You are on page 1of 17

Hukum Harus Berikan Rasa Aman Kepada Masyarakat

Saefuddin SH, MH CIAMIS, (Tubas) Penegakan hukum itu tidak mesti berdasarkan Alquran dan hadis, tetapi bagaimana hukum ditegakan secara adil terhadap semua lapisan masyarakat. Siapa pun manusianya dan apa pun produk hukumnya, kalau ditegakan secara adil akan memberikan rasa nyaman dan aman di masyarakat. kata Ketua Persatuan Pengacara Indonesia (Peradi) cabang Ciamis Banjar yang merupakan aktivis LSM Gempur Ciamis , Saefuddin, SH, MH dikantornya di Lingkungan Lembursitu Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis, Kamis (15/9). Hal itu dikemukakan Aef, menyikapi permasalahan hukum yang ada di Ciamis, dihadapan para aktivis yang terdiri dari unsur LSM dan ormas yang prihatin terhadap nasib pasar tradisional. Lebih jauh Aef mengatakan, Indonesia tidak menganut Syariat Islam, tetapi tidak ada salahnya jika hukum syariat ditegakan. Cina saja yang tidak menganut Syariat Islam berani menegakan hukum Qishos. Di Cina saja bisa menegakan hukum qishos, dimana koruptor itu dihukum mati, itu bagian dari hukum syariat, katanya. Yang pasti, kata Aef, hukum diciptakan untuk memberi rasa aman dan nyaman kepada masyarakat. Yang jadi persoalan saat ini bagaimana hukum itu ditegakan secara adil dan tidak memarginalkan salah satu kaum. Aef juga mengatakan hukum diciptakan untuk mengatur tata kelola kehidupan bermasyarakat. Kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum pun diatur oleh hukum agar tidak sampai merugikan masyarakat atau kelompok lain, katanya. Evi Wahyudin (35), dari Forum Peduli Pasar Tradisional Kabupaten Ciamis menyorot tajam proses penegakkan hukum yang ada di Ciamis. Menurutnya,Dimana keberpihakkan aparat penegak hukum, tatkala seorang pengusaha dengan jelas dan bukan lagi menjadi rahasia umum sudah berani mempermainkan hukum bahkan seolah-olah meledek masyarakat Ciamis. Bahkan tertawa terbahak-bahak sambil bertolak pinggang, kata Evi menyikapi pasca penyegelan mini market yang dilakukan aparat Satpol PP yang tidak digubris para pengusaha tersebut. Hal yang sama dilontarkan seorang pengusaha asal Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis, DM Motor, ia terkena sanksi dari oknum penegak hukum seputar masalah perijinan. Menurutnya, kasus yang sama terjadi juga di wilayah lain bahkan sampai ke pelosok-pelosok daerah terkena sanksi yang berujung pada nilai nominal supaya tidak sampai ke ranah hukum. Kasihan, mereka yang hanya mencari keuntungan demi menyambung hidup. Sementara modalnya juga modal pinjaman. Kadangkala barang dagangannya laku kadangkala tidak, harus berurusan dengan hukum karena belum mempunyai ijin untuk jenis usaha yang digelutinya. Ujung-ujungnya dia menyogok si oknum petugas tersebut, itupun modal usahanya sampai ke akar-akarnya, katanya. (mamay).

Disaat Harga Emas Melambung Perhiasan Perak Jadi Alternatif

Hingga saat ini harga emas dipasaran masih relatif mahal, hal ini dipicu harga emas dunia yang masih tinggi, terlihat penjual perak sedang menaksir kadar perak di salah satu toko di kawasan pertokoan terminal Ciamis, Kamis (15/9). (tubas/mamay) CIAMIS, (Tubas) Pascalebaran beberapa pekan lalu, harga logam mulia jenis emas terus melonjak. Berdasarkan pantauan Tubas, harga emas khususnya yang sudah berbentuk perhiasan mencapai Rp. 400.000/Gram. Harga tersebut untuk kualitas emas dengan kandungan 80 persen. Sedangkan untuk kualitas emas setara dengan 60 persen berkisar antara Rp. 200.000 hingga Rp. 250.000/gram. Akibat melambungnya harga emas tersebut, sejumlah warga memilih alternatif lain dalam membeli perhiasan. Selain logam yang disipuh emas mengalami lonjakan permintaan, logam jenis perak pun menjadi alternatif buruan warga di pasaran. Daripada beli emas yang mahal mending beli perak saja. Harganya cukup murah. Kalau sudah bosan bisa dijual lagi ke toko tempat asal belinya, kata Ny. Rukaesih (32) warga Kelurahan Kertasari Kecamatan Ciamis, Kamis (15/9). Ny. Eti (48) seorang pegawai negeri sipil di salah satu instansi di Kabupaten Ciamis mengatakan hal serupa kata dia yang penting setelah lebaran tidak terlalu kelihatan polos tanpa perhiasan. Selain itu, meski harganya cukup terjangkau namun kualitas perak pun tidak kalah dengan jenis emas putih. Sekilas kalau peraknya bagus mirip dengan emas putih yang harganya lebih mahal dari emas kuning. Jadi dipakai sehari-hari juga tidak terlalu bikin malu, ujarnya. Di pasaran, harga perak saat ini mencapai Rp. 20.000 hingga Rp. 30.000/gram tergantung kualitasnya. Selain ini, logam perak juga cenderung lebih mudah bila disipuh emas. Namun kalau disipuh emas tidak akan awet. Lebih baik seperti biasa saja, kata Risma pemilik toko perak Risma di sekitar Komplek Ruko Terminal Ciamis. (mamay)

