You are on page 1of 21

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Landasan teori 1. Pengertian Guru Sejak dahulu hingga sekarang guru telah menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Ada beragam julukan yang diberikan kepada sosok guru. Salah satu yang paling terkenal adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Julukan ini mengindikasikan betapa besarnya peran dan jasa yang dilakukan guru sehingga guru disebut sebagai pahlawan. Menurut Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat (1), guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.1) Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesi) mengajar.2) Untuk
1)

Pasal 1 Ayat (1), Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Hlm. 377.
2)

menjadi guru, seseorang harus memenuhi persyaratan profesional tertentu. Tidak semua orang bisa menjadi guru. Moh. User Usman mngemukakan bahwa guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.3) Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru, meskipun kenyataannya masih didapati guru yang berasal dari luar bidang kependidikan. Menurut Ngainun Naim, guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagian waktunya untuk mengajar dan menddik siswa, sementara penghargaan dari sisi material, misalnya, sangat jauh dari harapan.4) Gaji seorang guru rasanya terlalu jauh untuk mencapai kesejahteraan hidup layak sebagaimana profesi lainnya. Guru merupakan spiritual father atau bapak rohani bagi seorang anak didik.5) Gurulah yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak, dan membenrakannya, maka menghormati guru berarti menghormati anak didik kita, menghargai guru berarti penghargaan terhadap anak-anak kita, dengan guru itulah mereka hidup dan berkembang, sekiranya setiap guru itu menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Abu
3)

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2006), Hlm. 5.

Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif: Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Hlm. 1.

4)

Isjoni, Dilema Guru: Ketika Pengabdian Menuai Kritikan, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007), Hlm. 23.

5)

10

Dardaa melukiskan pula mngenai guru dan anak didik itu bahwa keduanya adalah berteman dalam kebaikan dan tanpa keduanya tak akan ada kebaikan.6)

2.

Tugas, Peran, dan Tanggung Jawab Guru

a. Tugas Guru Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian.7) Tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan

kemasyarakatan. Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi.8) Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru
6)

Ibid.

7)

Ibid., Hlm. 33.

8)

Ibid.

11

sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Tugas kemanusiaan salah satu segi dari tugas guru. Sisi ini tidak bisa guru abaikan, karena guru harus terlibat dengan kehidupan di masyarakat dengan interaksi sosial. Guru harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik.9) Dengan begitu anak didik dididik agar mempunyai sifat kesetiakawanan sosial. Guru harus dapat menempatkan diri sebagai orang tua kedua, dengan mengemban tugas yang dipercayakan orang tua kandung/wali anak didik dalam jangka waktu tertentu. Guru harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apa pun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya.10) Para siswa enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Di bidang kemasyarakatan merupakan tugas guru yang juga tidak kalah pentingnya. Pada bidang ini guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara
9)

Ibid.

10)

Ibid., Hlm. 38

12

Indonesia yang bermoral Pancasila.11) Memang tidak dapat dipungkiri bila guru mendidik anak didik sama halnya guru mencerdaskan bangsa Indonesia. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila.

b. Peran Guru dalam Proses Belajar-Mengajar Ada beberapa peranan guru dalam proses belajar-mengajar antara lain sebagai berikut: 1) Guru sebagai Demonstrator Dengan peranannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senatiasa mengembangkan, dan meningkatkan kemampuannya.12) Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai

11)

Ibid., Hlm. 34.

12)

Ngainun Naim, Op. Cit., Hlm. 28.

13

bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang

diajarkannya secara didaktis.13) Maksudnya agar aapa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik. 2) Dalam Guru sebagai Pengelola Kelas perannya sebagai pengelola kelas (learning

manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkungan belajar itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.14) 3) Guru sebagai Mediator dan Fasilitator Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar.15) Dengan demikian, media
13)

Isjoni, Op. Cit., Hlm. 39.

14)

Ibid., Hlm. 40. Ngainun Naim, Op. Cit., Hlm. 29.

15)

14

pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.16) 4) Guru sebagai Evaluator Peran ini dimaksudkan agar guru mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat.17) Dengan melkaukan penilaian, guru akan dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian ini adalah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian, guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya, jika dibandingkan dengan teman-temannya.

16)

Isjoni, Op. Cit., Hlm. 43.

17)

Ngainun Naim, Op. Cit., Hlm. 31.

