You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Memahami ilmu agama merupakan kewajiban atas setiap muslim dan muslimah.

Rasulullah sholallohu alaihi wassallam bersabda:

Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim. [HR. Ibnu Majah no:224, dan lainnya dari Anas bin Malik. (Dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani) Dan agama adalah apa yang telah difirmankan oleh Alloh di dalam kitabNya, Al-Quranul Karim, dan disabdakan oleh RosulNya di dalam Sunnahnya. Oleh karena itulah termasuk kesalahan yang sangat berbahaya adalah berbicara masalah agama tanpa ilmu dari Alloh dan RosulNya. Waktu (baca : usia) adalah modal untuk melakukan amal shalih. Orang yang mengerti hakikat ini, maka dia tidak akan menggunakannya kecuali untuk perkara yang bermanfaat. Dia akan berusaha

memanfaatkan segala potensi diri untuk mendapatkan pahala sebanyak mungkin. Diantara yang bisa mudah dimanfaatkan untuk menabung bekal disisi Allah Azza wa Jalla adalah lidah. Dengan lidah, seseorang bisa berdzikir dan saling nasehat menasehati sehingga meraih banyak pahala. Namun sebaliknya, lidah juga bisa mengakibatkan dosa dan menyeret seseorang ke neraka, jika tidak dimanfaatkan untuk kebaikan. Kesadaran seseorang terhadap fungsi dan bahaya lisan ini akan mendorong dirinya untuk menjaga lidah, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat.

Berikut kami nukilkan beberapa bencana yang dapat ditimbulkan oleh lidah. Dengan harapan agar kita menjauhinya setelah kita faham. Karena kita tidak akan bisa menghindarinya kalau kita belum mengetahui berbagai bencana ini. Sebagai nasehat sesama umat Islam, di sini kami sampaikan di antara bahaya berbicara masalah agama tanpa ilmu:

BAB II PEMBAHASAN

Agama adalah apa yang telah difirmankan oleh Alloh di dalam kitabNya, Al-Quranul Karim, dan disabdakan oleh RosulNya di dalam Sunnahnya. Oleh karena itulah termasuk kesalahan yang sangat berbahaya adalah berbicara masalah agama tanpa ilmu dari Alloh dan RosulNya. Sebagai nasehat sesama umat Islam, di sini kami sampaikan di antara bahaya berbicara masalah agama tanpa ilmu:

1.

Hal itu merupakan perkara tertinggi yang diharamkan oleh Allah. Alloh Taala berfirman :

Katakanlah: Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak

menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu) (Al-Araf:33) Syeikh Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baaz rohimahulloh berkata: Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk perkara terbesar yang diharamkan oleh Allah, bahkan hal itu disebutkan lebih tinggi daripada kedudukan syirik. Karena di dalam ayat tersebut Alloh mengurutkan perkara-perkara yang diharamkan mulai yang paling rendah sampai yang paling tinggi. 3

Dan berbicara tentang Alloh tanpa ilmu meliputi: berbicara (tanpa ilmu) tentang hukum-hukumNya, syariatNya, dan agamaNya. Termasuk berbicara tentang nama-namaNya dan sifat-sifatNya, yang hal ini lebih besar daripada berbicara (tanpa ilmu) tentang syariatNya, dan agamaNya. *Catatan kaki kitab At-Tanbihat AlLathifah Ala Ma Ihtawat alaihi Al-aqidah Al-Wasithiyah, hal: 34, tahqiq Syeikh Ali bin Hasan, penerbit:Dar Ibnil Qayyim]

2.

Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk dusta atas (nama) Allah. Allah Taala berfirman:

Dan janganlah kamu mengatakan terhadapa apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta ini halal dan ini haram, untuk mengadaadakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (QS. An-Nahl (16): 116)

3.

Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan kesesatan dan menyesatkan orang lain. Rasulullah sholallohu alaihi wassallam bersabda:

Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hambahambaNya sekaligus, tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mematikan para ulama. Sehingga ketika Allah tidak menyisakan

seorang

alim-pun,

orang-orang-pun

mengangkat

pemimpin-

pemimpin yang bodoh. Lalu para pemimpin itu ditanya, kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka menjadi sesat dan menyesatkan orang lain. (HSR. Bukhari no:100, Muslim, dan lainnya) Hadits ini menunjukkan bahwa Barangsiapa tidak berilmu dan menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan tanpa ilmu, dan mengqias (membandingkan) dengan akalnya, sehingga

mengharamkan apa yang Alloh halalkan dengan kebodohan, dan menghalalkan apa yang Allah haramkan dengan tanpa dia ketahui, maka inilah orang yang mengqias dengan akalnya, sehingga dia sesat dan menyesatkan. (Shahih Jamiil Ilmi Wa Fadhlihi, hal: 415, karya AlHafizh Ibnu Abdil Barr, diringkas oleh Syeikh Abul Asybal AzZuhairi)

4.

Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mengikuti hawa-nafsu. Imam Ali bin Abil Izzi Al-Hanafi rohimahulloh berkata: Barangsiapa berbicara tanpa ilmu, maka sesungguhnya dia hanyalah mengikuti hawa-nafsunya, dan Allah telah berfirman:

Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun (AlQashshash:50) (Kitab Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh AthThahawiyah, hal: 393)

5.

Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mendahului Allah dan RasulNya. Allah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Hujuraat: 1) Syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadi rohimahulloh berkata: Ayat ini memuat adab terhadap Alloh dan RosulNya, juga pengagungan, penghormatan, dan pemuliaan kepadanya. Alloh telah memerintahkan kepada para hambaNya yang beriman, dengan konsekwensi keimanan terhadap Alloh dan RosulNya, yaitu: menjalankan perintah-perintah Alloh dan menjauhi larangan-

laranganNya. Dan agar mereka selalu berjalan mengikuti perintah Alloh dan Sunnah RosulNya di dalam seluruh perkara mereka. Dan agar mereka tidak mendahului Alloh dan RosulNya, sehingga janganlah mereka berkata, sampai Alloh berkata, dan janganlah mereka memerintah, sampai Alloh memerintah. (Taisir Karimir Rahman, surat Al-Hujurat:1)

6.

Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu menanggung dosadosa orang-orang yang dia sesatkan. Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu adalah orang sesat dan mengajak kepada kesesatan, oleh karena itu dia menanggung dosa-dosa orang-orang yang telah dia sesatkan. Rasulullah sholallohu alaihi wassallam:

Barangsiapa menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa

sebagaimana dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun. (HSR. Muslim no:2674, dari Abu Hurairah)

7.

Berbicara tentang Allah tanpa ilmu akan dimintai tanggung-jawab. Alloh Taala berfirman:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. Al-Isra : 36) Setelah menyebutkan pendapat para Salaf tentang ayat ini, imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: Kesimpulan penjelasan yang mereka sebutkan adalah: bahwa Alloh Taala melarang berbicara tanpa ilmu, yaitu (berbicara) hanya dengan persangkaan yang merupakan perkiraan dan khayalan. (Tafsir Al-Quranul Azhim, surat AlIsra:36)

8.

Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan.

Syeikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami t menyatakan: Fashal: Tentang Haramnya berbicara tentang Allah tanpa ilmu, dan haramnya berfatwa tentang agama Allah dengan apa yang menyelisihi nashnash. Kemudian beliau membawakan sejumlah ayat Al-Quran, di antaranya adalah firman Allah di bawah ini:

Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. 5:44)

9.

Berbicara agama tanpa ilmu menyelisihi jalan Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Imam Abu Jafar Ath-Thahawi rohimahulloh menyatakan di dalam aqidah Thahawiyahnya yang masyhur: Dan kami berkata: Wallahu Alam (Allah Yang Mengetahui), terhadap perkara-perkara yang ilmunya samar bagi kami. *Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh AthThahawiyah, hal: 393]

10. Berbicara agama tanpa ilmu merupakan perintah syaithan. Allah berfirman:

Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan kepada Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. 2:169) Keterangan ini kami akhiri dengan nasehat: barangsiapa yang ingin bebicara masalah agama hendaklah dia belajar lebih dahulu. Kemudian hendaklah dia hanya berbicara berdasarkan ilmu. Wallohu alam bish showwab. Al-hamdulillah Rabbil alamin. 8

BAB III PENUTUP

Demikianlah beberapa uraian tentang pentingnya ilmu bagi manusia dalam kehidupannya, akan tetapi ilmu tersebut harus betul-betul dibimbing dan tidak boleh lepas dari nilai-nilai agama. Ilmu yang jalan sendiri tanpa bimbingan agama akan membawa akibat yang mengerikan bagi manusia dan alam semesta. Karena itu kepada insan yang dirahmati oleh Allah SWT. Dengan lidah, seseorang bisa berdzikir dan saling nasehat menasehati sehingga meraih banyak pahala. Namun sebaliknya, lidah juga bisa mengakibatkan dosa dan menyeret seseorang ke neraka, jika tidak dimanfaatkan untuk kebaikan. Kesadaran seseorang terhadap fungsi dan bahaya lisan ini akan mendorong dirinya untuk menjaga lidah, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat dan senantiasa menjaga sebaikbaiknya untuk kemaslahatan hidup umat manusia serta untuk

kemakmuran bumi dan alam semesta ini. Karena pertanggungjawaban atas ilmu yang kita miliki tidak hanya di dunia ini, tetapi yang lebih berat adalah pada saat kita diperhadapkan di Mahkamah Allah SWT. di akhirat kelak.

DAFTAR PUSTAKA

www.ustadzmuslim.com Ustadz Abu Ismail Muslim Al-Atsari http://ntbonline.wordpress.com/2008/08/24/ilmu-tanpa-agama-adalahbuta-filsafat-ilmu/ http://lhyling.multply.com.//joutnal/item. hh. 1-3. Tema tentang agama dan Ilmu pertama ditulis New York Times Magazine 9 November 1930;

10

MAKALAH

BAHAYA BICARA TANPA ILMU


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia

Di susun Oleh : DIAN MARDIANA 103342099

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LA TANSA MASHIRO RANGKASBITUNG

2012 / 2013

11

12

You might also like