You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang permesinan, dibutuhkan tenaga terampil untuk mengoprasikan maupun merawat mesin sekaligus peralatan dari mesin tersebut. Banyak mahasiswa maupun seorang sarjana yang baru lulus dari perguruan tinggi terkadang tidak dapat mengoprasikan maupun merawat mesin serta peralatan mesin tersebut. Mereka cenderung lebih menguasai teori daripada praktek kerja mesin tersebut. Sedangkan di era globalisasi sekarang ini dibutuhkan tenaga kerja yang bukan hanya mengerti teori suatu mesin melainkan tenaga kerja tersebut dituntut untuk mengoperasikan maupun merawat mesin serta peralatan mesin tersebut. Terkadang ada juga beberapa diantara mereka yang dapat mengoperasikan serta merawat mesin dan peralatan mesin tersebut tetapi mereka lemah terhadap pendalaman teori dan mesin tersebut. Apabila hal ini sampai terjadi maka akan lebih banyak lagi sarjana kita yang tidak akan mendapat pekerjaan karena kalah bersaing dengan tenaga ahli asing yang datang dari luar negeri dan bekerja di dalam negeri. Tenaga ahli itu sudah membekali diri mereka dengan beberapa keahlian baik berupa pendalaman teori pemesinan, mengoperasikan maupun merawat mesin serta peralatan mesin tersebut. Kemudian apabila hal ini tidak ditanggapi dengan serius maka, tidaklah mustahil tenaga kerja dari negara kita akan menjadi tamu yang terasing di negaranya sendiri. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut, maka perguruan tinggi wajib memberikan bekal teori permesinan yang cukup kepada mahasiswanya. Selain itu perguruan tinggi juga harus mengadakan praktikum kerja mesin dalam perkuliahan yang merupakan salah satu cara untuk membentuk skill dan mengembangkan sikap professional sebelum mahasiswa terjun langsung kedalam dunia pekerjaa. Dari praktikum kerja mesin inilah diharapkan mahasiswa mendapatkan bekal keterampilan sehingga mampu berpikir kreatif dan dinamis dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan serta dapat memecahkan berbagai persoalan yang mereka hadapi di dunia kerja secara efektif dan efisien. Selain itu, dalam laporan praktikum kerja mesin ini, kami akan memaparkan beberapa prinsip kerja yang terdapat didalam pengoperasian mesin produksi yang ada di Universitas Negeri Malang. Dengan memiliki pemahaman dasar tantang prinsip kerja mesin, diharapkan seorang operator ataupun teknisi dapat mengoperasikan sekaligus memecahkan beberapa persoalan yang dihadapi dalam praktik kerja mesin sehingga dapat memanfaatkan waktu, tenaga, dan pikiran sebaik-baiknya. 2. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum kerja mesin adalah : a. Mengetahui atau mengenal beberapa macam mesin perkakas, yaitu mesin bubut, mesin sekrap, mesin frais dan mesin gerinda. b. Memahami fungsi dan mekanisme kerja dari mesin perkakas. c. Mengetahui dan memahami tata cara mengoperasikan sekaligus merawat mesin perkakas maupun perlatan pendukung mesin tersebut. d. Mengaplikasikan teori yang didapat dibangku perkuliahan kedalam praktikum.

e. Mengetahui persoalan yang dihadapi kemudian mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut f. Memperoleh pengetahuan mengenai sifat-sifat bahan logam yang digunakan sebagai benda kerja. g. Menambah keahlian dan keterampilan dalam menggunakan mesin-mesin tersebut.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin Bubut Mesin bubut merupakan salah satu dari mesin yang paling awal dikembangkan karena mempunyai banyak manfaat yaitu meraut atau memotong material bentuk selindris. Gerak potong terjadi pada kerja, sedangkan gerak makan terjadi pada pahat. Jika kedua gerak tersebut dikombinasikan maka akan terjadi proses perautan atau pemotongan.Selain itu mesin bubut ini juga berfungsi untuk pemembuatan ulir yang disesuaikan dengan bentuk mata pahat yang digunakan untuk membubut. Gambar 1. Mesin Bubut Bagian bagian Mesin Bubut dan Fungsinya Head stock, tempat pengaturan kecepatan pemotong (speed of cut). Spindel, bagian yang meneruskan putaran mesin ke benda kerja sehingga benda kerja dapat berputar, serta tempat melekatnya pemegang kerja. Chuck, pemegang benda kerja. Dead center, untuk menunjang ujung benda kerja, center ini tidak berputar

Sendiri tetapi mengikuti putaran benda kerja. Tail stock spindle, tempat melekatnya dead center. Disamping itu dapat juga melekatkan drill chuck untuk proses drilling. Trail stock, bagian belakang (ekor) mesin bubut, untuk menunjang bagian benda kerja dengan perantaraan dead center yand dilekatkan pada tail stock spindle. Tail stock hand wheel, untuk memajukan atau memundurkan posisi dead center agar kedudukan benda kerja dapat diukur dengan baik. Disamping itu apabila pada tail stock spindle dipasang mata bor, komponen dapat dipergunakan untuk memberikan gerak makan. Bed, bagian yang menunjang head stock, tail stock. Sedangkan bagian atas dari bed disebut ways. Carriage, bagian yang dapat bergeser dengan arah longitudinal sepanjang bed. Carriage memikul bagian bagian lain yang terletak diatasnya, yaitu cross slide dan lain lain.

