Professional Documents
Culture Documents
WEDHA-MA-SAPTA
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas matakuliah Filsafat Jawa
Disusun oleh:
DHIDHIK SETIABUDI
07205244042
KELAS G
YOGYAKARTA
2009
BAB I
PENDAHULUAN
2
Serat Wedha-Ma-Sapta karya R.Ng. Hardjasukatma merupakan salah satu
warisan budaya Jawa berupa karya sastra dalam bentuk tembang. Wedha-Ma-
Sapta mengandung tujuh ajaran yang merupakan sifat-sifat yang secara kodrati
terdapat dalam diri manusia. Ketujuh sifat tersebut apabila tidak dapat
dikoordinasikan secara baik maka akan menyeret diri manusia ke arah perbuatan
asosial, namun sebaliknya apabila sifat-sifat itu dikendalikan dengan baik justru
akan dapat membentuk manusia utama, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Perlu menjadi catatan, karena ketujuh sifat di atas merupakan sifat yang kodrati
dan manusiawi; oleh karena itu, apabila manusia dalam hidupnya mengalami hal-
hal tersebut di atas sebagai penyimpangan maka Wedha-Ma-Sapta ternyata
memberi toleransi sejauh peruatan tersebut masih dalam batas-batas yang wajar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat secara teoritis dan manfaat
praktis. Manfaat teoritis yakni untuk mengetahui dan mendeskripsikan nilai nilai
3
filosofis yang terkandung dalam Serat Wedha-Ma-Sapta, sehingga hasil penelitian
ini dapat dijadikan sebagai sumbangan untuk menambah referensi tentang hasil
peninggalan sejarah di Indonesia yang berupa serat yang mengandung nilai nilai
yang patut untuk dijadikan pedoman bagi masyarakat dalam menjalani hidup di
jaman modern seperti sekarang ini.. Sehingga dari penelitian ini diharapkan dapat
mejadi relevansi bagi penelitian selanjutnya.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Nilai
Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang
hanya ‘diinginkan’, di mana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai
modus tingkah laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi
5
pemilihan tujuan akhir tingkah laku (Kluckhohn via
http://rumahbelajarpsikologi.com). ‘Lebih diinginkan’ ini memiliki pengaruh lebih
besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi
tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
B. Definisi Filosofis
6
dicita-citakan.
BAB III
PEMBAHASAN
7
A. Deskripsi Serat Wedha-Ma-Sapta
“………………………………………..,
dimen dadi memanise,
8
laksitaning tumuwuh,
ywa ngalakoni tindak tan yukti,
darpon mamriha arja,
tinemu rahayu,
rahayu mangka gegaran,
paugeran jejer lan jujuring kapti,
ywa kerem mring kareman.
Artinya :
“………………………………………,
9
ambudia katentremaning kapti,
sanadyana pangkat luhur,
montang-manting solahnya,
bebasane rusak jiwa raganipun,
sayekti nora kepenak
pacangane tembe mburi.
tingkahnya pontang-panting,
……………………………………….,
10
ini sungguh-sungguh menyilaukan.
11
………………………………….
……………………………………….
Ada beberapa sifat yang dibenci orang Jawa, yakni sifat dahwen open
‘kebiasaan mencampuri urusan orang lain’,drengki ‘budi yang rendah’, srei ‘iri’,
jail ‘suka mencela’ dan methakil ‘kasar’. Disebutkan bahwa “sira aja dhemen
memaoni, nacad, nyeda, ngrerasani ala, lah iya dudu benere” (Pupuh V
Dhandhanggula, pada/bait 5). Artinya : engkau jangan senang mencela,
menggunjing kejelekan orang lain, karena perbuatan itu tidak baik.
Orang Jawa juga mengenal falsafah “sapa gawe nganggo, sapa nandur
ngundhuh” artinya bahwa segala kejadian yang menimpa manusia, suka duka
sebenarnya adalah hasil perbuatannya sendiri. Contoh falsafah dapat diketahui
dalam pupuh I Dhandhanggula bait 13 sebagai berikut :
12
“Yen wong priya kena lara estri, lamun mijekken mring rabinira, sayekti
ala dadine, turun-turune besuk, darbe cacad kang nguwatiri, kaya ta duwe
lara, sipilis ranipun, sarandune badan bubrah, taru barah, kowak nyang
mata sok bijil, kadhang picak babar pisan”.
Artinya :
13
a) Peranan Unsur-unsur Moral Wedha-Ma-Sapta dalam Membentuk
Karakter Manusia Utama dari Segi Kebudayaan.
Artinya :
14
harta bendanya habis,
hidungnya geruwung,
dikucilkan masyarakat.
Dari gambaran di atas dapatlah diambil suatu hikmah bahwa orang yang
tidak dapat mengendalikan hawa nafsu birahinya, walaupun telah beristri akhirnya
terjerumus di dalam lembah hitam/pelacuran, maka akan terasa bila semuanya itu
sudah berantakan. Jelaslah bahwa bagi orang yang dapat menjauhi perilaku royal
madon ini akan dapat memenuhi satu di antara sekian persyaratan membentuk
manusia utama.
Dalam ajaran moral yang dapat dipetik dari ma = main yakni pada bait 8
pupuh Pangkur mengatakan hal-hal yang baik daripada perbuatan berjudi,
“………………………………………..
wong dhemen kertu punika,
sugih paseduluran,
sanak miwah pawong mitra kadang karuh,
padha tunggal kasenengan,
keket rapet tunggal budi.
Artinya :
15
…………………………………..
Artinya :
16
hutangnya dimana-mana,
17
Artinya :
Bait 5 Dhandhanggula :
18
“Sira aja dhemen memaoni,
nacad nyeda ngrerasani ala,
lah iya dudu benere,
tumindak kang kadyeku,
luwung sira mlaku kang becik,
………………………………..”.
Bait 15 Kinanthi :
………………………………. .
……………………………..
19
Sebagaimana diungkapkan pada bait 3 pupuh Sinom :
“Ana paribasanira,
mangana kanggo urip,
ywa urip perlu memangan,
tegese mangkono kaki,
mangan kanggo nguripi,
jasadira sakarsamu,
tuwuk dikaya ngapa,
aja ngluwihi panci,
anggere wis bisa urip kang mejana,”
20
Nora nganggo ringa-ringa,
tan mikir laku utami,
anggedhekake memangan,
dhemene amblodhir tai,
mikir ambaning silit,
lan melaring juburipun,
mbededeng wetengira,
wudele nganti malirik,
isih ngramal mengko sore mangan apa”.
Sebagai catatan kritis, dalam situasi sekarang ini (alam yang berdimensi
pembangunan seutuhnya baik material maupun spiritual, jasmani maupun rohani),
maka kebutuhan makan juga menduduki sarana penting di samping kebutuhan
21
papan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Namun yang dimaksud di sini bukan
pada unsur makanannya, tetapi yang penting adalah gizi makanan tersebut sebagai
salah satu faktor yang mendukung lahirnya generasi yang berkualitas unggul.
22
BAB IV
PENUTUP
23
DAFTAR PUSTAKA
Purwadi. 2008. Etika Jawa. Diktat mata kuliah yang tidak diterbitkan.
http://rumahbelajarpsikologi.com
24