You are on page 1of 140

IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER

IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER


I. TUJUAN a. Memahami prinsip kerja identifikasi metabolit sekunder. b. Untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dalam senyawa bahan sampel alam. II. TEORI Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyai kemampuan bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan tersebut dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya. Secara umum kandungan metabolit sekunder dalam bahan alam hayati dikelompokkan berdasarkan sifat dan reaksi khas suatu metabolit sekunder dengan pereaksi tertentu. Atas dasar ini, kandungan metabolit sekunder dapat dikelompokkan sebagai berikut 1. Alkaloid Merupakan suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini bagian dari cincin heterosiklik. Hampir semua alkaloid yang ditemukan dialam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Sifat fisika dan kimia alkaloid : a. c. Berupa kristal, amorf, dan ada yang cair (nikotina dan sparteina) Jika bersifat basa, larut dalam pelarut organik Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut sifat seperti : a. Alkaloida (alkaloid sejati) Alkaloida mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, berasal dari asam amina.biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai asam organik. b. Proto alkaloida Proto alkaloida berasal dari asam amino, tetapi nitrogennya tidak terletak pada cincin heterosiklik. b. Tidak berwarna d. Garam alkaloida larut dalam air, tidak larut dalam pelarut organic

c.

Asenda alkaloida Asenda alkaloida tidak difotosintesis dari asam amino, 2 macam asenda alkaloida yang terpenting adalah alkaloida steroida, misalnya konssina dan alkaloid purina, misalnya koffeina.

2. Triterpenoid / Steroid Triterpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosinesis dirumuskan dari hidrokarbon yang kebanyakan berupa alkohol, aldehid, dan asam karbohidrat. Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan bersifat optis aktif. Steroid adalah golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana. 3. Flavonoid Merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Selain itu, merupakan senyawa fenil propanoid dengan kerangka karbon C6-C3-C6. Artinya kerangka karbonnya terdiri dari dua gugus C6 disambung dengan rantai alifatik tiga karbon. Sebagian besar senyawa flavonoid ditemukan di alam dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoid terikat pada suatu gula. 4. Fenolik Merupakan kelompok senyawa aromatik dengan gugus fungsi hidroksil. Sisi dan jumlah grup hidroksil pada grup fenol diduga memiliki hubungan dengan toksisitas relatif mereka terhadap mikroorganisme dengan bukti bahwa hidroksitasi yang meningkat menyebabkan toksisitas yang meningkat. 5. Saponin Merupakan kelompok senyawa dalam bentuk glikosida terpenoid / steroid. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Dikenal dua jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter. Saponin triterpenoid dapat mempunyai asam oleanolat sebagai aglikonnya dan asam ini ditemukan juga bebas, meskipun demikian dalam beberapa kasus, aglikonnya hanya dikenal sebagai sapogenin. 6. Kumarin

Merupakan kelompok senyawa fenol yang umumnya berasal dari tumbuhan tinggi dan jarang ditemukan pada mikroorganisme, kumarin ini mempunyai kerangka C6-C3. Senyawa kumarin dibagi empat kelompok : Kumarin sederhana dan turunannya yang berupa hasil hidroksidasi alkoksida, glikosida. Contohnya : suberosin. Furano kumarin jenis linear dan anguler, dimana terdapat subtitusi pada posisi benzoid. Contohnya : angelicin. Pyranokumarin analog dengan furano kumarin tapi memiliki cincin enzim pada subtituennya. Contohnya : xantyletin. Kumarin yang tersubtitusi pada cincin purin. Seperti 4-hidroksi kumarin. 7. Zat warna kuinon Merupakan suatu heterosikel cincin terpadu yang strukturnya berubah dengan naftalena, tetapi dengan nitrogen pada posisi isokaindina adalah isomer 2-nya. 8. Karotenoid Senyawa turunan dari isoprena yang berantai panjang. Karotenoid adalah golongan senyawa kimia organik bernutrisi yang terdapat pada pigmen alami tumbuhan dan hewan. Berdasarkan struktur kimianya, karotenoid masuk kedalam golongan ttiterpenoid. Karotenoid merupakan zat yang menyebabkan warna merah, kuning, orange, dan hijau pada buah dan sayuran. Peran penting karotenoid adalah sebagai agen antioksidan dan dalam sistem fotosintesis. Selain itu karotenoid juga dapat diubah menjadi vitamin esensial. III. PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 A. Alat 1. Test tube 2. Pipet tetes 3. Plat tetes 4. Lampu spritus 5. Lumpang 6. Lampu UV 7. Plat KLT : Tempat mereaksikan zat : Untuk mengambil zat : Untuk mereaksikan zat : Untuk memanaskan : Untuk menggerus sampel : Untuk melihat noda pada plat KLT : Untuk uji kumarin Alat dan Bahan

B. Bahan 1. Sampel bahan alam 2. CHCl3 3. Reagen Dragenorf 4. CH3OH (metanol) 5. FeCl3 6. Anhidrida asetat 7. Reagen meyer 8. HCl pekat 9. Serbuk Mg 10. H2SO4 2 N 11. H2SO4 pekat 12. Kloroform : Sebagai objek percobaan : Untuk identifikasi triterpenoid : Untuk uji warna golongan alkaloid : Sebagai pelarut : Untuk identifikasi fenolik : Untuk identifikasi triterpenoid : Untuk identifikasi alkaloid : Untuk identifikasi flavonoid dan saponin : Untuk identifikasi flavonoid : Untuk sampel alkaloid : Untuk identifikasi triterpenoid : Untuk identifikasi triterpenoid

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Sampel : daun segar berwarna hijau muda yaitu daun sukun Identifikasi : Flavonoid + Ekstrak sampel + HCl pekat : warna kuning lemon serbuk Mg : timbul gas, warna jadi orange terang Positif flavonoid Fenolik Sampel uji + FeCl3 : warna coklat (tak ada perubahan warna) Tidak ada indikasi adanya fenolik Saponin Sampel uji dikocok : tidak terjadi saponifikasi Tidak ada indikasi adanya saponin Triterpenoid/steroid Sampel : hijau pekat Sampel + H2SO4 pekat : hijau terang Positif steroid

Sampel H2SO4 pekat + anhidrida asam asetat : hijau berupa gumpalan kecil. Positif triterpenoid Alkaloid Sampel uji + reagen meyer : tak dijumpai endapan (negatif) Kumarin Hasil ekstrak yang ditotolkan pada plat KLT , pada pengujian dengan UV terdapat garis warna merah. Positif ada kumarin Tabel NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 Metabolit Sekunder Flavonoid Fenolik Saponin Triterpenoid Steroid Alkaloid Kumarin Hasil + + + _ +

4.2 Pembahasan Uji identifikasi yang telah dilakukan diuji terhadap sampel segar daun sukun. Untuk dapat menguji adanya kandungan metabolit sekundernya, perlu pertama-tama untuk mengisolasi/ mengekstrak kandungan metabolit tersebut. Pada pengerjaannya dilakukan dengan menggunakan metanol, dimana metanol ini dapat melarutkan secara umum kandungan metabolit sekunder dengan berbagai kepolarannya. Pada preparasinya ekstrak tersebut difraksinasi lagi ke kelompok polar dengan pelarut air dan kelompok non polar untuk metabolit yang terlarut pada fraksi kloroform. Setelah itu baru dilakukan uji identifikasi dari masing-masing fraksi. Pada fraksi air dapat diuji identifikasi metabolit sekunder yang bersifat polar yaitu flavonoid, fenolik dan saponin. Sementara pada fraksi kloroform dapat diuji identifikasi untuk triterpenoid dan steroid.

Identifikasi dilakukan dengan pereaksi identifikasi yang dapat bereaksi spesifik untuk masingmasing kelompok metabolit sekunder dan dengan reaksi yang dapat diamati dengan jelas. Untuk uji identifikasi kumarin dilakukan dengan KLT. Pada proses uji ini komponen-komponen yang ada pada ekstrak metanol dari sampel dipisahkan secara kromatografi, termasuk kumarin (jika ada sampel memang mengandung kumarin). Jika sampel uji mengandung kumarin, kumarin akan terpisah dari komponen lainnya secara kromatografi berupa bercak noda. Keberadaan kumarin akan dapat diamati bila pada plat KLT, dimana plat dengan penambahan NaOH dan deteksi menggunakan UV. Kumarin yang bereaksi dengan NaOH akan terlepas gugus laktonnya dan dengan berikatan dengan logam Na, sehingga terbentuk senyawa yang akan berfluorosensi merah-orange bila diamati dengan lampu UV yang penampakan noda ini spesifik untuk keberadaan kumarin pada sampel uji. Untuk uji kumarin ini belum diketahui pereaksi kimia untuk uji identifikasinya. Namun dapat diuji dengan pengamatan fluorosensinya dengan lampu UV 365 nm. Atau dapat juga diuji dengan KLT dengan adanya standar murni kumarin. Jika sampel dan kumarin standar dielusi pada plat KLT yang sama maka noda dari sampel dengan harga Rf yang sama dengan standar kumarin akan memberikan identifikasinya. Namun untuk cara ini dibutuhkan standar murni dari kumarin tersebut.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada percobaan metabolit sekunder, dapat disimpulkan bahwa pada sampel daun sukun terdapat senyawa metabolit sekunder sebagai berikut : a. c. 5.1 a. c. Flavonoid Kumarin Pada sampel tidak terdapat senyawa metabolit sekunder fenolik, alkaloid dan saponin. Saran Untuk hasil selanjutnya didapatkan maksimum, disarankan kepada pratikan selanjutnya agar : Dalam penggerusan sampel benar-benar harus halus agar didapat hasil yang diinginkan. Berhati-hati saat meneteskan kloroform dan zat-zat berbahaya lainnya. b. Pratikan harus teliti dalam melihat perubahan warna yang terjadi. b. Triterpenoid dan steroid

Tugas Sebelum Pratikum 1. Apa yang dimaksud dengan senyawa metabolit sekunder beserta contoh dan gambarkan strukturnya ! Jawab : Senyawa metabolit sekunder adalah zat-zat atau senyawa yang dihasilkan dari tumbuhan atau makhluk hidup dimana fungsinya belum dapat diketahui secara pasti. Contoh senyawa metabolit sekunder : a. c. Alkaloid : b. Triterpenoid Steroid Jawab : Metabolit primer adalah senyawa hasil metabolisme yang harus ada pada makhluk hidup. Metabolit sekunder adalah senyawa hasil metabolisme yang tidak selalu ada pada makhluk hidup, biasanya dihasilkan pada tumbuhan. 3. Tuliskan pengamatan identifikasi metabolit sekunder secara teori ! Pengamatan identifikasi metabolit sekunder : a. c. e. f. g. Flavonoid Saponin Steroid Kumarin Alkaloid : orange : biru : dikocok busa tidak hilang + HCl pekat : hijau : berfluorosensi : ditambah pereaksi meyer timbul kabut b. Fenolik 2. Apa perbedaan metabolit sekunder dan metabolit primer ?

d. Triterpenoid : merah

DAFTAR PUSTAKA Djamal,Rusdi . 1990. Kimia Bahan Alam. Universitas Andalas : Padang. http ://www.chem-is-try.org.metabolit-sekunder. http ://elfiraworotitjan.wordpress.com Diposkan oleh Yolani Syaputri di 00:36 Kirimkan Ini lewat Email

IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER - Tingkah Jurnal dalam ...


yolanisyaputri.blogspot.com/.../identifikasi-metabolit-sekunder.html 30 Jan 2012 b. Untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dalam senyawa bahan sampel alam. II. TEORI. Senyawa metabolit sekunder merupakan ...

SOKLETASI I. TUJUAN Untuk mengekstraksi senyawa-senyawa / komponen-komponen yang terdapat dalam sampel padat. II. TEORI Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Adapun prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang-ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut. Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi.

Metoda sokletasi merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri (distilasi uap), tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi.

Ekstraksi komponen senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan dapat dilakukan dengan cara : 1. Maserasi Maserasi merupakan proses penyarian senyawa kimia secara sederhana dengan cara merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut. Penyarian zat-zat berkhasiat dari simplisia, baik simplisia dengan zat yang tidak tahan pemanasan. Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari, sambil diaduk sesekali untuk mempercepat proses pelarutan komponen kimia yang terdapat dalam sampel. Maserasi dilakukan dalam botol yang berwarna gelap dan ditempatkan pada tempat yang terlindung cahaya. Ekstraksi dilakukan berulang-ulang kali sehingga sampel terekstraksi secara sempurna yang ditandai dengan pelarut pada sampel berwarna bening. Sampel yang direndam dengan pelarut tadi disaring dengan kertas saring untuk mendapat maseratnya. Maseratnya dibebaskan dari pelarut dengan menguapkan secara dengan rotary evaporator. Kelebihan cara maserasi : 1. Alat dan cara yang digunakan sederhana 2. Dapat digunakan untuk zat yang tahan dan tidak tahan pemanasan. Kelemahan cara maserasi ; banyak pelarut yang terpakai 2. Perkolasi Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu perkolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan. 3. Digestasi Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan menggunakan pemanasan pada suhu 30C 40C. Cara ini dilakukan untuk simplisia yang pada suhu biasa tidak tersari dengan baik. Jika pelarut yang dipakai mudah menguap pada suhu kamar dapat digunakan alat pendingin tegak, sehingga penguapan dapat dicegah. 4. Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90C selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara sebagai berikut : simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air secukupnya, panaskan diatas penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu mencapai 90C sambil sesekali diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki. 5. Dekokta Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infus, perbedaannya pada dekokta digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung mulai suhu mencapai 90C. Cara ini dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung bahan aktif yang tahan terhadap pemanasan. 6. Sokletasi Sokletasi merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai alat soklet. Pada cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi digunakan untuk simplisia dengan khasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap pemanasan. Prinsip sokletasi adalah penyarian secara terus menerus sehingga penyarian lebih sempurna dengan memakai pelarut yang relatif sedikit. Jika penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan dan sisanya adalah zat yang tersari. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah menguap atau mempunyai titik didih yang rendah. Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontiniu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.

Syarat-syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi : 1. Pelarut yang mudah menguap, contoh : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol 2. Titik didih pelarut rendah. 3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan. 4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi. 5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan. 6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, pelarut itu bergantung padat tingkatannya, polar atau non polar. Zat yang polar larut dalam pelarut polar dan zat non polar larut dalam pelarut nonpolar

Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut pelarut organik dengan kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa senyawa terpenoid dan lipid lipid, kemudian dilanjutkan dengan organik dan etil asetat untuk memisahkan senyawa senyawa yang lebih polar. Walaupun demikian, cara ini seringkali tidak menghasilkan pemisahan yang sempurna dari senyawa senyawa yang diekstraksi. Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi. Alat sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena ada kemungkinan saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga tidak boleh terlalu tinggi dari pipa kapiler karena sampel tidak terendam seluruhnya. Dibanding dengan cara terdahulu ( distilasi ), maka metoda sokletasi ini lebih efisien, karena: 1. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang kali. 2. Waktu yang digunakan lebih efisien. 3. apabila : 1. Pelarut yang digunakan tidak berwarna lagi. 2. Sampel yang diletakkan diatas kaca arloji tidak menimbulkan bercak lagi. 3. Hasil sokletasi di uji dengan pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik. Keunggulan sokletasi : 1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang. 2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit. 3. Proses sokletasi berlangsung cepat. 4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit. 5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali. Kelemahan sokletasi : 1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian. 2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi. Sokletasi dihentikan

3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap.

III. PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan A. Alat 1. Alat soklet berfungsi untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang berada dalam sampel padat. 2. Pemanas berfungsi untuk memanaskan sampel yang berada pada labu didih 3. Standar dan klem berfungsi untuk pemegang soklet. 4. Kertas saring berfungsi untuk membungkus sampel saat melakukan proses sokletasi agar sampel tidak keluar dan menyumbat pipa kapiler. B. Bahan 1. Pelarut n-heksana atau methanol digunakan untuk mengekstak senyawa-senyawa atau komponenkomponen yang terdapat dalam sampel padat. 2. Hylocereus undatus (buah naga) merupakan sampel yang akan di ekstrak senyawanya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pratikum yang telah dilakukan, digunakan Hylocereus undatus (buah naga) sebagai sampel untuk pengambilan senyawa-senyawa atau komponen-komponen metabolit sekunder. Pengambilan senyawasenyawa atau komponen-komponen ini menggunakan metoda sokletasi, dimana proses sokletasi memiliki prinsip kerja yakni penyaringan yang dilakukan berulang-ulang sehingga sampel terekstaksi secara sempurna. Metoda sokletasi merupakan penggabungan antara metoda ekstaksi maserasi dengan perkolasi. Ini dikarenakan pada tahap awal, sampel direndam oleh pelarut yang memiliki titik didih rendah dan sesuai dengan sifat sampelnya, hal ini lah yang dilakukan pada metoda maserasi. Setelah pelarut penuh pada bagian dalam soklet, pelarut akan turun ke labu didih yang telah disiapkan untuk proses pemanasan melalui pipa kapiler. Labu dipanaskan dan pelarut akan menguap pada suhu mencapai titik didih sehingga pelarut

melewati kondensor. Uap kemudian akan berubah wujud menjadi cair akibat adanya pendinginan yang dilakukan kondensor sehingga pelarut akan turun dan mengenai sampel kembali. Hal ini lah yang disebut dengan metoda perkolasi. Pelarut yang digunakan pada percobaan ini adalah methanol. Dimana methanol memiliki titik didih 64,5C. Digunakan methanol karena untuk mengekstrak senyawa-senyawa metabolit sekunder yang bersifat polar seperti alkaloid, flafonoid dan kumarin. Didalam buah naga, terdapat senyawa-senyawa atau komponen-komponen metabolit sekunder seperti saponin, triterpenoid dan alkaloid. Pada proses ini, sampel dipotong kecil-kecil dan dibungkus dengan menggunakan kertas saring dalam bentuk silinder dan digantung dengan benang, hal ini berguna agar sampel tidak menyumbat pipa kapiler yang berada pada alat soklet. Pelarut yang digunakan sebanyak 1 kali volume ekstraktor. Hal ini berguna agar pada saat pelarut diuapkan, labu tidak kosong sehingga pengekstraksiaan berjalan sempurna. Proses sokletasi di hentikan bila warna pelarut pada soklet menjadi bening. Namun, pada percobaan kali ini pelarut tidak sampai bening karena membutuhkan waktu yang lama. Hasil sokletasi yang terdapat dalam labu kemudian dipanaskan kembali, ini berguna untuk memekatkan atau mengeluarkan pelarutnya agar konsentrasi ekstrak lebih pekat. Ini mempermudah saat pengkoloman. Kemudian hasil soklet dimasukkan ke dalam botol katriol yang ditutup dengan Aluminium Foil yang sudah dilubangi. Hal ini berguna untuk menguapkan pelarut kembali.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa, sokletasi merupakan suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan yang berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, dimana cara sokletasi merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Pelarut yang digunakan memiliki ciri-ciri tersendiri yakni diantaranya memiliki titik didih yang rendah sehingga mudah menguap dan memiliki sifat yang sama dengan senyawa yang akan diisolasi (polar atau non-polar). Pada pratikum sokletasi, digunakan Hylocereus undatus (buah naga) sebagai sampelnya. Dalam sampel ini, terdapat senyawa-senyawa atau komponen-komponen metabolit sekunder seperti saponin, triterpenoid dan alkaloid. Pada proses sokletasi, warna pelarut yang awalnya bening berubah menjadi pink kebeningan. Hal

ini berarti senyawa-senyawa yang terdapat dalam sampel sudah terekstrak. Namun, proses sokletasi diihentikan apabila pelarut yang digunakan berubah warna menjadi bening. 5.2 Saran 1. Setelah proses sokletasi selesai dilakukan, jangan lupa untuk memanaskan hasil soklet untuk menguapkan pelarutnya 2. Sampel yang dibungkus oleh selongsong hendaknya terendam oleh pelarut

TUGAS SEBELUM PRATIKUM 1. Bagaimana cara menghentikan proses sokletasi? a. c. Pelarut yang digunakan tidak berwarna lagi Hasil sokletasi di uji dengan pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik

b. Sampel yang diletakkan di atas kaca arloji tidak menimbulkan bercak lagi 2. Jelaskan golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan! a. c. e. f. Alkaloid : kelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus fungsi amin Triterpenoid : kelompok senyawa turunan asam mevalonat Saponin : kelompok senyawa dalam bentuk gikosida Kumarin : kelompok fenil propanoid dengan senyawa benzene

b. Flavonoid : kelompok fenil propanoid dengan kerangka karbon C6-C3-C6 d. Fenolik : kelompok senyawa aromatik dengan gugus fungsi hidroksil

3. Sebutkan kelebihan dan kelemahan sokletasi! Keunggulan sokletasi : a. c. e. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang. Proses sokletasi berlangsung cepat. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali. Kelemahan sokletasi :

b. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit. d. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.

a.

Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian.

b. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya. c. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap. DAFTAR PUSTAKA Chasles, Wilcox. 1995. Prinsip Dasar Belajar Kimia. Padang: Unand Davia. 1995. Organik Laporatury Techniques. Second edition, USA. Fesenden. 1998. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.

