You are on page 1of 14

A.

PENGERTIAN Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker. Kata imun berasal dari bahasa Latin immunitas yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh. Fungsi: a. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh b. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak (debris sel) untuk perbaikan jaringan. c. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal Sasaran utama: 1. bakteri patogen & virus 2. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, & sel mast) Patogen bagi tubuh manusia

Bakteri Virus Jamur Protozoa bersel satu Parasit

B. Struktur Struktur Imun


Organ sistem imun berada di seluruh bagian tubuh organ limfoid Organ limfoid: rumah bg limfosit Jaringan limfoid primer:

1. kelenjar thymus 2. sumsum tulang

Jaringan limfoid sekunder:

1. berkapsul: limpa & kelenjar limfa 2. tdk berkapsul: tonsil, GALT (gut-associated lymphoid tissue), jar.limfoid di kulit, sal.napas, kemih, & reproduksi Jaringan Limfoid

Merupakan jaringan yang memproduksi, menyimpan, & memproses limfosit Mencakup: sumsum tulang, kel.limfe, limpa, thymus, tonsil, adenoid, appendiks, & agregat jar.limf di sal.cerna (GALT= gut-associated lymphoid tissue/ Plak Peyer)

C. Sistem Kekebalan Tubuh 1. Sistem Kekebalan Non-spesifik


System pertahanan (imun) non spesifik ini terdiri dari, I. Pertahanan fisik atau mekanik

Dalam sistem pertahanan fisik/mekanik,kulit,selaput lendir,silia saluran nafas,batuk dan bersin,,merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi.kertinost dan lapisan epidermis kulit sehat dan epitel mukosa yang utuh tidak dapat ditembus kebanyakan mikroba.kulit yang rusak akibat lika bakar dan selaput lendir saluran nafas yang rusak oleh asap rokok akan meningkatkan resiko infeksi.tekanan oksigen yang tinggi diparu bagian atas membantu hidup kuman obligat aerob seperti tuberkulosis Meliputi : kulit, selaput lender, silia saluran nafas, reseptor batuk dan bersin. II. Pertahanan biokimia

Beberapa mikroorganisme yang lolos dari pertahanan fisik, maka pertahanan terhadap berikutnya adalah pertahanan biokimia yang berupa suatu larutan. Pertahanan ini berfungsi untuk menghambat terjadinya infeksi. Macam-macam pertahanan biokimia, Lisozim terdapat dalam keringat, ludah, air mata, air susu yang berguna melindungi tubuh dari bakteri dengan cara menghancurkan dinding selnya terutama pada kuman gram positif. Laktoferin dan asam neuraminik, terdapat pada air susu mempunyai kemampuan anti mikroba terutama terhadap E. Coli (salah satu penyebab diare) dan staphylococcus yang menyebabkan infeksi di berbagai tempat (kulit, saluran nafas, dan lain-lain)

HCI (asam lambung), enzim proteolitik, dan empedu dalam usus berfungsi menciptakan lingkungan yang tidak cocok untuk pertumbuhan banyak mikeroorganisme sehingga mikroorganisme petogen (pengganggu) tersebut mudah mati. PH asam dalam vagina, spermin dalam sperma juga menghambat tumbuhnya mikroorganisme PH rendah (asam) dari kelenjer keringat, sekresi sebasea (kelenjar minyak), berbagai bahan yang dilepaskan oleh sel, serta berbagai asam lemak dan enzim dari kelenjar tambahan di kulit mempunyai efek anti mikroba. Pertahanan fisik (mekanik) dan pertahanan biokimia bertugas sebelum kuman memasuki aliran darah. Namun jika kedua pertahanan ini gagal, dan kemudian kuman berhasil masuk kedalam aliran darah, maka pertahanan selanjutnya adalah pertahanan humoral yang berupa enzim/ serum. III. Pertahanan humoral

