You are on page 1of 6

ELIKSIR

I.

Teori Dasar Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk

penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam air maupun alkohol. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol, eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus dan kemudahan dalam pembuatannya (dengan melarutkan biasa), dari sudut pembuatan eliksir lebih disukai daripada sirup. Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir sangat berbeda karena masing-masing komponen eliksir mempunyai sifat kelarutan dalam alkohol dan air yang berbeda. Tiap eliksir memerlukan campuran tertentu dari alkohol dan air untuk mempertahankan semua komponen dalam larutan. Tentu saja, untuk eliksir-eliksir ini mengandung zat yang kelarutannya dalam air jelek, banyaknya alkohol yang dibutuhkan lebih besar daripada eliksir yang dibuat dari komponen-komponen yang kelarutannya dalam air baik. Disamping alkohol dan air, pelarutpelarut lain seperti gliserin dan propilen glikol, sering digunakan dalam eliksir sebagai pelarut pembantu. Walau banyak eliksir yang dimaniskan dengan sukrosa atau sirup sukrosa, beberapa menggunakan sorbitol, gliserin dan/atau pemanis buatan seperti sakarin untuk tujuan ini. Eliksir yang mempunyai kadar alkohol yang tinggi biasanya menggunakan pemanis buatan seperti sakarin, yang dibutuhkan hanya dalam jumlah kecil, daripada sukrosa yang hanya sedikit larut dalam alkohol dan membutuhkan jumlah yang lebih besar untuk kemanisan yang sama. Semua eliksir mengandung bahan pemberi rasa untuk menambah kelezatan dan hampir semua eliksir mempunyai zat pewarna untuk meningkatkan penampilannya. Eliksir yang mengandung alkohol lebih dari 10-12%, biasanya bersifat sebagai pengawet sendiri dan tidak membutuhkan penambahan zat antimikroba untuk pengawetannya. Walau monograf untuk eliksir obat menetapkan standar-standar, mereka umumnya tidak menetapkan formula resmi. Formulasi diserahkan pada masing-masing pabrik.

Eliksir obat diformulasi sedemikian rupa sehingga pasien menerima obat dengan dosis lazim untuk dewasa dalam ukuran eliksir yang tepat. Untuk sebagian terbesar eliksir, satu atau dua sendok teh penuh (5 atau 10 ml) pemberian obat dengan dosis lazim dewasa. Satu keuntungan eliksir lebih dari obat yang dalam bentuk pemberian padat adalah kemudahan penyesuaian dan kemudahan pemberian dosis, terutama pada anak-anak. Orang tua dapat memberi setengah sendok teh penuh obat, sebagai contoh, untuk anak yang memperoleh kemudahan yang lebih besar daripada yang didapat dengan memecah tablet obat yang sama atau memisahkan dan dibagi dalam kapsul obat. Pada keadaan dimana eliksir obat dimaksudkan untuk anak-anak, wadah diperdagangkan sering mengandung alat pengukur yang telah dikalibrasi, seperti tetesan atau sendok, untuk memudahkan orang tua mengukur obat dengan tepat dengan jumlah yang dianjurkan sesuai umur anak, berat, atau kondisinya. Karena eliksir mengandung alkohol dan biasanya juga mengandung beberapa minyak mudah menguap yang rusak oleh adanya udara dan sinar, maka paling baik disimpan dalam wadahwadah yang tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga terhadap temperatur yang berlebihan. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung gula lebih sedikit maka kurang efektif dibanding dengan sirup di dalam menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan. Eliksir mudah dibuat larutan, maka lebih disukai dibanding sirup. Adapun sediaan eliksir di pasaran antara lain : 1) 2) 3) 4) 5) Elixir De Spa Phenergan (Promethazine Elixir) Bisolvon Kidds Suplemen Makanan KIDDI Curcuma Plus

(Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press. Indonesia)

II.

Data Preformulasi Zat Aktif - Parasetamol Warna Rasa Bau Pemerian : Putih : Pahit : Tidak berbau : Serbuk hablur

Kelarutan

: Larut dalam 70 bagian air, larut dalam 7 bagian etanol

(95%)P, larut dalam 13 bagian aseton, larut dalam 40 bagian gliserol, larut dalam sebagian propilen glikol, larut dalam alkali hidroksida. Titik lebur : 111oC : 5-7oC : Pada suhu > 40oC akan lebih mudah terdegradasi, lebih

Masa molekular: 272,4 g/mol pH larutan Stabilitas

mudah terurai dengan adanya udara dari luar dan adanya cahaya, pH jauh dari rentang pH optimum akan menyebabkan zat terdegradasi karena terjadi hidrolisis.

III. Data Preformulasi Bahan Tambahan - Etanol Warna Rasa Bau Pemerian terbakar. Kelarutan Bobot jenis Stabilitas : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan eter. : 0,8119 0,8139 g/mol : Mudah menguap, lebih mudah rusak dengan adanya : Tidak berwarna : Rasa pahit : Khas : Cairan jernih, mudah menguap, bergerak, dan mudah

cahaya, dan muda terbakar.