Diposkan oleh Yolani Syaputri di 11:27 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Tidak ada komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut Arsip Blog

2012 (12) o Juli (1) o Mei (1) o April (2) o Januari (8) IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI AMINA, KARBOHIDRAT,PROT... IDENTIFIKASI ALKOHOL, KARBONIL DAN ASAM KARBOKSILA... Kromatografi Kolom KROMATOGRAFI LAPIS TIPISI. TUJUANUntuk menentukan... Sokletasi DISTILASI TRAPPING I. TUJUANUntuk mengisolasi min... Distilasi Normal

2011 (1) Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI AMINA, KARBOHIDRAT, PROTEIN, DAN LEMAK


A. AMINA I. TUJUAN Mengenal identifikasi amina dan mengetahui pereaksi spesifiknya. II. TEORI Amina merupakan senyawa organik yang mengandung atom-atom nitrogen trivalent yang terikat pada satu atom karbon atau lebih. Contoh amina: RNH2, R2 NH, R3N Amina tergolong ke dalam basa organik lemah yang dapat bereaksi dengan asam membentuk garam yang dapat larut dalam air, tetapi dalam keadaan bebas amina sulit atau hampir tidak larut dalam air kecuali dengan senyawa amina yang berwujud gas. Amina merupakan turunan dari amoniak dimana satu atau lebih atom hidrogennya diganti oleh gugus alkil. Dengan R.U = R-NH2. Amina dibagi 3, yaitu: 1. Amina Primer 1 atom H diganti dengan alkil 2. Amina Sekunder 2 atom H diganti dengan alkil 3. Amina Tersier

3 atom H diganti dengan alkil Senyawa amina dapat membentuk suatu garam amonium garam, garam ini dikelompokkan menjadi: a. Garam Amina Garam yang mengandung atom H b. Garam Amonium Kuartener Garam yang tidak ada atom H, karena ke 3 nya berikatan dengan alkil. Sifat-sifat Amina: 1. Amina termasuk golongan basa. Karena itu dapat bereaksi dengan asam R- NH2 + HCl RNH2HCl 2. a. Amina primer dengan asam nitrat, mengahasilkan menghasilkan alkohol dengan R- NH2 HONO ROH +N2 + H2O R-N-H amina I b. Amina sekunder dengan asam nitrat, menghasilkan nitrogamin. c. Amina tersier tidak dapat bereaksi dengan asam nitrit. 3. 4. Senyawa amina merupakan titik didih atau sifat fisik lainnya lebih besar dibandingkan senyawa alkohoh dengan massa molekul yang bersamaan atau hampir sama. Senyawa amina mempunyai sifat polar dibandingkan hidrokarbon tapi kurang polar dibanding alkohol. 5. Senyawa amina mempunyai bau yang spesifik 6. Garam dari amina mudah larut dalam air. 7. Sifat garam dari asam amina lemah dari basa amina kerena gugus NH2 terpengaruh oleh gugus COO Sifat Basa Amina Sifat basa amina dipengaruhi oleh gugus alkil pendorong . Sifat basa amina dipengaruhi oleh gugus alkil maka akan semakin basa dan sebaliknya. Bagian molekul yang paling reaktif dari suatu amina:
-

nitrogen .

NH2 NHR NR2

III. PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan a. Alat - Tabung reaksi berfungsi untuk mencampurkan zat yang akan dipraktikumkan. - Pipet tetes berfungsi untuk memipet larutan yang diinginkan. b. Bahan Anilin sebagai bahan amina Dimetilanin sebagai bahan amina

3.2 Skema Kerja 1. Reaksi dengan asam nitrit

Dimasukkan dalam tabung reaksi

Setelah dingin

2. Khusus untuk anilin

Dimasukkan dalam tabung reaksi

3. Amina dengan HCl

Dipanaskan

4. Amina dengan CH3COOH

Dipanaskan sampai mendidih

B. KARBOHIDRAT I. TUJUAN Mengenal identifikasi karbohidrat dan mengetahui pereaksi spesifiknya. II. TEORI Karbohidrat adalah suatu senyawa organik yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan, hewan. Kabohidrat merupakan bagian yang digunakan sebagai jaringan penunjang dari tumbuh-tumbuhan dan sumber tenaga bagi manusia dan hewan. Kabohidrat dianggap sebagai senyawa antara atom karbon dan molekul air, atau sebagai karbohidrat yang terhidrasi dan disebut hidra arang Berdasarkan penguraian sakarida terbagi atas 4 bagian:

Monosakarida

Senyawa karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis lagi menjadi unit yang lebih sederhana sekali.

Disakarida

Karbohidrat yang bisa dihidrolisis menjadi 2 monosakarida.

Oligosokarida

Kabohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi besar dari 4 monosakorida. Sifat umum dari monosakarida dan disalkarida 1. Merupakan kristal yang ada pada umumnya bewarna putih dan larut dalam air karena mempunyai banyak gugus fungsi (alkohol, aldehid dan keton). 2. Mempunyai rasa manis karena umumnya senyawa ini mempunyai 3 gugus OH yang berdampingan. 3. Bersifat optis aktif terutama senyawa karbohidrat yang menghasilkan asam. 4. Sedikit larut dalam alkohol tapi tidak larut dalam pelarut organik karena tidak punya gugus yang sama. Sifat Umum Polisakarida:

1. Berbentuk amorf, umumnya tidak larut dalam air 2. Tidak punya rasa 3. Tidak bersifat optis aktif Identifikasi Karbohidrat: 1. Pereaksi Molish 2. Dengan Fehling A dan Fehling B 3. Dengan HNO3 pekat.. Menghasilkan atau mengoksidasi aldehid dengan CH2OH Monosakarida dapat dibedakan atas: Aldosa

Monosakarida yang memiliki gugus fungsi aldehid Ketosa

Monosakarida yang memiliki gugus fungsi keton C = O Monosakarida juga digolongkan berdasarkan jumlah atom C dalam molekulnya. Cotoh: Triosa monosakarida yang terdiri atas 3 atom C Tetrasa monosakarida yang terdiri atas 4 atom C Pentosa monosakarida yang terdiri atas 5 atom C Monosakarida heksosaterdiri dari 2 molekul. Glukosa yang mempunyai gugus aldehid Fruktosa yang mempunyai gugus keton Monosakarida menjadi atom C asimetris, sehingga memerlukan isomer optis aktif misalnya Dglukosa dan L glukosa, struktur molekul glukosa maupun fruktosa dapat merupakan rantai panjang yang merupakan struktur molekul siklohemiasetal atau melingkar. Monosakarida = fruktosa > glukosa >glaktosa.

Disakarida = sukrosa > maltosa > laktosa Secara umum : fruktosida > sukrosa > gukosa > maltosa > laktosa > glaktosa Disakarida tersusun dari 2 molekul monosakarida contohnya: Sukrosa yang terdiri dari 2 molekul monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa. Maltosa, terdiri dari glukosa dan glukosa Laktosa , terdiri dari glukosa dan galaktosa Adapula polisakarida yang tersusun oleh banyak molekul monosakarida . Contoh: Amilum Glikogen Selulosa

III. PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan a) Alat - Tabung reaksi berfungsi untuk mencampurkan zat yang akan dipraktikumkan. Pipet tetes berfungsi untuk memipet larutan yang diinginkan. -Gula pasir ( sukrosa ) digunakan sebagai sampel. -Tepung kanji digunakan sebagai sampel. -Larutan kanji digunakan sebagai sampel. -Kertas saring digunakan sebagai sampel. b) Bahan

3.2 Skema kerja 1. Uji kelarutan

Masing-masing karbohidrat diuji kelarutannya dengan : Air dingin, air panas, etanol panas, etanol dingin, Asam sulfat encer, asam sulfat pekat, asam klorida encer

2. Tes molish Karbohidrat ditambahkan 2-3 tetes naftol 10%

Dikocok dan ditambahkan asam sulfat pekat sedikit demi sedikit

3. Reaksi dengan fenil hidrazin

Karbohidrat ditambahkan larutan fenil hidrazin Sedikit demi sedikit

Diamati yang terjadi

4. Reaksi dengan fehling

Karbohidrat ditambahkan fehling A dan fehling B

Dipanaskan dan diamati

5. Reaksi dengan kertas saring

Kertas saring ditambahkan HCl encer

Dipanaskan dalam penangas air lalu disaring

Fitrat diambil lalu dibagi menjadi 2 bagian

Bagian pertama ditambahkan fenil hidrozin Bagian kedua ditambahkan fehling, diamati

6. Dengan kapas

Kapas ditambahkan HNO3 dan ditambah CH3COOH

Dipanaskan lalu dinginkan dan diamati

C. PROTEIN I. TUJUAN Mengenali identifikasi protein dan mengetahui pereaksi spesifiknya. II. TEORI Protein merupakan senyawa politeptida dengan berat molekul besar yang mengandung unsur C, H, N, O, dan juga menjadi unsur seperti protein dikenal dengan nama zat putih telur yang merupakan senyawa yang sangat penting dalam semua sel hidup, karena protein merupakan dinding sel. Sifat protein ditentukan oleh asam amino penyusunnya oleh karena itu, sifat protein = sifat aminonya. Protein merupakan polimer alam yang tersusun dari asam-asam amino. Asam amino memiliki 2 gugusan yaitu gugus karboksil yang bersifat asam dan gugus amino yang bersifat basa, sedangkan asam amio bersifat amfoter. Ikatan yang menghasilkan 2 molekul asam amino disebut ikatan peptida dan senyawa yang terbentuk disebut dipeptida. Protein tersusun dari banyak ikatan peptida atau polipeptida. Asam amino ada 2 macam: Asam yang tidak esensial

Asam yang tidak dapat larut disentesis dalam tubuh, jadi harus terdapat dalam makanan sehari-hari. Contoh: Leusin Lusin Asam amino non esensial - Isoleusin - Fenil alanin

Yang dapat disintesis dalam tubuh. Contoh: Glisin Alanin - Tirosin Prolin

Protein dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan fungsi biologisnya.

Berdasarkan bentuk protein dibedakan atas: Protein Serat

Serabut panjang yang liat dan tidak larut dalam air Protein Globular

Bentuknya agak bulat dan larut dalam air. Berdasarkan Fungsi Biologisnya, dibedakan atas: Enzim Protein transpor Protein nutrien dan penyimpanan Protein kontraktil Protein struktur Protein pertahanan Protein pengatur Sifat-Sifat Asam Amina Bersifat optis aktif kecuali glisin tidak mempunyai atom C asimetris, tidak bisa memutar polimerisasi. Ion zwitter Molekul asam amino dapat mengalami reaksi intromolekul membentuk ion polar. Berat molekul besar Umurnya dari 20 asam amino Struktur tidak stabil terhadap PH, suhu, radiasi, dan medium. Umumnya reaktif dan spesifik.

III. PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan a) Alat - Tabung reaksi berfungsi untuk mencampurkan zat yang akan dipraktikumkan. Pipet tetes berfungsi untuk memipet larutan yang diinginkan. Putih telur digunakan sebagai sampel. Kuning telur digunakan sebagai sampel. a) Bahan -

3.2 Skema Kerja 1. Tes biuret Larutan protein 2 mL + 1 mL NaOH 10%

Kocok lalu tambahkan 2-3 CuSO4 10%

Amati

2.

Tes xantoprotein Larutan protein 2 mL + 5 tetes HNO3

Panaskan ,setelah dingin + NH4OH

Amati

3. Tes molish Larutan protein + 2-3 tetes naftol 10%

Amati

4. Tes milon Larutan protein 1 mL + pereaksi milon

Kocok lalu amati yang terjadi

Panaskan sampai mendidih

Dinginkan lalu + 1 tetes HNO2

Amati

5. Tes ninhidrin Larutan protein 2 mL + 1 mL pereaksi ninhidrin

Panaskan lalu dinginkan

Amati

6. Urea Urea dilelehkan

Setelah dingin + air sampai larut

+ CuSO4/NaOH

Amati

D. LEMAK I. TUJUAN Mengenal identifikasi lemak atau minyak dan mengetahui pereaksi spesifiknya. II. TEORI Lemak atau mimyak adalah ester dari gliserol atau disebut juga trigliserida yang dibedakan jenuh atau tidaknya gugus alkil. Lemak sering dinamakan minyak. Pada dasarnya lemak dan minyak itu adalah sama. Sifat Lemak Bersifat non polar Tidak larut dalam air Dapat larut dalam pelarut non polar seperti eter, karbon tetraklorida, dan kloroform. Perbedaan antara lemak dan minyak: Lemak

Pada temperatur kamar, lemak berbentuk padat Umumnya terdapat pada hewan Mempunyai ikatan tunggal Minyak

Pada temperatur kamar. Minyak berbentuk cair. Umumnya terdapat pada tumbuh-tumbuhan Mempunyai ikatan rangkap Lemak adalah ester dari gliserol dan asam lemak (asam-asam karboksilat dengan rantai alkil yang panjang) Lemak disusun atas asam-asam lemak. Senyawa jenuh

C11 H23 COOH (asam larutan / asam dedeknoat)

C13 H27 COOH (asam miristat / asam tetradekanoat) C15 H31 COOH (asam palmilat / asam heksadekanoat) C17H35 COOH (asam stearat / asam okta dekanoat) Senyawa tidak jenuh

C17 H33 COOH (asam oleat / asam - 9 - okta dekanoat) C17 H31 COOH (asam linoleat /asam 9, 12 - okta dekanoat) C17 H29 COOH (asam linoleat / asam 9, 12, 15 - okta dekanoat) Lemak yang mempunyai akil jenuh berwujud padat, yang memeiliki rantai alkil tak jenuh berwujud cair (minyak), lemak tak jenuh ini disebabkan adanya ikatan rangkap pada atom C. Sifat Fisika Lemak Sukar larut dalam pelarut polar, mudah larut dalam perut non polar. Lemak memiliki titik didih yang tinggi dan kebanyakan bentuk padat . Reaksi titik lebur asam nitrat lemaknya tinggi , makin tinggi pula titik lebur minyak / lemak. Minyak umumnya bersifat cair. Sifat Kimia Lemak Dapat teroksidasi sehingga menimbulkan bau / rasa. Dapat terhidrolisis dengan bantuan enzim lipase. Larutan asam alkalin menghasilkan gliserol dan asam lemak.

III. PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan a) Alat Tabung reaksi berfungsi untuk mencampurkan zat yang akan dipraktikumkan. Pipet tetes berfungsi untuk memipet larutan yang diinginkan. b) Bahan - Minyak kelapa digunakan sebagai sampel. - Minyak jagung digunakan sebagai sampel. - Minyak bimoli digunakan sebagai sampel. - Margarin digunakan sebagai sampel. - Gajih sapi digunakan sebagai sampel.

3.2 Skema kerja 1. Reaksi dengan NaOH Zat + NaOH 30%

Panaskan dalam penangas air + air

Kocok dan amati

2. Reaksi dengan Bronin danCCl4 Lemak dilarutkan dalam aseton /eter

+ bronin dalam CCl4 setetesdemi setetes

3. Reaksi dengan KMnO4 Lemak dilarutkan dalam aseton/eter + 1-2 tetes KMnO4

Amati yang terjadi

4. Reaksi dengan fehling Zat + H2SO4 encer

Panaskan lalu tumpahkan dalam air

Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas dibagi ke dalam 3 tabung reaksi

Tabung 1 + KMNO4

Tabung 2 + heksan + NaOH

Tabung 3 + heksan + brom

Lapisan bawah + CuSO4

Kocok & amati

4.2 Pembahasan A. AMINA Pada reaksi dengan Asam Nitrit, senyawa anilin ditambah dengan HCl encer sehingga warna larutan menjadi bening dan larut. Reaksi amina dengan Br dalam CCl4, larutan akan berubah menjadi kuning bening, senyawa larut dan menjadi panas. Reeaksi amina ditambah dengan HCl dan dipanaskan larutan akan menjadi bening dan larut. Jika senyawa warna ditambah dengan Asam Asetat anhidrida dan dipanaskan, warna larutan akan menjadi bening dan larut. B. KARBOHIDRAT Uji kelarutan karbohidrat dengan beberapa pelarut tertentu, secara umum karbohidrat tidak larut dan ada yang larut. Sukrosa, tepung kanji, dan larutan kanji secara umum larut dalam pelarut tersebut. Sedangkan kertas saring tidak larut dalam pelarut-pelarut tersebut. Percobaan ini dilkukan untuk mengetahui ada atau tidaknya ikatan glikogen pada karbohidrat. Reaksi fenil hidrazin dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya senyawa karbonil di dalam karbohidrat. Reaksi karbohidrat dengan fehling A dan fehling B dilakukan untuk mengetahui adanya gugus aldosa dan ketosa di dalam karbohidrat. C. PROTEIN Pada protein, untuk menguji ada atau tidaknya ikatan peptida dalam protein dilakukanlah uji biuret, yang mana jika mengandung ikatan peptide warna larutan akan berubah menjadi ungu. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gugus fenil (inti benzene) dalam protein, dilakukanlah tes xanthoprotein. Jika mengandung gugus fenil, warna larutan akan berubah menjadi kuning. Senyawa protein direaksikan dengan pereaksi Ninhidrin, warna larutan akan berubah menjadi ungu. Secara teori pada uji milon dan uji molish, jika senyawa protein direaksikan dengan a-naftol dan pereaksi milon warna larutan akan menjadi merah. D. LEMAK Pada uji kelarutan lemak dengan NaOH dan Br dalam CCl4, secara umum lemak tidak larut dalam pelarut tersebut. Reaksi lemak dengan KMnO4, lemak juga tidak larut. Lemak ditambah dengan H2SO4 encer, senyawa lemak juga tidak akan larut. Larutan tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama ditambah dengan NaOH terbentuk emulsi dan dua lapisan. Bagian kedua

ditambah dengan heksan dan KMnO4, terbentuk tiga lapisan. Bagian kedua yang lain ditambah dengan heksan dan Br/CCl4, terbentuklah dua lapisan.

Diposkan oleh Yolani Syaputri di 11:41 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Tidak ada komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut Arsip Blog

2012 (12) o Juli (1) o Mei (1) o April (2) o Januari (8) IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI AMINA, KARBOHIDRAT,PROT... IDENTIFIKASI ALKOHOL, KARBONIL DAN ASAM KARBOKSILA... Kromatografi Kolom KROMATOGRAFI LAPIS TIPISI. TUJUANUntuk menentukan... Sokletasi DISTILASI TRAPPING I. TUJUANUntuk mengisolasi min... Distilasi Normal 2011 (1)

IDENTIFIKASI ALKOHOL, KARBONIL DAN ASAM KARBOKSILAT

IDENTIFIKASI ALKOHOL, KARBONIL DAN ASAM KARBOKSILAT

A. ALKOHOL I. TUJUAN Mengenal pereaksi spesifik terhadap senyawa alkohol. II. TEORI Alkohol merupakan kelompok senyawa organik dengan gugus fungsi hidroksil (-OH). Alkohol primer, sekunder, dan tersier sama-sama memiliki gugus metil pada posisi alfa. Alkohol adalah komponen dari gugus hidroksil dengan pengikatan atom karbon dengan gugus alkilnya sebanyak tiga buah dan satu tangan pada gugus hidroksil. Pada pola sederhana, desain R-OH dengan R adalah gugus alkil dan OH adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbon. Hibridisasi sp3 ada 3 jenis utama alkohol : Alkohol primer Alkohol tersier Alkohol tersier

Nama-nama ini merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada C-OH, contoh alkohol primer adalah metanol dan etanol. Alkohol sekunder paling sederhana adalah propandiol dan alkohol alkohol tersier sederhana adalah 2-metil-2-propandiol. a. Alkohol primer Pada alkohol primer (1o), atom karbon yang membawa gugus OH hanya terikat pada satu gugus alkil. Ada pengecualian untuk metanol, CH3OH, dimana mmetanol ini dianggap sebagai sebuah alkohol primer meskipun tidak ada gugus alkilnya yang terikat pada atom karbon yang membawa gugus OH. b. Alkohol sekunder Pada alkohol sekunder (2o), atom karbon yang mengikat gugus OH berikatan langsung dengan dua gugus alkil, kedua gugus alkil ini biasanya sama atau berbeda. c. Alkohol tersier

Pada alkohol tersier (3o) atom karbon yang mengikat gugus OH berikatan langsung dengan tiga gugus alkil, yang bisa merupakan kombinasi dari alkil yang sama atau berbeda.