332 Sarjana Mengikuti Test dari Kementrian Sosial RI


CIAMIS, (Tubas) Kementrian Sosial RI, menggelar test personal pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) untuk membantu pemerintah mendampingi rumah tangga sangat miskin (RTSM) memperoleh bantuan melalui PKH. Test pendamping tersebut dilaksanakan Selasa (13/9) di gedung Golkar, dan diikuti oleh 332 peserta, dengan klasifikasi lulusan DII S1. Dari 332 peserta test tersebut, kemensos hanya akan merekrut tenaga pendamping sebanyak 70 orang dan 4 orang operator. Staf Kemensos Tati Nurcahyati, mengatakan sebanyak 70 orang pendamping tersebut nantinya setiap orang akan diberdayakan mendampingi 200 RTS dalam hal memperoleh bantuan tunai bersyarat program keluarga harapan di Ciamis yang tersebar di 26 Kecamatan. Mereka akan melakukan kroscek kebutuhan rumah tangga miskin, dari aspek pendidikan hingga setingkat SMP, kesehatan dan pelayanan lainnya yang diatur dalam PKH. Kemudian RTS yang bersangkutan bisa memperoleh bantuan tunai melalui jasa pos giro. Ini semacam BLT, tetapi lebih terarah sesuai kebutuhan RTS dan bersyarat, kata Tati di selasela pelaksanaan test. Proses rekrutmen yang mayoritas memiliki ijazah S1 dimulai pukul 08.00 WIB hingga malam, karena pada hari itu juga langsung diumumkan oleh panitia penyeleksi dan yang lolos tes tulis keesokan harinya berhak mengikuti tes lisan ataupun wawancara jelas Kabid Pembinaan Sosial Tonton Guntari dan Kasi Pembinaan Keluarga Kartika. Sekda Ciamis, H. Tahyadi A Syatibi, didampingi Kepala Dinsosnakertran Ciamis H. Herdi Saleh, mengatakan untuk PKH ini, Kabupaten Ciamis termasuk kabupaten yang mendapatkan kuota terbesar di Jawa Barat dengan chatmen area sebanyak 26 Kecamatan, dengan jumlah sasaran 14.267 RTSM. Dinsos hanya sebagai pelaksana pembantu di daerah, ini program dari pemerintah pusat. Kita respons karena tidak semua Kabupaten Kota di Jabar dan Indonesia mendapatkan program ini, setidaknya dengan PKH problem rumah tangga miskin bisa lebih terbantu dan terlayani, ujar Tahyadi. Berdasarkan Catatan yang dimiliki Dinsosnakertrans Ciamis, jumlah Rumah Tangga Sangat Miskin terbanyak di Ciamis, terdapat di Kecamatan Banjarsari sebanyak 1223 RTSM dan disusul oleh Kecamatan Ciamis sebanyak 1195 RTSM. Sasaran RTSM akan mendapatkan bantuan maksimal sebanyak Rp. 2,2 juta, dengan tiga kali pencairan. Kami berharap kedepan pendamping yang lulus dalam seleksi ini, bisa menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin sehingga program pemerintah pusat dalam memberikan layanan terhadap keluarga miskin, bisa berjalan dengan baik, tepat, dan berhasil, tambah Tahyadi. (mamay).

H. Slamet Triyana Nahkodai Gafensi Ciamis

Ketua BPD Gafensi Jawa Barat, Gumelar, melantik pengurus BPC Gafensi Kabupaten Ciamis dalam acara muscab Gafensi Ciamis ke XI di Hotel Priangan Jalan Yos Sudarso Ciamis, Rabu (14/9). (tubas/mamay).

CIAMIS, (Tubas) Ketua BPD Gafensi Jawa Barat, Gumelar melantik pengurus BPC Gafensi Kabupaten Ciamis sudah selesai menggelar acara Musyawarah Cabang Gafensi Ciamis ke XI di Hotel Priangan Jalan Yos Sudarso Ciamis, Rabu (14/9). Proses pemilihan Ketua Gafensi dilaksanakan dengan lancar, karena hanya terdapat calon tunggal yaitu H. Slamet Triyana yang merupakan Direktur PT. Jamal Laksana Winangun sekaligus salah satu pengurus partai berlambangkan beringin itu. Kang Trian, panggilan akrab Slamet Triyana menjadi orang nomor satu di Gapensi untuk masa jabatan 2011 2016. Dalam sambutannya Trian mengatakan, langkah pertama yang akan ditempuh pihaknya, yaitu melakukan konsolidasi internal pembenahan organisasi tentang bagaimana meningkatkan kinerja serta menambah wawasan seputar bidang-bidang yang digelutinya. Langkah kedua, karena sistem tender sekarang berbeda dengan tahun-tahun yang lalu yang masih menggunakan manual dimana sekarang mempergunakan sistem LPSE, dimana tahun 2012 Kabupaten Ciamis mau tidak mau harus siap melaksanakannya. Termasuk mempersiapkan anggota Gafensi untuk belajar lebih banyak seputar LPSE serta mempersiapkan infrastruktur dan perangkat di kantor Gafensi, untuk mempermudah anggota Gafensi menuju LPSE 2012.(mamay)