Cross slide, bagian yang melintang pada sumbu mesin bubut, terletak diatas carriage. Untuk mengadakan gerakan pemakanan melintang. Compound rest, tempat melekatnya tool post. Tool post, tempat melekatnya pahat (cutting tool). Leg, kaki mesin bubut, hanya ada pada mesin bubut yang kecil. Gear box, terdapat susunan roda gigi yang memungkinkan adanya variasi kecepatan makan (feed motion).

2.1.1 Cara Kerja Mesin Bubut Motor listrik yang ada pada mesin bubut akan berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanis yaitu berupa gerak putar. Gerak putar yang ada pada motor listrik selanjutnya ditransmisikan dengan menggunakan perlengkapan transmisi pulley dan roda gigi, sehingga mampu memutar poros utama (spindel). Diujung poros utama terdapat perlengkapan pencekam yang mampu mencekam benda kerja, sehingga adanya putaran pada poros utama maka akan memutar benda kerja. Sedangkan pahat yang tercekam pada tempatpahat (tool post) akan mampu bergerak ke kanan, ke kiri, mendekat, menjauhi operator serta mampu bergerak sorong. Gerakan gerakan ini dimungkinkan terjadi karena adanya fasilitas ulir penggerak, susunan roda gigi dan juga adanya jalan. Selanjutnya adanya dead center yang akan mendukung benda kerja pada sisi satunya. 2.1.2 Jenis Jenis Mesin Bubut a. Pembubut kecepatan (Speed Lathe) Pembubut ini adalah pembubut yang paling sederhana dari segala pembubut. Pembubut ini terdiri dari bed, head stock, tail stock dan peluncur yang dapat di setel untuk mendukung pahat. Pembubut kecepatan terutama digunakan dalam pembubutan kayu, memberikan pusat pada silinder logam sebelum dikerjakan lebih lanjutpada pembubutan mesin dan dalam pemusingan logam. b. Pembubut mesin (Engine Lathe) Pembubut ini merupakan pembubut yang mendapatkan dayanya dari mesin. Yang membedakannya dari pembubut kecepatan adalah dimilikinya ciri tambahan untuk mengendalikan kecepatan spindle dan untuk menyangga serta mengendalikan hantaran dari pahat pemotong tetap. c. Pembubut bangku (Bench Lathe)

Merupakan pembubut kecil yang dipasangkan pada bangku kerja. Dalam desainnya mempunyai cirri yang sama dengan pembubut kecepatan dan pembubut mesin. Disesuaikan untuk benda kerja kecil, dan mempunyai kapasitas putaran maksimum sebesar 250 mm pada plat muka. d. Pembubut ruang perkakas (Tool room Lathe) Pembubut mesin ruang perkakas merupakan pembubut kepala beroda gigi yang digerakkan secara tersendiri dengan kecepatan spindle yang jangkauannya sangat luas. Pembubut ini dilengkapi

dengan segala perlengkapan yang diperlukan untuk pekerjaan perkakas yang teliti. Bagian bagian pembubut ini antara lain perletakan stedi pusat, roda gigi perubah cepat, ulir pengarah, batang hantaran, perlengkapan penirus, piringan ulir, pencekam, indicator, dan pompa media pendingin. e. Pembubut Turret Pembubut turret memiliki cirri khusus yang utama yaitu menyesuaikan kepada produksi. Ketrampilan pekerja dibuat didalam mesin ini sehingga memungkinkan bagi operator yang tidak berpengalaman untuk memproduksi kembali suku cadang yang identik. Karakteristik utama dari mesin bubut ini adalah pahat untuk operasi berurutan, dapat dalam kesiagaan untuk penggunaan dalam urutan yang sesuai. 2.1.3 Proses Operasi Mesin Bubut Macam macam proses operasional mesin bubut adalah : 1. Turning Proses pemotongan permukaan silindris dimana pemakanan tersebut rata pada semua sisinya. Benda kerja biasanya dipasang diantara center atau hanya dijepit pada chuck saja (untuk benda kerja yang pendek). 2. Facing Pada proses ini, pahat bergerak memotong ujung dari benda kerja yang berputar untuk menghasilkan permukaan yang rata. 3. Tapering Prosesnya seperti turning, hanya saja benda kerja berbentuk tirus atau taper. Hal ini dapat terjadi karena gerak makan bergerak serong atau benda kerjanya dibuat pada benda serong (tidak sejajar dengan sumbu mesin bubut). 4. Drilling Proses drilling dapat dilakukan dengan cara memasang atau memegangpahat drill yang diletakkan pada posisi dead center. Proses drilling terjadi karena adanya gerak potong berupa gerak putar pada benda kerja dan gerak makan dilakukan dengan memutar tail stock hand wheel. 5. Reaming Proses untuk menghaluskan lubang yang memerlukan ketelitian tinggi. Reaming dilakukan untuk proses drilling atau booring. Pada proses ini digunakan pahat reamer yang dipasang pada drill held.