Alkohol merupakan senyawa seperti air yang satu hidrogennya diganti oleh rantai atau cincin hidrokarbon. Sifat fisis alkohol, alkohol mempunyai titik didih yang tinggi dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C nya sama. Hal ini disebabkan antara molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen. Rumus umum alkohol R OH, dengan R adalah suatu alkil baik alifatis maupun siklik. Dalam alkohol, semakin banyak cabang semakin rendah titik didihnya. Sedangkan dalam air, metanol, etanol, propanol mudah larut dan hanya butanol yang sedikit larut. Alkohol dapat berupa cairan encer dan mudah bercampur dengan air dalam segala perbandingan. Berdasarkan jenisnya, alkohol ditentukan oleh posisi atau letak gugus OH pada rantai karbon utama karbon. Ada tiga jenis alkohol antara lain alkohol primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier. Alkohol primer yaitu alkohol yang gugus OH nya terletak pada C primer yang terikat langsung pada satu atom karbon yang lain contohnya : CH3CH2CH2OH (C3H7O). Alkohol sekunder yaitu alkohol yang gugus -OH nya terletak pada atom C sekunder yang terikat pada dua atom C yang lain. Alkohol tersier adalah alkohol yang gugus OH nya terletak pada atom C tersier yang terikat langsung pada tiga atom C yang lain . Reaksi-reaksi yang terjadi dalam alkohol antara lain reaksi substitusi, reaksi eliminasi, reaksi oksidasi dan esterifikasi. Dalam suatu alkohol, semakin panjang rantai hidrokarbon maka semakin rendah kelarutannya. Bahkan jika cukup panjang sifat hidrofob ini mengalahkan sifat hidrofil dari gugus hidroksil. Banyaknya gugus hidroksil dapat memperbesar kelarutan dalam air . Senyawa yang mempunyai rumus molekul sama disebut isomer. Keisomeran dapat terjadi karena perbedaan struktur / karena konfigurasi. Struktur menggambarkan bagaimana atom atom saling berkaitan dalam satu molekul , yaitu menggambarkan ikatan , sedangkan konfigurasi menggambarkan susunan ruang atom atom dalam satu molekul . Sifat fisika alkohol 1) Titik didih Titik didih alkohol relatif tinggi. Hal ini merupakan akibat langsung dan daya tarik intermolekuler yang kuat. Titik didih adalah ukuran dasar dari jumlah energi yang diperlukan untuk memisahkan suatu molekul cair dari molekul terdekatnya. Jika molekul terdekatnya molekul padat molekul tersebut sebagai ikatan hidrogen. Dibutuhkan energi yang cukup besar untuk memisahkan ikatan tersebut. Setelah itu molekul

tersebut dapat terlepas dari cairan menjadi gas. Semakin besar massa molekul relatif alkohol maka titik didih makin tinggi. Titik didih alkohol bercabang lebih rendah daripada alkohol berantai lurus, meskipun massa molekul relatifnya sama. 2) Kelarutan Kepolaran dari ikatan hidrogen merupakan faktor yang menentuksn besarnya kelarutan alkohol dan eter dalam air. Alkohol dengan massa molekul rendah larut dalam air. Kelarutan dalam air ini lebih disebabkan oleh ikatan hidrogen antara alkohol dan air. Dengan bertambahnya massa molekul relatif maka gaya-gaya Van den Waals antara bagian-bagian hidrokarbon dari alkohol menjadi lebih efektif menarik molekul-molekul alkohol satu sama lain. Oleh karena itu, semakin panjang rantai karbon, semakin kecil kelarutannya dalam air. Sifat Kimia 1) Dehidrasi alkohol Dehidrasi (pelepasan air) merupakan reaksi yang melibatkan terlepasnya H dan OH . Reaksi dehidrasi alkohol dapat membentuk alkena atau eter dan air. Asam sulfat pekat berlebih dicampurkan dalam aklohol kemudian campuran tersebut dipanaskan hingga 180oC, maka gugus hidroksil akan terlepas dan atom hidrogen dari karbon terdekatnya juga terlepas, membentuk H2O. 2) Oksidasi alkohol Oksidasi alkohol akan menghasilkan senyawa yang berbeda, tergantung jenis alkoholnya. 3) Reaksi alkohol dengan logam Na dan K Alkohol kering (tidak mengandung air) dapat bereaksi dengan logam Na dan K tetapi tidak sereaksif air dengan logam Na dan K. Atom H dari gugus OH- digantikan logam tersebut, sehingga terbentuk NaAlkoholat. Kegunaan alkohol a. Kegunaan etanol - Spirit (minuman keras) bermetil yang diproduksi dalam skala industri. - Sebagai bahan bakar - Sebagai pelarut b. Kegunaaan metanol - Sebagai sebua stok industri. III. PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Tabung reaksi 2. Pipet tetes 3. Penangas air untuk tempat mereaksikan larutan dalam jumlah sedikit untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit untuk memanaskan larutan

3.1.2 Bahan 1. Metanol 2. Fenol 3. Etanol 4. Isopropanol 5. Etilen glikol 6. Tersier butanol 7. Gliserol senyawa yang akan diuji senyawa yang akan diuji senyawa yang akan diuji senyawa yang akan diuji senyawa yang akan diuji senyawa yang akan diuji senyawa yang akan diuji

B. KARBONIL I. TUJUAN Untuk mengetahui reaksi spesifik senyawa karbonil (aldehid dan keton) dan mengetahui pereaksi spesifiknya. II. TEORI Dalam kimia organik, gugus karbonil adalah sebuah gugus fungsi yang tersiri dari sebuah atom karbon yang berikatan rangkap denggan sebuah atom oksigen C=O. Istilah karbonil juga dapat merujuk ke karbon monoksida sebagai sebuah ligan pada senyawa organik atau kompleks organologam (misalnya nikel karbonil), dalam situasi ini karbon berikatan rangkap tiga dengan oksigen C=O. Senyawa karbonil dikarakteristikan oleh jenis-jenis senyawa berikut : - Senyawa aldehida - Keton - Asam karboksilat - Ester - Anida enon - Asil klorida - Anhidrida asam Struktur umum dari gugus karbonil adalah R-CHO, senyawa karbonil lainnya termasuk urea dan karbenat. Reaktivitas karbonil lebih elektropositif daripada oksigen, sehingga rapatan elektron akan tertarik dari karbon dan meningkatkan polaritas ikatan. Oleh karena itu, karbon karbonil bersifat elektrofilik sehingga lebih reaktif terhadap nukleofil. Selain itu, oksigen yang elektronegatif juga dapat bereaksi dengan elektrofil. Hidrogen alfa pada senyawa karbonil lebih asam daripada ikatan OH yang biasa. Sebagai contoh nilai pKa

asetaldehida dan aseton adalah 16,7 dan 19. Gugus karbonil dapat direduksi reagen hidrida seperti NaBHu dan LiAlHu dan oleh reagen brinad. Aldehid dan keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung sebuah gugus karbonil, sebuah ikatan rangkap CHO. Aldehid dan keton termasuk senyawa yang sederhana. Jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain seperti OH atau Cl yang terikat langsung pada atom karbon digugus karbonil, seperti yang bisa ditentukan misalnya pada atom-atom karboksilat yang mengandung gugus COOH. Reaksi-reaksi penting dari gugus karbon Atom karbon yang sedikit bermuatan positif pada gugus karbonil diserang oleh nukleofil. Nukleofil merupakan sebuah ion bermuatan negatif atau bagian yang bermuatan negatif dari sebuah molekul. Selalu reaksi berlangsung ikatan rangkap C=O terputus. Efek murni dari pemutusan ikatan ini adalah bahwa gugus karbonil akan mengalami reaksi adisi , seringkali diikuti dengan hilangnya sebuah molekul air. Ini menghasilkan reaksi yang dikenal sebagai adisi, eliminasi, atau kondensasi. Aldehid berbeda dengan keton karena memiliki sebuah atom hidrogen yang terikat pada guguus karbonilnya. Ini menyebabkan aldehid sangat mudah teroksidasi. Keton tidak memiliki atom hidrogen tersebut sehingga tidak mudah dioksidasi. Keton hanya dioksidasi dengan menggunakan agen pengoksidasi kuat yang memiliki kemampuan untuk memutus ikatan karbon-karbon. Sifat fisika 1). Titik didih Karbon dan oksigen pada gugus karbonil berbagi dua pasang elektron namun pembagiannya tidak seimbang. Keelektronegatifan oksigen lebih besar untuk mengikat pasangan elektron sehingga kerapatan elektron pada oksigen lebih besar daripada karbon. Karbon lebih bermuatan positif sedangkan oksigen lebih bermuatan negatif. Kepolaran ikatan rangkap pada karbonil oksigen lebih besar daripada ikatan tunggal pada karbon oksigen. Perbedaan muatan pada molekul menyebabkan terjadinya dipol. Kepolaran ikatan rangkap pada aldehid dan keton sangat mempengaruhi titik didihnya. Oleh karena itu, titik didihnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa nonpolar yang setara. 2). Kelarutan Pada umumnya aldehid berfase cair, kecuali formaldehid yang berfase gas. Aldehid suhu rendah mempunyai bau yang khas menyengat, sedangkan aldehid suhu tinggi mempunyai bau yang enak sehingga digunakan untuk parfum dan aroma tambahan. Atom hidrogen pada molekul air dapat membentuk ikatan hidrogen dengan oksigen pada gugus karbonil, sehingga kelarutan aldehid hampir sama dengan alkohol dan

eter. Formaldehid dan asetaldehid larut dalam air, sejalan dengan bertambahnya rantai karbon, kelarutan dalam air akan turun.

Sifat kimia 1). Oksidasi Aldehid sangat mudah dioksidasi menjadi asm karboksilat, dengan pereaksi fehling dan tollens yang disebut tes fehling dan tes tollens. - Tes Fehling Pereaksi yang digunakan dalam tes fehling terdiri dari campuran fehling A dan fehling B. Fehling A terdiri atas larutan CuSO4 dan fehling B terdiri dari campuran NaOH dengan natrium-kalium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan fehling A dan fehling B sehingga terbentuk ion kompleks Cu+2 dalam suasana basa. - Tes Tollens Pereaksi yang digunakan adalah campuran larutan AgNO3 da larutan NH3 yang berlebihan membentuk ion kompleks Ag(NH3)2+. Aldehid akan teroksidasi menjadi asam karboksilat dan ion perak (Ag+) akan tereduksi menjadi logam perak. 2). Tidak membentuk hidrogen

Aldehid a. Sifat sifat aldehid : 1). Senyawa-senyawa aldehid dengan jumlah atom C rendah (1 sampai 5 atom C)
mudah larut dalam air. Sedangkan senyawa aldehid dengan jumlah atom C lebih dari 5 sukar larut dalam air. 2). Aldehid dapat dioksidasi menjadi asam karboksilatnya 3). Aldehid dapat direduksi dengan gas H2 membentuk alkohol primernya. b. Kegunaan Aldehid 1). Larutan formaldehid dalam air dengan kadar 40%dikenal dengan nama formalin.

Zat ini banyak digunakan untuk mengawetkan spesies. 2). Formaldehid juga banyak digunakan sebagai : - Insektisida dan pembasmi kuman - Bahan baku pembuatan damar buatan - Bahan pembuatan plastik dan damar sintetik seperti Galalit 3). Asetaldehid dalam kehidupan sehari-hari antara lain digunakan sebagai : - Bahan untuk membuat karet dan damar buatan - Bahan untuk membuat asam asetat (asam Cuka) - Bahan untuk membuat alkohol

Keton a. Sifat fisika keton : 1) Termasuk senyawa polar dan larut dalam air. 2) Titik didih alkanon / keton lebih tinggi disbanding yang lain. 3) Senyawa keton mempunyai sifat fisika hampir sama b. Sifat kimia keton : 1) Antar senyawa keton tidak terjadi ikatan hidrogen. 2) Keton kurang reaktif dibandingkan dengan aldehid. 3) Keton merupakan reduktor yang sangat lemah. c. Kegunaan Keton 1) Sebagai pelarut senyawa organik seperti lak, pembersih cat kayu, dan cat kuku. 2) Bahan baku dalam industri pembuatan kloroform. 3) Bahan anti ledakan pada penyimpanan gas asetilen.

III. PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Tabung reaksi 2. Pipet tetes sebagai tempat mereaksikan larutan dalam jumlah sedikit untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit

3. Penangas air 3.1.2 Bahan 1. Aseton 2. Formalin 3. Asetaldehid

untuk memanaskan larutan senyawa yang akan diuji senyawa yang akan diuji senyawa yang akan diuji

C. ASAM KARBOKSILAT I. TUJUAN Untuk mengenal pereaksi spesifik dari asam karboksilat. II. TEORI Asam karboksilat bila bereaksi dengan basa akan membentuk garam dan dengan alkohol akan membentuk ester. Asam karboksilat banyak dijumpai dalam lemak sehingga sering juga disebut sebagai asam lemak. Pembuatan asam karboksilat dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti : 1. Oksidasi alkohol 1o, 2o, atau dengan aldehid 2. Oksidasi alkena 3. Okasidasi alkuna 4. Hidrolisa alkil sianida 5. Hidrolisa ester dengan asam 6. Hidrolisa asil halida Asam karboksilat adalah segolongan senyawa organik yang dicirikan oleh gugus karboksil yaitu nama yang berasal dari nama gugus fungsi karbonil dan hidroksil. Gugus karboksil (juga ditulis CO2H atau COOH). Rumus umum asam karboksilat adalah RCOOH. Asam karboksilat tergolong asam karena senyawa ini mengion dalam larutan, meghasilkan ion karboksilat dan proton. Empat asam karboksilat rantai lurus yang pertama adalah : - Asam metanoat (asam format) - Asam etanoat (asam asetat) - Asam propanoat (asam propionat) - Asam butanoat (asam butirat) Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus karboksil, -COOH. Gugus karboksil mengandung gugus karbonil dan sebuah gugus hidroksil. Antar aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia yang unik dan untuk asam karboksilat.

Asam format terdapat pada semut merah, lebah, jelatang, dan sebagainya. Sifat fisika yaitu cairan, tidak berwarna, merusak kulit, berbau tajam, larut dalam H2O dengan sempurna. Sifat kimia yaitu asam paling kuat dari asam-asam karboksilat, mempunyai gugus asam dan aldehid. Asam asetat (CH3COOH) merupakan asam karboksilat yang paling penting diperdagangkan industri dan laboratorium. Bentuk murninya disebut asam asetat glasial karena senyawa ini menjadi padat seperti es bila didinginkan. Asam asetat glasial tidak berwarna, cairan mudah terbakar (titik leleh 7oC, titik didih 800C dengan bau pedas mengigit. Dapat bercampur dengan air dan banyak pelarut organik. Sifat fisika 1). Pada umumnya titik didih asam karboksilat relatif tinggi. Titik didih asam karboksilat relatif tinggi dibandingkan alkohol, aldehid, dan keton dengan massa molekul relatif yang hampir sama. Hal ini karena terjadinya ikatan hidrogen antar molekul. 2). Molekul asam karboksilat bersifat sangat polar 3). Asam karboksilat, empat anggota pertama mudah larut dalam air. Kelarutan asam karboksilat makin menurun seiring dengan kenaikan jumlah atom karbon. Adanya rantai bercabang menyebabkan kelarutan makin menurun. 4). Asam karboksilat dengan jumlah atom karbon rendah mempunyai bau asam, sedangkan jumlah atom karbon empat hingga delapan berupa cairan tidak berwarna yang mempunyai bau yang sangat tidak enak. Bau cuka merupakan bau asam asetat, bau mentega adalah asam butirat. Asam kaproat terdapat pada rambut dan keringat kambing. Asam dari C5 hingga C10 semuanya mempunyai bau seperti kambing. Asam ini dihasilkan oleh bakteri kulit pada minyak keringat. Asam diatas C10 merupakan padatan seperti wax/lilin, dan karena tingkat penguapannya yang rendah, asam ini tidak berbau. Sifat kimia 1). Asam lemah Larutan asam karboksilat bersifat asam lemah. Larutan tersebut dapat mmengubah lakmus biru menjadi merah. 2). Reaksi yang terjadi tergolong reaksi netralisasi. Asam karboksilat tergolong asam lemah sehingga dalam air hanya terionisasi sebagian. 3). Reaksi esterifikasi Asam karboksilat bereaksi dengan alkohol membentuk ester dan air. Kegunaan asam karboksilat

Asam format (asam metanoat) yang juga dikenal asan semut merupakan cairan tidak berwarna dengan bau

yang merangsang. Biasanya digunakan untuk : a. Menggumpalkan lateks (getah karet) b. Obat pembasmi hama Asam asetat atau sam etanoat yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan nama asam cuka. Asam cuka banyak digunakan sebagai pegawet makanan, dan penambah rasa makanan. - Asam sitrat biasanya digunakan untuk pengawet buah dalam kaleng. Asam stearat, asam ini berbentuk padat, berwarna putih. Dalam kehidupan sehari-hari terutama digunakan untuk membuat lilin. Sifat sifat asam karboksilat : - Mempunyai bau yang merangsang - Mempunyai 2 iakatan hidrogen antara sepasang molekul yang ditunjuk sebagai dimer asam karboksilat. Asam karboksilat dapat di bagi beberapa golongan. 1. Asam alkana karboksilat. Dapat dinggap ebagai turunan alkana dengan 1/lebih atom hidrogen telah diganti oleh gugus kardoksil. Sifat-sifatnya: Dengan logam alkali membentuk garam dan air H2 Dengan asam membentuk garam dan air Dengan PCl5 / PCl3 Membentuk HCl Sukar dioksidasi (kecuali asam format). 2. Asam Alkena Karboksilat. Dapat dianggap sebagai turunan dari alkena dimana 1/lebih atom H diganti oleh gugus karboksilat. 3. Asam Hidrosi Karboksilat Senyawa ini menjadi gugus hidrosil dalam molekul-molekul disamping gugus karboksilat. Sengandemikian senyawa ini bertindak sebagai asam. Asam hidroksil merupakan asam yanglebih kuat dari asam karboksilat dengan jumlah C yang sama. Cara mengidentifikasi gugus karbonil: Reaksi dengan Natrium bikarbonat

Reaksi dengan PCl3 Esterifikasi yang menimbulkan bau harum III. PROSEDUR PERCOBAAN 3.2 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Tabung reaksi 2. Pipet tetes 3. Penangas air 3.1.2 Bahan 1. Asam asetat 2. Asam benzoat 3. Asam oksalat 4. Asam format 5. Asam salisilat senyawa yang akan diuji senyawa yang akan diuji senyawa yang akan diuji senyawa yang akan diuji senyawa yang akan diuji sebagai tempat untuk mereaksikan larutan dalam jumlah sedikit untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit untuk memanaskan larutan

DAFTAR PUSTAKA

www. chem-is-try.org/identifikasi-gugus-karbonil/html http://www.lehaw.blogspot.com/identifikasi_senyawa_alkohol/html http://www.google.com/sulfat_sifat_asam_karboksilat/identifikasi_asam_karboksila t.html http://tutorialkuliah.blogspot.com/kuliah-tentang-asam-karboksilat.html

4.2 PEMBAHASAN A. ALKOHOL 1. Uji Air Dalam Alkohol

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam alkohol. Tahap pertama, dengan mengisi ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml larutan sampel (metanol, fenol, etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol) dan CuSO4 anhidrat. CuSO4 merupakan padatan putih, jika terkena air akan terbentuk garam hidratnya akan berubah menjadi biru. Jadi jika alkohol mengandung air akan diketahui dengan terjadinya perubahan warna biru. Hal tersebut menunjukkan adanya air dalam setiap sampel alkohol. 2. Uji Esterifikasi Pertama tama yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan 2 ml larutan sampel (metanol, fenol, etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol) ke dalam tabung reaksi, menambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan sedikit asam asetat. Mengocok dan memanaskan . Setelah itu larutan tersebut dituangkan ke dalam air. Dari hasil pengamatan diperoleh hanya tersier butanol yang memberikan bau harum yang menandakan terbentuknya ester. 3. Reaksi Oksidasi Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml K2CrO4 dan beberapa tetes H2SO4 pekat, kemudian mengocok, menambahkan 1 ml larutan sampel (metanol, fenol, etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol) ke dalam tabung reaksi .Mengocok lalu dipanaskan didalam penangas air . Hasil percobaan antara lain pada sampel metanol menghasilkan larutan berwarna biru, sedangkan sampel isopropanol dan etilen glikol larutan berwarna biru muda, dan tersier butanol menghasilkan larutan berwarna hijau . Perubahan warna yang dihasilkan pada percobaan ini menunjukkan adanya reaksi oksidasi dengan kalium kromat yang terjadi pada larutan sampel. 4. Iodoform Test Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 2 ml larutan sampel (metanol, fenol, etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol) ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi 2 ml iodin, sambil mengaduk, ditambahkan NaOH hingga warna iodin berubah menjadi kuning muda. Diamkan, bila belum terbentuk endapan kuning, maka tabung reaksi dalam penangas air dipanaskan. Uji iodoform reaksi antara sampel alkohol dengan iodin akan membentuk larutan berwarna kuning. Hal ini disebabkan karena alkohol bereaksi dengan hidrogen halida menghasilkan alkil halida. Berarti pada setiap sampel alkohol mengandung iodoform. 5. Membedakan Alkohol Mono dan Alkohol Polihidroksi

Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 2 ml larutan sampel (metanol, fenol, etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol) ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan kuprisulfat dan sedikit demi sedikit larutan NaOH. Hasil percobaan antara lain pada sampel metanol, fenol, etanol, isopropanol, dan tersier butanol terdapat endapan biru, sedangkan pada sampel etilen glikol dan gliserol warna larutan berubah menjadi biru. Jadi jika mono alkohol ditambahkan larutan kuprisulfat dan larutan NaOH, akan terbentuk endapan biru. Jika poli alkohol ditambahkan larutan kuprisulfat dan larutan NaOH, warna larutan akan berubah menjadi biru. 6. Membedakan Alkohol Primer, Tersier, dan Sekunder Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan sampel (metanol, fenol, etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol) ke dalam tabung reaksi dan ZnCl2/HCl. Kemudian mengocok larutan dan diamkan beberapa saat. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil secara berurutan antara lain membentuk emulsi (larutan bening), membentuk emulsi (larutan keruh), membentuk emulsi (larutan bening), membentuk emulsi (larutan bening), membentuk emulsi (larutan bening), membentuk emulsi (larutan bening), dan membentuk emulsi (larutan bening). Uji ini bertujuan untuk membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier. Alkohol tersier bereaksi dan alkil klorida tersier akan membentuk lapisan keruh yang terpisah. Alkohol sekunder terlarut karena pembentukkan ion oksonium dan akhirnya terbentuk alkil klorida. Sedangkan alkohol primer sukar untuk menjadi klorida dengan ZnCl2/HCl.

7. Alkohol Aromatis/Fenol Percobaan ini terdiri dari dua tahap. Pertama, fenol ditambahkan dengan setetes demi setetes brom/karbon tetraklorida. Hasil yang didapatkan yaitu warna larutan berubah klorida. Ketika ditambahkan dengan larutan feri klorida, warna larutan berubah menjadi ungu. B. KARBONIL 1. Uji Gugus Karbonil Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml senyawa karbonil ( aseton, formalin, dan asetaldehid) ke dalam tabung reaksi dan menambahkan beberapa tetes larutan fenil hidrazin. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil warna larutan pada aseton dan asetaldehid berubah menjadi merah bata, dan formalin

berubah warna menjadi coklat. Perubahan warna menunjukkan bahwa masing masing larutan mengandung gugus karbonil. 2. Membedakan Aldehid dengan Keton a. Uji Fehling Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml senyawa karbonil ( aseton, formalin, dan asetaldehid) ke dalam tabung reaksi dan menambahkan pereaksi Fehling A dan Fehling B. Kemudian dipanaskan di atas penangas air. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil secara berurutan antara lain formalin dan asetaldehid mereduksi reagen fehling membentuk endapan merah bata, sedangkan aseton tidak mereduksi. b. Uji Tollens Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml senyawa karbonil ( aseton, formalin, dan asetaldehid) ke dalam tabung reaksi dan menambahkan pereaksi Tollens. Kemudian dipanaskan di atas penangas air. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil secara berurutan antara lain formalin dan asetaldehid mereduksi reagen Tollens membentuk cermin perak, sedangkan aseton tidak mereduksi. 3. Reaksi Oksidasi Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml senyawa karbonil ( aseton, formalin, dan asetaldehid) ke dalam tabung reaksi dan menambahkan dengan beberapa tetes kalium bikromat dan asam sulfat pekat, kemudian dipanaskan di atas penangas air. Setelah dingin, larutan tersebut ditambahkan dengan larutan fenil hidrazin. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil yaitu aseton dan formalin membentuk gelembung gas dan warna larutan berubah menjadi biru, sedangkan pada asetaldehid, warna larutan berubah menjadi coklat. Perubahan warna yang dihasilkan pada percobaan ini menunjukkan adanya reaksi oksidasi dengan kalium bikromat yang terjadi pada larutan sampel. 4. Iodoform Test Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 2 ml larutan sampel (aseton, formalin, dan asetaldehid) ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi 2 ml iodin, sambil mengaduk, ditambahkan NaOH hingga warna iodin berubah menjadi kuning muda. Diamkan, bila belum terbentuk endapan kuning, maka dipanaskan lagi tabung reaksi dalam penangas air. Uji iodoform reaksi antara sampel karbonil dengan iodin akan membentuk larutan berwarna kuning. Hal ini disebabkan karena karbonil bereaksi dengan hidrogen halida menghasilkan alkil halida. Berarti pada setiap sampel karbonil mengandung iodoform.

