You are on page 1of 6

JANGAN MALAS !!!

Written by sariwati Monday, 01 September 2008 07:41

Amsal 6 : 9 11 : Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring" maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata. Apakah ayat ini membangunkan anda pagi ini ? Saya rasa, morning call yang sangat efektif dari semua yang pernah ada, adalah kalimat-kalimat tersebut. Jika anda adalah seorang yang takut akan Tuhan dan mempercayai setiap Firman dan PerintahNya, juga mendengarkan semua nasihat yang ada, maka seharusnya ayat ini akan berbunyi sangat tajam untuk anda hari ini. Kemiskinan adalah satu kondisi yang sangat mengerikan. Suatu keadaan di mana seseorang artinya berada dalam kondisi kekurangan, dan tidak dapat mencukupi kebutuhannya bahkan dalam batas yang paling wajar sekalipun. Dan kalau kita tinjau lebih jauh, kemiskinan itu tidak hanya mencakup masalah materi saja, tapi juga masalah karakter dan kejiwaan. Ada orang yang sangat miskin jiwanya. Dan jenis orang seperti ini biasanya sulit untuk maju dan mengalami perubahan. Orang bodoh masih dapat belajar dan akhirnya menjadi pintar, tapi orang malas tidak ada obatnya. Itu sebuah pepatah yang sering saya dengar waktu saya kecil. Orang tua saya yang mengatakannya setiap kali mengingatkan kami anak-anaknya untuk tidak membiarkan kemalasan terus menerus ada dalam diri kami. Tapi ternyata, petuah itu sangat melekat dalam hati saya sampai hari ini. Dan secara pribadi saya sangat mengakui kebenarannya. Amsal 26:15 Si pemalas mencelupkan tangannya ke dalam pinggan, tetapi ia terlalu lelah untuk mengembalikannya ke mulutnya. Coba perhatikan ayat ini !! Ada orang yang saking malasnya, sekalipun ia sudah berada di posisi yang sangat dekat dengan berkat yang ia terima, tapi toh ia tidak mau berkorban sedikit lagi sehingga ia lebih memilih untuk membiarkan berkat itu berlalu begitu saja. Apakah anda mengenal orang yang seperti ini ? Atau bisa jadi ayat ini menegur kita hari ini ? Allah sudah menyediakan berkat yang berkelimpahan bagi kita anak-anakNya, tapi tidak dapat semua kelimpahan itu datang begitu saja dicurahkan ke haribaan kita tanpa kita melakukan bagian kita untuk menerima semua itu. Kalau sampai hari ini anda merasakan hidup dalam kekurangan dan kemalangan, coba kita renungkan baik-baik hidup kita itu. Allah tidak pernah merancangkan sesuatu yang buruk. Dia sudah merancangkan hari esok yang penuh harapan. Jadi, kalau anda mengatakan bahwa anda adalah anak-anak Tuhan tapi masih hidup jauh dari hasil yang diharapkan, pasti ada sesuatu yang tidak sesuai dengan perintahNya. Karena memang bukan seperti itu seharusnya. Atau anda merasa malas juga untuk melakukan introspeksi itu ? Waduh, hari ini...kalau anda mendengar Firman ini, jangan keraskan hati. Yo, kita periksa isi hati kita di hadapan Tuhan. Kalau seandainya ada sesuatu yang belum beres, mari kita bawa dengan jujur di hadapan Tuhan dan minta pengampunan dari Dia. Termasuk rasa malas. Kita harus upayakan untuk membuang rasa malas itu jauh-jauh dari hidup kita. Raja Salomo saja menasehati kita untuk belajar dari semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas (Amsal 30:25). Dari sini kita dapat melihat bahwa betapa pentingnya kerajinan itu. Bahkan seorang Salomo, yang sudah diberikan kasih anugerah tetap rajin dan tekun dalam mengerjakan semua kekayaannya itu. Jadi, mengapa kita berpikir bahwa semua kemakmuran dan kekayaan itu akan datang begitu saja tanpa kita usahakan ? Berhentilah berpikir seperti itu !!! Orang yang malas pada akhirnya akan mendatangkan kerugian dan kesedihan kepada banyak orang, dan bukan hanya pada dirinya sendiri. Keluarganya akan ikut bersedih dan merasa dibebani oleh sebab kelakuan orang tersebut. Teman-temannya juga akan merasa prihatin dengan kondisinya, tapi tidak ada yang bisa dilakukan kecuali dia mau berubah. Ada yang lebih membahayakan untuk mereka yang tingkat kemalasannya sudah sampai di level yang sulit untuk diubahkan. Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi teman si perusak. (Amsal 18 : 9). Anda lihat ? Artinya, kemalasan itu ada tingkatannya. Dan kalau kemalasan itu sampai pada level ini, akan sangat sulit untuk diatasi, dan bahkan cenderung akan merusakkan banyak hal. Seorang yang malas akan sulit untuk melakukan satu perubahan, tapi sering dari mereka akhirnya kecewa dengan situasi yang mereka hadapi. Tapi seringkali, sekalipun mereka tidak puas dengan keadaannya, tapi karena kemalasannya, mereka tidak juga mau berusaha untuk mengambil langkah apapun. Bahkan hanya untuk memikirkannya pun mereka tidak mau melakukannya. Padahal saya yakin setiap orang diberikan potensi yang besar dalam diri mereka. Tapi semua potensi itu akan sia-sia tanpa digarap dan diupayakan oleh orang itu sendiri. Tulisan kali ini memang tidak panjang, tapi mengingatkan sesuatu yang cukup penting. Jangan Malas !!! Tekunlah dalam melakukan segala pekerjaan yang Tuhan sudah sediakan buat kita. Hanya kepada mereka yang giat dan sungguh-sungguh saja maka berkat Tuhan itu akan menjadi bagiannya. Amin. By : Pastor Sariwati Goenawan (IFGF GISI CIBABAT)

