Professional Documents
Culture Documents
M
PERSAINGAN USAHA
DR. SITI ANISAH, SH, MHUM nisa@fh.uii.ac.id
Pertemuan
Pengantar
Pengertian Persaingan Usaha Sehat, Monopoli & Praktek Monopoli Fungsi Persaingan dalam Kegiatan Ekonomi
Pengertian
Monopoli penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau penggunaan jasa tertentu oleh 1 pelaku usaha atau 1 kelompok pelaku usaha
Praktek Monopoli pemusatan kekuatan ekonomi oleh 1 atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum
Persaingan Usaha Tidak Sehat persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha
MONOPOLI
(Yunani)
v.
SUATU POSISI
posisi penjual yang memiliki penguasaan & kontrol eksklusif atas barang & atau jasa tertentu
P R A K T E K
M O N O P O L I
PELAKU USAHA mempunyai kekuatan ekonomi atau pasar atau monopoli membuat perjanjian atau melaksanakan kegiatan usaha
Menaikkan harga jauh di atas harga bersaing (penjual) Menurunkan harga jauh di bawah harga bersaing (pembeli) Menaikkan harga pesaing (competitors cost) sehingga mereka membatasi produksi atau keluar dari pasar
Kondisi
New entrant tidak dapat atau sulit masuk ke pasar bersangkutan Pesaing sulit melakukan kegiatannya atau beroperasi atau ekspansi kegiatan usahanya di pasar bersangkutan Berkurangnya output, kualitas produk di pasar
Mematikan pelaku usaha kecil atau tradisional Penciptaan lapangan kerja Pembangunan regional Produk unggulan nasional Kepemilikan nasional Stabilitas ekonomi Kesejahteraan masyarakat Pengentasan kemiskinan Keamanan nasional Kepentingan nasional
menghambat PESAING
merugikan
KEPENTINGAN
UMUM
P E R S A I N G A N
UNSUR
ada kehendak di antara mereka untuk mencapai tujuan yang sama
pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas produk yang sama atau sejenis atau substitusi atas produk tersebut DIMENSI GEOGRAFIS:
DIMENSI PRODUK:
Tindakan penipuan SUBJEKTIF oleh PELAKU USAHA dalam bentuk apa saja
DITIPU? 382 bis KUHPidana atau 1365 KUHPerdata atau Undang-Undang Perlindungan Konsumen?
Pertemuan
Karakteristik Persaingan
PERSAINGAN USAHA
POSITIF
Ekonomi Pasar
Harga: PERMINTAAN & PENAWARAN pasar Suatu tatanan ekonomi yang terbuka: FLEKSIBILITAS Inti Ekonomi Pasar: DESENTRALISASAI KEPUTUSAN (apa, bagaimana, berapa banyak) proses-proses produksi
PRODUK
KINERJA HARGA
JASA PELAYANAN
KUALITAS
KUANTITAS
FUNGSI
PERSAINGAN
EFISIENSI PRODUKTIF atau EFISIENSI TEKNIS
EFISIENSI
PRODUKSI
EFISIENSI ALOKATIF
Kebijakan moneter berorientasi stabilitas UU Antimonopoli yang efektif melindungi persaingan: memungkinkan sarana sistem produksi oleh swasta Persyaratan persiangan efektif berlandaskan pendekatan SCP (Structure, Conduct, Performance)
Peran Negara
dalam Mengatur Persaingan
Persaingan Usaha
Private Economic Power
menerbitkan peraturan perundang-undangan untuk mengatur persaingan (the right tool) negara sebagai wasit untuk menentukan pelaku usaha yang melanggar persaingan negara memberikan SANKSI (administratif, perdata, pidana)
Mengapa
Pasar Perlu Diatur oleh NEGARA
Alasaan yang berdasarkan pada moral
Pertemuan
HUKUM MATERIIL
1365 KUHPerdata
382 bis KUHPidana Lainnya:
UU Perindustrian
UUPT
UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Mengurangi intervensi pemerintah Pelaku usaha diberi kebebasan & insentif Mempertinggi kesejahteraan konsumen melalui kualitas & kuantitas barang dengan harga rendah