C. ASAM KARBOKSILAT 1. Reaksi dengan Bikarbonat Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan sampel (asam asetat, asam benzoat, asam oksalat, asam format, dan asam salisilat) ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan ke dalam masing masing larutan beberapa tetes natrium bikarbonat. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil yaitu semua larutan sampel berwarna bening dan membentuk gelembung gas. Gelembung gas yang dihasilkan pada percobaan ini menunjukkan adanya reaksi antara larutan sampel dengan natrium bikarbonat. 2. Membedakan Asam Mono dan Dikarboksilat Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan sampel (asam asetat, asam benzoat, asam oksalat, asam format, dan asam salisilat) ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan ke dalam masing masing larutan beberapa tetes larutan ferosulfat dan larutan NaOH. Hasil percobaan yaitu pada larutan asam mono karboksilat warna larutan berubah menjadi hijau, bening, dan jingga. Sedangkan pada larutan dikarboksilat warna larutan berubah menjadi coklat. 3. Khusus untuk Asam Asetat Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan asam asetat ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan larutan feri klorida. Hasil percobaan yaitu warna larutan berubah menjadi orange. Perubahan warna yang dihasilkan pada percobaan ini menunjukkan adanya reaksi antara larutan asam asetat dengan larutan feri klorida. 4. Esterifikasi dan Hidroksamat Test Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan sampel (asam asetat, asam benzoat, asam oksalat, asam format, dan asam salisilat) ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan ke dalam masing masing larutan ditambahkan alkohol dan asam sulfat pekat, lalu dipanaskan. Setelah itu, larutan ditambahkan dengan 0,5 ml NaOH 2 % dan dipanaskan sampai mendidih, kemudian ditambahkan dengan asam klorida encer, 1 ml etanol, dan beberapa tetes feri klorida. Hasil percobaan yaitu semua larutan sampel memberikan bau harum yang menandakan terbentuknya ester. Sedangkan warna pada larutan berubah menjadi merah bata yang menunjukkan bahwa larutan asam karboksilat bereaksi dengan pereaksi pada uji hidroksamat.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN A. ALKOHOL Dari percobaan alkohol, dapat disimpulkan bahwa : Jika alkohol mengandung air, warna larutan akan berubah menjadi warna biru dengan penambahan kupri sulfat anhidrat. Pada reaksi alkohol dengan asam karboksilat, apabila terbentuk ester, akan timbul bau harum pada larutan. Pada reaksi oksidasi, apabila senyawa alkohol bereaksi dengan larutan kalium kromat, akan terjadi perubahan warna pada larutan. Pada uji iodoform, apabila senyawa alkohol bereaksi dengan iodoform, warna larutan akan berubah dari coklat menjadi bening. Untuk membedakan alkohol primer, sekunder, dan tersier ditambahkan ZnCl2/HCl. Untuk membedakan antara mono alkohol dan poli alkohol, digunakan larutan kuprisulfat dan larutan NaOH. Jika mono alkohol ditambahkan larutan kuprisulfat dan larutan NaOH, akan terbentuk endapan biru. Jika poli alkohol ditambahkan larutan kuprisulfat dan larutan NaOH, warna larutan akan berubah menjadi biru. Alkohol aromatis atau fenol dapat dikenal dengan menambahkan brom/karbon tetraklorida dan larutan feri klorida. B. KARBONIL Dari percobaan karbonil, dapat disimpulkan bahwa : Untuk mengetahui adanya gugus karbonil pada senyawa, dapat dilakukan dengan penambahan larutan fenil hidrazin. Untuk membedakan aldehid dengan keton digunakan pereaksi fehling dan pereaksi tollens. Aldehid dapat mereduksi pereaksi fehling dengan membentuk endapan merah bata, sedangkan keton tidak. Aldehid juga dapat mereduksi pereaksi tollens membentuk cermin perak, sedangkan keton tidak. Jika senyawa karbonil bereaksi dengan kalium bikromat, akan terjadi perubahan warna pada larutan yaitu berwarna coklat. Jika senyawa karbonil bereaksi dengan iodoform, akan terjadi perubahan warna pada larutan yaitu dari coklat menjadi bening. C. ASAM KARBOKSILAT Dari percobaan asam karboksilat, dapat disimpulkan bahwa : Jika senyawa karboksilat bereaksi dengan bikarbonat, akan terbentuk gelembung gas.

Untuk membedakan asam mono dan dikarboksilat, dapat diuji dengan larutan fero sulfat atau garam mohr. Jika larutan asam asetat bereaksi dengan larutan feri klorida, akan terjadi perubahan warna menjadi orange. Pembentukan ester ditandai dengan timbulnya bau harum pada larutan. 5.2 SARAN Agar praktikum selanjutnya mendapatkan hasil yang maksimal dan lebih baik, maka kepada praktikan selanjutnya disarankan agar :

Gunakan tabung reaksi yang bersih dan kering. Berhati hati dalam mencampurkan suatu larutan dengan larutan lain. Jangan mencium secara langsung suatu larutan. Bersabar dalam melakukan praktikum terutama saat memanaskan suatu larutan. Apabila telah selesai melakukan percobaan, cuci tabung reaksi sampai bersih, jangan sampai ada noda yang tertinggal.

Diposkan oleh Yolani Syaputri di 11:40 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Tidak ada komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut Arsip Blog

2012 (12) o Juli (1) o Mei (1) o April (2) o Januari (8) IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI AMINA, KARBOHIDRAT,PROT... IDENTIFIKASI ALKOHOL, KARBONIL DAN ASAM KARBOKSILA... Kromatografi Kolom KROMATOGRAFI LAPIS TIPISI. TUJUANUntuk menentukan... Sokletasi

DISTILASI TRAPPING I. TUJUANUntuk mengisolasi min... Distilasi Normal

2011 (1)

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS I. TUJUAN Untuk menentukan jumlah komponen atau senyawa penyusun suatu campuran. II. TEORI Kromatografi adalah suatu metoda pemisahan campuran senyawa atau komponen berdasarkan pada percobaan distribusi senyawa atau komponen-komponen yakni antara dua fasa yaitu : a. Fasa diam (adsorben atau lapisan penyerap) Bertindak sebagai pemisah campuran. Contoh pelrut yang digunakan adalah silika gel, alumunium oksida, selulosa. Namun yamg paling banyak digunakan adalah slika gel dan alumunium oksida karena kadar air yang digunakan berpengaruh nyata terhadap daya. b. Fasa gerak (Eluen) Bertindak sebagai pembawa campuran. Komponen-komponen campuran akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda akibat hambatan dari fase diam sehingga terjadi pemisahaan. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari satu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama. Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-

komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula. Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Gel silika atau alumina meupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultraviolet. Prinsip kerja dari kromatografi lapis tipis adalah dengan memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel, alumina dan serbuk selulosa. Partikel silika gel mengandung gugus hidroksil pada permukaannya yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul polar air. Pada kromatografi lapis tipis, sebuah garis digambarkan dibagian atas dan bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna di tempatkan pada garis yang telah ditentukan. Diberikan penandaan pada garis dilempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika dilakukan dengan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram di bentuk. Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah bewarna dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf. Rf merupakan nilai dari Jarak relatif f pada pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen (fase gerak) untuk setiap senyawa berlaku rumus sebagai berikut: Rf = Jarak yang di tempuh komponen Jarak yang ditempuh pelarut Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karena itu Rf juga disebut faktor referensi. Faktor yang mempengaruhi gerak dan harga Rf: Sifat dari penyerap dan derajat aktivitas. Struktur kimia dari senyawa dipisahkan. Kerapan dari satu pasang penyerap. Pelarut (derajat kemurnian) fase bergerak. Syarat-syarat pelarut yang diinginkan dalam KLT : Pelarut yang digunakan tergantung pada sifat zat yang akan dianalisa. Yang polar akan larut pada pelarut polar. Untuk komponen yang lebih polar.

Keuntungan KLT : 1. Waktu relatif singkat 2. Menggunakan inestasi yang kecil. 3. Paling cocok untuk analisis bahan alam dan obat. 4. Jumlah cuplikan yang dengan sedikit. 5. Kebutuhaan ruang minimum. 6. Penanganan sederhana. 7. Zat yang bersifat asam/basa kuat dapat dipisahkan dengan KLT. Kelemahan KLT : 1. Hanya merupakan langkah awal untuk menentukan pelarut yang cocok dengan pada kromatografi kolom 2. Noda yang terbetuk belum tentu senyawa murni.

III.

PROSEDUR PERCOBAN

3.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Plat KLT digunakan sebagai media pada noda 2. Pipa kapiler digunakan sebagai alat untuk meneteskan hasil soklet pada KLT 3. Chamber digunakan untuk tempat proses pendorongan noda oleh eluen B. Bahan 1. Hasil ekstrak soklet sebagai sampel yang akan di uji senyawanya 2. Pelarut atau eluen digunakan untuk mendorong noda pada KLT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum yang telah dilakukan, digunakan hasil ekstraksi sampel buah naga yang telah dilakukan dengan cara sokletasi. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin di deteksi dengan memisahkan komponen-komponen berdasarkan kepolarannya. Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau aluminia yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastk yang keras. Gel silika (aluminia) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis sering kali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar dalam sinar ultraviolet. Namun, pada percobaan ini, plat kromatografi lapis tipis tidak mengeluarkan pendar flour. Ini bukan dikarenakan dalam buah naga terdapat komponen-komponen atau senyawa-senyawa, tetapi dalam kesalahan penyemprotan dengan larutan NaOH 1% dalam etanol : air (1:1). Eluen yang praktikan lakukan mengalami perbandingan 1 : 9 antara methanol : etil. Prinsip kerja dari kromatografi lapis tipis ini adalah dengan memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan mudah terbawa oleh fase gerak tersebut. Jarak antara jalannya pelarut bersigat relative. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastika spot (noda) yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak platnya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalag Rf. Nilai ini digunakan sbagai perbandingan relati antara sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fasa diam, sehingga nilai Rf sering juga di sebut faktor retensi. Namun, pada praktikum yang telah dilakukan, noda tak tampak sehingga tak dapat dilakukan perhitungan nilai Rf.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, prakktikan dapat menyimpulkan bahwa KLT merupakan suatu metoda pemisahan campuran senyawa atau komponen berdasarkan pada perbedaan distribusi senyawa atau komponen antara dua fasa, yaitu fasa diam dan fasa gerak. Prinsip kerja dari KLT ini adalah dengan memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.

Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen, maka sampel akan mudah terbawa oleh fase gerak. Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan untuk memastikan noda yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut disebut dengan Rf. Dimana Rf merupakan jarak yang ditempuh substansi dibagi dengan jarak yang ditempuh pelarut. 5.2 Saran 1. Totolan pada batas bawah tidak boleh terendam pelarut 2. Usahakan chamber tidak berongga saat dilakukan penarikan noda oleh eluen 3. Kuasai prosedur kerja dan jangan salah dalam penyemprotan NaOH 1% dalam etanol : air (1:1)

DAFTAR PUSTAKA Anwar, Khairil, dkk . 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta : PMIPAUGM

Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi. Penerbit ITB. Bandung.

Underwood, AL dan JR. Day R.A. analisa kimiaa kuantitatif edisi keenam. Jakarta : Erlangga.

http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi- lapis-tipis.html

Diposkan oleh Yolani Syaputri di 11:30 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Tidak ada komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Kromatografi Kolom

KROMATOGRAFI KOLOM

I. TUJUAN Mempelajari cara pemisahan suatu campuran dengan kromotografi kolom. II. TEORI Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben terhadap suatu senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya. Sebelumnya dilakukan percobaan tarhadap kromatografi lapis tipis sebagai pencari kondisi eluen. Misalnya apsolsi yang cocok dengan pelarut yang baik sehingga antara pengotor dan hasil isolasinya terpisah secara sempurna. Alat yang diinginkan adalah kolom gelas yang diisi dengan zat padat aktif seperti alumino dan selika gel sebagai fase diam. Zat yang dimasukan lewat puncak kolom akan mengalir kedalam zat penyerap. Zat diserap dari larutan secara sempurna oleh zat penyerapan berupa pita sempit pada ujung kolom dengan kecepatan yang berbeda, sehingga terjadi pemisahan dalam kolom. Hasil pemisahan ini disebut kromatogram. Umumnya pada kromatografi kolom digunakan campuran homogen seperti campuran gas dilakukan pada suatu penyerap (absorbent). Komponen penyusun campur akan diserap oleh adsoben adalah 1 : 50. Metode ini dapat memisahkan zat dari 100 mg sampai 5 mg bahkan lebih. Pemisahan campuran baik bila harga Rf = 0.6. Teknik kromatografi kolom paling sesuai untuk pemisahan hasil isolasi dari pengotornya. Pemisahan dengan kromatografi kolom biasanya digunakan absorben yang paling umum : alumunium oksida (Al2O3) yang mempunyai daya absorsi atau kereaktifan yang diatur secara cepat sehingga penggunaan memberikan hasil yang baik. Seberapa jauh komponen itu dapat diserap absorben tergantun pada sifat fisika komponen tersebut. Bila campuran cairan dilakukan dengan kolom yang berisikan absorben, komponen cairan lainya akan mengalir kebawah . Jadi semakin lemah kemungkinan cairan itu teradsopsi semakin cepat komponen itu mengalir ke bawah. Bila kecepatan gerak cairan itu lebih besar dari pada kecepatran absorbsi oleh absorben. Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan daya serap dari masing-masing komponen, campuran yang akan diuji, dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu di masukan lewat puncak kolom dan dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa yang lebih polar akan terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat dari senyawa non polar terserap lebih lemah dan turun lebih cepat. Zat yang di serap dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom. Pelarut lebih lanjut / dengan

tanpa tekanan udara masin-masing zat akan bergerak turun dengan kecepatan khusus sehingga terjadi pemisahan dalam kolom. Kromatografi kolom dilihat dari jenis fasa diam dan fasa geraknya dapat dibedakan : Kromatografi Fase Normal Kromatografi dengan kolom konvensional dimana fase diamnya normal bersifat polar, misalnya silica gel, sedangkan fase geraknya bersifat non polar. Kromatografi Fase Terbalik Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat non polar, sedangkan fase geraknya bersifat polar; kebalikan dari fase normal. Cara pengisian kolom terbagi dua , yaitu : 1. Cara basah Isi dasar kolom dengan kapas Masukkan eluen Campurkan dengan rata sebagai adsorben dan eluen menjadi homogen Jangan tersentuh atau diguncangkan 6 jam Setelah stabil, masukkan eluen dan zat, lalu keluarkan eluen 2. Cara kering Isi tabung dengan kapas Masukkan eluen Masukkan adsorben kering sedikit demi sedikit Lalu di aduk

Faktor yang mempengaruhi kecepatan gerak zat: - Daya serap adsorben. - Sifat pelarut. - Suhu sistem kromotografi. Kecepatan turunan sampel dipengaruhi oleh : Tekanan didalam kolom semakin besar semakin cepat.

Panjang absorben, makin panjan makin cepat turunnya senyawa. Ukuran artikel absorben. Rongga udara dalam absorben. Jika ada rongga udara dalam adsorben maka jalannya senyawa akan Faktor yang mempengaruhi proses pemisahan: terganggu.

Daya serap adsoben. Jenis / sifat eluen. Suhu kromatografi. Pelarut yang digunakan.

III. PROSEDUR KERJA 3.1 Alat dan Bahan Adapun bahan-bahan dan peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut : a. Alat

Kolom kromatografi, alat gelas berupa kolom sebagai tempat fase diam dan media proses kromatografi. Botol vial, botol kecil dengan volume 10 mL sebagai wadah penampung hasil pemisahan. Standar dan klem, sebagai alat bantu untuk rangkaian alat kromatografi. Gelas piala, sebagai wadah pelarut. Batang pengaduk dan corong, sebagai alat bantu untuk mengalirkan pelarut ketika memasukkannya ke dalam kolom. b. Bahan Hasil ekstrak buah naga (pada objek sokletasi) sebagai sampel uji. Silika sebagai bahan untuk fase diam. Eluent / fase gerak, berupa campuran heksan dengan etil asetat dengan perbandingan tertentu. Kapas, sebagai bahan pembatas dan penahan pada serbuk silika

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Data Dari praktikum Kromatografi Kolom yang dilakukan didapatkan data-data sebagai berikut : Sampel Jenis Eluen : ekstrak buah naga (hasil dari objek sokletasi).

: campuran heksan dengan etil asetat, dengan sistem SGP (step gradien polarity) Tabel Pengamatan.

No.

Perbandinga Heksan : Etil Asetat

Warna Zat

1 2 3 4 5 6

10:0 8:2 6:4 4:6 2:8 0:10

bening bening Orange muda orange muda orange orange

4.2 Pembahasan Pemisahan ekstrak buah naga ini dilakukan dengan metode kromatografi kolom, dengan sistem pelarut SGP (Step Gradieny Polarity). Langkah ini diambil karena belum diketahui jenis eluen yang cocok dengan pemisahan ini. Sistem pelarut SGP dilakukan dengan cara menggantikan / mengubah kepolaran dari eluen yang digunakan secara bertahap. Eluen tersebut merupakan campuran dua jenis pelarut dengan kepolaran berbeda. Dengan mengubah perbandingan campurannya kita dapat menggeser tingkat kepolaran dari eluen ini. Pada

pengerjaannya di awali dengan satu jenis pelarut yaitu berupa heksan saja, kemudian digeser tingkat kepolarannya dengan mencampurkannya dengan pelarut etil asetat. Pencampuran dilakukan dengan perbandingan yang divariasikan secara bertahap, hingga diakhiri dengan hanya menggunakan etil asetat saja sebagai eluen. Dengan ini diharapkan dapat memberikan pemisahan yang lebih baik. Eluen dialirkan untuk pemisahan komponen dengan kecepatan alir sekitar 100 tetesan per menitnya. Aliran eluen diatur agar tidak terlalu cepat agar komponen dapat terpisah dengan. Alirannya pun diusahakan tidak terlalu lambat agar proses tidak terlalu lama. Eluen mengalir mengelusi sampel menyusuri fase diam di sepanjang kolom dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Dengan adanya perubahan tingkat kepolaran secara bertahap, keterikatan komponen terhadap pelarut dan keterikatan masing-masing komponen terhadap fase diam akan berubah-ubah, sesuai dengan sifat-sifat masing-masing komponen.. Komponen ini dibawa oleh pelarut dan tertampung pada vial penampung. Hasil pemisahan dapat diakumulasikan dan masih dalam keadaan terlarut dalam pelarut. Kita bisa saja mendapatkan komponen murninya dengan pemekatan, meskipun hasilnya tidak terlalu banyak. Untuk lebih memastikan tingkat kemurnian dari hasil pemisahan dapat kita uji dengan metode Kromatografi Lapisan Tipis. Hasil yang ada pada masing-masing vial tersebut kita uji dengan KLT sehingga bisa kita lihat apakah pada masing-masing benar-benar hanya mengandung satu komponen. Kelebihan dari metode ini jika dibandingkan dengan KLT adalah bahwa kita dapat melakukan pemisahan untuk sampel dengan jumlah yang lebih banyak. Di samping itu, kita juga bisa memperoleh hasil pemisahan tersebut dan menampungnya. Proses pemisahan pada kromatografi kolom ini bisa dikatakan sebagai bentuk sederhana dari teknik kromatografi yang dilakukan dengan instrument kinerja tinggi. Kita juga bisa melakukan pemisahan dengan jenis eluen lain, atau dengan jenis absorben lainnya. Kolom di sini hanya sebatas berfungsi sebagai wadah. Bahan yang digunakan sebagai fase diam dapat berupa macam, baik itu dengan memanfaatkan prinsip partisi ataupun absorbsi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa dengan kromatografi kolom kita dapat memisahkan komponen penyusun dari suatu sampel bahan alam. Hasil pemisahannya disimpan dalam 6 botol vial secara terpisah untuk masing-masing jenis eluen. 5.2 Saran Belum dapat dipastikan apakah pada masing-masing vial benar-benar hanya terdapat satu jenis komponen. Untuk lebih memastikan kita dapat menguji masing-masing vial dengan menggunakan metode Kromatografi Lapisan Tipis.

Tugas Sebelum Pratikum 1. Bagaimana cara memilih eluen untuk kromatografi kolom? Jawab : Dengan meneteskan pada plat lapis tapis, jika KLT hasilnya bagus dari totolan suatu zat dan berbentuk bulatan maka eluen tersebut baik untuk kromatografi kolom. 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pemisahan? Jawab : Pemilihan adsorben sebagai fase diam Kepolaran pelarut yang akan dipisahkan Laju elusi atau aliran fase gerak Jawab : a. Step graden polarity, dimana noda yang tampak sehingga hasil kromatografi kolom pada plat KLT sangat berdekatan. b. Kokratik, dimana noda yang tampak sehingga hasil kromatografi kolom pada plat KLT berimpit dengan kepolaran.

3. Jelaska metoda pengelusian yang digunakan pada kromatografi kolom!

DAFTAR PUSTAKA http://asyharstf08.wordpress.com/2010/02/25/kromatografi-kolom-dan-lapis-tipis

http://wiro-pharmacy-blogspot.com/2009/10/kuliah-kromatografi-kolom-bagian 1.html http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian_material/ kromatografi

http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/analisis/ column1.gif

Diposkan oleh Yolani Syaputri di 11:35 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Tidak ada komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut Arsip Blog

2012 (12) o Juli (1) o Mei (1) o April (2) o Januari (8) IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI AMINA, KARBOHIDRAT,PROT... IDENTIFIKASI ALKOHOL, KARBONIL DAN ASAM KARBOKSILA... Kromatografi Kolom KROMATOGRAFI LAPIS TIPISI. TUJUANUntuk menentukan... Sokletasi DISTILASI TRAPPING I. TUJUANUntuk mengisolasi min... Distilasi Normal 2011 (1) Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

SOKLETASI Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi. Adapun prinsip sokletasi ini adalah Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan. Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi : 1. Pelarut yang mudah menguap Ex : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol 2. Titik didih pelarut rendah. 3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan. 4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi. 5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan. 6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut pelarut organik dengan kepolaran

yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa senyawa trepenoid dan lipid lipid, kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa senyawa yang lebih polar. Walaupun demikian, cara ini seringkali tidak. menghasilkan pemisahan yang sempurna dari senyawa senyawa yang diekstraksi. Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi. Alat sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena ada kemungkinan saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga tidak boleh terlalu tinggi dari pipa kapiler karena sampel tidak terendam seluruhnya. Dibanding dengan cara terdahulu ( destilasi ), maka metoda sokletasi ini lebih efisien, karena: 1. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang kali. 2. Waktu yang digunakan lebih efisien. 3. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi. Sokletasi dihentikan apabila : 1. Pelarut yang digunakan tidak berwarna lagi. 2. Sampel yang diletakkan diatas kaca arloji tidak menimbulkan bercak lagi. 3. Hasil sokletasi di uji dengan pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik. Keunggulan sokletasi : 1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang. 2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit. 3. Proses sokletasi berlangsung cepat. 4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit. 5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali. Kelemahan sokletasi : 1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian. 2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya. 3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap. Skema kerja 1. Pasang alat soklet 2. Haluskan dan keringkan sampel 3. Bungkus sampel dengan kertas saring ( selongsong ), ikat dengan benang,masukkan ke dalam alat

soklet 4. Masukkan pelarut sebanyak 1,5 x volume ekstraktor soklet 5. Lakukan sokletasi sampai pelarut tidak berwarna 6. Keluarkan sampel, panaskan untuk memisahkan pelarut dari senyawa hasil ekstraksi

DISTILASI

BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah Destilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada sekitar abad ke-4 Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro, The Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat terbakar, ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801873).