Anggota dari serdadu ini terdiri dari: a.Komplemen

Komplemen adalah kumpulan sembilan protein plasma (C1-C9) bukan antibodi yang diperlukan pada reaksi antigen-antibodi sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kematian mikroba serta lisis sel. mediator yang dilepas komplemen yaitu Aktivasi komplemen menghasilkan sejumlah molekeul efektor antara lain anafilaktoisisin, adherens imun, opsonin, dan membrane attack complex yang mempunyi efek biologi. AKTIVASI KOMPLEMEN Ada 3 aktivator yang berbeda yang mendeteksi kuman dan mengaktifkan C3 yang merupakan komplemen kunci. Sistem komplemen mengandung lebih dari 18 macam protein. Protein-protein ini bertindak dalam suatu kaskade, dimana satu protein mengaktifkan protein berikutnya. Sistem komplemen bisa diaktifkan melalui 2 cara yang berbeda: 1.Jalur alternatif : diaktifkan oleh produk mikroba tertentu atau antigen 2. Jalur klasik : diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada antigen (komplek imun). 3. jalur lektin MBL FUNGSI KOMPLEMEN 1. Inflamasi Sebagai langkah awal untuk menghancurkan benda asing dan mikroorganisme serta membersihkan jaringan yang rusak Tubuh mengerahkan elemen-elemen system imun ke tempat benda asing dan mikroorganisme yang masuk ke tubuh atau jaringan yang rusak tersebut Fagositosis merupakan komponen penting pada inflamasi 2. Kemokin Merupakan molekul yang dapat menarik dan mengerahkan sel-sel fagosit. 3. Fagositosis opsonin C3b dan C4b mempunyai sifat opsonin. Opsonin adalah molekul yang dapat diikat disatu pihak leh

partikel (kuman) dan dilain pihak oleh reseptornya pada fagosit sehingga memudahkan fagositosis bakteri atau sel lain.. 4. Adherens Imun Adherens Imun merupakan fenomena dari partikel antigen yang melekat pada berbagai permukaan (mis: permukaan pembuluh darah), kemudian dilapis antibody dan mengaktifkan komplemen. Akibatkan anigen akan mudah difagositosis. C3b berfungsi dalam adherens imun tersebut. 5. Elimiasi kompleks imun C3 dan C4 ditemukan dalam kompleks imun yang larut dan diikat oleh CR1-R pada sel darah merah yang mengangkutkan ke organ yang mengandung banyak fixed fagosit seperti hati dan limpa. Melalui reseptor komplemen dan Fc, fagosit-fagosit tersebut menyingkirkan dan menghancurkan kompleks imun dari sel darah merah. Pada proses ini, sel darah sendiri tidak rusak. Neutrofil dapat mengeliminasi kompleks imun kecil dalam sirkulasi. Bila antigen tidak larut yang diikat antibody dan dibentuk dalam darah atau jaringan tidak disingkirkan, akan memacu inflamasi dan dapat menimbulkan penyakit kompleks imun. Kompleks besar tidak larut sulit untuk disingkirkan dari jaringan; sejumlah besar C3 yang diaktifkan dapat melarutkan kompleks tersebut. 6. Lisis osmotic bakteri Aktivasi komplemen yang erjadi dipermukaan sel bakteri akan membentuk Membrane Attack Complex dan akhirnya menimbulkan lisis osmotic sel atau bakteri. C5 dan C6 memiliki aktivasi enzim, yang memungkinkan C7, C8 dan C9 memasuki membrane plasma dari sel sasaran. 7. Aktivitas sitolitik Eosinofil dan sel polimorfonuklear mempnyai reseptor untuk C3b dan IgG sehingga 3b dapat meningkakan sitotoksisitas sel efektor Antibody Dependent Cell Mediated Cytotoxicity (ADCC) yang kerjanya bergantung pada IgG. Disamping itu sel darah merah yang diikat C3b dapat dihancurkan juga melalui kerusakan kontak. C8-9 merusak membrane membentuk saluran-saluran dalam membrane sel yang menimbulkan lisis osmotic.

b.interferon (IFN)

Adalah protein yang diproduksi secara alami oleh sel di dalam tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan berbagai penyakit, contohnya pada sel-sel darah putih, sel-sel pembunuh alami, fibroblast-fibroblast, dan sel-sel epithelial.Tubuh secara alamiah dapat membentuk tiga macam interferon, yaitu interferon alpha, beta, dan gamma. Interferon diproduksi oleh tubuh bila mendapat serangan dari berbagai agen penyakit. Namun, umumnya jumlah yang diproduksi tidak mencukupi untuk melawan agen penyakit yang berkembang biak sangat cepat. Karena itu, suplai interferon dari luar diperlukan. Karena itu interferon kemudian dijadikan sebagai jenis terapi yang termasuk ke dalam jenis imunoterapi (immunotherapy). Inilah yang menjadi ide awal penggunaan interferon sebagai obat.