6. Knurling Proses penekanan suatu pahat knurling sedalam permukaan benda kerja. Dalam hal ini benda kerja tidak diraut, hanya dilakukan penekanan saja sehingga menghasilkan perubahan bentuk plastis pada permukaan batang silindris. 7. Threading Proses pembubutan ulir, baik ulir luar maupun ulir dalam. Pada pembuatan ulir, dapat dipakai pahat ulir ataupun tap membuat ulir luar dan die untuk membuat ulir dalam. 2.1.4 Proses Pengerjaan Pada Mesin Bubut Secara umum proses pengerjaan mesin bubut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : Proses pemotongan kasar yaitu membuang material sebanyak mungkin atau merupakan pemotong atau pengerjaan terakhir. Proses pemotongan halus/semi halus merupakan proses yang hanya memerlukan satu atau dua kali pemotongan untuk mencapai ukuran akhir.

2.2 Mesin Fris Milling (Fris) adalah proses menghilangkan/pengambilan fatal-fatal dari bahan atau benda kerja dengan pertolongan dari alat potong yang berputar dan mempunyai sisi potong, kecuali pahat potong yang bersisi tunggal yang juga digunakan. Mesin Milling adalah mesin perkakas untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu benda kerja dengan mempergunakan pisau Milling (cutter) sebagai pahat penyayat yang berputar pada sumbu mesin. Mesin Milling termasuk mesin perkakas yang mempunyai gerak utama yang berputar, pisau fris dipasang pada sumbu/arbormesin yang didukung dengan alat pendukung arbor, jika arbor mesin berputar melalui suatu putaran motor listrik maka pisau fris akan ikut berputar, arbor mesin dapat ikut berputar kekanan dan kekiri sedangkan banyaknya putaran dapat diatur sesuai kebutuhan. Gambar 2. Mesin Fris Prinsip kerja dari mesin Fris yaitu pahat potong/pemotong fris melakukan gerak rotasi dan benda kerja dihantarkan pada pemotong fris tersebut. Jenis-jenis pemotong fris menurut desainnya ada 3 yaitu ; pemotong arbor, pemotong tangkai, dan pemotong muka. Menutur bentuk umumnya atau jenis pekerjaan yang dapat dilakukannya terdiri dari 8 macam yaitu :

1. Pemotong Fris biasa 2. Pemotong Fris samping 3. Pemotong gergaji

5. Pemotong Fris sudut 6. Pemotong Fris bentuk 7. Pemotong Fris ujung

4. Pembelah logam

8. Pemotong celah T

2.2.1 Jenis-Jenis Mesin Milling (Fris) A. Jenis tiang dan lutut 1. Fris tangan 2. Fris datar 3. Fris universal 4. Fris vertikal B. Mesin Fris penyerut C. Jenis landasan tetap 1. Fris simpleks 2. Fris dupleks 3. Fris tripleks D. Pusat permesinan E. Jenis khusus 1. Fris meja putar 2. Fris planet 3. Fris profil 4. Fris duplikat 5. Fris panthograf

Penjelasan dari jenis-jenis mesin Milling (Fris) 1. Fris tangan Jenis ini paling sederhana dari mesin fris, karena dapat dioperasikan dengan tangan. Digunakan untuk operasi fris ringan dan sederhana. 2. Fris datar Mesin ini mirip dengan mesin fris tangan kecuali bahwa konstruksinya lebih kuat dan dilengkapi dengan mekanisme hantaran daya. 3. Fris universal Merupakan mesin ruang perkakas yang dikonstruksikan untuk pekerjaan sangat teliti.Mesin ini mirip mesin fris datar. 4. Fris vertikal Mesin ini mempunyai perjalanan aksial yang pendek untuk memudahkan pengefrisan bertingkat.

5. Fris jenis penyerut Mesin ini sesuai dengan namanya mirip dengan penyerut, dimana dibawa pada meja panjang yang hanya mempunyai gerakan longitudinal, dan dihantarkan terhadap pemotong putar pada kecepatan yang sesuai. 6. Fris dari jenis bangku tetap Adalah mesin produksi dari konstruksi yang kasar. Bangkunya adalah benda cor yang kaku dan berat, fungsinya penyangga meja kerja. Mesin ini hanya memiliki gerakan longitudinal. 7. Pusat permesinan Adalah mesin yang dirancang untuk produksi barang kecil sampai besar. Mesin ini meskipun mahal namun dapat menggantikan mesin yang lain. Kendali numeris memberikan sedikit dampak pada permesinan sesungguhnya. 8. Fris meja putar Mesin ini operasinya kontinu dan terdapat waktu yang luas bagi operator untuk menaikkan dan menurunkan putaran mesin selama pengefrisan. 9. Fris planet Digunakan untuk memfris luas maupun dalam dan permukaan dari ulir pendek. Pada benda kerja dipegang stasioner dan semua gerakan yang diperlukan untuk memotong dilakukan oleh pemotong Fris. 10. Fris profil Fris profil tangan mempunyai pemotong putar, gerakannya dikendalikan oleh gerakan tangan dari meja. Gerakan ini dipandu dengan menggerakkan meja sehingga pena pemandu bersinggungan dengan suatu bentuk atau pola. 11. Fris duplikat Mesin ini memproduksi sebuah suku cadang dan sebuah model tanpa pengecilan atau pembesaran ukuran. Model atau pola yang digunakan dalam pekerjaan ini terbuat dari kayu keras, plester pernis, lilin atau bahan lain yang mudah dikerjakan. 12. Fris ulir panthograf Mesin ini menggunakan sambungan panthograf, digunakan untuk memproduksi dari sebuah pola pada skala yang diperbesar atau diperkecil. Operator mmengendalikan mesin melalui tekanan ringan dari jari-jari kepada jarum sayat pencari jejak. Setiap gerakan dari jarum pencari jejak ditirukan tepat sama kepada benda kerja.