15

Selain peran di atas, masih ada beberapa peran dan fungsi guru secara anonim dengan EMASLIMDEF (educator, manager,

administrator, supervisor, leader, inovator, motivator, dinamisator, evaluator, dan facilitator). Secara lebih terperinci dalm sebuah table sebagai berikut: Tabel 1 Peran Guru EMASLIMDEF18) Akronim E Peran Educator Fungsi Mengembangkan kepribadian Membimbing Membina budi pekerti M Manager Memberikan pengarahan Mengawal pelaksanaan tugas dan fungsi berdasarkan ketentuan dan A Administrator perundang-undangan yang berlaku Membuat daftar presensi Membuat daftar penilaian Melaksanakan teknis administrasi S Supervisor sekolah Memantau Menilai L Leader Memberikan bimbingan teknis Mengawal pelaksanaaan tugas pokok dan fungsi tanpa harus
18)

Ibid., Hlm. 33

16

mengikuti secara kaku ketentuan dan I Inovator perundang-undangan yang

berlaku Melakukan kegiatan kreatif Menemukan cara-cara, strategi, atau metode,

konsep-konsep

Motivator

yang baru dalam pengajaran Memberiakan dorongan kepada siswa untuk dapat belajar lebih giat Memberikan tugas kepada siswa sesuia dengan kemampuan dan

Dinamisator

perbedaan individual peserta didik Memberikan dorongan kepada siswa dengan cara menciptakan suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif

Evaluator

Menyusun instrumen penilaian Melaksanakan penilaian dalam berbagai bentuk dan jenis

17

penilaian F Facilitator Menilai pekerjaan siswa Memberikan bantuan arahan, dan petunjuk

teknis, kepada

peserta didik c. Tanggung Jawab Guru Keberadaan guru dalam dunia pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kehidupannya secara keseluruhan baik pribadi, di keluarga, maupun di masyarakat. Oleh karena itu, guru mempunyai tanggung jawab yang cukup besar sebagai perekat bangsa dalam menciptakan kehidupan kebangsaan yang efektif. Tanggung jawab guru dalam pengembangan bangsa, sekurang-kurangnya dapat dilihat dari empat dimensi, yaitu guru sebagai pribadi, guru sebagai unsur keluarga, guru sebagai unsur pendidikan, dan guru sebagai unsur masyarakat.19) Tanggung jawab guru dalam pengembangan bangsa secara rinci sebagai berikut: 1) Tanggung jawab sebagai Pribadi Tanggung jawab guru dalam keikutsertaannya untuk pembinaan kebangsaan harus dimulai dengan jiwa kebangsaan dirinya sendiri. Sebagai pribadi, guru merupakan perwujudan diri dengan seluruh keunikan karakteristik yang sesuai dengan posisinya
19)

Isjoni, Op. Cit., Hlm. 49

18

sebagai pemangku profesi keguruan.20) Kepribadian merupakan landasan utama bagi perwujudan diri sebagai guru yang efektif baik dalam melaksanakan tugas profesionalnya di lingkungan pendidikan dan di lingkungan kehidupan lainnya. Untuk itu, guru harus mengenal dirinya sendiri dan mampu mengembangkannya ke arah terwujudnya pribadi yang sehat dan paripurna. 2) Tanggung jawab di Keluarga Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan sistem sosial terkecil sebagai inti sistem sosial secara keseluruhan. Dalam kaitan dengan keluarga, guru merupakan unsur keluarga sebagai pengelola (suami atau istri), sebagai anak, dan sebagai pendidik dalam keluarga.21) Hal ini mengandung makna bahwa guru sebagai unsur keluarga harus mampu mewujudkan kehidupan keluarga yang kokoh sehingga manjadi fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara secara keseluruhan. Untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang kokoh perlu ditopang antara lain oleh landasan keagamaan yang kokoh, penyesuaian pernikahan yang sehat, suasana hubungan inter dan antar keluarga yang harmonis, kesejahteraan ekonomi yang memadai, dan pola-pola pendidikan yang efektif.22)
20)

Ibid., Hlm. 50

21)

Ibid., Hlm. 52

22)

Ibid.

19

3) Tanggung jawab di Sekolah Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di tingkat

operasional, guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat institusional, instruksional.23) Sejalan dengan tugas utamanya sebagai pendidik di sekolah, guru melakukan tugas-tugas kinerja pendidikan dalam membimbing, pengajaran, dan latihan. Semua kegiatan itu sangat terkait dengan upaya pengembangan para peserta didik melalui keteladanan, penciptaan lingkungan pendidikan yang kondusif, membimbing, mengajar, dan melatih peserta didik sebagai unsur bangsa. 4) Tanggung jawab di Masyarakat Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara keseluruhan, guru merupakan unsur strategis sebagai anggota, agen, dan pendidik masyarakat.24) Dengan demikian, guru

mempunyai peran yang strategis dalam upaya pembangunan kebangsaan di masyarakat. Sebagai anggota masyarakat guru harus menunjukan kepribadiannya secara efektif agar menjadi teladan bagi masyarakat di sekitarnya. Sebagai agen masyarakat, guru merupakan

23)

Ibid., Hlm. 53.