Klaim Korban Lakalantas Selama Moment Idul Fitri 1432 H

Sebesar Rp. 17 Miliar


Tasikmalaya, (Tubas) PT. Jasa Raharja Tasikmalaya menyerahkan santunan kepada ahli waris korban kecelakaan lalu lintas (laka lantas) baik meninggal dunia maupun luka sebesar Rp. 17,6 miliar. Korban kecelakaan tersebut adalah yang terjadi hingga Agustus 2011 atau moment Idul Fitri 1432. Jika dirata-ratakan santunan korban laka lantas selama 8 bulan, sampai Agustus 2011 tercatat Rp. 2,2 miliar lebih per bulannya, kata Kepala Perwakilan PT. Jasa Raharja Tasikmalaya, Maryanti Sitinjak, SH., di sela-sela acara penyerahan santunan kepada ahli waris korban laka lantas yang meninggal dunia, Kamis (8/9). Penyerahan santunan itu, kata Maryanti, diatur oleh UU No. 33 dan UU No. 34 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungjawaban Penumpang dan Dana Kecelakaan Lalu Lintas. Menurutnya, pemberian santunan itu sebagai bentuk komitmen Jasa Raharja untuk memberikan layanan terbaik kepada korban dan ahli waris korban yang terjadi di wilayah Kabupaten/Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Garut dan Kota Banjar. Korban laka lantas meninggal dunia selama arus mudik dan balik, mulai 23 Agustus sampai 6 September di wilayah hukum Perwakilan PT. Jasa Raharja Tasikmalaya 13 orang, dengan santunan Rp. 327.601.000,-, kata Maryanti. Dalam kesempatan itu hadir Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP Gupuh Setiono, S.IK didampingi Kasat Lantas, AKP. Riko A. Taruna, SIK.,SH.,MH. (mamay/dadang).

Bantuan P3Q Untuk DTA Menyalahi Aturan

CIAMIS, (Tubas) Sebanyak 26 Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) se Kecamatan Rajadesa dan 18 DTA se Kecamatan Cimaragas, Kabupaten Ciamis ramai-ramai mengembalikan bantuan dana hibah dan alat Peraga Pembelajaran Al-Quran (P3Q) ke Bagian Kesra Setda Kabupaten Ciamis. Uang dan alat peraga diterima langsung oleh staf Bagian Kesra, Selasa (6/9) pekan lalu. Mereka sepakat mengembalikan bantuan hibah itu karena menilai bahwa bantuan itu tidak sesuai dengan kebutuhan operasional diniyah selama satu tahun. Selain itu, sebelumnya tidak ada pemberitahuan bahwa bantuan senilai Rp. 1.750.000 per diniyah itu disalurkan berupa alat peraga senilai Rp. 1,5 juta dan uang Rp. 250 ribu. Ketua Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Kecamatan Rajadesa, Kosmara Toha didampingi Sekretarisnya, Nana Sutisna menegaskan, sebanyak 26 Diniyah di Rajadesa yang mendapat bantuan sepakat untuk mengembalikan uang dan barang serta tidak akan menandatangani kuitansi penerimaan. Menurut Toha, total uang yang dikembalikan dari 26 diniyah sebesar Rp. 6,5 juta sementara barang akan dikembalikan secara bertahap. Kami tidak menyangka bantuan untuk DTA tahun ini disalurkan berupa alat peraga yang begitu malah sementara uang yang diterima untuk biaya operasional diniyah hanya Rp. 250 ribu selama setahun, terangnya. Selain itu, ia juga menyayangkan karena tidak semua diniyah di Rajadesa mendapatkan bantuan. Dari 93 diniyah yang ada di Rajadesa yang mengajukan proposal, ternyata hanya 26 diniyah yang mendapatkan bantuan. Pengembalian ini juga sebagai aksi solidaritas karena banyak diniyah yang tidak mendapatkan bantuan, ujarnya. Sementara itu Sekretaris FKDT Kecamatan Baregbeg, Wawan menuturkan, bantuan uang sebesar Rp. 250 ribu diserahkan kepada pengurus FKDT di Aula Setda pada tiga hari sebelum lebaran sementara barang diantar langsung dua hari sebelum lebaran. Dalam rapat pengurus KKDT Kabupaten sebelumnya tidak ada pemberitahuan secara rinci berapa jumlah uang yang dibelikan alat peraga. Sehingga hampir semua pengurus kaget saat menerima barang senilai 1,5 juta rupiah. Kalau pengurus tahu, tidak akan mungkin dikembalikan, ungkap Wawan. Salahi Aturan Wakil Ketua DPRD Ciamis, Didi Sukardi mengaku mendapat pengaduan dari pengurus KKDT Kecamatan Rajadesa, Cimaragas, Panjalu, Kawali dan Panawangan yang merasa keberatan bantuan berupa Alat Peraga. Bahkan Didi menegaskan, bantuan yang disalurkan menyalahi ketentuan penyaluran dana hibah APBD. Menurutnya, pada saat penyusunan anggaran untuk madrasah diniyah disepakati dengan TAPD sebesar Rp. 2,7 milyar. Dengan rincian Rp. 1 juta per madrasah diniyah untuk biaya operasional dan dibagikan secara merata kepada 2.700 madrasah. Yang lebih fatal, kata Didi, bantuan hibah disalurkan tidak sesuai dengan proposal pengajuan dari DTA. Selain itu, pengurus KKDT juga disodorkan dua kuitansi, pertama kuitansi pembelian atas nama TB. Lumpur Mas yang sudah bercap dan bermaterai sebesar 1.500 juta dan kuitansi dalam bentuk uang dari Bagian Kesra sebesar Rp. 1.750 juta. Seharusnya hibah berupa uang itu diserahkan seutuhnya kepada diniyah, baru setelah itu ditawarkan pembelian barang, itupun tidak boleh memaksa, ungkapnya. Bahkan kata Didi, jika bantuan disalurkan dalam bentuk barang yang nilainya mencapai Rp. 1,5 harus melalui tender, tidak bisa langsung dibelikan dan dibagikan ke diniyah. Saya mengkhawatirkan terjadi penyimpangan, terangnya. Bantahan Kabag Kesra Kabag. Kesra Setda Ciamis, H. Toto Marwoto didampingi Kasubag Agama, Budi Kurnia membantah telah menyalurkan bantuan kepada DTA dalam bentuk barang. Pihaknya mengaku hanya menyalurkan dalam bentuk uang sesuai dengan yang tertera pada kwitansi senilai Rp. 1.750.000 untuk 1.000 DTA. Kami hanya menyalurkan bantuan berupa uang. Kalau kenyataannya dibelikan barang, itu diluar tanggung jawab Bagian Kesra, tegasnya.