2.2.2 Pekerjaan Memfrais Beram yang terjadi dikarenakan oleh gerakan pisau Frais, sisi potongnya membentuk sebuah lingkaran, pisau frais merupakan pahat potong yang berganda. Supaya pisau frais dapat memotong benda kerja sisi potongnya juga mempunyai sudut baji seperti halnya pada pahat bubut, untuk mendapatkan beram benda kerja bergerak lurus, gerakan utama dan gerak pemotongan dijalankan oleh mesin, selama pengerjaan setiap mata pahat memakan benda kerja hanya pada waktu berputar dan harus mendapatkan pendinginan, oleh sebab itu tekanan tidak seberat pada pahat bubut dan sisi potongnya akan memotong dengan konstan. Pada pengerjaan yang sederhana sumbu pahat pararel dengan permukaan benda kerja yang dikerjakan, pahat berbentuk silinder dan mempunyai sisi potong pada kelilingnya. Pada pengerjaan yang kedua sumbu pahat tegak lurus dengan permukaan benda kerja. Pisau frais bukan hanya memotong dengan gigi-gigi pada sekelilingnya saja tetapi juga dengan bagian muka pisau frais, beram akan terpotong sama tebalnya. Dalam pengerjaan dengan pisau frais yang mendatar mesin akan mendapat tekanan tidak teratur dan karena bentuk pisau yang ramping akan terdapat goresan-goresan. Pada pengerjaan dengan pisau yang tegak lurus,setiap gigi akan memotong beram dengan sama tebal dan mesin akan menerima tekanan sama rata, biasanya kemampuan potongnya 15 sampai 20% lebih tinggi dari pada jika kita menggunakan pisau yang mendatar, dengan demikian permukaan yang dihasilkan akan lebih baik, jika kita mengerjakan benda kerja dengan mesin frais, hendaknya selalu menggunakan pisau frais tegak lurus. Didalam suatu pengerjaan, gigi-gigi dari suatu pisau frais akan dapat rusak, pisau yang tumpul akan menghasilkan permukaan benda kerja yang tidak bersih dan ukuran yang tidak teliti, oleh karena itu seperti pada pahat lain, pisau ini juga memerlukan pengasahan. Pisau frais digerinda pada bagian permukaan bebasnya, sebagai contoh pada waktu pengerjaan pisau frais ditekan ke penyangga gigi dengan tangan, tangan yang lain menggerakkan meja pada pisau yang diasah sepanjang roda gerinda, satu demisatu gigi-gigi diasah dengan kasar sesudah itu digerida halus.batu gerinda berbentuk cawan oleh karena hanya satu sisi dari batu gerinda harus miring terhadap sumbu pisau yang diasah kira- kira 30 , agar mendapatkan sudut bebas yang baik, penyangga gigi diletakkan dibawah pusat pisau dengan suatu jarak tertentu. Jumlah putaran yang digunakan tergantung dari kecepatan potong dan diameter pisau, kecepatan potong pisau frais adalah jarak yang ditempuh oleh satu gigi dalam meter/menit. Kecepatan potong tergantung dari bahan benda kerja, kedalaman pemakanan dan hasil pengerjaan yang diinginkan, untuk menghindari beban lebih dari mesin kadang gerak pemakanan harus dihitung. Jumlah beram terbesar dari beram per menit sama dengan jumlah beram yang diperbolehkan per KW dalam satu menit dikalikan kemampuan mesinnya. Kecepatan potong dalam pemfraisan merupakan kecepatan gerak putar pahat, kecepatan dinyatakan dalam meter/menit atau ft/menit, kecepatan gerak pahat ini tergantung dari beberapa faktor yaitu: Bahan benda kerja yang akan difrais Bahan pahat potong Umur ekonomis pahat potong sampai pahat tersebut harus diasah kembali

Faktor lain yang bisa menyebabkan fariasi kecepatan potong adalah besarnya kecepatan makan yang diinginkan, hubungan antara kecepatan pemakanan dan kedalaman pemotongan serta kondisi mesin.