diwujudkan oleh semua anggota masyarakat & harus mengabdi pada kesejahteraan seluruh rakyat negara mempunyai tugas menciptakan peraturan untuk itu
TUJUAN
EFEKTIF & EFISIEN
IKLIM USAHA KONDUSIF
Pertemuan
Pelaku Usaha
Pelaku Usaha
yang DIDIRIKAN DAN BERKEDUDUKAN atau MELAKUKAN KEGIATAN wilayah hukum negara RI
baik SENDIRI MAUPUN BERSAMA-SAMA melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi
Prinsip Wilayah
Subjektif
Secara akumulatif UU No. 5 Tahun 1999 mensyaratkan pelaku usaha mendirikan usahanya menurut hukum Indonesia & bertempat kedudukan di Indonesia
Didirikan di Indonesia: nama pelaku usaha tercatat dalam daftar perusahaan Indonesia, setelah diperiksa Indonesia mengizinkan pendiriannya Berkedudukan di Indonesia: tempat kedudukan administrasinya secara lokasi berada di wilayah RI UU No 5 Tahun 1999: dapat diterapkan terhadap kegiatan badan usaha yang beroperasi secara internasional, jika pimpinan kelompok berada di Indonesia, meskipun anak perusahaan berkedudukan di luar negeri UU No. 5 Tahun 1999: tidak berlaku terhadap badan usaha yang didirikan di Indonesia, namun berkedudukan di luar negeri
Prinsip Wilayah
Objektif
Kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara RI: terkait dengan lokasi pasar (pasar kegiatan ekonomi) Kegiatan ekonomi pelaku usaha bertujuan menghasilkan pendapatan, dan berbentuk penawaran yang diminati pembeli (konsumen) Indonesia Peranan prinsip wilayah terhadap perjanjian (Pasal 4 15) Peranan prinsip wilayah pada tindakan sepihak (Pasal 17 21, 25 27) Peranan prinsip wilayah pada penggabungan
Karyawan menjadi pelaku usaha jika melakukan kegiatan usaha dalam rangka pekerjaan sampingan
batas harga pembelian (musim giling 2003): di tingkat petani minimal Rp 3.250; tingkat distributor pada kisaran Rp 3.500; tingkat konsumen maksimal Rp 4.000;
Pertemuan
Prinsip larangan terhadap PERILAKU dari PELAKU USAHA (behavior practices atau restrictive business practices)
Larangan terhadap perilaku yang dianggap sebagai tindakan yang menjurus kepada persaingan usaha tidak sehat atau mengarah pada praktek monopoli
prinsip
UU No. 5 Tahun 1999 tidak bertujuan untuk menggunakan prinsip larangan terhadap struktur pasar Ada ketentuan yang seolah-oleh dapat diinterpretasikan sebagai larangan terhadap struktur pasar
Pasal 4 ayat (2) Pasal 13 ayat (2) Pasal 17 ayat (2) huruf c Persentase yang ada hanya PEMICU (triggering event): pelaku usaha diduga & dianggap melakukan praktek monopoli & persaingan usaha tidak sehat
PER SE ILLEGAL
Per se illegal: suatu tindakan dinyatakan melanggar hukum tanpa perlu pembuktian apakah tindakan tersebut memiliki dampak negatif terhadap persaingan atau tidak. DILARANG SECARA MUTLAK oleh undang-undang Larangan yang termasuk per se:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Penetapan harga (Pasal 5) Penetapan harga diskriminatif (Pasal 6) Boikot (Pasal 10) Perjanjian tertutup (Pasal 15) Persekongkolan dalam menghambat produksi dan atau pemasaran pesaing (Pasal 24) Penyalahgunaan posisi dominan (Pasal 25) Pemilikan saham (Pasal 27)
penormaannya tidak mensyaratkan keadaan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat Mengapa? Tidak ada penjelasannya!