http://www.rotihidup.com/column-by-sariwati/jangan-malas

Sebab itu berkatalah Yosua kepada orang Israel: Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah

nenek moyangmu? (Yosua 18:2). Masalah besar bagi Gereja saat ini adalah kemalasan. Ini seperti yang terjadi dengan ketujuh suku yang belum mendapatkan warisannya. Padahal Kanaan sudah diberikan oleh Allah kepada mereka. Peperangan memang belum usai, namun nampaknya beberapa suku sudah mendapatkan warisannya, tetapi yang lainnya belum. Ini masalah kemalasan. Dan ini pula yang terjadi dengan Gereja Tuhan saat ini. Beberapa jemaat telah mendapatkan Kanaan, tetapi sebagian lagi hanya bermalas-malasan di tempat tidur saja dan tidak mendapatkan bagian apa-apa. Yang penting sekarang adalah pergi dan bertindak dengan iman untuk menduduki Kanaan. Ingat bahwa Kanaan bukanlah berbicara mengenai surga belaka, tetapi janji-janji Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab. Anda bisa sebutkan kesembuhan, perlindungan, damai sejahtera, kekuatan, kecukupan, dan lain sebagainya. Tetapi tidak cukup hanya tahu saja. Anda harus rajin memerangi penduduk Kanaan dan merebut kubu-kubunya. Ada cerita menarik mengenai seorang wanita yang sakit pendarahan (Markus 5:25-34). Saya tidak bosan-bosan mengutip cerita ini, sebab di sinilah kunci keberhasilan seorang Kristen untuk meraih berkat Allah, yakni dengan tidak malas bertindak dengan iman untuk meraih berkat-berkat Allah. Wanita dalam cerita tersebut tidak malas menunggu Yesus lewat. Ia tidak malas melangkah. Ia tidak malas bertindak. Apa jadinya kalau seandainya dia malas dan tidak mau menunggu Yesus lewat? Apa jadinya kalau dia malas menghampiri Yesus dan menjamah ujung jubah-Nya? Apa jadinya??? Kalau itu memang benar, berarti tidak ada catatan mengenai cerita kesembuhan di sini. Tidak ada kisah menakjubkan yang tertulis di Alkitab. Tetapi Anda tahu bagaimana dia melangkah dengan iman dan mengalami kesembuhan. Kita masih melihat orang-orang Kristen yang belum mendapatkan pusakanya. Bagaimana caranya? Jangan malas. Meskipun di depan banyak raksasa, tetapi kita tahu bahwa Kanaan adalah milik kita yang harus kita rebut. Anda mempunyai iman? Meskipun Anda anggap kecil, tetapi itu sudah modal besar untuk merobohkan raksasa dan meraih pusaka. Dan iman Anda dapat Anda tingkatkan dengan mendengarkan firman Allah, sebab iman timbul dari pendengaran dan pendengaran akan firman Kristus (Roma 10:17). Renungan: Apakah Anda merasa bahwa Anda belum mendapatkan pusaka? Latihlah iman Anda dan jangan malas untuk beriman. Raksasa memang banyak, tetapi Anda mempunyai potensi untuk mengalahkannya. Kemalasan itu membunuh.