Menurut H. Toto, dikembalikannya alat peraga ini kemungkinan ada miskomunikasi antar pengurus FKDT. Pihaknya juga mengaku tidak tahu jenis barang yang disalurkan ke setiap diniyah. H. Toto berharap masalah ini bisa dimusyawarahkan kembali antara pengurus FKDT dengan pengurus diniyah penerima bantuan. (mamay).

Temuan BPK RI Membikin Kaget Masyarakat Ciamis

CIAMIS, (Tubas) Seperti diketahui kasus-kasus korupsi di Kabupaten Ciamis mulai menggelinding pasca gratifikasi Rp. 1,3 miliar dalam kasus dugaan suap anggaran Dana Penguatan Infrastruktur Prasarana Daerah (DPIPD) yang menyeret sejumlah nama pejabat, bahkan orang No. 1 di Ciamis. Buntutnya mantan Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans), Dede Lukman dan Kepala Bidang Tenaga Kerja Dinsosnakertrans, Elan Jakalalana, harus menginap di hotel prodeo lapas Ciamis. Baru-baru ini Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) RI menemukan 13 kasus kejanggalan pengelolaan keuangan daerah di Pemkab Ciamis dengan nilai nominal lebih dari Rp. 100 miliar. Hal ini tertuang dalam LHP BPK tahun 2010. Dari 13 kasus itu, tujuh kasus nilainya mencapai Rp. 75,3 miliar akibat kelemahan sistem pengendalian intern dalam penyusunan laporan keuangan. Sisanya yang enam kasus, nilainya mencapai Rp. 32,4 miliar yang dinilai BPK karena adanya ketidak patuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan dalam pengelolaan keuangan negara. Dari temuan tersebut yang sangat mencolok adalah poin penyajian aset lainnya senilai Rp. 66.475.310.529,- yang tidak dapat diyakini kewajarannya, yang terjadi karena adanya kelemahan sistem pengendalian intern. Selain itu, ditemukan juga enam kasus seperti pembayaran rekening listrik PJU Rp. 4,5 miliar yang tidak didukung data memadai, penyelesaian likuidasi BPR, pengelolaan Dakabalarea Rp. 2,2 miliar tidak optimal, anggaran dan realisasi belanja modal pada Dinas Binamarga Rp. 1,3 miliar tidak sesuai subtansi kegiatan, penganggaran uang kadeudeuh bagi pensiunan PNS Rp 998 juta tidak tepat dan pencatatan deposito yang tidak tertib. Sementara kasus lain merupakan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan dalam pengelolaan keuangan negara, diantaranya penerimaan dan pengeluaran Dana Jamkesmas Rp. 2,9 miliar tidak melalui mekanisme APBD, perhitungan biaya jasa konsultasi Rp. 1,2 miliar, keterlambatan penyetoran sisa kas dan jasa giro pada 10 SKPD senilai Rp. 78,1 juta, aset yang dipinjampakaikan, tunggakan iuran Askes Rp. 28,2 miliar, dan belum dipindahbukukannya sisa dana cadangan senilai Rp. 99,5 juta. Dengan temuan kelemahan diatas, BPK merekomendasikan kepada Bupati Ciamis agar memerintahkan Sekretaris Daerah, dan Kepala Dinas Kepala Dinas terkait untuk meningkatkan pengendalian, pengawasan, lebih teliti dan meningkatkan kordinasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Atas 13 kasus yang ditemukan BPK RI tersebut, Ketua Komisi II DPRD Ciamis, Ahmad Irfan Alawi, mengatakan, Bupati dan seluruh jajaran eksekutif dibawahnya, agar bisa segera merealisasikan rekomendasi BPK, dan 13 kasus tersebut perlu mendapatkan perhatian. Masih lemahnya kordinasi dalam sistem pengelolaan keuangan serta lengah terhadap perundang-undangan yang berlaku, bisa menjadi bumerang apabila tidak mendapat perhatian serius dari Bupati, ujar Irfan. Budayawan sekaligus aktivis LSM Janur Toni Ikhlas (49), sangat prihatin atas kasus gratifikasi dan temuan BPK RI tersebut. Menurutnya, disaat masyarakat Ciamis berkutat untuk bertahan hidup dari himpitan kemiskinan ditambah musim kemarau berkepanjangan. Harusnya pemerintah tidak menambah lagi beban mereka dengan berita-berita yang membikin miris dan panas telinga seakan-akan masyarakat miskin disuruh cepatnya untuk mati. (mamay).

Pahlawan Devisa Tewas Di Hongkong BANJAR,(Tubas)- Satu lagi awan hitam menyelimuti pahlawan devisa yang berjuang mencari penghidupan yang layak di negeri orang, untuk memperbaiki ekonomi keluarganya di kampong halamnnya.