Pembuktian
Pasal 42 huruf d UU No. 5 Tahun 1999: alat bukti PETUNJUK Melegitimasi KPPU menggunakan pembuktian tidak langsung dalam menjalankan tugas pemeriksaannya Pasal 184 ayat (1) & (4) UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP Alat bukti petunjuk berupa perbuatan, kejadian atau keadaan yang karena persesuaiannya bahwa telah terjadi suatu tindakan pelanggaran delik yang diperoleh dari keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa Hukum persaingan & pidana: sebuah fakta hukum dapat diakui kebenarannya meskipun hanya berdasarkan pada kesimpulan dari persesuaian tindakan para pelaku atau keadaan dari perilaku persaingan atau pidana
Rule of Reason
Suatu tindakan (conduct) baru dapat dinyatakan melanggar hukum jika tindakan tersebut dapat dibuktikan mempunyai dampak negatif bagi persaingan Perjanjian yang dilarang secara rule of reason: Oligopoli (Pasal 4) Penetapan harga di bawah harga pasar (Pasal 7) Penetapan harga vertikal (Pasal 8) Pembagian wilayah (Pasal 9) Kartel (Pasal 11) Trust (Pasal 12) Oligopsoni (Pasal 13) Integrasi vertikal (Pasal 14)
Kegiatan Usaha
yang dilarang secara rule of reason
Monopoli (Pasal 17) Monopsoni (Pasal 18) Penguasaan pasar (Pasal 19) Jual rugi (Pasal 20) Curang dalam menentukan harga produksi (Pasal 21) Persekongkolan dalam tender (Pasal 22) Persekongkolan dalam mendapatkan informasi rahasia pesaing (Pasal 23) Perangkapan jabatan (Pasal 26) Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perusahaan (Pasal 28)
Rule of Reason
Larangan dikaitkan dengan timbulnya suatu akibat yaitu terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat Larangan rule of reason dalam UU No. 5 Tahun 1999: SANGAT LONGGAR
seluruh ketentuan memakai kata DAPAT
KPPU tidak harus membuktikan adanya dampak sebagai suatu fakta, cukup mendasarkan pada alasan yang rasional bahwa suatu perjanjian atau kegiatan menimbulkan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
melakukan kegiatan usaha secara tidak jujur secara melawan hukum menghambat persaingan
Rule of Reason
Fokus Rule of Reason
DAMPAK kondisi persaingan dari perbuatan pembatasan yang diselidiki
Pertemuan
Oligopoli v. Monopoli
Oligopoli (Pasal 4 )
Menguasai pangsa pasar dan atau pemasaran produk Produk & Geografis 2 atau 3 pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha: > 75%
Rule of Reason
PP No. 36 Tahun 2004 mulai 2005, perusahaan tentang Kegiatan Usaha ASING diizinkan membuka TERBUKA: Hilir MIGAS pasar stok minyak di kilang usaha di pasar hilir minyak pendistribusian pasar MIGAS eceran
PT Pertamina Market Leader
PENETAPAN HARGA
Penetapan Harga (Pasal 5) Penetapan Harga Diskriminatif (Pasal 6) Penetapan Harga di bawah Harga Pasar (Pasal 7) Penetapan Harga Vertikal (Pasal 8)
KONSORSIUM Asuransi TKI: PT Asuransi Jasindo Indonesia (Persero) (ketua) PT Asuransi Jiwa Askrida PTAsuransi Tri Pakarta PT Asuransi Bosowa Periskop PT Asuransi Bumi Putera Muda 1967 PT Asuransi Bumi Asih Jaya PT Asuransi Parolamas
Penetapan Tarif, Jenis & Besar Jaminan Asuransi Meniadakan persaingan meniadakan produk asuransi dari pelaku usaha lain
Pasal 5 Pasal 11
TUJUAN
Penetapan Harga Vertikal (Pasal 8) Kartel (Pasal 11) Perjanjian Tertutup (Pasal 15 ayat (1) & (3) huruf b)
Memperketat pelaksanaan Vertical Marketing System Mematuhi harga jual semen sesuai harga yg ditetapkan Membagi jatah distribusi Berkordinasi & membagi informasi antar anggota