Jenis jenis interferon :

Interferon alfa (IFN ) diproduksimoleh leokosit yang terinfeksi virus. Interferon beta (IFN ) diproduksi fibroblas yang terinveksi virus. Interferon gamma diproduksi oleh dua jenis limfosit imun Fungsi interferon : menghakangi multiplikasi virus dan juga memegang peranan dalam memodulasi aktivitas imunologis
c.Protein fase akut Adalah protein plasma yang dibentuk tubuh akibat adanya kerusakan jaringan. Hati merupakan tempat utama sintesis protein fase akut. C-reactive protein (CRP) merupakan salah satu protein fase akut. Dinamakan CRP oleh karena pertama kali protein khas ini dikenal karena sifatnya yang dapat mengikat protein C dari pneumokok. Interaksi CRP ini juga akan mengaktivasi komplemen jalur alternatif yang akan melisis antigen.

C reactive protein : Protein C-reactif (C-reactive protein, CRP) dibuat oleh hati dan dikeluarkan ke
dalam aliran darah. CRP beredar dalam darah selama 6-10 jam setelah proses inflamasi akut dan destruksi jaringan. Kadarnya memuncak dalam 48-72 jam. CRP merupakan salah satu dari beberapa protein yang sering disebut sebagai protein fase akut dan digunakan untuk memantau perubahanperubahan dalam fase inflamasi akut yang dihubungkan dengan banyak penyakit infeksi dan penyakit autoimun. Mannan binding lectin (MBL) : berperan mengaktifkan komplemen. MBL yang juga

merupakann reaktan fase akut dapat mengikat residu manosa pada permukaan banyak bakteri Kolektin : protein yang berfungsi sebagai opsonin yang dapat mengikat hidrat arang pada permukaan kuman. Kompleks yang terbentuk diikat reseptor fagosit untuk dimakan. Selanjutnya komplemen juga dapat di aktifkan .
IV. Pertahanan seluler

Pertahanan ini terdiri dari sel-sel di dalam tubuh yang berperan dalam system imun non spesifik, seperti sel darah putih, sel Natural Killer (Nk) dan sel K (Killer). Sel-sel system imun tersebut tersebar diseluruh tubuh, dan ditemukan dalam aliran darah, limpa, timus, kelenjar getah bening, saluran nafas, saluran cerna dan saluran kencing. Pertahanan ini terdiri dari:

1. Fagositosis Fagositosis adalah suatu mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel fagosit, dengan jalan mencerna mikroorganisme/partikel asing hingga menghancurkannya berkeping-keping. Sel fagosit ini terdiri dari 2 jenis, yaitu fagosit mononuklear dan polimorfonuklear. Fagosit mononuklear contohnya adalah monosit (di darah) dan jika bermigrasi ke jaringan menjadi makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu netrofil, eusinofil, basofil dan cell mast (di jaringan). Supaya proses ini bisa terjadi, suatu mikroorgansime harus berjarak dekat dengan sel fagositnya.