B. Definisi Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton. C. Pembagian Destilasi 1. Distilasi berdasarkan prosesnya terbagi menjadi dua, yaitu : a. Distilasi kontinyu b. Distilasi batch 2. Berdasarkan basis tekanan operasinya terbagi menjadi tiga, yaitu : a. Distilasi atmosferis b. Distilasi vakum c. Distilasi tekanan 3. Berdasarkan komponen penyusunnya terbagi menjadi dua, yaitu : a. Destilasi system biner b. Destilasi system multi komponen 4. Berdasarkan system operasinya terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Single-stage Distillation b. Multi stage Distillation Selain pembagian macam destilasi, dalam referensi lain menyebutkan macam macam destilasi, yaitu : 1. Destilasi sederhana 2. Destilasi bertingkat ( fraksional ) 3. Destilasi azeotrop 4. Destilasi vakum 5. Refluks / destruksi 6. Destilasi kering D. Aplikasi Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dll. Udara didistilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon. Distilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling. BAB II PEMBAHASAN Pembagian destilasi telah dibahas secara ringkas pada bab sebelumnya. Namun dalam makalah ini akan dibahas lebih spesifik mengenai Destilasi Sederhana. Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki

perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih masing masing.

Gambar 1. Alat Destilasi Sederhana Gambar di atas merupakan alat destilasi atau yang disebut destilator. Yang terdiri dari thermometer, labu didih, steel head, pemanas, kondensor, dan labu penampung destilat. Thermometer Biasanya digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didestilasi selama proses destilasi berlangsung. Seringnya thermometer yang digunakan harus memenuhi syarat: a. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.

b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE sejajar dengan pipa penyalur uap ke kondensor. Labu didih berfungsi sebagai tempat suatu campuran zat cair yang akan didestilasi .

Steel head berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk ke alat pendingin ( kondensor ) dan biasanya labu destilasi dengan leher yang berfungsi sebagai steel head. Kondensor memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar yang berfungsi untuk aliran uap hasil reaksi dan untuk aliran air keran. Pendingin yang digunakan biasanya adalah air yang dialirkan dari dasar pipa, tujuannya adalah agar bagian dari dalam pipa lebih lama mengalami kontak dengan air sehingga pendinginan lebih sempurna dan hasil yang diperoleh lebih sempurna. Penampung destilat bisa berupa erlenmeyer, labu, ataupun tabung reaksi tergantung pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat menggunakan penangas, ataupun mantel listrik yang biasanya sudah terpasang pada destilator. Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik didih. Cairan yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempnyai titik didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar. Jika campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama dengan komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile atau komponen dengan titik didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul dan dinginkan, uap akan terembunkan dan komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik didih lebih rendah. Jika suhu relative tetap, maka destilat yang terkumpul akan mengandung senyawa murni dari salah satu komponen dalam campuran. Dalam diskusi yang lalu disinggung mengenai bagaimana aplikasi dari destilasi sederhana ini. pada bab sebelumnya dibahas bahwa aplikasi destilasi secara umum yaitu pada pengolahan minyak mentah, namun itu dengan destilasi vakum atau fraksional. Destilasi sederhana digunakan untuk pemurnian senyawa yang biasanya telah diekstraksi. Misalnya ekstraksi padatcair dan.pada sintesis kloroform. Pada dasarnya prinsip atau metode pemisahannya sama. Sintesis koroform tanpa ekstraksi, dengan mereaksikan kaporit dan aseton yang akan menghasilkan kloroform.

Mula mula kaporit dihaluskan menggunakan lumpang porselen dengan penambahan akuades sedikit demi sedikit. Hal ini bertujuan untuk memperluas permukaan kaporit sehingga mudah bereaksi. Setelah halus kaporit dituangkan ke dalam labu destilasi. Kemudian dimasukkan aquades ke dalam penampung destilasi. Aquades berfungsi untuk mengurangi penguapan destilat. Selanjutnya aseton dituang ke dalam corong pisah dan diencerkan dengan aquades yang berfungsi sebagai media reaksi. Selanjutnya aseton diteteskan ke dalam labu destilasi yang berisi kaporit. Dilanjutkan dengan pemanasan pada suhu 60 C. Campuran yang menguap mengandung kloroform dan air. Uap ini mengalir melewati tabung kondensor dan mengembun. Embun ini mencair dan mengalir ke dalam penampung destilat yang telah berisi aquades. Destilat didinginkan di dalam baskom berisi es untuk mengurangi penguapan klorofom. Klorofom yang masih mengandung air dipisahkan dengan penambahan NaOH dalam corong pisah sehingga terbentuk lapisan dimana klorofom lapisan bawah karena masa jenisnya lebih kecil. Kloroform selanjutnya diteteskan kedalam CaCl anhidrat untuk mengikat air pada kloroform dan disaring. Pada diskusi kemarin juga ditanyakan mengapa hasil klorofom yang diperoleh sangat sedikit. Alasan pertama, pada dasarnya koloroform merupakan senyawa yang volatile dengan titik didih yang rendah yaitu 60 C oleh karenanya pemanasan harus konstan dan dijaga. Bila melewati titik didihnya maka klorofom akan habis menguap dan terlarut ke dalam larutannya. Yang kedua adalah pada proses pemisahan pada corong pisah dimana klorofom belum semuanya turun ke bawah sehingga ketika dipisahkan pun hasilnya sedikit. Ditanyakan pula pada diskusi tersebut mengenai perubahan fase tampak. Maksud dari fase tampak ialah perubahan fase senyawa itu jelas. Yaitu kloroform atau senyawa lain yang kita inginkan dalam suatu campuran dalam fase cair itu menguap sehingga senyawa tersebut dalam fase gas kemudian terkondensasi menjadi embun lalu menetes menjadi air ( fase cair kembali ). BAB III PENUTUP Berbagai campuran dapat dimurnikan dengan destilasi sederhana. Distilasi sederhana merupakan salah satu metode yang digunakan untuk pemurnian dan pemisahan suatu larutan yang berdasarkan pada perbedaan titik didih yang relative jauh. Aplikasinya seperti pada

sintesis kloroform dan ekstraksi padat cair yang pemurniannya menggunakan destilator. Selain itu salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dll. Destilator terdiri dari thermometer, labu didih, steel head, pemanas, kondensor, dan labu penampung destilat yang memiliki fungsi tertentu. Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik didih. Cairan yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempnyai titik didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar. Jika campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama dengan komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile atau komponen dengan titik didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul dan dinginkan, uap akan terembunkan dan komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik didih lebih rendah. Jika suhu relative tetap, maka destilat yang terkumpul akan mengandung senyawa murni dari salah satu komponen dalam campuran. DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/distilas http://gedehace.blogspot.com/2009/03/ kuliah/destilasi/distilasi-part-1.html http:// www-chem-is-try:org/sect=belajar&ext=destilation07-03 Ristiyani, Janik. 2008 .Laporan praktikum Kimia Organik II . Sintesis Klorofom . Yogyakarta: Laboratorium UIN Sunan Kalijaga

Kromatografi Lapis Tipis


Ditulis oleh Jim Clark pada 06-10-2007

Bagian ini merupakan pengantar ke topik kromatografi lapis tipis. Meskipun anda adalah seorang pemula yang mungkin lebih mengenal kromatografi kertas, penjelasantentang kromatografi lapis tipis sama mudahnya dengan kromatografi kertas.
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis Latar Belakang Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponenkomponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita akan membahasnya lebih lanjut. Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Kromatogram Kita akan mulai membahas hal yang sederhana untuk mencoba melihat bagaimana pewarna tertentu dalam kenyataannya merupakan sebuah campuran sederhana dari beberapa pewarna.

Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk. Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada. Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.

Gambar menunjukkan lempengan setalah pelarut bergerak setengah dari lempengan. Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam. Perhitungan nilai Rf Jika anda ingin mengetahui bagaimana jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, anda dapat berhenti pada bahasan sebelumnya. Namun, sering kali pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing. Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan. Pengukuran berlangsung sebagai berikut:

Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut: Rf=jarak yang ditempuh oleh komponen jarak yang ditempuh oleh pelarut

Sebagai contoh, jika komponen berwarna merah bergerak dari 1.7 cm dari garis awal, sementara pelarut berjarak 5.0 cm, sehingga nilai Rf untuk komponen berwarna merah menjadi:

Jika anda dapat mengulang percobaan ini pada kondisi yang tepat sama, nilai Rf yang akan diperoleh untuk setiap warna akan selalu sama. Sebagai contoh, nilai Rf untuk warna merah selalu adalah 0.34. Namun, jika terdapat perubahan (suhu, komposisi pelarut dan sebagainya), nilai tersebut akan berubah. Anda harus tetap mengingat teknik ini jika anda ingin mengidentifikasi pewarna yang tertentu. Mari kita lihat bagaimana menggunakan kromatografi lapis tipis untuk menganalisis pada bagian selanjutnya.
Bagaimana halnya jika substansi yang ingin anda analisis tidak berwarna? Ada dua cara untuk menyelesaikan analisis sampel yang tidakberwarna. Menggunakan pendarflour Mungkin anda masih ingat apa yang telah saya sebutkan bahwa fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika anda menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar. Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa jika anda menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.

Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, anda harus menandai posisi-posisi dari bercakbercak dengan menggunakan pinsil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Seketika anda mematikan sinar UV, bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali. Penunjukkan bercak secara kimia Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino. Kromatogram dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu.

Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium. Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.
Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium. Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih

dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan. Penggunaan kromatografi lapis tipis untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa Anggaplah anda mempunyai campuran asam amino dan ingin menemukan asam amino-asam amino tertentu yang terkandung didalam campuran tersebut. Untuk sederhananya, mari kira berasumsi bahwa anda mengetahui bahwa campuran hanya mungkin mengandung lima asam amino. Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis tipis dan bercak-bercak kecil yang serupa dari asam amino yang telah diketahui juga ditempatkan pada disamping tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M dan asam amino yang telah diketahui ditandai 1-5. Bagian kiri gambar menunjukkan lempengan setelah pelarut hampirmencapai bagian atas dari lempengan. Bercak-bercak masih belum tampak. Gambar kedua menunjukkan apa yang terjadi setelah lempengan disemprotkan ninhidrin.

Tidak diperlukan menghitung nilai Rf karena anda dengan mudah dapat membandingkan bercakbercak pada campuran dengan bercak dari asam amino yang telah diketahui melalui posisi dan warnanya. Dalam contoh ini, campuran mengandung asam amino 1, 4 dan 5. Bagaimana jika campuran mengandung lebih banyak asam amino daripada asam amino yang digunakan sebagai perbandingan? Ini memungkinkan adanya bercak-bercak dari campuran yang tidak sesuai dengan asam amino yang dijadikan perbandingan itu. Anda sebaiknya mengulangi eksperimen menggunakan asam amino lain sebagai perbandingan.
Bagaimana kromatografi lapis tipis berkerja? Fase diam-jel silika

Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.

Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.

Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol..
Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk alumina. Apa yang memisahkan senyawa-senyawa dalam kromatogram? Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut. Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada:

Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silika.

Anggaplah bercak awal mengandung dua senyawa, yang satu dapat membentuk ikatan hidrogen, dan yang lainnya hanya dapat mengambilbagian interaksi van der Waals yang lemah. Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan.

Penjerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut. Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan. Dalam contoh yang sudah kita bahas, senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan menjerap lebih kuat daripada yang tergantung hanya pada interaksi van der Waals, dan karenanya bergerak lebih jauh pada lempengan. Bagaimana jika komponen-komponen dalam campuran dapat membentuk ikatan-ikatan hidrogen? Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan jel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting-hal ini akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik pada larutan keluar dari permukaan silika. Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika anda membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu dengan baiktermasukmemungkinkan perubahan pH pelarut. Ini merupakan tingkatan uji coba ? jika satu pelarut atau campuran pelarut tidak berkerja dengan baik, anda mencoba pelarut lainnya. (Berikan tingkatan dimana anda dapat berkerja, seseorang telah berkerja keras untuk anda dan anda hanya menggunakan campuran pelarut yang telah anda berikan dan segala sesuatunya akan berkerja dengan sempurna!)

Kromatografi Kolom
Ditulis oleh Redaksi chem-is-try.org pada 06-10-2007

Bagian ini menunjukkan bagaimana prinsip yang sama yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis yang dapat diterapkan pada skala besar untuk pemisahan campuran dalam kromatografi kolom. Kolom kromatografi seringkali digunakan untuk memurnikan senyawa di laboratorium.

Pelaksanaan kromatografi kolom Kolom Dalam kromatografi lapis tipis, fase diam adalah lapisan tipis jel silika atau alumina pada sebuah lempengan gelas, logam atau plastik. Kolom kromatografi berkerja berdasarkan skala yang lebih besar menggunakan material terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertikal. Berbagai ukuran kolom kromatografi digunakan dan jika anda membuka link pada halaman Kimia Organik dari situs Universitas Colorado, anda akan menemukan foto dari bermacam-macam kolom. Dalam laboratorium sekolah, seringkali dengan mudah digunakan buret biasa sebagai kromatografi kolom.

Penggunaan kolom Anggaplah anda akan memisahkan campuran dari dua senyawa yang berwarna, yaitu kuning dan biru. Warna campuran yang tampak adalah hijau. Anda akan membuat larutan jenuh dari campuran dengan menggunakan pelarut yang lebih disukai dalam kolom. Pertama anda membuka kran penutup untuk membiarkan pelarut yang sudah berada dalam kolom mengering sehingga material terpadatkan rata pada bagian atas, dan kemudian tambahkan larutan secara hati-hati dari bagian atas kolom. Lalu buka kran kembali sehingga campuran berwarna akan diserap pada bagian atas material terpadatkan, sehingga akan tampak seperti gambar dibawah ini:

Selanjutnya tambahkan pelarut baru melalui bagian atas kolom, cegah sedapat mungkin jangan sampai merusak material terpadatkan dalam kolom. Lalu buka kran, supaya pelarut dapat mengalir melalui kolom, kumpulkan dalam satu gelas kimia atau labu dibawah kolom. Karena pelarut mengalir kontinyu, anda tetap tambahkan pelarut baru dari bagian atas kolom sehingga kolom tidak pernah kering. Gambar berikut menunjukkan perubahan yang mungkin terjadi sejalan dengan perubahan waktu.

Penjelasan tentang apa yang terjadi Ini mengasumsikan bahwa anda telah membaca penjelasan tentang apa yang terjadi pada kromatografi lapis tipis. Jika belum, ikuti link awal pada bagian atas halaman dan kembali pada bagian ini dan selanjutnya. Senyawa biru lebih polar daripada senyawa kuning dan memungkinkan mempunyai kemampuan berikatan dengan hidrogen. Anda dapat mengatakan ini karena senyawa biru tidak bergerak secara sangat cepat melalui kolom. Itu berarti bahwa senyawa biru harus dijerap secara kuat pada jel silika atau alumina dibanding dengan senyawa kuning. Karena kurang polar, senyawa kuning menghabiskan waktu dalam pelarut, sehingga keluar dari kolom lebih cepat. Proses pencucian senyawa melalui kolom menggunakan pelarut dikenal sebagai elusi. Pelarut disebut sebagai eluen.
Apakah anda hanya ingin mengumpulkan senyawa biru saja? Sudah waktunya untuk mencuci senyawa biru melalui kecepatan bergeraknya pada waktunya! Namun, tidak ada alasan mengapa anda tidak dapat mengganti pelarut selama elusi. Anggaplah anda menggantikan pelarut yang anda telah digunakan selama ini dengan pelarut yang lebih polar, setelah seluruh senyawa kuning selesai terkumpulkan. Ini akan mempunyai dua pengaruh, keduanya akan mempercepat senyawa biru melalui kolom.

Pelarut polar akan bersaing untuk mendapatkan ruang pada jel silika atau alumina dengan senyawa biru. Beberapa ruang untuk sementara dipergunakan oleh molekul-molekul pelarut pada permukaan fase diam, tidak menyediakan molekul-molekul biru untuk melekat dan ini akan cenderung menjaga pergerakannya dalam pelarut. Akan ada atraksi yang lebih besar antara molekul-molekul pelarut polar dan molekul biru yang polar. Kecenderungan ini akan menarik molekul-molekul biru menempel pada fase diam kembali pada larutan.

Pengaruh total yaitu dengan bertambahnya kepolaran pelarut, senyawa biru akan menghabiskan waktu dalam larutan dan karenanya akan bergerak lebih cepat. Lalu mengapa tidak menggunakan alternatif ini dalam tempat pertama? Jawabannya adalah jika senyawa-senyawa dalam campuran bergerak secara sangat cepat melalui kolom dari awal, anda mungkin tidak akan mendapatkan pemisahan yang baik
Bagaimana jika campuran yang anda miliki tidak berwarna? Jika anda akan menggunakan kromatografi kolom untuk memurnikan produk organik, mungkin produk yang anda harapkan akan menjadi produk yang tidak berwarna, meskipun satu atau lebih dari pengotor berwarna. Mari kita berasumsi kasus terburuk yaitu segala sesuatunya tidak berwarna.

Bagaimana anda bisa mengetahui bahwa substansi yang anda diinginkan telah mencapai bagian bawah kolom? Ini bukan merupakan pekerjaan yang cepat dan mudah! Apa yang akan anda kumpulkan dan apa yang keluar dari bawah kolom dalam seluruh rangkaian pipa yang berlabel. Bagaimana besar setiap sampel akan jelas tergantung pada bagaimana besar kolom yaitu-anda mungkin mengumpulkan 1 cm3 atau 5 cm3 sampel atau apapun itu besarnya yang sesuai. Anda kemudian akan mengambil setetes dari setiap larutan dan membuatnya ke dalam kromatografi lapis tipis. Anda menempatkan tetesan pada garis dasar bersama dengan setetes senyawa murni dari senyawa yang sementara anda buat. Dengan mengulangi pekerjaan ini, anda dapat mengidentifikasi sampel yang mana yang dikumpulkan pada bawah kolom yang mengandung produk yang diinginkan dan hanya dibutuhkan. Sekali anda mengetahui prosedur ini, anda dapat menggabungkan seluruh sampel yang yang mengandung produk senyawa murni dan menghilangkan pelarutnya. (Bagaimana anda memisahkan pelarut dari produk, tidak langsung relevan dengan topik ini dan akan bervariasi dan tergantung pada sifat dasar senyawanya. Saya tidak akan menyamaratakannya.)

Pemisahan Dengan Kromatografi Tipis dan Kromatografi Kolom


Kata Kunci: Kromatografi Ion, Kromatografi Pemisahan Ditulis oleh Adam Wiryawan pada 18-03-2011

a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) KLT merupakan cara analisis cepat yang memerlukan bahan sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang hidrofobik seperti lemak dan karbohidrat. KLT dapat digunakan u ntuk menentukan eluen pada analisis kromatografi kolom dan isolasi senyawa murni dalam skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang pada KLT disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Sebagai fase diam digunakan silika gel, karena tidak akan bereaksi dengan senyawa atau pereaksi ayng reakstif. Data yang diperoleh dari analisis dengan KLT adalah nilai Rf, nilai Rf berguna untuk identifikasi suatu senyawa. Nilai Rf suatu senyawa dalam sampel dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa murni. Nilai Rf didefinisikan sebagi perbandingan jarak yang ditempuh oleh senyawa pada permukaan fase diam dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut sebagai fase gerak. b. Kromatografi Kolom. Kromatografi kolom digunakan untukdigunakan untuk memisahkan suatu campuran senyawa. Kolom yang terbuat dari gelas diisi dengan fase diam berupa serbuk penyerap (seperti selulosa, silika gel, poliamida). Fase diam dialiri (dielusi) dengan fase gerak berupa pelarut. Sampel yang mengandung campuran senyawa dituangkan ke bagian atas dari kolom, kemudian dielusi dengan pelarut sebagai fase gerak. Setiap senyawa/komponen dalam campuran akan didorong oleh fase gerak dan sekaligus ditahan oleh fase diam. Kekuatan senyawa ditahan oleh fase diam akan berbeda dengan senyawa lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan dengan kromatografi kolom adalah fase diam yang digunakan, kepolaran pelarut (fase diam), ukuran kolom (diamter dan panjang kolom), kecepatan alir elusi.