Unsur membatasi berdiri sendiri bersamasama dengan unsur menghalangi dan menolak
PT Tempuran Emas Tbk. PT Djakarta Lloyd PT Jayakusuma Perdana Lines Jakarta PT Samudera Indonesia Tbk. PT Tanto Intim Line Surabaya PT Lumintu Sinar Perkasa
Menyebabkan mekanisme pasar tidak bekerja dengan baik & tidak terjadi persaingan yang sehat yang merugikan konsumen Mengatur mekanisme penalti & denda yang dikenakan jika terjadi kelebihan kuota Jika denda tidak dibayar, maka perusahaan itu tidak akan mendapatkan fasilitas pelabuhan di Pelindo IV Cabang Makasar Kesepakatan mulai berlaku 1 Januari 31 Maret 2003
Pertemuan
OLIGOPSONI v. MONOPSONI
Oligopsoni (Pasal 13)
Menguasai pembelian (> 75%) Mengendalikan harga atas suatu produk
MONOPOLI
PT TELKOM
Pemblokiran kode akses 001 & 008 di beberapa wartel Berdasarkan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara PT Telkom dengan Wartel, layanan internasional dilakukan dg kode akses 017
Sebagai penyelenggara jaringan telekomunikasi, PT Telkom memasuki Jasa telekomunikasi lain, seperti: jasa telepon dasar, jasa nilai Tambah telepon, jasa multi media, dll
Pertemuan
Persekongkolan
31 Desember 2004
5 Januari 2005
KPPU membatalkan perjanjian pemberian kuasa pengoperasian & Pemeliharaan terminal peti kemas di Tanjung Priuk antara PT Persero Pelindo II dengan JICT, yang dibuat pada 27 Maret 1999
barrier to entry
CARREFOUR
Menggunakan posisi tawar yang tinggi untuk menekan pemasok: Menahan pembayaran yang jatuh tempo Memutuskan sepihak untuk tidak menjual produk pemasok dengan tidak mengeluarkan purchase order Mengurangi jumlah pemesanan item produk pemasok
persekongkolan
Kerjasama antar peserta tender atau antara peserta tender dengan pihak lain [baca, panitia tender] Mengatur dan atau menentukan pemenang tender Persaingan usaha tidak sehat
Rule of Reason Penguasaan pangsa pasar tidak relevan? Preliminary Bid? Pihak lain? Hasil Persekongkolan? Menentukan harga, bukan pemenang? Penunjukkan? Kebijakan Pemerintah atau Penyandang Dana?
PERSEKONGKOLAN TENDER
Adanya arahan dari panitia jika tinta harus diimpor dari India Mustiika Indra Mas (MIM) sebagai pemenang, meski tidak memiliki Angka Pengenal Impor yang menjadi syarat tender Ada pertemuan di Hotel Nikko & Cemara untuk menentukan 1 pemenang & 3 pelaku usaha sebagai antisipasi
PN Jakarta Pusat (5 pelaku usaha) PN Jakarta Timur (1 pelaku usaha) PN Jakarta Selatan (1 pelaku usaha) PN Cilacap (1 pelaku usaha)
KPPU
VLCC
PT PERTAMINA (penjual)
Membiarkan tindakan GS Menghilangkan persaingan Menunjuk GS anpa Tender
JUAL
BELI
PT EQUINOX (agen)
SANKSI
PT PERTAMINA:
RUPS Melapor terjadinya penjualan tanker tanpa izin & terlibat persekongkolan tender Meminta agar RUPS mengkukum Komisaris & Direksi (lama) Melarang Dir. Keuangan melakukan kegiatan & transaksi Mengumumkan si Surat Kabar Nasional Tidak boleh bertransaksi dg GS, Frontline & Equinox sampai mereka membayar denda
keberatan
VLCC
PN Jakarta Pusat
Putusan KPPU 3 Maret 2005 batal dg segala akibat hukumnya Tender divestasi VLCC dilakukan sesuai ketentuan Harga yang ditawarkan Frontline meraih nilai tertinggi dalam tender penunjukkan langsung Goldman
Sachs (financial advisor & arranger) cukup beralasan, sebab, tender ini tidak termasuk objek Keppres No 80/2003 Saksi ahli Reinhard Tobing memiliki benturan kepentingan
KASASI
Pertemuan
Posisi Dominan
Menjabat di anak perusahaan atau unit yang telah menjadi anak perusahaan?