Proses fagositosis adalah sebagai berikut: Pengenalan (recognition), yaitu proses dimana mikroorganisme/partikel asing terdeteksi oleh sel-sel fagosit. Pergerakan (chemotaxis); setelah suatu partikel mikroorganisme dikenali, maka sel fagosit akan bergerak menuju partikel tersebut. Perlekatan (adhesion); setelah sel fagosit bergerak menuju partikel asing, partikel tersebut akan melekat dengan reseptor pada membran sel fagosit. Proses ini akan dipemudah apabila mikroorganisme tersebut berlekatan dengan mediator komplemen seperti opsonin yang dihasilkan komplemen C3b di dalam plasma (opsonisasi). Penelanan (ingestion); membran sel fagosit tersebut akan menyelubungi seluruh permukaan partikel asing dan menelannya hidup-hidup ke dalam sitoplasma. Sekali telan, partikel tersebut akan masuk ke sitoplasma di dalam sebuah gelembung mirip vakuola yang disebut fagosom. Pencernaan (digestion); fagosom yang berisi partikel asing di dalam sitoplasma sel fagosit, dengan segera mengundang kedatangan lisosom. Lisosom yang berisi enzim-enzim penghancur seperti acid hydrolase dan peroksidase, berfusi dengna fagosom membentuk fagolisosom. Enzim-enzim tersebut pun tumpah ke dalam fagosom dan mencerna seluruh permukaan partikel asing hingga hancur berkeping-keping. Sebagian epitop/ bagian dari partikel asing tersebut, akan berikatan dengan sebuah molekul kompleks yang bertugas mempresentasikan epitop tersebut ke permukaan, molekul ini dikenal dengan MHC (major histocompatibility complex) untuk dikenali oleh sistem imunitas spesifik.Pengeluaran (releasing); produk sisa partikel asing yang tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit. 2. Makrofag
Sel makrofag didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh dalam sistem fagositik mononuklear (dalam sistem retikulo-endotelial), ini merupakan istilah bagi sel-sel yang sangat fagositik yang tersebar luas di seluruh tubuh terutama pada daerah yang kaya akan pembuluh darah. Makrofag ditemui hampir pada seluruh organ tubuh, terutama pada jaringan ikat longgar. Makrofag berasal dari sel-sel pada sumsum tulang, dari promonosit kemudian membelah menjadi monosit dan beredar dalam darah. Pada perkembangannya monosit ini berimigrasi ke jaringan ikat, kemudian menjadi matang dan berubah menjadi makrofag. Bentuk sel-sel makrofag dalam darah adalah berupa monosit, dalam jaringan ikat longgar berupa makrofag (histiosit), dalam hati berupa sel Kupffer, dan pada SSP (Susunan Saraf Pusat) sebagai mikroglia. Makrofag adalah sel besar dengan kemampuan fagositosis, yang berarti sel makan dapat disamakan dengan pinositosis yang berarti sel minum. Fagositosis yaitu kemampuan untuk mengabsorbsi dan menghancurkan mikroorganisme (bakteri atau benda asing). Cara makrofag untuk menghancurkan (memakan) bakteri atau benda asing tersebut ialah dengan membentuk sitoplasma pada saat bakteri atau benda asing melekat pada permukaan sel makrofag, lalu sitoplasma tersebut melekuk ke dalam membungkus bakteri atau benda asing, tonjolan sitoplasma yang saling bertemu akan melebur menjadi satu sehingga bakteri atau benda asing akan tertangkap di dalam vakuola. Lisosom yang memiliki

kemampuan untuk memecah materi yang berasal dari dalam maupun dari luar akan menyatu dengan vakuola sehingga bakteri atau benda asing tersebut akan musnah. 3. Sel NK Sel NK (natural killer) adalah sejenis sel darah putih yang berisi butiran denganenzim yang dapat membunuh sel tumor atau sel mikroba. Juga disebut limfosit granular besar (LGL). Sel pembunuh alami atau NK cells adalah sel limfoid, diturunkan dari sel batang sunsum tulang, yang berkaitan dengan limfosit T.