Gambar 18.22. Kolom kromatografi Tutorial : Kromatografi Cair 1.Garis besar syarat-syarat instrumental dari High Performance Liquid Chromatograph modern 2. Apa yang Anda ketahui tentang istilah-istilah berikut :

Normal Phase Chromatography Reverse Phase Chromatography -Isocratic Operation -Gradient Elution -Flow Programming -Porous -Pellicular -Hydrophyllic -Lipophyllic

3.Garis besar mekanisme yang merupakan dasar pemisahan dalam bentuk kromatografi berikut :

Kromatografi Cair Padat (Adsorpsi) Kromatografi Cair Cair ( utamanya bonded phase) Kromatografi Pasangan Ion Kromatografi Pertukaran Ion Size Exclusion Chromatography

Kata Pencarian Artikel ini:

Laporan Biokimia "Identifikasi Protein dan Asam Amino"

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Protein merupakan polimer alami yang terdiri dari sejumlah unit asamamino yang berikatan satu dengan lainnya lewat ikatan amida (atau peptida).Peptida ialah oligomer dari asam amino yang memiliki peranan penting dalam banyak proses biologis. Protein merupakan biomolekul yang sangat penting.Beberapa fungsi protein adalah sebagai katalisator (enzim), pengangkut dan penyimpanan, penyebab gerakan, pendukung sistem kekebalan, pembentuk dantransmisi implus saraf, pengontrol pertumbuhan dan deferensasi, pendukungkekuatan struktural, dan lain-lain. Protein ini disusun oleh asam-asam aminoyang juga mempunyai peranan penting dalam metabolisme zat hidup. Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa secara umum ada tigagugus yang reaktif pada asam amino yaitu gugus karboksil, gugus amino, dangugus rantai samping. Ketiga gugus ini dapat diidentifikasi melalui uji spesifik,diantaranya adalah dengan melalui tes ninhydrin, dan sebagainya. Akan tetapi,selain uji spesifik berdasarkan ciri khas reaksi kimianya, asam amino dapat puladiidentifikasi bahkan dipisahkan dengan beberapa metode, salah satunya adalahmelalui kromatografi lapis tipis (KLT). Protein dapat diperoleh dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan yang makan tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Disamping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh kekurangan karbohidrat dan lemak. Uji protein dengan metode identifikasi protein secara kualitatif dapat menggunakan prinsif :

Uji Biuret : pembentukan senyawa kompleks koordinat yang berwarna yang dibentuk oleh Cu dengan gugus CO dan NH pada ikatan peptida dalam larutan suasana basa. Pengendapan dengan logam : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan logam berat. Pengendapan dengan garam : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan ammonium sulfat. Pengendapan dengan alcohol : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan alcohol. Uji koagulasi : perubahan bentuk yang ireversibel dari protein akibat dari pengaruh pemanasan. Denaturasi protein : perubahan pada suatu protein akibat dari kondisi lingkungan yang sangat ekstrim.

1.2. Tujuan Melakukan analisis dan identifikasi protein dan asam amino.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Protein Komposisi telur dapat dikatakan sangat beragam tergantung pada beberapa faktor, antara lain bangsa sapi, tingkat laktasi, pakan, interval pemerahan, temperaturdan umur sapi, akan tetapi angka rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi perahadalah sebagai berikut: kadar air 87,1%, lemak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, kadarabu 0,72% dan beberapa vitamin yang larut dalam lemak telur, yaitu vitamin A, D, Edan K (Abu bakar dkk, 2005). Protein merupakan polimer heterogen molekul-molekul asam amino. Dalamprotein globuler,

rantai-rantai samping hidrofil dan polar berada di bagian luar dan rantaisamping hidrofob dan nonpolar berada di bagian dalam (Purwoko dkk, 2007). Protein memiliki makromolekul(BM > 40.000) dan termasuk juga kelompok makronutrien dengan Polipeptida rantaipanjang dengan salah satu ujungnya berupa asam karboksilat dan ujung lainnya gugusamina. Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi biologinya, yaitu sebagaienzim, protein transport, protein nutrient dan penyimpan, protein kontraktil atau motil,protein structural, protein pertahanan, dan protein pengatur. Protein dapat juga dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan bentuk dan sifat-sifat fisiknya, yaitu protein globular dan protein serabut (Lehninger, 1982). Berdasarkan komposisi kimianya,protein dibagi atas: 1. Simple Protein: Merupakan protein yang hanya mengandung 1-alfa-asam amino atau derivatnya. Beberapa contoh Simple Protein antara lain: albumin, globulin, glutein, protamin, albuminoid, dan histon. 2. Conjugated Protein: Merupakan protein yang bergabung dengan zat yang bukan protein. Zat yang bukan protein ini disebut gugus prostetik. Beberapa contoh Conjugated Protein antara lain: nukleoprotein, glikoprotein, fosfoprotein, lipoprotein, dan metalloprotein. Sifat-sifat struktural protein dianggap berada dalam 4 buah telurnan yaitu : a. Struktur primer : rangkaian asam amino dan lokasi setiap ikatan disulfida dikode dalam gen b. Struktur sekunder : pelipatan rantai polipeptida menjadimultiplikasi motif terikat hidrogen seperti struktur -heliks dan -pleated sheet. Kombinasi motif-motif ini dapat membentuk motif supersekunder. c. Struktur tersier : hubungan anta-domain struktural sekunder dan antar-residu yang letaknya terpisah jauh dalam pengertian struktur primer. Sembilan puluh persen dari protein sel adalah enzim-enzim yang kepadanyalahtergantung struktur dasar yang menentukan fungsi sel. Fungsi protein dalam tubuhadalah membangun dan menjaga atau memelihara protein jaringan dan organ tubuh,menyediakan asam-asam amino makanan, menyediakan enegi dalam tubuh,menyediakan sumber lemak badan, menyediakan sumber gula darah, sumber glikogendarah, sumber enzyme tubuh, sumber beberapa hormon dalam tubuh, menyediakanbangunan dasar untuk setidak-tidaknya satu vitamin B komplek, menyediakankomponen tertentu dari DNA, RNA dan ATP (Triyono, 2007). Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baikmenggunakan enzim maupun asam. Dengan cara ini diperoleh campuranbermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis asam amino maupunkuantitas masing-masing asam amino perlu diadakan pemisahan antar asam aminotersebut. Ada beberapa metode analisis asam amino, misalnya metode gravimetri,kalorimetri, mikrobiologi, kromatografi, dan elektroforesis. Salah satu metode yangbanyak memperoleh pengembangan adalah metode kromatografi. Macammacamkromatografi adalah kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan kromatografipenukar ion (Poejadi, 1994). Identifikasi Asam Amino Peptida dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino denganpenghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekulsenyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida .Asam amino merupakan komponen penyusun utama protein dan dibagi dalam duakomponen yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam aminoesensial tidak dapat diproduksi dalam tubuh sehingga sering harus ditambahkan dalambentuk makanan, sedangkan asam amino non esensial dapat diproduksi dalam tubuh.Asam amino umumnya berbentuk serbuk dan mudah larut dalam air, namun tidak larutdalam pelarut organik non polar (Sitompul, 2004).

Asam amino dan protein secara umum mempunyai sifat-sifat fisik yang sama.Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang yangbiasa dijumpai pada protein. Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiapmolekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai strukturion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifatspesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akanmemberikan reaksi kimia yang yang mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalahreaksi asetilasi dan esterifikasi (Girindra, 1993).

BAB III METODOLOGI 3.1. Alat dan bahan 3.1.1 Alat Alat PraktikumTabung Reaksi Penjepit tabung reaksi Gelas Ukur 50 ml / 100 ml Pipet ukur 10 ml pakai pengisap Gelas Piala 50 ml Corong 0,5 ml Rak tabung reaksi Gelas Ukur 25 ml Pipet ukur 5 ml pakai pengisap Erlenmeyer 50 ml Pipet tetes 3.1.2 Bahan Praktikum Asam Nitrat ( HNO3) Urea ( CO(NH2)2) Asam Klorida (HCL) Natrium Hidroksida (NaOH) Kupri Sulfat(CuSO4) Aquades Putih telur Ekstrak susu Larutan Ninhidrin 0.2% HN03 pekat

3.2 Prosedur Kerja 3.2.1 Uji Adanya Unsur N Pada Protein Nitropgen akan mereaksi dengan NaOH membentuk senyawa amonia yang bersifat basa. Masukan sedikit bahan/sampel/contoh/cuplikan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan kristal NaOH sebanyak dua kali jumlah bahan. Panaskan hati-hati dan perhatikan bau yang menyebar atau reaksi upaya pada kertas lakmus merah yang dibasahi air. 3.2.2 Uji Biuret Masukkan 3 ml larutan protein ( konsentrasi protein 2 % ) ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 1 ml NaOH 40 %. Tambahkan setetes demi setetes lautan 0.5 % CuSO4 sehingga terjadi warna merah muda atau unggu. Selanjutnya pada tabung reaksi yang lain, panaskan 5 menit sedikit urea di dalam tabung reaksi di atas api kecil hingga cair dan mendidih( hati-hati jangan sampai mmenjadi arang). Tambahkan 1 ml NaOH 40 %. Tambahkan sedikit demi sedikit larutan 0.5 % CuSO4 amati apa yang terjadi. 3.2.3 Uji Xanthoprotein Masukkan 1 ml larutan protein ( konsentrasi 2 % )ke dalam tabung reaksi. Tambahklan 1 ml HNO3 pekat. Panaskan campuran sampai larutan menjadi kuning tua.hati-hati jangan sampai terhirupuap/ asap saat proses pernapasan. Dinginkan tabung dengan kran air mengalir. Tambahkan amonia hingga warnanya berubah menjadi jingga,atau tambahkan setetes demi setetes larutan NaOH pekat sampai larutan dalam tabung menjadi basa (uji dengan lakmus merah) dan amati perubahan warna yang terjadi. Catatan: Beberapa senyawa benzena juga memberi reaksi yang positif. Lakukan uji xanthoproteinini dengan larutan fenol 2 %

3.2.4 Uji Millon Masukkan 2 ml larutan protein ( konsentrasi 2 %) ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 1 ml pereaksi merkurisulfat(1 % HgSO4 dilarutkan dalam 10 % asam sulfat). Panaskan campuran ini,mungkin terbentuk endapan kuning. Dinginkan dengan tabung dengan air mengalir. Tambahkan 1 tetes larutan NaNO2 1 %. Panaskan lagi, endapan atau larutannya akan menjadi merah. 3.2.5 Uji Nihindrin Atau Ph larutan protein 0,5 % sampai Ph 7.

Ambil 1ml larutan tersebut ( dalam tabung reaksi),tambahklan 10 tetes larutan ninhidrin0.2 %. Panaskan pada suhu 100 celcius selama 10 menit. Amati perubahan yang terjadi. 3.2.6 Pengendapan Protein 3.2.6.1 Pengendapan dengan mineral pekat Siapkan 2 buah tabung reaksi,masing-masing masukkan 1 ml HNO3 pekat dan 1 ml HCL pekat. Miringkan tabung-tabung tersebut dan tambahakan 1-1.5 ml larutan protein setetes demi setetes lewat dingding tabung. Tegakkan kembali tabung tersebut dan diamkan sejenak diperoleh cincinputih sebagai endapan protein. Kocok tabung reaksi kembali dan tambahkan kembali asam-asam tersebut. Pada tabung asam nitrat (HNO3)diperoleh endapan yang lebih banyak sedang pada asam klorida diperoleh larutan jernih endapan larut pada asam klorida(HCL)berlebihan. 3.2.7 Denaturasi, Flokasi dan Koagulasi Tuangkan 3 ml bahan/sampel ke dalam tabung reaksi. Panaskan sampai mendidih selama beberapa menit ( dengan api kecil). Amati dan jelaskan apa yang terjadi.

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Tabel 1.1 Hasil pengamatan unsur N pada protein NO Bahan / Sampel Parameter Analisa Bau : 1. Susu Berbau Tengik 2. Kaldu Berbau Kaldu 3. Putih Telur Berbau Tengik Tabel 1.2 Hasil pengamatan uji warna No Bahan/sampel Uji warna Biuret Xanthoprotein millon nibhidrin 1. Susu Ungu Orange Kuning Ungu 2. Kaldu Biru Kuning Kuning Coklat Tua 3. Putih Tekur Ungu Kuning endapan Kuning

Biru Pekat

Tabel 1.3 pengamatan pengendapan dan denaturasi protein No Bahan/sampel Parameter analisis Mineral denaturasi HCL HNO3 1. Susu Endapan Putih Sedikit Endapan 2. Kaldu Endapan Kuning Biru Tidak ada Endapan 3. Putih Telur Endapan Kuning Banyak Endapan

4.2. Pembahasan Denaturasi protein dapat diartikan sebagai suatu perubahan terhadap struktur sekunder, tersier, dan kuarterner molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Denaturasi terjadi karena terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrifobik, ikatan garam, dan terbentuknya lipatan molekul protein. Pada pengujian denaturasi protein ini yaitu 3 tabung rekasi yang berisi larutan albumin masing-masing 1. Pada tabung pertama yang berisi larutan albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M, setelah ditambahkan HCl 0,1 M pada larutan albumin, yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian larutan tersebut dipanakan, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih susu. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M), dan reaksi yang terjadi yaitu terdapat 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna putih keruh dan lapisan bawah terdapat endapan putih padat. Pada hal ini terjadi proses denaturasi karena terjadi endapan. Pada pH buffer 4,5 dan pH albumin 4,5 hal inilah yang membuat ikatan lebih cepat, dan membentuk endapan lebih banyak. 2. Pada tabung yang kedua berisi larutan albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1 M, reaksi yang di dapat setelah penambahan NaOH pada larutan albumin yaitu warnanya tetap putih keruh. Kemudian larutan tersebut dipanaskan selama, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening kuning dan lapisan bawah berwarna putih susu padat. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) dan reaksi yang terjadi yaitu terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih susu. Pada larutan ini juga lebih larut saat diaduk. Dibandingkan larutan albumin pada tabung yang pertama. 3. Pada tabung yang ketiga berisi larutan albumin ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,5 (5 M), reaksi yang didapat setelah penambahan Buffer asetat yaitu pada larutan albumin tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut juga di panaskan selama dan reaksi yang terjadi pada larutan terebut adalah seluruh bagian larutan berwarna putih susu padat. Endapan yang paling banyak dihasilkan oleh HCl, dan yang paling sedikit pada NaOH. Buffer asetat menghasilkan endapan karena memiliki pH 4,7 yang sama dengan pH albumin yaitu 4,54,9. setiap protein mempunyai isolistrik yang berbeda-beda. Titik isolistrik protein mempunyai arti penting karena pada umumnya sifat fisika dan kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik. Pada pH diatas titik isolistrik protein bemuatan negatif, sedangkan dibawah titik isolistrik, protein bermuatan positif. Titik isolisrtik pada albumin adalah pH 4,5-4,9. berdasarkan percobaan albumin berdenaturasi lebih banyak pada penambahan HCl, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada protein albumin, asam amino yang mendominasi adalah asam amino yang bersifat asam. Denaturasi protein meliputi ganguan dan kerusakan yang mungkin terjadi pada struktur sekunder dan sruktur tersier protein. Pada struktur protein tersier terdapat empat jenis interaksi yang

membentuk ikatan pada rantai samping seperti ikatan hydrogen, jembatan garam, ikatan disulfide dan interaksi hidrofobik non polar, yang kemungkinan mengalami gangguan. Denaturasi yang umum ditemukan adalah proses presipitasi dan koagulasi protein seperti asam amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk muatan positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif . pada titik isolistrik protein mempunyai muatan psitif dan negatif yang sama, sehingg tidak bergerak kearah elektroda positif maupun negatif, apabila ditempatkan diantara dua elektroda tersebut.

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan, didapat kesimpulan sebagai berikut : Pada sampel susu, kaldu daging dan putih telur setelah dilakukan uji unsur nitrogen (N) tidak tetdapat unsur nitrogen tersebut. Pada uji warna dapat dilakukan uji warna berupa Biuret, Xanthoprotein, Millon dan Ninhidrin untuk membuktikan adanya protein dalam suatu sampel tersebuut. Pada uji pengendapan dapat disimpulkan bahwa untuk membuktikan sampel mengandung protein atau tidak dap[at dilakukan uji mineral dan denaturasi. Pada percobaan uji mineral dapat dilakukan dengan dua macam larutan kuimia yaitu larutan Asam Klorida (HCL) dan larutan Asam Nitrat (HNO3). 5.2. Saran Diharapkan agar praktikan lebih kondusif dan serius untuk mengikuti jalannya praktikum hingga selesai. Pahami dan dibaca terlebih dahulu buku penuntun praktikum agar praktikan tidak vakum, melainkan aktif dan kondusif. Lebih efisiensi waktu praktikum.

DAFTAR PUSTAKA Abubakar dan M. Ilyas, 2005. Mutu Telur Karamel Asal Telur Pecah Selama Penyimpanan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005. Girindra, Aisjah, 1993, Biokimia 1, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Lehninger, Albert l. 1982. Dasar Dasar Biokimia Jilid I. Erlangga. Jakarta. Poedjadi, Anna, 1994, Dasar-Dasar Biokimia, Universitas Indonesia. Jakarta. Purwoko, T., Handajani, N., S., 2007, Kandungan Protein Kecap Manis Tanpa Fermentasi Moromi Hasil Fermentasi Rhizopus oryzae dan R. oligosporus, BIODIVERSITAS, Vol 8, Nomor 2, Hal, 223-227.Rahmat, Mifta Nur, 2010, Ulasan Sekilas Mengenai KLT, Kendari: Zam-zam Office. Sitompul, S., 2004, Analisis Asam Amino dalam Tepung Ikan dan Bungkil Kedelai, Buletin Tekhnik Pertanian, Vol. 9, Nomor 1. Triyono, 2007, Pengaruh Tingkat Protein Ransum Pada Akhir Masa Kebuntingan Pertama Terhadap Performan Dan Berat Lahir Pedet Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein (Pfh), Universitas sebelas Maret, Surakarta.

PERTANYAAN 1.Jelaskan apa yang dimaksut dengan: a.Asam amino alfa b.Protein c.Protein sederhana d.Gugus fungsional e.Polipeptida f.Ikatan peptida g.Protein majemuk

2. Apakah protein globular itu?.Faktor apakah yang mempengaruhi bentuk dan kelratunannya,mengapa pula protein ini larut dalam air? 3. Bagaimanakah struktur protein serabut? 4.Uraikan perbedaan antara turunan protein primer dengan turunan protein sekunder. 5.Uji warna apakah yang kira-kira dapat menunjukkan telah terjadinya suatu hidrolisis sempurna protein. 6. Sebutkan asam-asam amino yang memiliki : a. Cinein benzen b. Gugus hidroksifenil c. Gugus guanidium d, Gugus indol 7. mengapa kulit kita akan bewarna kuning bila terkena asam nitrat?terangkan 8. Coba terangkan apakah yang dimaksut dengan denaturasi protein itu? Dan faktor Penyebabnya 9.Putih telur dan susu sering digunakan sebagai zat penawar pada keracunan logam berat jelaskan . 10. Asam pikrat dan asam tannat sering pula digunakan untuk pengobatan luka-luka bakar.mengapa? JAWABAN 1. Jelaskan! a. Asam amino alfa adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (COOH) dan amina (biasanya -NH2) yang terikat pada satu atom karbon (C) yang sama. b. Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida c. Protein sederhana adalah protein yang pada hidrolisisnya hanya menghasilkan asam amino. d. Gugus fungsional adalah kelompok gugus khusus pada atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip. e. Polipeptida merupakan polimer yang tersusun dari beberapa peptida hasil pengikatan gugus karboksil (COOH) dengan gugus amino. Satu atau lebih polipeptida dapat membentuk protein, contohnya enzim. f. Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon pada gugus karboksil suatu molekul berbagi elektron dengan atom nitrogen pada gugus amina molekul lainnya. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kondensasi, hal ini ditandai dengan lepasnya molekul air ketika reaksi berlangsung.[1] Hasil dari ikatan ini merupakan ikatan CO-NH,[2] dan menghasilkan molekul yang disebut amida. g. Protein majemuk adalah protein yang mengandung bukan hanya protein 2. Protein globular adalah protein yang berbentuk bulat, rantai peptidanya melilit padat. Protein globular dapat di pecah menjadi albumin, globulin dan histon. Protein ini larut dalam larutan garam dan encer, mudah berubah dibawah pengaruh suhu, konsentrasi garam dan mudah denaturasi.

3. Protein serabut bersifat tidak larut dalam air merupakan molekul serabut panjang dengan rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu dan tidak berlipat menjadi bentuk globular. 4. Struktur primer adalah rantai polipeptida sebuah protein terdiri dari asam-asam amino yang dihubungkan satu sama lain secara kovalen melalui ikatan peptida yang membentuk rantai lurus dan panjang sebagai untaian polipeptida tunggal. Sedangkan struktur sekunder adalah protein sudah mengalami interaksi intermolekul, melalui rantai samping asam amino. Ikatan pembentuk struktur ini didominasi oleh ikatan hidrogen antar rantai samping yang membentuk pola tertentu bergantung pada orientasi ikatan hidrogennya 5. Uji warna Benedict

6. Sebutkan : a. Cincin bezena : fenilalanin, tirosin, dan triptofan b. Gugus hidroksifenil : tirosin c. Gugus guanidimium : arginin d. Gugus indol : triptofan 7. Kulit akan kuning bila terkena asam nitrat karena terjadi proses nitrasi inti benzena pada asam amino penyusun kulit tersebut. 8. Denaturasi protein adalah kondisi di mana struktur sekunder, tersier maupun kuartener dari suatu protein mengalami modifikasi tanpa ada pemecahan ikatan peptida. Denaturasi dapat berupa rusaknya struktur tiga matra dari suatu protein. Hal-hal yang dapat menyebabkan denaturasi di antaranya pemanasan, pH ekstrem, perlakuan mekanis, logam berat, dan pelarut organik. 9. Putih telur dan susu sering dapat digunakan sebagai antidotum atau penawar racun apabila orang keracunan logam berat karena protein dapat mengendapkan ion-ion positif seperti Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+, Fe2+, Cu2+ dan Pb2+. 10. Karena bila asam pitrat dan asam tanat dioleskan pada permukaan atau daerah luka bakar, protein di tempat tersebut akan menggumpal dan bertindak sebagai lapisan pelindung serta menghalangi hilangnya sejumlah air yang dilepaskan dari daerah luka tersebut dan juga mengurangi kontak luka bakar tersebut dengan udara.