Merger
PT B
Menggabungkan diri
Setelah menggabungkan diri, mereka harus membubarkan diri sebagai badan hukum Menggabungkan diri
PT A
PT C
Akuisisi
Mengambilalih saham secara signifikan
PT HM Sampoerna
Putra Sampoerna: 39 % Publik: 61 %
Perusahaan target masih eksis, tetapi terjadi perubahan susunan kepemilikan saham
Konsolidasi (Fusi)
Membubarkan diri
PT A
PT B
PT C
PT ABC
Pertemuan
10
Pedoman KPPU
Pengecualian Pasal 50 huruf b (HKI) tidak berlaku mutlak, namun dalam kontek:
Perjanjian lisensi HKI tidak secara otomatis melahirkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat Praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang timbul akibat pelaksanaan perjanjian lisensi adalah kondisi yang hendak dicegah melalui hukum persaingan usaha Untuk memberlakukan hukum persaingan usaha terhadap pelaksanaan perjanjian lisensi HKI haruslah dibuktikan:
perjanjian lisensi HKI tersebut telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam perundang-undangan HKI, dan adanya kondisi yang secara nyata menunjukkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
Bahwa pengecualian dari ketentuan hukum persaingan usaha terhadap perjanjian lisensi HKI hanya diberlakukan dalam hal perjanjian lisensi HKI yang bersangkutan tidak menampakkan secara jelas sifat anti persaingan
hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menganalisis suatu klausul kesepakatan eksklusif
Penghimpunan Lisensi (Pooling Licensing) dan Lisensi Silang (Cross Licensing) Pengikatan Produk (Tying Arrangement) Pembatasan dalam bahan baku Pembatasan dalam produksi dan penjualan Pembatasan dalam harga penjualan dan harga jual kembali Lisensi Kembali (Grant -back)
Pertemuan
11
Hukum Formil
HIR/RbG KUHAP
1 9 9 9
1. HIR/RbG, KUHAP 2. 30 49 UU No. 5 Tahun1999 3. Kepres No. 75 Tahun 1999 tentang KPPU Perma No. 3 Tahun 2005 Keputusan KPPU No. 1 Tahun 2006
MA PT
PN
Public Action
1365 KUHPer
PELAKU USAHA
Penyidik
Pelaku Usaha
Pasal 48 & 49
Pelaku Usaha
KPPU
INDEPENDENT STATE AUXILIARY BODY INDEPENDENT SELF REGULATORY BODY
PERAN:
MULTIFUNCTIONS
WEWENANG:
investigator (investigative function) penyidik, pemeriksa, penuntut (prosecuting function) pemutus (adjudication function) fungsi konsultatif (consultative function)
mengambil tindakan sesuai dengan wewenang komisi (Pasal 36); memberikan saran & pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli & atau persaingan usaha tidak sehat; menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-undang No. 5 Tahun 1999; memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada Presiden & DPR.
