutuhkan kesamaan persepsi atau kesatuan cara pandang diantara segenap masyarakat tentang eksistensi budaya yang sangat beragam namun memiliki semangat untuk membina kehidupan bersama secara harmonis.

b. Tinjauan Kesejarahan Sejarah Indonesia diawali dari negara-negara kerajaan tradisional yang pernah ada di wilayah Nusantara melalui kadatuan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit. Landasan kedua kerajan tersebut adalah mewujudkan kesatuan wilayah, meskipun belum timbul ras kebangsaan, namun sudah timbul semangat bernegara.

Nuansa kebangsaan mulai muncul sejak tahun 1900-an yang ditandai dari lahirnya sebuah konsep baru dan modern. Wujud konsep baru dan modern ini ialah lahirnya Proklamasi Kemerdekaan dan proklamasi penegakan negara merdeka. Indonesia mulai bernegara sejak Proklamasi 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan harus dipertahankan dengan semangat persatuan. Konsepsi Nusantara yang dilandaskan pada semangat kekompakan mengacu pada konstelasi geografi RI sebagai negara kepulauan, dikukuhkan menjadi UU No 4/Prp tahun1960. Konsepsi Nusantara mengilhami masing-masing Angkatan untuk mengembangkan wawasan berdasarkan matranya masing-masing. Hasil seminar Hankam I tahun1966 yang diberi nama Wawasan Nusantara Bahari, terdiri atas: Wawasan Nusantara merupakan konsepsi dalam memanfaatkan konstelasi geografi Indonesia dimana diperlukan keserasian antara Wawasan bahari, Wawasan Dirgantra, Wawasan Benua sebagai pengejawantahan segala dorongan dan rangsangan. Sedangkan Wawasan Bahari adalah wawasan masa depan yang merupakan suatu pandangan, satu aspek falsafah hidup satu bangsa dimana penggunaan dan penguasan lautan adalah mutlak untuk perkembangan kesejahteraan dan kejayaan negara serta bangsa dimasa mendatang. Wawasan Nasional Indonesia diwarnai oleh pengalaman sejarah yang menginginkan tidak terulangnya lagi perpecahan dalam lingkungan bangsa dan negara Indonesia yang akan melemahkan perjuangan dalam mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagai hasil kesepakatan bersama, agar bangsa Indonesia setara dengan bangsa lain.

You might also like