Rabu, 22 Februari 2012

Identifikasi Gugus Fungsi

Tanggal Percobaan : Selasa, 14 Februari 2012 Judul Percobaan : Identifikasi Gugus Fungsi

Tujuan Percobaan : Dapat mengidentifikasi gugus fungsi senyawa karbondari hasil eksperimen. Dapat mennuliskan struktur dan nama senyawa karbon berdasarkan gugus fungsinya. Dasar Teori Gugus Fungsi Gugus Fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukan gejala reaksi yang sama. Sesuai kesamaan gejala reaksi tersebut, maka dapat dikelompokan pada pengelompokan senyawa. (Fessenden, 1986) Tabel 2.1 Beberapa Contoh Gugus Fungsi :

No. 1 2 3

Struktur Gugus -OH -O-

Rumus Umum R-OH R-O-R

Nama IUPAC / trivial Alkanol / alcohol Alkoksi alkana / Alkanal / aldehid

Nama Gugus Hidroksil Eter Aldehid

Alkanon/keton

Karbonil

Asam alkanoat/ karboksilat

Karboksil

Alkil alkanoat / ester

Ester

-NH2

Amina

Amin

(Purba, 1994) 1. Aldehid Aldehid adalah persenyawaan dimana gugus fungsi karboksil diikat oleh gugus alkil. Aldehid merupakan senyawa yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen yang bisa didapatkan dari oksidasi alkohol primer, klorida, asam glikol/alkena, hidroformilass. (Hart, 2003) 2. Alkohol 1. Alkohol Primer : gugus OH terletak pada atom C primer (atom C yang mengikat hanya 1 atom C lainnya). Contoh : CH3CH2CH2CH2OH (1 butanol)

2. Alkohol Sekunder : gugus OH terletak pada atom C sekunder. Contoh :

(2 Butanol)

3. Alkohol Tersier : gugus OH terletak pada atom C tersier. Contoh :

(2Metil-2 propanol) (Petrucci,1985) 3. Asam Karboksilat Turunan hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang mempunyai ikatan rangkap ke oksigen dan sebuah gugus hidroksil disebut asam karboksilat yang diturunkan dari hidrokarbon alkana yang mempunyai rumus molekul umum RCO2H yang menyatakan bahwa terdapat gugus karboksil . (Brady,1994)

4. Hidrokarbon Hidrokarbon merupakan persenyawaan organic yang paling sederhana yang hanya terdiri dari atom karbon dan atom hidrogen . Keluarga Hidrokarbon dapat digambar dalam diagram yang dilukiskan pada gambar berikut :

Hidrokarbon

Hidrokarbon Alifatik

Hirokarbon Siklik

Jenuh

Titik Jenuh

Aromatik

Alisiklik

Alkana na

Alkena

Alkuna

Sikloalkena

Sikloalku

Alat & Bahan Alat :

Tabung reaksi Indikatoruniversal Rak tabung Pipet

Bunsen Kaki tiga Kasa kawat

Bahan : Larutan H2SO4 Larutan NaoH Larutan HCl pekat Larutan NH4OH Larutan AgNO3 Logam Na+ Prosedur :

1. IDENTIFIKASI TERHADAP SENYAWA HIDROKARBON TAK JENUH (IKATAN RANGKAP) GAMBAR a. Dengan Brom Cuci 2 buah tabung reaksi hingga bersih dan kering. Beri nama tabung A dan tabung B Tambahkan 5 tetes zat sample A pada tabung A dan sample B pada tabung B. Tambahkan 7 tetes larutan brom dalam CCl4 Pada larutan smple A,larutannya berubah PROSEDUR PENGAMATAN

menjadi berwarna orange. Sedangkan pada larutan sample B larutan tidak berwarna b. Dengan H2SO4 Cuci 2 buah tabung reaksi hingga bersih dan kering. Beri nama tabung A dan tabung B Tambahkan 5 tetes H2SO4

Tambahkan 5 tetes sample A pada tabung A dan sample B pada tabung B

Sample A : Tidak terdapat endapan hitam Sample B : Terdapat endapan hitam

2. IDENTIFIKASI TERHADAP GUGUS ALKOHOL GAMBAR a. Tes Indikator Memasukan indikator universal ke dalam masingmasing tabung reaksi yang berisi sample C dan D b. Dengan Logam Na+ Cuci 2 buah tabung reaksi hingga bersih dan kering. Beri nama tabung C dan tabung D Sample C ber-Ph = 6 Sample D ber-Ph = 7 PROSEDUR PENGAMATAN

Memasukan logam Na+ ke dalam masing-masing sample.

Pada sample C terdapat gas yang lebih banyak di bandingkan dengan sample D

3. IDENTIFIKASI ERHADAP GUGUS ALDEHID GAMBAR a. Tes Fehling Memasukan indikator universal ke dalam masingmasing tabung reaksi yang berisi sample E dan F. Tambahkan 2 tetes sample E pada tabung E dan sample F pada tabung F Panaskan di atas penangas Pada sample E warna biru PROSEDUR PENGAMATAN

secara tidak langsung selama tuanya menghilang dan 5 menit membentuk endapan berwarna merah sedangkan pada sample F warna biru tuanya tetap ada. b. Test Tollens Cuci 2 buah tabung reaksi hingga bersih dan kering. Beri nama tabung E dan tabung F Tambahkan 1 ml larutan AgNO3 0,5 M

Encerkan dengan NH4OH tetes demi tetes sampai endapan melarut Tambahkan 1 ml zat sample

Kocok dan panaskan dalam penangas air selama 5 menit

Pada larutan sample E saat di panaskan terdapat cermin perak yang berarti gugus karbonil sedangkan pada sample F larutan menjadi putih keruh

4. IDENTIFIKASI TERHADAP GUGUS ASAM KARBOKSILAT GAMBAR a. Tes Indikator Cuci 2 buah tabung reaksi hingga bersih dan kering. Beri nama tabung G dan tabung H Tambahkan 5 tetes zat sample PROSEDUR PENGAMATAN

Cek Ph dengan lakmus atau indikator universal

Sample G berpH =2 Sample H berpH= 4

b. Tes Esterifikasi Cuci 2 buah tabung reaksi hingga bersih dan kering. Beri nama tabung G dan tabung H

Tambahkan 1 ml alkohol ke dalam tabung reaksi tersebut

Tambahkan larutan H2SO4 pekat,diamkan selama 1 menit. Dinginkan dann tambahkan 2 ml air.

Pada larutan G :Bau khas seperti bau etanol sedangkan sample H tidak terdapat bau apapun.

Pembahasan

Identifikasi terhadap senyawa hidrokarbon tak jenuh Percobaan ini mereaksikan antara 5 tetes asam sulfat pekat dengan 5 tetes larutan sample, kemudian didapat larutan bening tidak tercampur dengan memisah 2 lapisan, dikarenakan kekentalan pada larutan sample yang cukup tinggi dan bereaksi dengan asam begitu juga dengan identifikasi dengan Brom.

Pada identifikasi tersebut termasuk Hidrokarbon alifatik yaitu senyawa hidrokarbon dengan rantau terbuka jenuh (ikatan tunggal) maupun tidak jenuh (ikatan rangkap). Identifikasi terhadap gugus alkohol Untuk identifikasi adanya gugus alkohol, dapat dilakukan dengan logam Na.. Alkohol tersier yang larut dalam air akan bereaksi dengan cepat dengan menggunakan CuSo4 anhidrous membentuk alkil yang tak larut dalam larutan berair. Adapun pada alkohol tersier terindikasikan dengan adanya pembentukan fasa cair kedua yang terpisah dari larutan semula di dalam tabung reaksi dengan segera setelah alkohol bereaksi. Alkohol sekunder berjalan lambat dan setelah pemanasan akan terbentuk fasa cair lapisan kedua biasanya setelah 10 menit. Alkohol primer dan metanol tidak dapat bereaksi pada kondisi ini. Pada alkohol tersier, atom klor biasanya terikat pada atom karbon yang sebelumnya mengikat gugus OH. Pada alkohol sekunder, seringkali atom klor ini terikat pada atom karbon yang mengikat gugus hidroksi. Namun penataan ulang dapat saja terjadi yang mengakibatkan terikatnya atom klor tidak terjadi pada atom karbon yang sebelumnya mengikat OH.

Identifikasi terhadap gugus aldehid

1. Test Fehling Pereaksi fehling terdiri atas dua larutan : a. Fehling A : terdiri dari larutan CuSO4 b. Fehling B : terdiri dari Kalium natrium nitrat dan Natrium hidroksida. Bila Fehling A dan Fehling B dicampur dengan volume yang sama maka dihasilkan larutan biru tua. Setelah sample dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan reagen Fehling A & Fehling B masing-masing 1 mL. Lalu dipanaskan diatas Bunsen, terjadi perubahan warna menjadi orange dan terjadi endapan. Pemanasan dilakukan karena pereaksi fehling kurang stabil pada larutan dingin (temperatur rendah) sehingga dibutuhkan pemanasan agar Fehling stabil. Perubahan warna terjadi karena senyawa aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat dan terbentuk endapan Cu2O berwarna merah bata. Reaksinya :

+ Cu2+ + NaOH

H-COONa + Cu2O + 2H+

2. Test Tollen

Pereaksi Tollens digunakan untuk membuktikan adanya gugus aldehid bersifat reduktor. Reaksi tersebut menunjukan hasil positif jika terbentuk endapan cermin perak. Kandungan Tollens A terdiri dari AgNO3 dan Tollens B terdiri dari NH3 berelebih, sehingga jika dicampurkan endapan menjadi larut. Zat sampel 1 mL di dalam tabung reaksi ditetesi 5 tetes Tollens A dan Tollens B lalu dikocok. Pengocokan berfungsi untuk menimbulkan tumbukan antar partikel yang dapat mempercepat terjadinya reaksi antara zat sampel dengan pereaksi Tollens. Kemudian larutan yang telah dikocok dipanaskan sampai timbul gelembung. Pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi. Perubahan yang terjadi warna zat sampel berubah menjadi hitam dan terbentuk cermin perak di permukaan. Pemanasan dilakukan untuk mengoksidasi aldehid sehingga terbentuk gugus karboksil (COO- ).

Identifikasi terhadap gugus asam karboksilat Turunan hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang mempunyai ikatan rangkap ke oksigen dan sebuah gugus hidroksil disebut asam karboksilat yang diturunkan dari hidrokarbon alkana yang mempunyai rumus molekul umum RCO2H yang menyatakan bahwa terdapat gugus karboksil . Sifat fisika asam karboksilat Titik didih asam karboksilat relatif lebih tinggi daripada titik didih OH , -COH, titik leburnya juga relatif tinggi, berbau, asam-asam yang berbobot molekul rendah larut dalam air maupun pelarut organik. (Keenan,1980)

b. Sifat kimia asam karboksilat Merupakan asam lemah, lebih asam dari pada alkohol/fenol karena stabilisasi resonansi anion karboksilatnya. (Fessenden,1986) Kesimpulan : Senyawa dapat dikelompokan berdasarkan gugus fungsinya, diantaranya alkohol (memiliki gugus hidroksil), aldehid, keton (memiliki gugus karbonil), dan asam karboksilat (memiliki gugus karboksil).

Senyawa dengan gugus fungsi tertentu reaktif terhadap reaksi tertentu. Senyawa aldehid reaktif dengan pereaksi tollens dan fehling. Senyawa alkohol dan karboksilat bereaksi membentuk ester melalui reaksi esterifikasi. Keton bereaksi dengan Natrium-nitroprusid, amonium klorida, dan amonia sesuai dengan uji rothera.

May 26

[BIOKIMIA] Identifikasi,Klasifikasi dan Metabolisme Karbohidrat,Protein,Lypid BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan Ada tiga komponen penting penghasil energi yang sangat di butuhkan bagi setiap manusia : karbohidrat, lemak, dan protein. Khususnya bagi negara Indonesia sendiri yang sangat terkenal dengan gizi buruk sampai saat ini. Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik yang mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan-persamaan dari sudut kimia dan fungsinya. Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Karbohidrat yang terasa manis disebut gula (sakar). Dari beberapa golongan karbohidrat, ada yang sebagai penghasil serat-serat yang sangat bermanfaat sebagai diet (dietary fiber) yang berguna bagi pencernaan manusia. Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur Carbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O), yang mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut lemak), seperti ether. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi bersifat padat pada suhu kamar, sedangkan yang mempunyai titik lebur rendah, bersifat cair. Lemak yang padat pada suhu kamar disebut lemak gaji, sedangkan yang cair pada suhu kamar disebut minyak. Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat hubunganya dengan proseproses kehidupan. Semua hayat hidup sel berhubungan dengan zat gizi protein. Nama protein berasal

dari kata Yunani protebos, yang artinya yang pertama atau yang terpenting. Di dalam sel, protein terdapat sebagai protein struktural maupun sebagai protein metabolik. Protein struktural merupakan bagian integral dari struktur sel dan tidak dapat diekstraksi tanpa menyebabkan disentegrasi sel tersebut. Protein metabolik dapat diekstraksi tanpa merusak dapat diekstraksi tanpa merusak integritas struktur sel itu sendiri. Molekul protein mengandung unsur-unsur C, H, O, dan unsur-unsur khusus yang terdapat di dalam protein dan tidak terdapat di dalam molekul karbohidrat dan lemak ialah nitrogen (N). Bahkan dalam analisa bahan makanan dianggap bahwa semua N berasal protein, suatu hal yang tidak benar. Unsur nitrogen ini di dalam makanan mungkin berasal pula dari ikatan organik lain yang bukan jenis protein, misalnya urea dan berbagai ikatan amino, yang terdapat dalam jaringan tumbuhan.

BAB II PEMBAHASAN

1. Identifikasi,Klasifikasi dan Metabolisme Karbohidrat

Karbohidrat yaitu senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Terdiri atas unsur C, H, O dengan perbandingan 1 atom C, 2 atom H, 1 atom O. karbohidrat banyak terdapat pada tumbuhan dan binatang yang berperan struktural & metabolik. sedangkan pada tumbuhan untuk sintesis CO2 + H2O yang akan menghasilkan amilum/selulosa, melalui proses fotosintesis, sedangkan Binatang tidak dapat menghasilkan karbohidrat sehingga tergantung tumbuhan. sehingga tergantung dari tumbuhan. karbohidrat merupakan sumber energi dan cadangan energi, yang melalui proses metabolisme.

Banyak sekali makanan yang kita makan sehari hari adalah suber karbohidrat seperti : nasi/ beras,singkung, umbi-umbian, gandum, sagu, jagung, kentang, dan beberapa buah-buahan lainnya, dll.

Rumus umum karbohidrat yaitu Cn(H2O)m, sedangkan yang paling banyak kita kenal yaitu glukosa : C6H12O6, sukrosa : C12H22O11, sellulosa : (C6H10O5)n

A. Identifikasi Karbohidrat

Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat mereduksi, terutama dalam suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehid atau keton bebas dalam molekul karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya dan ion yang terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu. Beberapa contoh pereaksi yang digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat adalah sebagai berikut :

1. Pereaksi Fehling Pereaksi ini dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling terdiri atas dua larutan, yaitu larutan Fehling A dan larutan Fehling B. larutan Fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan larutan Fehling B adalah larutan garam KNatartrat dan NaOH dalam air. Kedua campuran ini tersimpan terpisah dan baru dicampur menjelang digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam pereaksi ini, ion menjadi ion direduksi

yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O yang berwarna merah bata.

2. Pereaksi Benedict

Pereaksi ini berupa larutan yang kemudian mengandung kuprisulfat, natriumkarbonat natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion dari kuprisulfat menjadi ion mengendap sebagai Cu2O. Endapan yang terbentuk berwarna merah bata

dan

yang kemudian

B. Klasifikasi Karbohidrat 1. Monosakarida

terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yang lebih sederhana.

tidak dapat dihidrolisis ke bentuk yang lebih sederhana. Berikut macam-macam monosakarida : dengan ciri utamanya memiliki jumlah atom C berbeda-beda : triosa (C3), tetrosa (C4), pentosa (C5), heksosa (C6), heptosa (C7). Triosa : Gliserosa, Gliseraldehid, Dihidroksi aseton Tetrosa : threosa, Eritrosa, xylulosa Pentosa : Lyxosa, Xilosa, Arabinosa, Ribosa, Ribulosa Hexosa : Galaktosa, Glukosa, Mannosa, fruktosa Heptosa : Sedoheptulosa

2. Disakarida

yaitu senyawanya terbentuk dari 2 molekul monosakarida yg sejenis atau tidak. Disakarida dapat dihidrolisis oleh larutan asam dalam air sehingga terurai menjadi 2 molekul monosakarida. hidrolisis : terdiri dari 2 monosakatida sukrosa : glukosa + fruktosa (C 1-2) maltosa : 2 glukosa (C 1-4) trehalosa ; 2 glukosa (C1-1) Laktosa ; glukosa + galaktosa (C1-4) 3. Oligosakarida

yaitu senyawa yang terdiri dari gabungan molekul2 monosakarida yang banyak gabungan dari 3 6 monosakarida dihidrolisis : gabungan dari 3 6 monosakarida misalnya maltotriosa

4. Polisakarida

yaitu senyawa yang terdiri dari gabungan molekul- molekul monosakarida yang banyak jumlahnya, senyawa ini bisa dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida. Polisakarida merupakan jenis karbohidrat yang terdiri dari lebih 6 monosakarida dengan rantai lurus/cabang. Macam-macam polisarida : 1. Amilim/Tepung Rantai a-glikosidik (glukosa)n : glukosan/glukan Amilosa (15 20%) : helix, tidak bercabang

Amilopektin (80 85%) : bercabang Terdiri dari 24 30 residu glukosa, Simpanan karbohidrat pada tumbuhan, Tes Iod : biru ikatan C1-4 : lurus ikatan C1-6 : titik percabangan

2. Glikogen

Simpanan polisakarida binatang Glukosan (rantai a) - Rantai cabang banyak Iod tes : merah

3. Insulin

pati pada akar/umbi tumbuhan tertentu, Fruktosan Larut air hangat Dapat menentukan kecepatan filtrasi glomeruli. Tes Iod negatif

4. Dekstrin dari hidrolisis pati 5. Selulosa (serat tumbuhan)


Konstituen utama framework tumbuhan tidak larut air - terdiri dari unit b Tidak dapat dicerna mamalia (enzim untuk memecah ikatan beta tidak ada) - Usus ruminantia, herbivora ada mikroorganisme dapat memecah ikatan beta : selulosa dapat sebagai sumber karbohidrat.

6. Khitin

polisakarida invertebrata

7. Glikosaminoglikan

karbohidrat kompleks merupakan (+asam uronat, amina) penyusun jaringan misalnya tulang, elastin, kolagen Contoh : asam hialuronat, chondroitin sulfat

8. Glikoprotein

Terdapat di cairan tubuh dan jaringan terdapat di membran sel merupakan Protein + karbohidrat

Gula menunjukkan berbagai isomer Stereoisomer : senyawa dengan struktur formula sama tapi beda konfigurasi ruangnya

- Isomer D,L - Cincin piranosa, furanosa - Anomer a, b - epimer (glukosa, galaktosa, manosa) - Isomer aldosa, ketosa

C. Metabolisme Karbohidrat Metabolisme karbohidrat di dalam tubuh perannya amat penting untuk menjaga sistem seimbang dan salah satu yang terpenting terjadi didalam liver.Menjaga kadar glukosa darah sepanjang hari merupakan salah satu peran penting Yang dimiliki liver.Ketika mengemban tugas rumit itu,liver melibatkan beberapa enzim yang akan bekerja bergantian agar liver glukosa darah berada pada batas normal. Sebagai contoh : Liver segera mengambil kelebihan glukosa darah yang jumlahnya meningkat setelah seseorang makan.Proses ini dinamakan glikolisis.Ketika jumlah gula darah berkurang,liver akan segera mengaktifkan jalur lain yang bertugas melakukan depolimerisasi glikogen (glikogenolisis),lalu mengirimkan glukosa kedalam darah agar disalurkan pada jaringan yang membutukan.

Dalam level tertentu adakalanya proses hepatik glukosa ini kelelahan.Hal ini bisa saja terjadi jika tidak makan selama beberapa jam. Jika hal ini terjadi,maka liver akan mengenali masalah ini dan segera mengaktifkan grup enzim yang bertugas mensintesis glukosa.

Kemampuan liver untuk mensintesa glukosa baru merupakan hal yang penting bagi hewan-hewan karnivora yang terkadang tidak makan selama beberapa jam

Berikut penjelasan singkat langkah-langkah dalam metabolisme karbohidrat

1. Glikolisis Yaitu dimana glukosa dimetabolisme menjadi piruvat (aerob) menghasilkan energi (8 ATP)atau laktat (anerob)menghasilkan (2 ATP). selanjutnya Asetil-KoA --> siklus Krebs --> fosforilasi oksidatif --> rantai respirasi --> CO2 + H2O (30 ATP) 2. Glikogenesis Yaitu proses perubahan glukosa menjadi glikogen. Di Hepar/hati berfungsi: untuk mempertahankan kadar gula darah. sedangkan di Otot bertujuan: kepentingan otot sendiri dalam membutuhkan energi. 3. Glikogenolisis Yaitu proses perubahan glikogen menjadi glukosa. atau kebalikan dari Glikogenesis 4. Jalur Pentosa Posfat Yaitu hasil ribosa untuk sintesis nukleotida, asam nukleat dan equivalent pereduksi (NADPH) (biosintesis asam lemak dan lainnya.)