2.3 Mesin Sekrap Mesin sekrap adalah suatu mesin perkakas dengan sistem langkah bolak balik dalam proses kerjanya. Dalam pemotongan pahatnya melakukan pemakanan dengan maju saja dan berupa garis lurus pada permukaan benda kerja. Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip kerja dari mesin sekrap adalah benda kerja dijepitkan pada catok yang dipasangkan pada meja yang dapat digeser dengan arah melintang terhadap sumbu mesin, sedangkan pahatnya dipasang pada eretan yang bergerak sepanjang sumbu mesin secara bolak balik. Langkah pengeretan dapat diukur panjang pendeknya, gerakan maju dapat juga dapat juga diatur naik turunnya untuk penyetelan benda kerja, sedangkan untuk memakankan untuk pahat dilakukan dengan memutar eretan kebawah. Hasil kerja dari mesin sekrap adalah pembuatan alur pada komponen-komponen mesin. Gambar 3. Mesin Sekrap Panjang langkah saat pemakanan dapat diatur dengan dengan menggerakkan poros roda gigi, gerak langkah mundur membutuhkan waktu lebih cepat daripada langkah maju. Untuk langkah maksimum, poros harus ditempatkan pada jarak maksimum dari titik pusat roda gigi. Pada waktu langkah maju, mekanisme penggerak pemakanan bekerja, gerak pemakanan ini dapat dilakukan secara manual, hanya saja hal tersebut mengakibatkan kerugian yang berupa kasarnya permukaan benda kerja dan permukaan benda tersebut tidak konstan. Kerugian tersebut dapat dihindari dengan cara menggerakkan gerak pemakanan secara otomatis. 2.3.1 Pengelompokan mesin sekrap 1. Menurut desainnya mesin sekrap dikelompokkan sebagai berikut : a. Pemotong dorong horizontal Jenis biasa (pekerjaan biasa) Jenis universal (pekerjaan ruang perkakas) a. Pemotong tarik horisontal b. Pemotong vertikal Pembubut celah (slotter) Pembubut dudukan pasak (key scatter)

d. Pemotong kegunaan khusus misalnya pemotongan roda gigi 2. Menurut fungsinya mesin sekrap dikelompokkan sebagai berikut : a. Mesin ketam horizontal

Umumnya digunakan pada pekerjaan produksi dan pekerjaan serba guna. Mesin ini terdiri atas dasar dan rangka dan mendukung ram horozontal b. Mesin ketam Digunakan untuk penyelesain benda kerja yang memerlukan kecepatan potong dan tekanan dalam pergerakan ram konstan dari awal sampai dengan akhir pemotongan c. Mesin ketam potong tarik Diginakan untuk pemotongan blok cetakan besar pada produksi massal d. Mesin ketam vertikal digunakan untuk pemotontongan dalam dan penyerutan bersudut serta untuk operasi yang memerlukan pemotongan vertikal. Biasanya pada pembuatan cetakan untuk logam dan non logam. 2.3.2 Bagian bagian dari mesin ketam: a. Ram, yaitu bagian dari mesin ketam yang membawa pahat, diberi gerak ulak-alik sama dengan panjang langkah yuang diinginkan. b. Kunci ram, berfungsi agar ram tetap pada kedudukannya, sehingga panjang langkah potong tidak berubah. c. Kunci kepala pahat, untuk mengunci pahat yang terpasang d. Pengatur kedudukan ram, untuk mengatur kedudukan ram pada posisi yang diinginkan e. Hantaran ulir, untuk mengatur besarnya kedalaman pemakanan pahat pada benda kerja. f. Hendel pahat, berfungsi untuk menyetel kedudukan pahat. g. Kotak lonceng, berfungsi agar pahat tidak menyayat benda kerja saat kembali ke posisi awal. h. Meja kerja, berfungsi sebagai tempat peletakan benda kerja, biasanya terdapat ragum diatasnya. i. Motor listrik, berfungsi sebagai sumber daya untuk menjalankan mesin. j. Tuas kecepatan, berfungsi untuk mengatur kecepatan gerakan ram. k. Dial panjang langkah, berfungsi untuk mengatur panjang langkah pemakanan. l. Hantaran vertikal dan horisontal, berfungsi agar meja kerja dapat bergerak vertikal dan horisontal.

2.3.3 Pengerjaan Mengetam 1. Mengetam datar Yang dimaksud dengan mengetam datar adalah bahwagerak pahat yang menyayatnya ke arah mendatar dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri, arah gerakan pahat tersebut tergantung dari bentuk sudut-sudut bebasnya, jika pahat tersebut berbentuk pahat kanan maka pahat penyayatnya dimulai dari sebelah kanan ke arah kiri, tetapi jika sudut bebasnya netral maka pahat ini dapat bergerak bebas dari kanan ke kiri atau sebaliknya. 2. Mengetam tegak Dalam mengetam tegak maka gerak penyayatan pahat berlangsung dari atas ke bawah secara tegak lurus, dalam hal ini pergerakan sayatan pahat dilakukan dengan memutar eretan pahat dengan tangan, kedudukan plat pahat pada penyayatan ini harus dimiringkan secukupnya agar pemegang paha tidak mengenai bidang kerja dan pahat tidak menekan benda kerja yang disekrap pada langkah ke belakang. Tebal pemakanan hendaknya tipis saja kurang lebih 0.5 mm, pada taraf penyelesaian pakailah pahat

halus dengan sudut-sudut bebas yang kecil, usahakan agar ujung mata pemotongnya mengenai benda kerja.