IV. Alat dan Bahan Alat : - Mortir - Timbangan - Labu erlenmeyer - Buret - Statis - Klem buret - Spatel - Batang pengaduk Bahan : - Parasetamol - Etanol - Aquadest

- Botol bening

V.

Perhitungan dan Penimbangan 1. Parasetamol : kelarutan 1 : 70 bagian air 1 : 7 bagian etanol 95 % 2. Untuk pembuatan sediaan (100 ml) : 120 mg/5 ml 100 ml 100 ml/5 ml x 120 mg = 2400 mg = 2,4 g

Penimbangan Eliksir No 1. 2. 3. Bahan Parasetamol untuk 100 ml sediaan Etanol Aquadest Berat 2,4 g 30 ml ad 100 ml

V.

Prosedur Eliksir 1. Penentuan konstanta dielektrik parasetamol (120 mg/5 ml) dengan cara titrasi : - Parasetamol dilarutkan dalam air dengan konsentrasi (120 mg/5 ml) sebanyak 100 ml - Dilakukan titrasi dengan etanol sampai larutan menjadi bening - KD parasetamol dihitung berdasarkan data KD pelarut campur KDcamp = (% Vair x KDair) + (% Vetanol x KDetanol) 2. Sediaan eliksir parasetamol (120 mg/5 ml) dibuat sebanyak 100 ml, dengan cara : Parasetamol 2,4 g dilarutkan di dalam 30 ml etanol, diaduk sampai larut. Ditambahkan air sebanyak 10 ml, aduk hingga homogen. Campuran dimasukan ke dalam botol yang telah dikalibrasi. Aquadest add 100 ml.

VI. Hasil Pengamatan - Hasil Pengamatan Kelompok 3C Evaluasi Eliksir Pengamatan organoleptik : Bening Warna Khas etanol Bau Agak pahit Rasa

pH Kejernihan Viskositas Bobot jenis Volume terpindahkan

7 Jernih 0,965 9%

Etanol yang diperoleh dari hasil titrasi = 30 ml KD camp = (% air x KD air) + (% etanol x KD etanol) + + + = 66,316 Piknometer kosong (W1) = 13,173 g Piknometer + air (W2) = 23,643 g

Piknometer + eliksir (W3) = 23,278 g Bj eliksir

= 0,965 g

- Hasil Pengamatan Rata-rata Seluruh Kelompok Evaluasi Eliksir Pengamatan organoleptik : Bening Warna Khas etanol Bau Agak pahit Rasa pH 6 Kejernihan Jernih Viskositas Bobot jenis 1,02 Volume terpindahkan 3% VII. Pembahasan Dalam percobaan ini dilakukan percobaan membuat eliksir dengan cara parasetamol dilarutkan ke dalam etanol kemudian ditambahkan air dan dimasukan ke dalam botol. Dari hasil pengamatan yang didapat, terlihat bahwa percobaan tersebut memberikan hasil yang maksimal dengan parasetamol yang terlarut dengan sempurna. Hal ini dapat dilihat dari

kejernihan sediaan eliksir yang dibuat. Hal ini dapat disebabkan karena parasetamol larut dalam 70 bagian air, dan dalam 7 bagian etanol (95%), yang berarti bahwa 1 g parasetamol larut dalam 70 ml air dan 1 g parasetamol larut dalam 7 ml etanol, sehingga parasetamol yang dilarutkan dalam etanol, parasetamol akan lebih cepat larut. Disini etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat pada eliksir dapat pula ditambahkan gliserol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti gula bisa digunakan sirup gula. (Lahman,1994) Dilakukan evaluasi terhadap eliksir yang mencakup evaluasi organoleptik (warna, rasa, bau), pH, kejernihan, berat jenis, viskositas, dan volume terpindahkan. Dari hasil pengamatan organoleptik tidak terjadi perubahan warna, rasa ataupun bau. Hal tersebut menunjukkan bahwa sediaan eliksir cukup stabil, pH yang didapat dari sediaan adalah 7. Pengontrolan pH sangat penting karena untuk meningkatkan kelarutan zat aktif. Profil laju katalis asam spesifik dengan stabilitas maksimumnya pada jarak pH 5-7 (Connors, et, al., 1986). Pada pembuatan sediaan eliksir ini digunakan pelarut campur (kosolven) untuk menaikkan kelarutan. Untuk memperkirakan kelarutan suatu zat dalam pelarut campur harus dilihat harga konstanta dielektriknya (KD). Dimana semakin tinggi harga konstanta dielektriknya, kepolarannya semakin tinggi. Dalam percobaan ini di dapat harga KD pelarut campur yaitu 66,316. Suatu pelarut campur yang ideal mempunyai harga konstanta dielektrik antara 25-80. Dalam percobaan ini dihasilkan pelarut campur yang memenuhi persyaratan pelarut yang ideal.

Daftar Pustaka - Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 298 - Connors, K.A., Amidon, G.L. and Stella, V.J., 1986, Chemical Stability of Pharmaceutical, John Willey and Sons, New York, 3-26, 163-168. - Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Jakarta : UI Press. - Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press. Indonesia

You might also like