5. Glukonegenesis Yaitu senyawa non-karbohidrat (piruvat, asam laktat, gliserol, asam amino glukogenik) menjadi --> glukosa. 6. Triosa Fosfat Yaitu bagian gliseol dari TAG (lemak) 7. Piruvat & Senyawa antara Siklus Kreb untuk sintesis asam amino --> Asetil-KoA --> untuk sintesis asam lemak & kolesterol --> steroid 2. Identifikasi,Klasifikasi dan Metabolisme Protein

A. Identifikasi Protein Protein adalah senyawa organik kompleks dengan berat molekul tinggi, protein merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein mengandung molekul karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus

Fungsi Protein Sebagai Enzim Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau di bantu oleh suatu senyawa makromolekul spesifik yang disebut enzim, dari reaksi yang sangat sederhana seperti reaksi transportasi karbondioksida yang sangat rumit seperti replikasi kromosom. Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam system biologis. Alat Pengangkut dan Penyimpanan Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein tertentu.Misalnya hemoglobin mengangkut oksigen dalam eritrosit, sedangkan mioglobin mengangkut oksigen dalam otot. Pengatur Pergerakan Protein merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling bergeseran. Penunjang Mekanik Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen, suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut Pertahanan Tubuh atau Imunisasi Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibody, yaitu suatu protein khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-sel asing lain. Media Perambatan Impuls Saraf

Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai reseptor penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata Pengendalian Pertumbuhan Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi bagianbagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan. (Lehninger, 1996) Struktur Protein

Struktur protein distabilkan oleh 2 macam ikatan yang kuat (peptida dan sulfida) dan dua macam ikatan yang lemah(hidrogen dan hidrofobik). Ikatan peptida adalah struktur primer protein yang berasal dari gabungan asam amino L-alfa oleh ikatan alfa-peptida. Bukti utama untuk ikatan peptida sebagai ikatan struktur primer dituliskan sebagai berikut:

Protease adalah enzim yang menghidrolisis protein, menghaslkan polipeptida sebagai produknya. Enzim ini juga menghidrolisis ikatan peptida protein. Spektrum inframerah protein menunjukkan adanya banyak ikatan peptida Dua protein, insulin dan ribonuklease telah disintesis hanya dengan menggabungkan asam-asam amino dengan ikatan peptida. Protein mempunyai sedikit gugus karboksil dan gugus amina yang dapat dititrasi. Protein dan polipeptida sintetik bereaksi dengan pereaksi biuret, membentuk warna merah lembayung. Reaksi ini spesifik untuk 2 ikatan peptida atau lebih. Penyediaan difraksi sinar X pada tingkat kekuatan pisah 0,2mm telah menyajikan identifikasi ikatan peptida pada protein mioglobin dan hemoglobin. (Winarno, 1997)

Sifat-sifat umum dari protein yaitu : Reaksi warna Asam amino : Ninhidrin Protein : Biuret

Denaturasi protein : perubahan sifat protein sehingga tidak alamiah lagi /kerusakan protein. sebab sebab denaturasi protein yaitu : secara fisis : dikocok, sinar, dingin, panas

secara kimiawi : + asam, basa, organik

Pada denaturasi : ikatan lemah hilang ikatan kuat masih

B. Klasifikasi Protein

Klasifikasi protein berdasar sifat protein :

Kelarutan : albumin, globulin, fibrinogen Bentuk : globuler, fibrosa Sifatnya dengan elektroforesis Sedimentasi : VLDL, IDL, LDL, HDL. Imunologis : Ig A, D, E, G, M. Struktur tiga dimensi : primer, sekunder, tertier, kuarterner Fungsi biologis : struktural, enzim

Untuk mengetahui kecukupan protein yaitu dengan mengukur keseimbangan nitrogen. Keseimbangan nitrogen : perbedaan antara N yang masuk : keluar Positif :Masuk > keluar contoh anak sedang tumbuh, ibu hamil

Negatif :Masuk < keluar contohnya pasien setelah operasi, kanker lanjut, kwashirkor,marasmus, makan protein.

C. Metabolisme Protein Protein Tubuh


zat padat tubuh terdiri dari protein (otot, enzim, protein plasma, antibodi, hormon) Protein merupakan rangkaian asam amino dengan ikatan peptide Banyak protein terdiri ikatan komplek dengan fibril protein fibrosa Macam protein fibrosa: kolagen (tendon, kartilago, tulang); elastin (arteri); keratin (rambut, kuku); dan aktin-miosin

Macam Protein

Peptide: 2 10 asam amino Polipeptide: 10 100 asam amino Protein: > 100 asam amino Antara asam amino saling berikatan dengan ikatan peptide Glikoprotein: gabungan glukose dengan protein

Lipoprotein: gabungan lipid dan protein

Asam Amino

Asam amino dibedakan: asam amino esensial dan asam amino non esensial Asam amino esensial: T2L2V HAMIF (treonin, triptofan, lisin, leusin, valin histidin, arginin, metionin, isoleusin, fenilalanin) Asam amino non esensial: SAGA SATGA (serin, alanin, glisin, asparadin sistein, asam aspartat, tirosin, glutamin, asam glutamat)

Transport Protein

Protein diabsorpsi di usus halus dalam bentuk asam amino masuk darah Dalam darah asam amino disebar keseluruh sel untuk disimpan Didalam sel asam amino disimpan dalam bentuk protein (dengan menggunakan enzim) Hati merupakan jaringan utama untuk menyimpan dan mengolah protein

Penggunaan Protein Untuk Energi


Jika jumlah protein terus meningkat protein sel dipecah jadi asam amino untuk dijadikan energi atau disimpan dalam bentuk lemak Pemecahan protein jadi asam amino terjadi di hati dengan proses: deaminasi atau transaminasi Deaminasi: proses pembuangan gugus amino dari asam amino Transaminasi: proses perubahan asam amino menjadi asam keto

Pemecahan Protein 1. Transaminasi:

alanin + alfa-ketoglutarat piruvat + glutamat 2. Diaminasi: asam amino + NAD+ asam keto + NH3 NH3 merupakan racun bagi tubuh, tetapi tidak dapat dibuang oleh ginjal harus diubah dahulu jadi urea (di hati) agar dapat dibuang oleh ginjal

Ekskresi NH3

NH3 tidak dapat diekskresi oleh ginjal NH3 harus dirubah dulu menjadi urea oleh hati Jika hati ada kelainan (sakit) proses perubahan NH3 urea terganggu penumpukan NH3 dalam darah uremia NH3 bersifat racun meracuni otak coma

Karena hati yang rusak disebut Koma hepatikum

Pemecahan Protein

Deaminasi maupun transaminasi merupakan proses perubahan protein zat yang dapat masuk kedalam siklus Krebs Zat hasil deaminasi/transaminasi yang dapat masuk siklus Krebs adalah: alfa ketoglutarat, suksinil ko-A, fumarat, oksaloasetat, sitrat

Singkatan Asam Amino Arg, His, Gln, Pro: Arginin, Histidin, Glutamin, Prolin Ile, Met, Val: Isoleusin, Metionin, Valin Tyr, Phe: Tyrosin, Phenilalanin karboksikinase Ala, Cys, Gly, Hyp, Ser, Thr: Alanin, Cystein, Glysin, Hydroksiprolin, Serin, Threonin Leu, Lys, Phe, Trp, Tyr: Leusin, Lysin, Phenilalanin, Triptofan, Tyrosin

Siklus Krebs

Proses perubahan asetil ko-A H + CO2 Proses ini terjadi didalam mitokondria Pengambilan asetil co-A di sitoplasma dilakukan oleh: oxalo asetat proses pengambilan ini terus berlangsung sampai asetil co-A di sitoplasma habis Oksaloasetat berasal dari asam piruvat Jika asupan nutrisi kekurangan KH kurang as. Piruvat kurang oxaloasetat

Rantai Respirasi H hasil utama dari siklus Krebs ditangkap oleh carrier NAD menjadi NADH

H dari NADH ditransfer ke Flavoprotein Quinon sitokrom b sitokrom c sitokrom aa3 terus direaksikan dengan O2 H2O + E

Rangkaian transfer H dari satu carrier ke carrier lainya disebut Rantai respirasi Rantai Respirasi terjadi didalam mitokondria transfer atom H antar carrier memakai enzim Dehidrogenase sedangkan reaksi H + O2 memakai enzim Oksidase Urutan carrier dalam rantai respirasi adalah: NAD Flavoprotein Quinon sitokrom b sitokrom c sitokrom aa3 direaksikan dengan O2 H2O + E Fosforilasi Oksidatif Dalam proses rantai respirasi dihasilkan energi yang tinggi energi tsb ditangkap oleh ADP untuk menambah satu gugus fosfat menjadi ATP Fosforilasi oksidatif adalah proses pengikatan fosfor menjadi ikatan berenergi tinggi dalam proses rantai respirasi

Fosforilasi oksidatif proses merubah ADP ATP

Kreatin Dan Kreatinin Kreatin disintesa di hati dari: metionin, glisin dan arginin Dalam otot rangka difosforilasi membentuk fosforilkreatin (simpanan energi) istirahat Kreatin + ATP gerak

Fosforilkreatin Kreatinin urine

3. Identifikasi,Klasifikasi dan Metabolisme Protein A. Identifikasi Lemak

Dasar Teori Lilipida adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tapi dapat diekstraksi dengan pelarut non polar seperti khloroform, eter, benzena, alcohol, aseton, dankarbondisulfid.Lipid juga merupakan kelompok senyawa beraneka ragam.Lemak dikenalmerupakan salah satu dari senyawa lipid.Adapun yang termasuk senyawa lipid antara lain kolesterol, steroid, dan terpenoid.

Pengertian Lemak Lilipid berasal dari kata Yunani yang berarti lemak. Secara bahasa lipid merupakan lemak, sedangkan kalau dilihat dari stukturnya, lipid merupakan senyawa trimester yang dibentuk dari senyawa gliserol dan berbagai asam karboksilat rantai panjang. Jadi lemak disusun dari dua jenis molekul yang lebih kecil yaitu gliserol dan asam lemak. Gliserol adalah sejenis alkohol yang memiliki tiga karbon yang masing-masing mengandung sebuah gugus hidroksil. Asam lemak memiliki kerangka karbon yang panjang, umumnya 16 sampai18 atom karbon, panjangnya salah satu ujung asam lemak itu adalah kepala yang terdiri atas suatu gugus karboksil dan gugus fungsional yang menyebabkan molekul ini disebut asamlemak, yang berikatan dengan gugus karboksilat itu adalah hidrokarbon panjang yang disebutekor.

Sifat dari lemak: a) Hidrofobik (sulit untuk larut dalam air). b) Hanya larut dalam larutan non-polar seperti klorofom, eter, dan benzene.c) 1 gram lemak menghasilkan 39.06 kjoule atau 9,3 kcal.d) Lemak terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.

Fungsi utama lemak: Sebagai penyekat, bantalan dan cadangan energi. Fungsi penyekat tampak jelas pada membran sel. Seluruh sel mahluk hidup dibungkus oleh membranyang antara lain terdiri dari molekul-molekul lemak yang tersusun sedemikian rupa sehinggaisi sel terpisah dari dunia luar. Fungsi penyekat tampak jelas pula pada sel-sel syaraf. Baik selsyaraf maupun serat syaraf diliputi oleh sarung pembungkus yang disebut MIELIN, yangterutama terdiri atas lemak. Fungsi sebagai bantalan tampak misalnya pada jaringan bawahkulit, yang menebal ditempat-tempat tertentu dan juga disekitar berbagai alat didalam ronggatubuh dan dibelakang bola mata.

Lemak juga merupakan bentuk cadangan energi bagi tubuh.Senyawa ini dibentuk bila tubuh kelebihan makanan dan dipecah bila tubuh kekuranganenergi. Secara kasar tampak dalam bentuk perubahan berat badan atau dalam bentuk gemuk dan kurus.

Senyawa organik ini terdapat dalam semua sel dan berfungsi sebagai : 1. Penyimpan energi dan transpor 2. Struktur membrane 3. Kulit pelindung, komponen dinding sel 4. Penyampai kimia

Beberapa senyawa lipida mempunyai aktivitas biologis yang sangat penting dalam tubuh,diantaranya vitamin dan hormon. Ditinjau dari sudut nutrisi, lemak merupakan sumber kalori penting disamping berperan sebagai pelarut berbagai vitamin.a.

a) Lipid Terhidrolisis Lipid terhidrolisis merupakan ester dari gliserol dengan suatu asam lemak atau asam fosfatyang mengikat etanolamin atau serin b.

b) Steroid merupakan senyawa turunan (derivat) lipid yang tidak terhidrolisis. Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, dan estrogen. Pada umumnya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur inti. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada rantai samping (cabang) yang diikatnya.c.

c) Terpenoid Seperti halnya steroid, terpenoid juga merupakan derivat dari lipid. Senyawa ini umumnyaterdapat pada minyak atsiri, misalnya sitral (minyak sereh), geraniol (minyak mawar),limonen (jeruk), dan juga sebagai vitamin A.

Secara Kimia,Lemak terbagi tiga , yaitu:

Lemak Sederhana

Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan alkohol, biasanya berupa gliserol,serta menghasilkan asam lemak. Contoh yang paling banak ditemukan adalah Triasil gliserolyang disebut juga Trigliserida (TG), yang ditemukan antara lain dalam serum, dalam minyak kelapa dan dalam berbagai minyak lain yang berasal dari mahluk hidup.

Lemak Majemuk Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan alkohol, asam lemak dan senyawalain seperti fosfat, asam amino, basa organik, sepert kolin atau betain. Umumnya lemak majemuk mengandung listrik atau paling tidak mempunyai pengkutuban muatan dalammolekulnya, sehingga menjadi lebih mudah berinteraksi dengan air.Lemak Majemuk ini ikut menyusun membran sel dan juga selubung sel dan serat syaraf.

Turunan Lemak

Yaitu berbagai senyawa yang diperoleh dari hidrolisis atau pemecahan kedua jenis lemak terdahulu. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Gliserol dan berbagai alkohol lain yang ikut menyusun lemak, asam lemak, dengan ikatan rangkap (ikatan tak jenuh) dan asam lemak tanpa ikatan rangkap (jenuh), kolesterol dan berbagai macam senyawa steroid seperti hormonsteroid (kortisol, prednison, estrogen, progesteron, testosteron, dan aldosteron).Meskipun bukan termasuk lemak, perlu juga diketahui bahwa vitamin-vitamin A, D, E dan K sangat memerlukan lemak untuk dapat diserap dan digunakan tubuh. Karena vitamin-vitamin ini tidak larut dalam air dan hanya larut dalam lemak atau pelarut lemak.

Lipida dapat dikelompokkan menurut sifat kimia dan sifat fisiknya,antara lain

Lipida Sederhana Kelompok ini disebut juga homolipida yaitu suatu bentuk ester yang mengandung karbon, hydrogen, dan oksigen. Jika dihidrolisis, lipida yang termasuk ini hanya menghasilkan asam lemak dan alcohol.Lipida sederhana ini dapat dibagi kedalam tiga golongan, yaitu: a.Lemak, ester asam lemak dan gliserol b.Lilin, ester asam lemak

Lipida Majemuk Kelompok ini berupa ester asam lemak dengan alcohol yang mengandung gugus lain,contohnya fosfolipida, serebrosida (glikolipida), sulfolipida, amino, lipida, dan lipoprotein.

Derivat Lipida Derivat lipida merupakan hasil hidrolisis kelompok yang telah disebut terdahulu.Termasuk kedalam golongan ini ialah asam lemak, gliserol, steroid, alcohol, aldehida, danketon.

Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap, asam lemak terbagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Hewan-hewan tingkat yang lebih tinggi dapat mengadakan biosintesa asamasam lemak jenuh dan yang mono tak jenuh dari sumber-sumber lain seperti karbohidrat.

Lemak ini merupakankomponen utama lemak simpanan pada sel-sel hewan dan tumbuhan, terutama pada jaringan adipose vertebrata. Sifat-sifat fisik lemak netral mencerminkan susunan asam lemak dari lemak.

B.Klasifikasi Lemak Klasifikasi lemak dan minyak dapat ditinjau dari beberapa aspek, salah satunya yang adalah aspek kejenuhannya. Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan ikatan rangkapnya (jenuh dan tak jenuh). Jenuh jika hanya memiliki satu ikatan rangkap dan tak jenuh jika memiliki dua dan tiga ikatan rangkap. Berikut contohnya :

Asam Lemak Jenuh Nama asam Butirat Palmitat Stearat Struktur CH3(CH2)2CO2H CH3(CH2)14CO2H CH3(CH2)16CO2H Sumber Lemak susu Lemak hewani dan nabati Lemak hewani dan nabati

Asam Lemak Tak Jenuh Nama asam Struktur Sumber Lemak hewani dan nabati Lemak hewani dan nabati Minyak nabati Minyak biji rami

Palmitoleat

CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7CO2H

Oleat

CH3(CH2)7CH=CH(CH2) 7CO2H

Linoleat Linolenat

CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7CO2H CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2=CH (CH2) 7CO2H

Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zig yang dapat cocok satu sama lain, sehingga, sehingga biasanya berwujud padat. Sedangkan asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya . asam lemak dengan lebih dari satu ikatan dua tidak lazim,terutama terdapat pada minyak nabati,minyak ini disebut poliunsaturat. Trigliserida tak jenuh ganda (poliunsaturat) cenderung berbentuk minyal.

Sifat Fisika Lemak

Pada suhu kamar, lemak hewan pada umumnya berupa zat padat, sedangkan lemak dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak yang mempunyai titik lebur rendah mengandung asam lemak tak jenuh. Contoh: Tristearin (ester gliserol dengan tiga molekul asam stearat) mempunyai titik lebur 71 C, sedangkan triolein (ester gliserol dengan tiga molekul asam oleat) mempunyai titik lebur 17 C. Lemak yang mengandung asam lemak rantai pendek larut dalam air, sedangkan lemak yang mengandung asam lemak rantai panjang tidak larut dalam air. Semua lemak larut dalam kloroform dan benzena. Alkohol panasmerupakan pelarut lemak yang baik.

Sifat Kimia Lemak

1. Esterifikasi Proses esterifikasi bertujuan untuk merubah asam-asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi serta penukaran ester (transesterifikasi)

2. Hidrolisa Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi ini mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Hal ini terjadi disebabkan adanya sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.

3. Penyabunan Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila reaksi penyabunan telah selesai, maka lapisan air yang mengandung gliserol dapat dipisahkan dengan cara penyulingan.

4. Hidrogenasi Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak atau minyak Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.

5. Pembentukan keton Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.

6. Oksidasi Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada lemak atau minyak.

C.Metabolisme Lipid/Lemak Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid netral, yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam lemak). Secara ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol

masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati. Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini. Struktur miselus. Bagian polar berada di sisi luar, sedangkan bagian non polar berada di sisi dalam Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air, maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi) dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul berbentuk gelembung yang disebut kilomikron. Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa. Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lipid, trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA). Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis. Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida. Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian. Proses Metabolisme Lipid (Lemak) terdapat dalam semua bagian tubuh manusia terutama dalam otak

Beberapa peranan biologi dari lipid sebagai berikut. 1. Sebagai komponen struktur membran. 2. Sebagai lapisan pelindung pada beberapa jasad. 3. Sebagai bentuk energi cadangan. 4. Sebagai komponen permukaan sel yang berperan dalam proses kekebalan jaringan. 5. Sebagai komponen dalam proses pengangkutan melalui membran . Lipid yang terdapat sebagai bagian dari makanan hewan merupakan campuran lipid yang sederhana (terpena dan steorida) dan yang kompleks (triasilgliserol, fosfolipid, sfingolipid, dan lilin) berasal dari tanaman maupun jaringan hewan. Dalam mulut dan lambung, lipid tadi belum mengalami pemecahan yang berarti. Setelah berada dalam intestin, lipid kompleks terutama triasilgliserolnya dihidrolisis oleh lipase menjadi asam lemak bebas dan sisa. Enzim lipase diaktifkan oleh hormon epineprin. Enzim ini dibantu oleh garam asam empedu (terutama asam kholat dan taurokholat) yang disekresikan oleh hati. Fungsi garam tersebut ialah mengemulsi makanan berlemak sehingga terbentuklah emulsi partikel lipid yang sangat kecil. Oleh karena itu, permukaan lipid menjadi lebih besar dan lebih mudah dihirolisis oleh lipase. Enzim ini tidak peka terhadap larutan lemak sempurna. Reaksi hidrolisisnya berlangsung sebagai berikut.

Berdasarkan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa lipase pankreas hanya bisa menghidrolisis ikatan ester pada atom C nomor 1 dan 3 yang hasilnya asam lemak bebas dan monoasil gliserol. Dengan bantuan misel-misel garam empedu maka asam lemak bebas, monoasil gliserol, kolesterol, dan vitamin membentuk sebuah kompleks yang kemudian menempel (diabsorpsi) pada permukaan sel mukosal. Senyawa-senyawa tersebut selanjutnya menembus membran sel mukosal dan masuk ke dalamnya. Miselmisel garam empedu melepaskan diri dan meninggalkan permukaan sel mukosal. Dalam sel mukosal, asam lemak bebas monoasil gliserol disintesis kembali menjadi triasil gliserol yang setelah bergabung dengan albumin, kolesterol, dan lain-lain membentuk siklomikron. Siklomikron tersebut pada akhirnya masuk ke dalam darah, kemudian sampai ke hati dan jaringan lain yang memerlukannya. Sebelum masuk ke dalam sel, triasil gliserol dipecah dulu menjadi asam lemak bebas dan gliserol oleh lipoprotein lipase. Katabolisme adalah proses penguraian dan pembebasan dari zat-zat organik.

Asam lemak adalah suatu senyawa yang terdiri atas panjang hidrokarbon dan gugus karboksilat yang terikat pada ujungnya. Asam lemak mempunyai dua peranan fisiologi yang penting, yaitu:

Pembentuk fosfolipid dan glikolipid yang merupakan molekul amfipotik sebagai komponen membran biologi

Sebagai molekul sumber energi. Proses metabolisme lemak sebagai komponen bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh hewan, dimulai dengan proses pencernaannya di dalam usus oleh enzim. Asam lemak bersenyawa kembali dengan gliserol membentuk lemak yang kemudian diangkut oleh pembuluh getah bening.

Selanjutnya, lemak disimpan di jaringan adiposa (jaringan lemak). Jika dibutuhkan, lemak akan diangkut ke hati dalam bentuk lesitin yang dihidrolisis oleh lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Gliserol diaktifkan oleh ATP menjadi gliserol fosfat dan akhirnya mengalami oksidasi, seperti glukosa. Rantai karbon asam lemak diolah di dalam mitokondria sehingga dihasilkan asetil koenzim yang selanjutnya dapat masuk ke dalam Siklus Krebs.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil enersi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori.

2. Lemak, disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh.

3. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar dalam tubuh sesudah air.

B. Saran Karena dalam mempelajari kimia tentang karbohidrat,protein,lemak (lipid) ,masih banyak yang belum kita pahami, oleh karena itu kita harus terus mempelajari lebih dalam lagi tentang kimia lebih spesifik terutama dalam materi karbohidrat,protein,lemak(lipid),

Posted 26th May by Dewi Anggraini 0

Add a comment

Analis Kesehatan D3

Classic Flipcard Magazine Mosaic Sidebar Snapshot Timeslide

1. May 26

[BIOKIMIA] Identifikasi,Klasifikasi dan Metabolisme Karbohidrat,Protein,Lypid

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan Ada tiga komponen penting penghasil energi yang sangat di butuhkan bagi setiap manusia : karbohidrat, lemak, dan protein. Khususnya bagi negara Indonesia sendiri yang sangat terkenal dengan gizi buruk sampai saat ini. Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik yang mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan-persamaan dari sudut kimia dan fungsinya. Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Karbohidrat yang terasa manis disebut gula (sakar). Dari beberapa golongan karbohidrat, ada yang sebagai penghasil serat-serat yang sangat bermanfaat sebagai diet (dietary fiber) yang berguna bagi pencernaan manusia. Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur Carbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O), yang mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut lemak), seperti ether. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi bersifat padat pada suhu kamar, sedangkan yang mempunyai titik lebur rendah, bersifat cair. Lemak yang padat pada suhu kamar disebut lemak gaji, sedangkan ya

You might also like