Sel NK tidak mengekspresikan reseptor sel T (TCR), dan tidak mengekspresikan antigen CD3, CD4 atau CD8 namun mereka mengekspresikan antigen CD16. Sel NK memiliki sedikit aktivitas fagositik, namun mereka dapat melakukan aktivitas sitotoksik/sitolitik terhadap berbagai patogen, melawan sel inang yang terinfeksi dengan virus atau bakteri tertentu (misalnya Listeria monocytogenes) atau melawan tumor tertentu; lebih lanjut, sel NK dapat dirangsang untuk mengeluarkan sitokin, termasuk gamma interferon. Sel NK dapat berikatan dengan sel target (misanya sel yang terinfeksi virus) dengan reseptor CD16 CD16 berikatan dengan bagian Fc dari antibodi yang akan berikatan dengan sel target. Aktivitas membunuh sel NK tampak melibatkan pelepasan perforin dan granzim yang menginduksi apoptosis pada sel target. Aktivitas membunuh sel NK dirangsang oleh sitokin tertentu, termasuk interleukin 12. 4. Sel mast Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan juga dalam pertahanan tubuh, jumlahnya menurun pada sindrom imunodefisiensi. Sel mast juga berperan pada imunitas terhadap parasite pada usus dan terhadap invasi bakteri. Berbagai faktor nonimun seperti latihan jasmani, tekanan, trauma, panas dan dingin dapat pula mengaktifkan dan degranulasi sel mast.
Fungsi utama sel mast ialah penampung mediator kimiawi dari respon inflamasi. Granula sel mast bersifat metakromatik karena mengandung glikosaminoglikan. Metakromasia adalah sifat pewarna anilin basa tertentu (misalnya biru toluidin), yang mewarnai materi dengan warna berbeda dari warna yang diberinya (biru). Unsur lain dari granula sel mast ialah histamin, protease netral, dan faktor anafilaksis kemotaktik eosinofil (ECF-A). Sel mast juga membebaskan leukotrien, namun substansi ini tidak ditimbun di dalam sel. Sebaliknya mereka dibuat dari membran fosfolipid dan segera dibebaskan jika ada rangsangan yang sesuai. Permukaan sel mast mengandung reseptor spesifik untuk IgE, sejenis imunoglobulin yang dihasilkan oleh sel plasma. Hampir seluruh molekul IgE terikat pada permukaan sel mast dan sel basofil darah sementara hanya sedikit yang menetap pada plasma

2. Sistem Kekebalan Spesifik

Atau Sistem kekebalan adaptif dapat menghancurkan patogen yang lolos dari Sistem kekebalan non-spesifik. Mencakup:

1. kekebalan humoral : produksi antibodi oleh limfosit B (sel plasma) 2. kekebalan selular :

produksi limfosit T yg teraktivasi harus dapat membedakan sel asing yg harus dirusak dari sel-diri antigen (molekul besar, kompleks, & unik yg memicu respons imun spesifik jika masuk ke dalam tubuh)

Sistem Kekebalan Humoral


Antigen (Ag) merangsang sel B berubah menjadi sel plasma yg memproduksi antibodi (Ab). Ab disekresi ke darah atau limf ~ lokasi sel plasma yg teraktivasi; semua Ab akan mencapai darah gamma globulin = imunoglobulin (Ig)

Imunoglobulin (Ig) Ada 5 kelas: 1. Ig M : berperan sbg reseptor permukaan sel B & disekresi pd tahap awal respons sel plasma 2. Ig G : Ig terbanyak di darah, diproduksi jika tubuh berespons thd antigen yg sama , Ig M & IgG berperan jika tjd invasi bakteri & virus serta aktivasi komplemen 3. Ig E : melindungi tubuh dr infeksi parasit & mrp mediator pd reaksi alergi; melepaskan histamin dari basofil & sel mast 4. Ig A : ditemukan pd sekresi sistem perncernaan, pernapasan, & perkemihan (cth: pd airmata & ASI) 5. Ig D : terdapat pada banyak permukaan sel B; mengenali antigen pd sel B Sistem Kekebalan Seluler

Limfosit T spesifik untuk kekebalan terhadap infeksi virus & pengaturan pd mekanisme kekebalan. Sel-sel T harus kontak langsung dg sasaran Ada 3 subpopulasi sel T: sel T sitotoksik, sel T penolong, & sel T penekan Major histocompatibility complex (MHC): kode human leucocyte-associated antigen (HLA) yg terikat pd permukaan membran sel; khas pd setiap individu Surveilens imun: kerjasama sel T sitotoksik, sel NK, makrofag, & interferon

Pembentukan Kekebalan Jangka Panjang (long-term immunity)