Nasib tragis menimpa Ny. Rohimah (31), seorang TKW asal Dusun Purwodadi Rt/Rw 12/4 Desa Waringinsari Kecamatan Langensari Kota Banjar. Wanita pendulang devisa itu meninggal dunia di tanah perantauannya di Hongkong. Menurut informasi yang diterima oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Banjar, Rohimah meninggal dunia pada hari Jum'at, 9 September petang. "Jadi konsulat jenderal RI di Hongkong awalnya menerima laporan dari Good Rich Employment Agency Centre, bahwa Rohimah meninggal dunia di Rumah Sakit Tuan Mun Hongkong," kata Kepala Bidang Tenaga Kerja, Wasino, Selasa (13/9). Untuk sementara sambil menunggu proses otopsi, disimpulkan bahwa penyebab kematian Rohimah adalah karena dia sakit keras. Hingga kemarin jenazahnya masih berada di RS Hongkong untuk menunggu proses pemulangan ke tanah air. Wasino menjelaskan, saat pertama menerima kabar kematian korban, pihaknya sempat kelabakan karena data yang bersangkutan tidak ada. Namun setelah melakukan komunikasi dengan PT. Bakti Persada Jaya sebagai PJTKI yang memberangkat Rohimah, akhirnya diketahui bahwa Rohimah menjadi TKW sejak tahun 2009 silam. "Jadi ketika berangkat pada tahun 2009 itu dia langsung mendaftar ke Jakarta, sehingga tidak terdata. Hanya saja ketika kontraknya habis, dia melakukan perpanjangan paspor, sehingga bisa kita identifikasi," kata Wasino. Kendati bisa dibilang kepergiannya ke Hongkong inprosedural, namun Wasino menegaskan bahwa pihaknya tetap akan mengurus kasus tersebut sebagaimana mestinya. "Selain mengawal proses pemulangan jenazah, kami juga akan memfasilitasi mengenai pencairan hak-hak Rohimah, seperti asuransi, biaya pemakaman dan sebagainya," kata Wasino. Dia juga mengatakan proses pemulangan jenazah akan dilakukan pada 4 atau 5 hari kedepan. Sementara itu kabar kematian Rohimah ini tentu saja menciptakan suasana haru bagi keluarganya di kampung halaman. Saat hendak ditemui, keluarga Rohimah ternyata tengah menuju Jakarta untuk mengurusi pemulangan jenazahnya. Diperoleh keterangan bahwa Rohimah telah memiliki dua orang anak. Anak pertama telah duduk di bangku SMP sementara anak bungsunya masih balita. Suami korban diketahui bernama Ahmad Sodik. Menurut keterangan kerabat korban, selama ini dikenal sehat atau memiliki riwayat penyakit berat. (mamay)

TP2KPA Jabar Temukan 180 Kasus KDRT Selama Maret 2010- Juli 2011

BANJAR, (Tubas)- Tim Perlindungan dan Pencatatan terhadap Kekerasan Perempuan dan Anak (TP2KPA) Jawa Barat mencatat, sedikitnya 180 kasus kekerasan terhadap Perempuan dan Anak selama Maret 2010 hingga Juli 2011. Banyaknya kasus tersebut menempatkan Jawa Barat di urutan kedua Nasional sebagai daerah yang memiliki jumlah pelanggaran kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak. "Kasusnya setiap tahun semakin marak. Modusnyapun bervariatif dengan berbagai cara. Angka kekerasan itu pun termasuk dengan trafficking, selain juga bentuk kekerasan lain kepada Anak-anak dan Perempuan. Hal itu timbul dari kerawanan sosial" khususnya masalah ketenaga kerjaan di Jawa Barat yang memang masih membutuhkan perhatian serius pemerintah," kata Ketua Tim Perlindungan dan Pencatatan terhadap Kekerasan Perempuan dan Anak (TP2KPA) Jawa Barat, Ny. Hj. Nety Heryawan, Selasa (13/9) saat bersilaturahmi dengan TP2KPA Kota Banjar. Pihaknya mengaku saat ini tengah melakukan advokasi terhadap kasus-kasus yang masih belum terselesaikan baik yang terjadi di dalam maupun di luar negeri. Pihaknya pun tengah gencar-gencarnya melakukan meningkatkan kordinasi sektoril antar wilayah di Jawa Barat. Dikatakannya, saat ini pihaknya tengah merumuskan bentuk bantuan bagi korban kekerasan tersebut. Sebelumnya, pihaknya menganggarkan bantuan permodalan bagi korban trafficking sebesar Rp 5 juta per orang. Namun, bantuan tersebut nyatanya disalahgunakan untuk keperluan lain yang lebih bersifat konsumtif. Padahal, pada masa sebelum dikembalikan ke pihak keluarga, para korban tersebut diberikan pelatihan life skill untuk kemandirian mereka. "Formulasi pemberian bantuan dalam bentuk lain masih kami fikirkan bersama. Sebab, bantuan yang berikan sebelumnya kurang efektif. Bukannya dijadikan modal dasar untuk memulai usaha, malah dibelikan barang-barang tersier yang tidak menunjang usaha mereka," katanya seraya mengkhawatirkan korban tersebut kemungkinan menjadi korban untuk kedua kalinya akibat minimnya lapangan kerja dan usaha di daerah. Peran Keluarga Sementara itu, Ketua Tim Perlindungan dan Pencatatan terhadap Kekerasan Perempuan dan Anak (TP2KPA) Kota Banjar, Ny. Hj. Ade Uu Sukaesih Sutrisno menghimbau kepada warga Banjar untuk tidak tergiur oleh iming- iming gaji besar di luar negeri. Kata dia, hal itu merupakan salah satu modus operandi pelaku trafficking serta beberapa modus lain yang mengarah kepada kekerasan terhadap anak dan Perempuan. "Masyarakat harus lebih berhati-hati. Dalam hal ini peran keluarga sangat penting untuk menangkal hal- hal itu. Tidak ada salahnya bila menelusuri terlebih dulu. Jangan sampai baru disadari setelah teijadi."katanya. (mamay)