2. Mengetam sudut Jika mengetam bagian yang bersudut maka gerak penyayatannya dilakukan dengan memutar eretan pahat yang kedudukannya menyudut sesuai dengan besarnya sudut yang diketam, plat-plat pahat dimiringkan secukupnya dan ditahan oleh suatu baji (pasak) sehingga pahat tidak menggaruk permukaan benda kerja pada langkah ke belakang. 2. Mengetam alur Alur yang dapat disekrap adalah: alur terus luar, alur terus dalam, alur buntu, alur tembus. 2.3.4 Penjepitan Benda Kerja Catok yang digunakan pada pengerjaan mengetam biasanya dapat diatur dan berputar dan mempunyai garis-garis pembagi ukuran dalam derajat menyudut. Jika benda kerja tidak rata maka penjepitannya jangan langsung pada mulut jepit, melainkan harus dilandasi dengan landasan besi bulat agar kedudukan mulut jepit itu tidak berubah. Sebelum penjepit dikeraskan benda kerja dipukul perlahan-lahan dengan palu lunak agar kedudukannya rapat dengan landasan. Cara lain ialah dengan memakai suatu baji penekan yangdipasang antara kedua mulut catok, dengan alat ini benda kerja tidak perlu dipukul-pukul lagi.

2.4 Mesin Gerinda Mesin Gerinda adalah suatu alat yang ekonomis untuk menghasilkan permukaan yang halus dan dapat mencapai ketelitian yang tinggi. Alasan mesin gerinda dapat mengerjakan benda kerja dengan ketelitian yang tinggi dikarenakan depth of cut (DOC) dalam penggerindaan dapat diatur sekecil mungkin, yaitu sebesar 2-5 mikron. Gambar 4. Mesin Gerinda Penyebab mesin gerinda dapat menghasilkan permukaan yang sangat halus karena Roda gerinda yang digunakan dalam penggerindaan mempunyai sisi potong yang sangat banyak dan pemotongannya sedikit demi sedikit (proses finishing) sehingga lebih tepatnya disebut pengikisan. Sisi potong pada Roda gerinda terbentuk oleh butiran-butiran bahan asah dalam Roda gerinda tersebut. Seperti pisau frais apabila semakin banyak sisi potongnya maka hasil permukaannya semakin halus. Keuntungan dan Kerugian Keuntungan mesin gerinda : 1. dapat mengerjakan benda kerja yang telah dikeraskan. 2. dapat menghasilkan permukaan yang sangat halus (N6). 3. dapat mengerjakan benda kerja dengan tuntutan ukuran yang sangat presisi.

Kerugian mesin gerinda : 1. Depth of cut harus kecil. 2. waktu proses pengerjaan cukup lama. 3. biaya pengerjaan cukup mahal. 2.4.1 Jenis-jenis Mesin Gerinda Presisi Beberapa yang tergolong pada mesin gerinda presisi: 1. Mesin gerinda permukaan (Surface Grinding) Digunakan untuk menggerinda permukaan rata, untuk mendapatkan hasil permukaan yang datar/rata. Contoh hasilnya : Parallel block, V-Block, Caliper, Bed Mesin, dll 2. Mesin gerinda silindris (Silindrical Grinding) Digunakan untuk menggerinda berbentuk silindris. Contoh hasilnya : Shaft, Poros/AS, Spindle mesin, Test Bar, bearing, sleeve dll 3. Mesin gerinda alat potong (Tool Grinding) Digunakan untuk menggerinda alat potong. Contoh hasilnya : Pahat, Twist Drill, Cutter, dll 2.4.2 Bagian-bagian mesin gerinda Bagian-bagian dari mesin gerinda terdiri dari: 1. Lampu kerja 2. Skala vertikal untuk mengatur ketinggian dan gerinda 3. Pelindung 4. Stopper 5. Skala sudut untuk memutar posisi batu gerinda 6. Meja 7. Tempat alat/kunci 8. Handle untuk gerakan longitudinal/gerak pemakanan 9. Handle untuk gerakan horisontal (9A) 10. Handle untuk gerakan vertikal 11. Saklar 12. Saklar 13. Saklar on 14. Saklar off/emergency switch 15. Batu gerinda flat whells 16. Batu gerinda cup whells 17. Lemari untuk alat

2.4.3 Macam-macam batu gerinda Jenis-jenis batu gerinda seperti flat wheels, cup wheels,shaped grinding wheels, cylindrical grinding wheels dan lain-lain.

Fungsi dari batu gerinda tersebut juga berbeda-beda dalam pemakaiannya, berikut fungsi dari beberapa jenis batu gerinda : 1. Flat wheels, untuk melakukan penggerindaan alat-alat potong seperti handtap, countersink, mata bor, dan sebagainya. 2. Cup wheels, untuk melakukan penggerindaan alat-alat potong seperti cutter, pahat bubut, dan sebagainya. 3. Dish grinding wheels, untuk melakukan penggerindaan profil pada cutter 4. Shaped grinding wheels, untuk memotong alat potong ataupun material yang sangat keras, seperti HSS, material yang sudah mengalami proses heat treatment. 5. Cylindrical grinding wheels, untuk melakukan penggerindaan diameter dalam suatu jenis produk. Selain fungsi yang berbeda pada setiap jenis batu, juga mempunyai warna batu yang berbeda pula, dimana setiap warna yang dimiliki batu mempunyai karakteristik yang berbeda pula, di pasaran pada umunya terdapat warna merah muda, putih dan hijau. 2.4.4 Alat-alat Alat-alat yang diperlukan selama menggunakan mesin gerinda adalah sebagai berikut : 1. Masker, digunakan untuk melindungi pernafasan kita pada saat melakukan penggerindaan, terutama pada saat melakukan dressing. 2. Kacamata, untuk melindungi mata dari percikan bunga api dan debu pada saat penggerindaan. 3. Bevel protector, alat yang digunakan untuk mengukur sudut pada alat potong setelah melakukan penggerindaan. 4. Surface plate, alat yang digunakan untuk melihat kerataan/ketinggian pada mata cutter, berupa alat yang mempunyai permukaan sangat rata dan halus. 5. Caliper, digunakan untuk mengukur sebuah dimensi, biasanya dipakai untuk membuat pahat ulir. 6. Dresser, merupakan batu diamond yang digunakan untuk membersihkan batu gerinda yang kotor. 7. Kunci L dan kunci pas, untuk mengatur sudut-sudut pada alat potong yang akan digerinda.