Pada kontak pertama dg antigen mikroba, respons antibodi terjadi lambat dlm bbrp hari sampai terbentuk sel plasma & akan mencapai puncak dlm bbrp minggu (Respons primer); & akan membentuk sel memori Jika terjadi kontak dg antigen yg sama, krn adanya sel memori, respons yg terjadi mjd lebih cepat (Respons sekunder)

Gangguan Sistem imun


Lack of response (imunodefisiensi) contoh: AIDS, leukemia Incorrect response (peny. autoimun) contoh: DM tipe I, miastenia gravis, multiple sclerosis;penyakit Graves. Overactive response (alergi/ hipersensitivitas) contoh: asma, rhinitis allergic, transfusi

Tiga macam sel darah putih yang berperan dalam respon imun, yaitu: 1. Limfosit B, disebut sel B karena diproduksi di dalam bone marrow (sumsum tulang), 2. Limfosit T, disebut sel T karena diproduksi di dalam kelenjar timus, dan 3. Makrofag.

Mekanisme kerja antibodi


Limfosit B berperan dalam sintesis antibodi. Antibodi ini bisa disekresikan atau tetap terikat membran pada permukaan sel B, tergantung kondisinya. Selama respon imun humoral, antibodi-antibodi mengikat antigen-antigen yang kemudian diingesti (ditelan) dan didegradasi (dipecah/dirusak) oleh makrofag Limfosit T lebih memiliki respon dalam imun sel. Sel-sel T mensintesis reseptor yang mengenali antigen-antigen pada permukaan sel dan memicu lisisnya sel-sel yang mengandung antigen tadi.

PENAHAN BIOLOGI

Bakteri asam laktat adalah bakteri yang memproduksi asam laktat.

Beberapa dari bakteri asam laktat merupakan kelompok dari probiotik yang memberikan manfaat bagi kesehatan manusia. Peranan bakteri asam laktat terhadap imunitas manusia ialah sebagai berikut: Meningkatkan respon imun humoral Meningkatkan respon seluler Meningkatkan produksi sitokin Meningkatkan imunitas nonspesifik

1. 2. 3. 4.

Meningkatkan respon imun humoral


Bakteri asam laktat (probiotik) akan meningkatkan respon imun humoral. Penelitian menunjukkan bahwa sel yang memproduksi IgA lebih sedikit pada hewan coba dibandingkan dengan yang mendapat probiotik. Terdapat peningkatan jumlah sel yang memproduksi IgA pada kelompok mencit yang mendapatkan L. Casei. Peningkatan sekresi IgA cukup untuk mencegah saluran cerna. Pemberian Lactobacillus dapat meningkatkan produksi sistem imun IgA lokal dan meningkatkan produksi IgA yang disekresi ke limen intestinal memberikan pertahanan mukosa terhadap Salmonella typhimurium. Hal ini mengindikasikan adanya fungsi Lactobacillus sebagai imunoadjuvant dan hanya Lactobacillus yang hidup saja dapat menstimulasi respon antibodi terhadap antigen spesifik lokal dan sistemik.

Meningkatkan respon seluler

Probiotik Lactobacillus GG memiliki kemampuan unutuk meningkatkan imunitas mukosa intestinal yaitu peningkatan jumlah sel penghasil terutama IgA dan sel penghasil imunoglobin yang lain, merangsang pelepasan interferon lokal yang memfasilitasi transport antigen serta meningkatkan ambilan antigen oleh Payer`s patches.

Meningkatkan produksi sitokin

Streptococcus thermophilus yang secara komersial terdapat di yoghurt meningkatkan produksi sitokin TNF dan IL-6 melalui sel makrofag.

Meningkatkan imunitas nonspesifik


Adanya kemampuan memproduksi asam laktat, bakteri asam laktat mampu meningkatkan efek fagositosis terhadap patogen. Peran nonspesifik lain dari bakteri asam laktat yaitu mampu menurunkan reaksi hipersensitifitas terhadap susu sapi . Selain berperan dalam sistem imun manusia, bakteri asam laktat yang terkandung dalam yoghurt juga mampu mengatasi masalah intoleransi laktosa.