Menuju E-KTP Pemkot Banjar Terapkan SIAK


BANJAR, (Tubas)- Buntut peringatan Keras yang dikeluarkan Pemerintah Kota Banjar bagi masyarakat atau kaum pendatang yang berada di Banjar yang tidak mempunyai Kartu Tanda

Penduduk (KTP), membuat masyarakat Kota Banjar berdesak-desakan mengantri di kantor Dinas Catatan Kependudukan untuk mendapatkan dokumen kependudukan yang wajib dimliki tersebut. Kasie pendaftaran dan Mutasi Kependudukan Disdukcapil Kota Banjar, Iwan Kastiawan, membenarkan hal tersebut. Pasalnya, untuk menekan pelanggaran administratisi kependudukan pihalnya akan merajia KTP. Meski masih sebatas sosialasasi, tetapi bukan berarti bagi pelanggar tidak dikenai sanksi. Para pelanggar, tentunya akan diberikan sanksi sesuai dengan kesalahan yang mereka buat, tetapi sifatnya edukatif. Kata dia, razia KTP ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua masyarakat Kota Banjar sudah memiliki KTP atau belum. "Razia ini sifatnya untuk menyosialisasikan agar masyarakat yang belum memiliki KTP segera mengurus KTP di Kantor Dinas Kependudukan dan catatan Sipil. Sebab, pada 2012 mendatang di daerah kita sudah menerapkan KTP elektronik (e-KTP)," kata Iwan ruang kerjanya. Menurut Iwan, dalam melakukan sosialisasi tersebut, pihaknya bakal meminta bantuan dari pihak Satpol PP Kota Banjar. "Yang jelas untuk menuju program e-KTP tersebut pada 2012 nanti, kita akan menerapkan program Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) terlebih dulu sebagai dasar pembuataj KTP elektronik ini. Maka'dari itu, semua warga harus sudah terdaftar lewat SIAK ini," katanya. Dari Pantauan Tubas dilapangan para pemohon KTP harus antri berjam-jam bahkan berdesakan di kantor Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan untuk mendapatkan dokumen kependudukan yang wajib dimiliki tersebut. Nyaris setiap hari antrian KTP dan dokumen kependudukan lainnya teijadi di kantor yang terletak di pinggir saluran irigasi Doboku tersebut. Dan nyaris setiap hari pula keluhan akan buruknya pelayanan. KTP tersebut diungkapkan oleh masyarakat. "Wah kacau mau bikin KTP kayak mau antri sembako. Saya mah mendingan bayar Rp 50 ribu deh, daripada harus berjubel begini, mana makan waktu lagi," kata Yana (41) Warga Pataruman Kota Banjar. Rasa kesal Yana sangat beralasan, pasalnya ia datang jam 9 pagi, dan harus rela antri hingga jam dua siang. Otomatis aktifitas dia sehari-hari tersita hanya untuk membuat KTP. Kondisi tersebut diperparah oleh terbatasnya sarana dan prasarana kantor. Hal lain yang mempengaruhi adalah terbatasnya jumlah SDM yang bertugas melayani para pemohon. (mamay)

Dra. Hj. Lili Chauliyah, M.Pd

Tangan Dinginnya Hantarkan Sekolah Yang Dipimpinnya Meraih Prestasi

Dra. Hj. Lili Chauliyah M.Pd CIAMIS, (Tubas)- Dibalik sosoknya yang anggun dan bersahaja bahkan terkesan bak seorang model, ternyata sosok Dra. Hj Lili Chauliyah M.Pd mempunyai wibawa serta semangat yang tinggi, dimanapun dia ditugaskan. Terbukti, berawal dia mengawali kesuksesannya sebagai guru teladan di RSBI SMPN N 1 Ciamis mengantarkannya menjadi seorang Kepala Sekolah SMPN 7 Ciamis. Disana Hj. Lili, terpilih menjadi seorang Kepala Sekolah teladan. Prestasi yang diraihnya menjadi lengkap ketika sekolah yang dipimpinnya keluar menjadi juara I tingkat Provinsi Jawa Barat kategori Sekolah Berbudaya Lingkungan. Setelah dialih tugaskan ke SMPN 6 Ciamis prestasi yang ama juga diraih Ibu dari tiga orang anak ini yaitu Sekolah SMPN 6 Ciamis meraih juara I tingkat Kabupaten Ciamis dalam bidang kebersihan serta masuk nominasi Adiwiyata. Sekarang Hj. Lili menakhodai SMPN 3 Ciamis, bahu membahu bersama warga sekolah lainnya (guru, TU, Penjaga dan para siswa) membangun sekolah yang dipimpinnya menjadi sejajar dengan sekolah lainnya di Kabupaten Ciamis, baik dalam prestasi Akademik maupun Non Akademik. Baru-baru ini SMPN 3 Ciamis mendapat kado istimewa dari Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis melalui Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Tata Ruang Kabupaten Ciamis, dengan berhasil menjadi juara I lomba kebersihan antar SLTP se Kabupaten Ciamis. Prestasi yang diraih ini tidak akan terwujud tanpa dorongan dan kerja sama dari teman-teman baik itu para guru, TU maupun penjaga serta kesadaran tinggi para siswanya. Kegiatan belajar mengajar akan nyaman, bilamana dimulai dari lingkungan yang bersih, aman dan sehat. Untuk itu pihaknya menerapkan 3 M ( Membuang sampah pada tempatnya, Memungut dan memilah serta Mengingatkan), kata Hj. Lili. 3 M diterapkan sedini mungkin pihaknya, untuk menanamkan kesadaran tinggi bukan hanya bagi para anak didiknya saja tapi dimulai dari Kepala Sekolah, Guru, TU serta Penjaga Sekolah. Ditengah keterbatasan bahan yang tersedia warga SMPN 3 Ciamis berkomitmen untuk peduli lingkungan dengan cara menggalakan penghijauan disekitar kampusnya, bahkan sebentar lagi pihaknya bekerja sama dengan Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Tata Ruang akan menggalakan penghijauan dilahan kritis di daerah Handapherang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, pungkasnya. (mamay)