2.5 Tindakan Keselamatan Kerja Hal-halyang perlu diperhatikan saat praktikum berlangsung diantaranya adalah sebagai berikut a. b. c. d. Dilarang berlari- lari didalam bengkel mesin Cegalah minyak dan gemuk dilantai Jangan berjalan disekitar ruangan dengan alat tajam ditangan atau dalam saku anda. Pakailah sepatu yang kuat untuk mencegah potongan- potongan tajam menembus kaki. Tali sepatu diikat sebaik mungkin untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat tersandung. e. Pakailah kacamata ketika melakukan proses kerja mesin untuk mencegah geram masuk kedalam mata. f. Pada saat menggerinda gunakanlah sarung tangan kulit untuk mencegah hal- hal yang tidak diinginkan.

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pekerjaan Bubut 3.1.2 Gambar Kerja 3.1.3 A lat dan Bahan A. Bahan 1. Besi bulat ST 37 diameter 24,5 mm B. Alat 1. Mesin bubut dan kelengkapannya 2. Mistar geser 3. Bor senter 4. Bor dimeter 11,5 5. Kacamata 6. Snei W 7. Tap W 8. Kartel 9. Pahat rata, pahat ulir, pahat alur 10. Kunci L 3.1.4 Langkah Kerja a. Menyiapkan gambar kerja b. mengukur diameter awal benda kerja dengan menggunakan mistar geser c. Memasang benda kerja pada cekam (chuck) mesin bubut, periksa sehingga putaran benarbenar center. Sisi lainnya ditumpukan pada tail stock. d. Memasang pahat pada rumah pahat dan mengatur tinggi ujung pahat terhadap sumbu benda kerja. e. Pahat potong ditempelkan pada benda kerja dan posisi skala diatur pada posisi nol. f. Mengatur kedalaman potong. g. Mengatur kecepatan putaran mesin dan kecepatan pemotongan. h. Jika pemasangan benda kerja dan pahat sudah betul, hidupkan mesin dengan menekan tombol hijau dan pembubutan mulai berlangsung. i. Mulailah membubut benda kerja sesuai joobsheet yang diminta. j. Bubut kartel pada benda kerja sesuai joobsheet. k. Jika sudah selesai mesin dimatikan, kemudian cek ukuran-ukuran benda kerja sesuai joobsheet. l. Setelah proses pembubutan selesai, maka proses yang dilakukan selanjutnya adalah pembuatan ulir. m. Jepit benda kerja pada ragum dan buatlah ulir dalam W dengan menggunakan tap.

n. Balik benda kerja dan mulailah membuat ulir luar W dengan menggunakan snei. o. Gunakan mistar geser untuk mengecek kembali semua ukuran benda kerja yang diminta. p. Setelah selesai semua maka mesin bubut mulai untuk dibersihkan.

5.

Keselamatan Kerja
a. b. c. d. e. f.

Gunakan pakain kerja saat pengerjaan. Gunakan sepatu agar tidak terkena benda-benda tajam. Gunakan kaca mata agar tidak terkena gram (tatal) saat membubut. Berilah cairan pendingin saat proses pembubutan berlangsung. Jangan bergurau di dekat mesin yang sedang beroperasi. Perhatikan mesin bubut jika pembubutan dilakukan secara otomatis, karena sering menimbulkan kecelakaan kerja.

2.

Pekerjaan Gerinda

3.2.1 Gambar Kerja 3.2.2 Alat dan Bahan A. Bahan 1. Besi persegi dengan sisi 11 mm panjang secukupnya. B. Alat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 3.2.3 Langkah Kerja 1. 2. 3. Mesin gerinda pahat Kacamata Mistar geser Mistar baja Bevel protector Gergaji tangan Dresser Masker Surface plate

Siapkan gambar kerja yang akan dikerjakan. Hidupkan mesin gerinda dan mulailah mengasah pahat sesuai joobsheet. Mengasah bidang pertama (bidang depan) sampai pada sudut 80 proses penggerindaan hasil menghasilkan 1 bidang. 0 4. Mengasah bidang kedua (bidang atas) sampai membentuk sudut 12 , hasil penggerindaan harus rata dan sebidang.

5. 6. 7. 8. 9. 10.