Asam laktat yang dihasilkannya akan meningkatkan aktivitas enzim laktase usus halus (Subijanto, MS, 2006} Apply ... Respon immun TBC Terdapat dua macam respon imun pertahanan tubuh terhadap infeksi tuberkulosis yaitu respon imun selular (sel T dan makrofag yang teraktivasi) bersama sejumlah sitokin dan pertahanan secara humoral (anti bodi-mediated).

Respon imun seluler lebih banyak memegang peranan dalam pertahan tubuh terhadap infeksi tuberkulosis. Pertahanan secara humoral tidak bersifat protektif tetapi lebih banyak digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis. Respon ini di awali dengan diferensiasi limfosit B menjadi satu populasi sel plasma yang memproduksi dan melepaskan anti bodi spesifik ke dalam darah yang dinamakan imunoglobulin. Imunoglobulin (Ig) di bentuk oleh sel plasma yang berasal dari ploriferasi sel B akibat adanya kontak dengan anti gen. Anti bodi yang terbentuk secara spesifik ini akan mengikat anti gen baru lainnya yang sejenis (Bothamley, 1995).

Respon imun primer terjadi sewaktu antigen pertama kali masuk ke dalam tubuh, yang ditandai dengan munculnya IgM beberapa hari setelah pemapara.

Kadar IgM mencapai puncaknya pada hari ke-7. pada 6-7 hari setelah pemaparan, barulah bisa di deteksi IgG pada serum, sedangkan IgM mulai berkurang sebelum kadar IgG mencapai puncaknya yaitu 10-14 hari setelah pemaparan anti gen. Respon imun sekunder terjadi apabila pemaparan anti gen terjadi untuk yang kedua kalinya, yang di sebut juga booster. Puncak kadar IgM pada respon sekunder ini umumnya tidak melebihi puncaknya pada respon primer, sebaliknya kadar IgG meningkat jauh lebih tinggi dan berlangsung lebih lama. Perbedaan dalam respon ini di sebabkan adanya sel B dan sel T memory akibat pemaparan yang pertama IgG merupakan komponen utama imunoglobulin serum, kadarnya dalam serum sekitar 13 mg/ml, merupakan 75% dari semua imunoglobulin. Kadar IgG meninggi pada infeksi kronis dan penyakit auto imun. Anti bodi yang pertama di bentuk dalam respon imun adalah IgM, oleh karena itu kadar IgM yang tinggi merupakan petunjuk adanya infeksi dini Myxobacterium. tuberculosis di inhalasi sehingga masuk ke paru-paru, kemudian di telan oleh makrofag.

Makrofag tersebut mempunyai 3 fungsi utama, yakni :

1. Memproduksi enzim proteolitik dan metabolit lainnya yang memperlihatkan efek mycobactericidal. 2. Memproduksi sitokin sebagai respon terhadap M. tuberculosis yakni IL-1, IL-6, IL-8, IL10, TNF-a TGF-b. Sitokin mempunyai efek imunoregulator yang penting 3. Untuk memproses dan menyajikan anti gen terhadap limfosist T. Pada tuberkulosis primer, perkembangan infeksi M. tuberculosis pada target organ tergantung pada derajat aktivitas anti bakteri makrofag dari sistem imun alamiah serta kecepatan dan kualitas perkembangan sistem imun yang di dapat.

Oleh sistem imun alamiah, basil akan di eliminasi oleh kerja sama antara alveolar makrofag dan NK sel melalui sitokin yang dihasilkannya yakni TNF-a dan INF-g. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi ini terutama dilakukan oleh sel-sel pertahanan (sel T dan makrofag yang teraktivasi) bersama sejumlah sitokin. Pada limfonodi regional, terjadi perkembangan respon imun yang di dapat, yang akan mengenali basil tuberkulosis. Tipe respon imun ini sangat tergantung pada sitokin yang dihasilkan oleh sistem imun alamiah. Dominasi produksi sitokin oleh makrofag yang mensekresikan IL-12 akan merangsang respon sel Th 1, sedangkan bila IL-4 yang lebih banyak disekresikan oleh sel-T maka akan timbul respon oleh sel Th 2. Tipe respon imun ini akan menentukan kualitas aktivasi makrofag untuk mempresentasikan anti gen kepada sel-T khususnya melalui jalur MHC kelas-II Selama imunitas yang di dapat berkembang untuk mempercepat aktivasi makrofag/monosit, terjadilah bakteremia. Basil menggunakan makrofag sebagai sarana untuk menyebar dan selanjutnya tumbuh dan menetap pada sel-sel fagosit di berbagai organ tubuh. Peristiwa ini akan terjadi bila sel-T spesifik yang teraktivasi pada limfonodi mengalami resirkulasi dan melewati lesi yang meradang yang selanjutnya akan membentuk granuloma. Pada peristiwa ini TNF memegang peranan yang sangat vital. Bila respon imun yang di dapat berkembang tidak adekuat maka akan timbul manifestasi klinis akibat penyebaran basil yang berupa tuberkulosis milier atau tuberkulosis meningen