Demi Mudik, Rela Menantang Resiko

Para Pemudik sepeda motor mendominasi arus mudik di beberapa ruas jalan Kabupaten/Kota di beberapa daerah tanpa menghiraukan faktor keselamatan baik bagi dirinya maupun orang lain. (tubas/mamay)

BANJAR, (Tubas) Di tengah segala kebahagiaan bermudik, efek resiko keselamatan pun jangan sampai terabaikan. Setiap tahunnya agenda tahunan ini kerap memakan korban jiwa. Tetapi jika lebih berhati-hati dan tertib berlalulintas, jumlah korban ini tentunya bisa ditekan dan dihindari. Faktor keselamatan tetap menjadi utama hingga setiap pemudik sampai ke tempat tujuannya. Mengapa seseorang harus memilih mudik, padahal agenda pulang kampung ini sebenarnya bisa saja dilakukan dalam waktu lain dan menghindari kepadatan lalu lintas. Berbagai jawaban tentunya berbeda-beda, disamping melepas rasa kangen terhadap keluarga, mudik saat Lebaran dipilih karena saat itu merupakan momen yang paling tepat melebur dosa selama setahun terakhir ini. Seperti dituturkan oleh Budi (38) seorang karyawan perusahaan swasta di Bandung yang melakukan mudik ke Desa Langensari Kecamatan Langensari Kota Banjar. Dengan mengendarai sebuah sepeda motor bebek, dirinya membawa seorang istri dan dua anaknya. Mereka semua diangkut dalam satu kendaraan hingga saling berbagi diatas satu jok sepeda motor. Anak pertamanya yang masih duduk dibangku kelas 5 SD disimpan di depan Budi, sementara anak keduanya diapit di tengah oleh ia dan istrinya. Bukan tanpa pertimbangan resiko, tetapi berpulang kampung dalam satu kendaraan dipilih karena menurutnya lebih ekonomis dan tidak membengkakkan ongkos bensin. Sepeda motor yang Budi kendarai tidak hanya mengangkut keluarganya, tetapi juga mengangkut barang-barang seperti tas. Hingga penuhlah sudah seluruh bagian kendaraan ini oleh barang dan keluarganya. Bermudik memakai sepeda motor juga dipilih karena waktu tempuh yang lebih cepat dan bisa menghindari kemacetan. Dengan berbekal gaji terakhir ditambah uang Tunjangan Hari Raya (THR) yang diberikan perusahaan, ia hampir tidak pernah melewatkan agenda tahunan untuk pulang kampung ini. Diakui, jika kebahagiaan paling tinggi diperoleh ketika sampai di kampung halaman.

Bukan tanpa mempertimbangkan resiko keselamatan Pak, saya pasti lebih berhati-hati selama perjalanan terlebih membawa semua keluarga. Namun inilah pilihan keluarga kami, mudik pakai sepeda motor, terangnya. Lain lagi dengan Maman (35) warga Kelurahan Kertasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis yang selama ini bekerja di Tangerang pada sebuah pabrik konveksi ini, memilih melakukan mudik kampung terpisah dengan anak dan istrinya. Ia tetap mempergunakan sepeda motor dengan seabreg barang-barang yang dibawa, sementara istri beserta dua anaknya yang masih Balita mempergunakan bus bersama adik lelakinya. Diakui, jika harus membawa istri dan anaknya pada kendaraan cukup beresiko. Disamping jauhnya jarak tempuh, juga faktor kesehatan kedua anaknya menjadi pertimbangan. Begitu pun ketika harus kembali melakukan arus balik, ia tetap melakukan hal sama. Kasihan anak-anak saya, disamping keselamatannya, mereka juga masih kecil takut masuk angin . Jadi saya memilih memberangkatkan mereka terlebih dahulu menggunakan bus, dan saya menyusul pake motor. Untungnya ada adik lelaki saya juga turut ikut dengan mereka, tutur lelaki ini. Guna menghindari kelelahan selama berkendara, sepanjang jalur mudik baik pengguna sepeda motor maupun mobil pribadi ini kerap berhenti di tempat peristirahatan dan posko mudik yang tersedia. Hal ini disiapkan pihak kepolisian dan beberapa perusahaan swasta yang memang peduli terhadap agenda tahunan ini. Semacam rest area mudik pun dimanfaatkan mereka guna melepas rasa lelah. Seperti pada masjid Itje Tresnawati di wilayah Jamanis Kabupaten Tasikmalaya, obyek wisata Karang Kamulyan Ciamis dan rest area Banjar Atas Kota Banjar. Area ini kerap dipakai bagi pemudik jarak jauh untuk beristirahat. Salah satunya, Maman (30) pemudik asal Jakarta dengan tujuan Pangandaran. Ia memilih beristirahat di mesjid ini karena cukup kelelahan jika badannya diporsir berkendaraan tanpa henti. Meski beberapa jam saja, namun dengan istirahat akan memulihkan kembali stamina tubuhnya hingga ia leluasa melanjutkan kembali perjalanan. (mamay).