Mengasah bidang ketiga (bidang samping kiri) sampai membentuk sudut 80, hasil penggerindaan juga harus rata dan sebidang. Gunakan bevel protector untuk mengukur sudut pahat hasil penggerindaan. Gunakan surface plate untuk melihat kerataan hasil penggerindaan. Celupkan pada cairan pendingin secara teratur agar pahat tidak panas dan berubah warna. Matikan mesin jika proses penggerindaan teleh selesai. Gunakan gergaji tangan untuk memotong pahat sesuai dengan panjang benda kerja yang diminta.

Perhatian: Dalam melakukan penggerindaan, agar diperhatikan kondisi batu gerinda, apabila batu terlihat kotor (terdapat bercak hitam pada batu) maka diperlukan proses dressing pada batu gerinda!! 3.2.4 Keselaman Kerja Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menggerinda adalah: 1. 2.

Gunakan pakain kerja saat menggerinda. Gunakan kacamata pada waktu menggerinda agar mata terlindung dari pasir batu gerinda dan beram penggerindaan. 3. Gunakan cairan pendingin untuk mendinginkan pahat.
4. Perhatikan posisi saat mnggerinda.

3.

Pekerjaan Fris

3.3.1 Gambar Kerja 3.3.2 Alat dan Bahan A. Bahan 1. Besi plat ukuran panjang 135 mm, lebar 45 mm, tinggi 25 mm. B. Alat 1. Mesin fris dan kelengkapannya. 2. Mistar geser 3. Palu plastik 4. Penggaris siku 5. Kacamata 3.3.3 Langkah Kerja

1. Membuat gambar kerja 2. Mempersiapkan semua perlatan yang diperlukan. 3. Mengukur benda kerja terlebih dahulu dan meratakan sedikit permukaannya dengan menggunakan gerinda. 4. Mengatur putaran spindel yang sesuai untuk jenis benda kerja. 5. Menempatkan benda kerja yang akan difrais pada meja kerja dan pastikan benda kerja 6.

7. 8. 9. 10. 11. Ukur kerataan dan kesikuan benda kerja dengan menggunakan mistar siku. 12. Haluskan bagian-bagian tepi bendak kerja dengan menggunakan kikir.

sudah siku. Mencari titik permukaan/titik nol dan kemudian melakukan pemakanan untuk masing masing sisi. Saat pemakanan dilakukan, mata pahat dan benda kerja diberi pendingin, sehingga benda kerja tidak mengeluarkan asap ( benda kerja panas ). Mengatur ketebalan penyayatan benda kerja, penyayatan maksimal 2 mm. Perhatikan putaran spindle mesin frais arah putaran spindle kekanan. Perhatikan kerataan dan kesikuan benda kerja saat menjepit pada ragum mesin. Ukur dimensi benda kerja hasil pengefrisan dengan menggunakan mistar geser.

3.3.4 Keselamatan Kerja 1. 2. 3. 4. Gunakan pakain kerja. Gunakan sepatu yang aman agar tidak terkena benda-benda tajam dan kejatuhan benda-benda berat. Gunakan kacamata saat pengefrisan agar tidak terkena gram. Berilah cairan pendingin agar pahat tidak panas dan patah.

BAB IV PENUTUP

1.

KESIMPULAN

Dari laporan praktek kerja mesin yang kami buat dan dilaksanakan pada praktek Universitas Negeri Malang, kami dapat menarik beberapa kesimpulan :

1. Praktek kerja mesin di Universitas Negeri Malang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dalam bidang permesinan. 2. Kordinasi antara kordinator pembimbing dengan mahasiswa Universitas Negeri Malang merupakan hal yang penting karena dapat mempermudah mahasiswa dalam melakukan praktek kerja mesin di Universitas Negeri Malang. 3. Setiap praktek kerja mesin di Universitas Negeri Malang dilakukan tes pengujian, hal ini bertujuan untuk membuktikan tepat atau tidaknya benda kerja sesuai dengan ukuran yang ada di jobsheet.

2.

SARAN

Melihat kenyataan dan hambatan-hambatan yang ada proses praktek kerja mesin di Universitas Negeri Malang ini, maka sangat perlu untuk membebani praktek ini baik dari segi teknik maupun non teknik. Caranya adalah dengan meningkatkan kualitas pekerjaan dalam hal ini praktek kerja mesin, kemudian meningkatkan efisiensi dalam hal waktu, dan yang terpenting adalah memperbaiki dan meningkatkan mekanisme hubungan kerja antar kordinator dengan mahasiswa Universitas Negeri Malang. Apabila hal ini dapat terlaksana maka akan diperoleh hasil kerja yang baik.

DAFTAR RUJUKAN Amstead, B.H. et al. 1995. Teknologi Mekanik. Jilid 1. Texas : Erlangga. Triyanto.2009 Teknik Gerinda Kelas 3 , (Online)(http://triyantoantonius.blogspot.com/2009/01/bab-iii-tehnikgerinda-kelas-3.html diakses tanggal 24 Februari 2011). http://fadli080284.web44.net/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=3&Itemid=8 diaks es tanggal 21 Februari 2011. http://januarsutrisnoyayan.wordpress.com/2008/11/29/mesin-gerinda/ diakses tanggal 21 Februari 2011.

You might also like