catatan

Granuloma merupakan mekanisme pertahanan utama dengan cara membatasi replikasi bakteri pada fokus infeksi. Granuloma terutama terdiri atas makrofag dan sel-T. Selama interaksi antara anti gen spesifik dengan sel fagosit yang terinfeksi pada berbagai organ, sel-T spesifik memproduki IFN-g dan mengaktifkan fungsi anti mikroba makrofag.

Dalam granuloma terjadi enkapsulasi yang di picu oleh fibrosis dan kalsifikasi serta terjadi nekrosis yang menurunkan pasokan nutrien dan oksigen, sehingga terjadi kematian bakteri. Akan tetapi sering terjadi keadaan di mana basil tidak seluruhnya mati tapi sebagian masih ada yang hidup dan tetap bertahan dalam bentuk dorman. Infeksi yang terlokalisir sering tidak menimbulkan gejala klinis dan bisa bertahan dalam waktu yang lama Pada tuberkulosis post primer, pertahanan tubuh di dominasi oleh pembentukan elemen nekrotik yang lebih hebat dari kasus infeksi primer. Elemen-elemen nekrotik ini akan selalu dikelurkan sehingga akhirnya akan terbentuk kavitas. Limfadenitis regional jarang terjadi, M. tuberculosis menetap dalam makrofag dan pertumbuhannya di kontrol dalam fokus-fokus yang terbentuk. Pembentukan dan kelangsungan hidup granuloma di kontrol oleh sel-T, di mana komunikasi antara sel-T dan makrofag di perantarai oleh sitokin. IL-1b, TNF-a, GMCSF, TGF-b, IL-6, INF-g dan TNF-b merupakan sitokin yang mengontrol kelangsungan granuloma, sebaliknya IL-4, IL-5 dan IL-10 menghambat pembentukan dan perkembangan granuloma

konklusi

Proses aktivasi makrofag oleh sitokin merupakan faktor sentral dalam imunitas terhadap tuberkulosis. Pada sistem ini, INF-g telah di identifikasikan sebagai sitokin utama untuk mengaktivasi makrofag, yang selanjutnya dapat menghambat pertumbuhan patogen ini. Pembentukan granuloma dan kavitas di pengaruhi oleh berbagai macam sitokin sebagai hasil interaksi antara sel-T spesifik, makrofag yang teraktivasi dan berbagai macam komponen bacterial

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008. http://sistem kekebalan tubuh. Diakses pada hari Minggu, 11 Februari 2009. Anonim, 2008. http://www.kalbe.co.id/, cermin dunia kedokteran, Diakses pada hari Minggu, 11 Februari 2009. Anonim, 2007. http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/respon-imun.html, Diakses pada hari Minggu, 11 Februari 2009. Anonim, 2009. http://farmasiforyou.wordpress.com/2008/11/23/sistem-komplemen/ Anonim, 2008. http://209.85.173.132/search. Diakses pada hari Minggu, 11 Februari 2009.

Bratawidjaja, K.G., 2004. Imunologi Dasar edisi ke-6. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
Anfis untuk pemula ethel sloane

Paul Singleton and Diana Sainsbury 2006 Dictionary of Microbiology and Molecular Biology, Third EditionJohn Wiley & Sons Ltd. Imunologi Dasar FKUI Imunologi dan Infeksi oleh DR.Dr.Hj.Eryati Darwin, PA.

You might also like