Renungan: Malas atau tidak bisa?


MAY 29 Posted by Admin

Semangat Keberhasilan Posted: 28 May 2011 08:43 AM PDT Amsal 21:25 Si pemalas dibunuh oleh keinginannya, karena tangannya enggan bekerja. Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 149; Yohanes 9; 1 Raja-Raja 1-2 Jika Anda termasuk orang yang malas dan enggan menghadapi tantangan, selayaknya malu kepada kakek ini. Min Bahadur Sherchan (76), mencapai puncak Gunung Everest di ketinggian 8.850 meter di atas permukaan laut, sekaligus menjadi pria tertua yang mampu melakukannya.

Tak tanggung-tanggung, Sherchan mengalahkan kakek asal Jepang yang sebelumnya memegang rekor, yaitu Katsusuke Yanagisawa, yang melakukan itu pada usia 71 tahun. Untuk meraih keberhasilan, setiap orang harus memaksimalkan setiap kemampuan yang dimilikinya dengan etos kerja yang tinggi. Namun adalah suatu kesia-siaan bila kemampuan yang baik tak didukung etos kerja yang baik pula. Karena tuntutan semakin lama semakin tinggi, maka kita pun juga dituntut untuk meningkatkan kompetensi kita, dari melakukan hal-hal biasa, kini kita harus mampu melakukan hal-hal yang lebih dari itu. Ketika kita tetap ingin melakukan sesuatu dengan biasa-biasa saja, ada kemungkinkan untuk tertinggal dalam usaha dan pekerjaan kita. Melakukan sesuatu dengan biasa saja tidak jauh berbeda dengan pemalas, yang seringkali mengharapkan sesuatu yang besar tanpa mau berusaha keras. Orang-orang seperti inilah yang akan dibunuh oleh keinginannya sendiri. Ingin punya penghasilan banyak, usahanya menjadi besar, dipromosikan dalam jabatan yang lebih tinggi, dan lain sebagainya tapi tidak mau melakukan hal yang seimbang dengan apa yang diharapkan. Ketika seseorang menginginkan hasil yang luar biasa, maka orang itu harus melakukan hal yang luar biasa pula. Hari ini kita diingatkan kembali bahwa kita tidak boleh malas. Dengan kerja keras dan semangat pantang menyerah, maka keberhasilan itu pasti akan hadir dalam kehidupan kita di segala bidang. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, Anda harus melakukannya dengan cara yang terbaik pula.
Like

JANGAN MALAS, RAJINLAH!


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Desember 2011 Baca: Amsal 21:1-31 "Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekuranga." Amsal 21:5 Dalam Yeremia 17:7 dikatakan, "Diberkatilah orang yang mengandakan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!" Jadi hidup kekristenan haruslah hidup yang berserah kepada Tuhan dan senantiasa mengandakan Dia dalam segala hal. Namun demikian bukan berarti kita sebagai orang percaya boleh bersikap pasif, menunggu, masa bodoh dan tidak mau bekerja dan berusaha. Arti berserah dan mengandalkan Tuhan dalam segala hal adalah memiliki keyakinan yang teguh bahwa Tuhan pasti turut campur tangan daam segala hal melalui hidup kita. Yeremia juga menambahkan, "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang

mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan." (Yeremia 17:5). Karena itu kita harus tetap mengerjakan bagian kita, melakukan apa yang menjadi tugas dan kewajiban kita, selebihnya adalah bagian dan wewenang Tuhan untuk mengerjakannya. Tuhan telah menganugerahkan karunia dan talenta yang berbeda kepada setiap orang percaya yang harus dikobarkan dan dimaksimalkan dalam kehidupan nyata untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan. Jika kita menyadari anugerah Tuhan yang besar ini kita tidak akan menjadi orang Kristen yang malas dan ogah-ogahan, sebaliknya kita akan memiliki semangat yang tinggi, do our best dan rajin mengerjakan segala sesuatunya. Paulus menasihati, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor,..." (Roma 12:11). Alkitab menulis betapa besar dampak dan manfaatnya jika kita rajin: "Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10:4). Bukan itu saja. Kerajinan dalam diri seseorang akan membawanya memegang kekuasaan dan juga diberi kelimpahan. Namun sebaliknya, "...kemalasan mengakibatkan kerja paksa." (Amsal 12:24). dan "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18). Tuhan menghendaki agar setiap orang percaya menjauhi kemalasan! Tuhan tidak suka terhadap orang Kristen yang malas! Jadilah orang Kristen yang rajin, karena kerajinan pasti akan selalu mendatangkan hal-hal yang positif. Adakah orang yang malas itu berhasil dalam hidupnya? Orang yang rajin pasti akan mengalami keberhasilan dalam hidupnya, karena Tuhan senantiasa melimpahkan kasih dan kebaikanNya!
al Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas 30:25)

Ayat di atas mengajarkan jalan meraih kesuksesan. Tidak bisa dipungkiri setiap orang yang bekerja di suatu organisasi ingin menggapai kesuksesan. Kesuksesan seseorang akan membuatnya hidup lebih nyaman karena keberadaaannya akan dihargai oleh orang lain, apa yang disampaikan akan didengarkan dan dijalankan orang lain tanpa adanya keterpaksaan. Setiap orang menyadari bahwa kesuksean tersebut dibangun melalui kerja keras dan ketekunan luar biasa, tetapi banyak di antara kita yang tidak menjalankannya kita lebih menonjolkan sifat malas dan ingin sukses dengan cara instan. Sebagai orang Kristen kita harus melawan sifat malas. Melalui firman Tuhan ini, kita diingkatkan untuk belajar kepada semut, Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikan lakunya dan jadilah bijak; biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan

mengumpulkan makanannya pada waktu panen (Amsal 6:6-8). Semut merupakan sumber pembelajaran yang kongkrit bahwa kita harus mampu bekerja secara tekun, mandiri, bertanggungjawab dan antisipatif. Masakkan kita manusia kalah cerdas dari semut? Kalau demikian, maka bagaimana dengan kehidupan kita sehari-hari di kampus tercinta? Sudahkah sebagai dosen, kita senantiasa bekerja keras untuk menghasilkan karya ilmiah yang bermutu, memperbaharuhi materi kuliah dan memberi kuliah secara teratur? Sebagai pegawai, sudahkah kita senantiasa datang ke kantor sesuai dengan jam masuk kantor dan mengerjakan tugastugasnya tanpa harus diingatkan lagi oleh atasannya? Sebagai mahasiswa, sudahkah kita senantiasa membaca materi perkuliahan dan mengerjakan makalah yang ditugaskan sebelum batas akhir untuk diserahkan. Jika jawabannya sudah, maka kita sudah mempersiapkan pintu masuk untuk menggapai kesuksesan dalam menjalankan peran kita masing-masing.
Semut Dan Secangkir Kopi
Ayat bacaan: Amsal 6:6 =================== "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak" Ketika menulis renungan kemarin saya ditemani secangkir kopi hangat yang saya letakkan di lantai. Karena keasikan menulis kopi menjadi lupa saya nikmati. Dan ketika saya teringat akan kopi itu, saya pun melihat ternyata cangkir kopi itu sudah dirubungi semut. Saya pun segera memindahkannya ke atas. Satu kali angkut bagi saya, tetapi pasti menjadi sangat merepotkan bagi semut-semut itu untuk kembali mendatangi cangkir. Bayangkan tadinya sudah tepat di depan mata, tapi sekarang berpindah jauh ke atas. Tetapi semut-semut itu ternyata tidak putus asa. Perhatian saya pun kemudian beralih memperhatikan perilaku semut-semut itu. Sebuah perjalanan panjang dari lantai, ke terali pun mereka jalani untuk bisa kembali mencapai gelas. Benar-benar usaha yang luar biasa. Saya pun tertegun.. betapa hebatnya usaha semut-semut ini. Saya berpikir, alangkah baiknya seandainya kita bisa memiliki sedikit saja dari ketekunan dan kegigihan semut ini. Tidak bersungutsungut, tidak mengeluh dalam menghadapi problema hidup, tetapi terus berjuang dengan semangat yang tidak mudah patah. Etos kerja seperti semut itu sudah menjadi perhatian sejak dahulu kala. Lihatlah bagaimana Salomo mengingatkan kita untuk mengikuti sikap semut, hewan yang ukurannya jauh lebih kecil dari kita. Hewan yang lemah, yang bahkan sekali pencet saja sudah tamat riwayatnya. Salomo memakai semut untuk sindiran kepada orang-orang malas. Katanya: "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak."(Amsal 6:6). Seperti apa semut itu? "biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen." (ay 7-8). Semut adalah hewan rajin, giat dan gigih dengan etos kerjasama yang luar biasa.Semut sanggup mengangkat beban yang jauh lebih berat dari beratnya sendiri, jika tidak mampu mereka akan bekerjasama agar beban itu sanggup diangkut. Lebih dari itu, seperti contoh secangkir kopi di atas, semut menunjukkan semangat pantang mundur, tidak gampang patah semangat dan tidak mudah menyerah. Alangkah baiknya jika kita mau belajar dari semut demi kebaikan kita. Masih dalam Amsal, Agur bin Yake pun menyinggung soal kerajinan semut ini."Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas." (Amsal 20:25). Semut, menurut Agur merupakan satu dari empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi sangatlah bijaksana. Sangat lemah, sangat kecil, tetapi sangat rajin dan sangat kuat kerjasamanya. Betapa malunya kita manusia yang berukuran jauh lebih besar dan lebih kuat cuma bisa mengeluh tanpa berusaha maksimal. Betapa rapuhnya kita yang terlalu cepat putus asa sebelum mengeluarkan kemampuan terbaik, tanpa memaksimalkan segala talenta yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita, terutama tanpa mengandalkan atau percaya kepada Tuhan. Tuhan tidak suka kepada orang malas. Lihatlah satu lagi ayat dalam kitab Amsal berikut: "Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan." (Amsal 13:4). Tuhan bisa memberikan segalanya dengan instan, tetapi apakah itu mendidik buat kita? Apakah itu baik buat perkembangan mental kita terutama pertumbuhan rohani kita? Tuhan berkenan kepada orang-orang yang rajin, yang tidak mengisi hidupnya hanya dengan mengeluh, tetapi mau mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk berjuang. Hal seperti itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan hati Tuhan. Itulah sebabnya kita harus belajar dari sikap seekor semut. Firman Tuhan mengingatkan kita untuk serius mengerjakan segala sesuatu. Firman Tuhan menginginkan kita untuk terus bekerja dengan rajin, memastikan roh kita tetap bernyala-nyala meski dalam situasi seperti apapun. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11). Seperti itulah bunyi firman Tuhan yang seharusnya kita ingat baik-baik. Dalam keadaan apapun, tetaplah bersemangat, jangan pernah padamkan roh, dan muliakanlah Tuhan lewat segala sesuatu yang kita kerjakan. Dimana posisi kita saat ini? Sudahkah kita memiliki kerajinan dan kegigihan serta kekompakan seperti semut? Jika

belum, tidak ada salahnya untuk belajar dari hewan kecil ini sekarang juga. Ada banyak hal yang bisa diteladani dari seekor semut

You might also like