Regenerasi Mandeg, Hansip Bisa Punah

Anggota Linmas yang rata-rata di atas Usia 40 Tahun. (tubas/mamay)


CIAMIS, (Tubas)- Menindaklanjuti pemberitaan seputar nasib anggota Linmas di edisi 182, penulis dengan tidak kenal lelah mencoba memperjuangkan anggota Linmas ini yang memang jika kondisi Hansip terus dibiarkan tanpa ada kejelasan, lambat laun profesi tersebut akan ditinggalkan oleh masyarakat. Ketika para generasi tua yang saat ini menjadi petugas Hansip meninggal, maka profesi ini bisa saja musnah. Pasalnya tidak ada generasi penerus. Proses regenerasi tak berjalan lancar di profesi mulia ini. Lalu siapa yang akan menjadi petugas keamanan ditingkat RT dan desa ?. Itu yang harus dipikirkan oleh pemerintah daerah. Karena jelas kontribusi Hansip selama ini sangat dibutuhkan di daerah dalam menjaga keamanan lingkungan. Saat terjadi bencana, Hansip kerap berada di barisan paling depan dalam bertindak . Seorang Hansip juga terkadang menjadi andalan bagi masyarakat yang membutuhkan pertolongan. Ketua Asosiasi Pamong Desa Seluruh Indonesia (APDI) Kabupaten Ciamis, Ahmad Hidayat alias Madmax mengatakan untuk menyelamatkan profesi Hansip dari kepunahan, pemerintah daerah mau tidak mau harus memberikan kejelasan terhadap profesi tersebut. Utamanya dalam segi kesejahteraan. Kalau kesejahteraan menjamin, para generasi muda pun bakal banyak yang mau menjadi petugas Hansip. Tapi jika kondisinya terus seperti ini, jangan harap ada generasi penerus, kecuali niatnya ibadah, ucap Madmax. Kesejahteraan para petugas Hansip sebagai ujung tombak pengamanan di daerah mau tidak mau harus dipikirkan oleh pemerintah daerah. Hal itu dilakukan untuk menarik minat para petugas Hansip agar lebih terampil dalam melaksanakan tugas di daerah. Menurut dia, eksistensi Hansip saat ini seolah antara ada dan tiada. Padahal keberadaannya merupakan salah satu aset yang bisa menjadi perangkat bagi pemerintah untuk mendukung terwujudnya pembangunan di berbagai sektor. Hansiplah yang menjaga keamanan lingkungan. Hansip pula yang kerap membantu warga yang terkena musibah. Rp. 500 Ribu Penghargaan Akhir Hayat

Bukan tidak ingin pemerintah daerah menganggarkan untuk pasukan Hansip (Pertahanan Sipil) atau yang saat ini dikenal dengan pasukan Linmas (Perlindungan Masyarakat). Hanya saja anggaran yang dimiliki Kabupaten Ciamis cukup terbatas. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang Polinmas) Kabupaten Ciamis, Drs. Dicky Erwin Juliady, M.Si didampingi Kasi Perlindungan Masyarakat, Drs. Rismunandar mengatakan pihaknya sudah berupaya untuk mengalokasikan anggaran bagi peningkatan kesejahteraan Hansip. Hanya saja usulan tersebut belum terealisasi karena anggarannya tidak ada. Hansip saat ini hanya mendapatkan tunjangan kematian saja sebesar Rp. 500 ribu. Padahal kita juga ingin mengalokasikan anggaran untuk Hansip minimal sama dengan anggaran untuk RT dan RW, tapi kemampuan anggarannya terbatas, katanya. Di Kabupaten Ciamis saat ini terdapat 17.000 petugas Linmas dengan usia rata-rata diatas 40 tahun. Dari 17.000 petugas Linmas tersebut yang aktif / terlatih 9.692 orang. Untuk mensejahterakan anggota Linmas saat ini, pihaknya membuat program kelompok Usaha Bersama Ekonomi (Kube) yang dimulai sejak tahun 2005 dengan memberikan bibit 10 ekor betina dan 2 ekor jantan domba Garut untuk 10 kelompok di tiap desa secara bergulir. Dari data yang ada dari total 468 ekor sekarang berkembang menjadi 1087 ekor, salah satu kelompok yang berhasil diantaranya Kelompok Linmas Desa Sukamulya Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis. Menurut Iwan, Ketua Kelompok Linmas Desa Sukamulya, bantuan tersebut sangat berguna untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya dan para anggotanya. Dicky berharap kedepan petugas Linmas bisa mendapatkan sentuhan anggaran dari pemerintah daerah, karena jelas petugas Linmas banyak membantu masyarakat di daerah sebagai pasukan pengamanan paling bawah. Pemerintah tentu saja memiliki keinginan untuk membantu, namun anggaran kami terbatas, kata Dicky. (Mamay).

Selama bulan Ramadhan berbagai pementasan ditampilkan untuk memeriahkan hari kemenangan bagi umat Islam tersebut. Diantaranya, sejumlah anak-anak terdiri dari unsur TK/RA di sekitar wilayah Kecamatan Kota yang ada di Kabupaten Ciamis, dengan antusias mengikuti kegiatan lomba-lomba yang diadakan oleh berbagai sponsor. (tubas/mamay)

Acara nyekar atau yang biasa disebut mengirimi doa bagi orang yang meninggal biasa dilakukan sebelum bulan ramadhan dan sebelum hari raya Idul Fitri merupakan tradisi yang setiap tahun selalu dipenuhi para penjiarah yang memenuhi makam-makam baik keluarganya ataupun para tokoh-tokoh yang menurut mereka menjadi suri teladan bagi dirinya. (tubas/mamay)

You might also like