WEWENANG KPPU
(UU No. 5 Tahun 1999)
menerima laporan dari masyarakat & atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya praktek monopoli & atau persaingan usaha tidak sehat; melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha & atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli & atau persaingan usaha tidak sehat; melakukan penyelidikan & atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli & atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh komisi sebagai hasil dari penelitiannya; menyimpulkan hasil penyelidikan & atau pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya praktek monopoli & atau persaingan usaha tidak sehat; memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan UU No. 5 Tahun 1999; memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, & setiap orang yang di anggap mengetahui pelanggaran terhadap UU No. 5 Tahun 1999;
Pertemuan
12
LAPORAN
KPPU
Pemeriksaan Pendahuluan
Pemeriksaan Lanjutan
PUTUSAN
PUTUSAN
30 hari
Pengadilan Negeri
14 hari
30 hari
Penegakan UU No. 5 Tahun 1999 berdasarkan Keputusan KPPU No. 1 Tahun 2006
Laporan Penelitian & Klarifikasi Resume Lap. pemberkasan Resume Monit.
Permhon Penetapan Eksekusi Permhon Penetapan Eksekusi
tidak melaks
menerima
Gelar Laporan
Pemerik Pendhln
Pemerik Lanjut
Majelis Komisi
putusan
Monitoring
menerima
keberatan
Lanjutan Pemeriks
Putusan Sela
KPPU: Pemeriks Tambahan
PN
Keberatan
Diajukan 14 hari sejak pelaku usaha menerima pemberitahuan putusan KPPU & atau diumumkan melalui website KPPU Diajukan melalui Kepaniteraan PN
Sesuai prosedur pendaft perkara dg memberikan salinan keberatan kepada KPPU
Keberatan
PN yg menerima tembusan permohonan tsb harus menghentikan pemeriksaan & menunggu penunjukkan MA Dlm waktu 14 hari MA menunjuk PN yg memeriksa keberatan Dlm waktu 7 hari setelah menerima pemberitahuan dari MA, PN yg tidak ditunjuk hrs mengirimkan berkas perkara disertai (sisa) biaya perkara ke PN yg ditunjuk
Pemeriksaan dilakukan tanpa prosedur mediasi Majelis hakim harus memberikan putusan dlm waktu 30 hari sejak dimulainya pemeriksaan keberatan Jika perlu pemeriksaan tambahan, melalui PUTUSAN SELA, majelis hakim memerintahkan KPPU utk melakukan pemeriksaan tambahan
Memuat hal-hal yg harus diperiksa dg alasan2 yg jelas & jangka waktu pemeriksaan tambahan yg diperlukan
Sidang lanjutan pemeriksaan keberatan harus sudah dimulai selambatnya 7 hari setelah KPPU menyerahkan berkas pemeriksaan tambahan
PERSEKONGKOLAN TENDER
Adanya arahan dari panitia jika tinta harus diimpor dari India Mustiika Indra Mas (MIM) sebagai pemenang, meski tidak memiliki Angka Pengenal Impor yang menjadi syarat tender Ada pertemuan di Hotel Nikko & Cemara untuk menentukan 1 pemenang & 3 pelaku usaha sebagai antisipasi
PN Jakarta Pusat (5 pelaku usaha) PN Jakarta Timur (1 pelaku usaha) PN Jakarta Selatan (1 pelaku usaha) PN Cilacap (1 pelaku usaha)
KPPU
Alat-alat Bukti
Keterangan Saksi Keterangan Ahli Surat dan atau Dokumen Petunjuk Keterangan Terlapor (pelaku usaha)
Tindakan Administratif
Pembatalan perjanjian Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominan Pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha & pengambilalihan saham Penetapan pembayaran ganti rugi Pengenaan denda
PIDANA POKOK
Denda setinggi-tingginya Rp 100 miliar Pidana kurungan pengganti denda selamalamanya 6 bulan
PIDANA TAMBAHAN
Pencabutan izin usaha Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap undang-undang Penghentian kegiatan atau tindakan
TERIMA
KASIH