24)

Ibid., Hlm. 55.

20

mediator (penengah) antara masyarakat dengan dunia pendidikan khususnya di sekolah. Selanjutnya sebagai pendidik masyarakat, bersama unsur masyarakat lainnya mengembangkan berbagai upaya pendidikan yang dapat menunjang upaya pembinaan kebangsaan bagi seluruh anggota masyarakat.25)

3.

Kode Etik Guru Indonesia Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan

nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik dalam suatu sistem yang utuh.26 Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan dalam Kongres PGRI ke XVI tahun 1989 di Jakarta adalah sebagai berikut27): a. Guru berbakti membimbing peserta didik

untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. b. profesional. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran

25)

Ibid.

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), Hlm. 46.

26)

27)

Ibid., Hlm. 47.

21

c.

Guru berusaha memperoleh informasi tentang

peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-

baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar. e. Guru memelihara hubungan baik dengan

orang tua murid dan masyarakat di sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. f. Guru secara pribadi dan bersama-sama

mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya. g. Guru memelihara hubungan seprofesi,

semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. h. Guru secara bersama-sama memelihara dan

meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. i. Guru melaksanakan segala kebijakan

Pemerintah dalam bidang pendidikan.

4.

Hakikat Kompetensi Guru Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.28) Menurut Jejen Musfah,
28)

Pasal 1 Ayat (10), Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen

22

kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap, yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.29) Ketiga aspek kemampuan ini saling terkait dan memengaruhi satu sama lain. Kondisi fisik dan mental serta spiritual seseorang besar pengaruhnya terhadap produktivitas kerja seseorang, maka tiga aspek ini harus dijaga pula sesuai standar yang disepakati.

5.

Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 8

menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya Pasal 10 ayat (1) menyatakan Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi tersebut. Kompetensi yang harus dimiliki pendidik itu sungguh sangat ideal sebagaimana tergambar dalam undang-undang tersebut. Karena itu, guru harus selalu

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), Hlm. 29.

29)

23

belajar dengan tekun di sela-sela menjalankan tugasnya sebagai guru. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat terkait kompetensi guru tersebut. a. Kompetensi Pedagogik Berdasarkan penjelasan UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 Ayat (1) yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) dialogis 6) 7) 8) pemanfaatan teknologi pembelajaran evaluasi hasil belajar pengembangan peserta didik untuk pemahaman wawasan atau landasan kependidikan pemahaman terhadap peserta didik pengembangan kurikulum/silabus perancangan pembelajaran pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliknya. 30)

b. Kompetensi Kepribadian

30)

E. Mulyasa, Op.cit., Hlm. 75.

24

Berdasarkan penjelasan UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 Ayat (1) yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan pesera didik. Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Kompetensi kepribadian memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manuasi (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa.31) c. Kompetensi Sosial Berdasarkan penjelasan UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 Ayat (1) yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Guru diharapkan memberikan contoh yang baik terhadap lingkungannya, dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitar.

31)

Ibid., Hlm. 117.

25

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk: 1) 2) berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat; menggunakan teknologi informasi dan komunikasi

secara fungsional; 3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan 4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.32)

d. Kompetensi Profesional Berdasarkan penjelasan UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 Ayat (1) yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi profesional meliputi: 1) konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni

yang menaungi/koheren dengan materi ajar; 2) 3) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; hubungan konsep antarmata pelajaran terkait;

32)

Ibid., Hlm. 173.

26

4) hari; dan 5)

penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-

kompetisi secara profesional dalam konteks global

dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.33) Guru dalam konsepsi Islam, kompetensi tersebut masih harus ditambah dengan beberapa kompetensi lainnya. Dalam konsepsi pendidikan Islam, seorang guru juga harus memiliki beberapa kompetensi yang lebih filosofis-fundamental. Dalam kompetensi jenis ini, ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu: a. Kompetensi personal-religius, yaitu memiliki kepribadian berdasarkan Islam. Di dalam dirinya melekat nilai-nilai yang dapat

ditransinternalisasikan kepada peserta didik, seperti jujur, adil, suka musyawarah, disiplin, dan lain-lain. b. Kompetensi sosial-religius, yaitu memiliki kepedulian terhadap

persoalan-persoalan sosial yang selaras dengan ajaran Islam.sikap gotong-royong, suka menolong, toleransi, dan sebagainya merupakan sikap yang harus dimiliki pendidik yang dapat diwujudkan dalam proses pendidikan. c. Kompetensi profesional-religius, yaitu memiliki kemampuan

menjalankan tugasnya secara profesional, yang didasarkan atas ajaran Islam.34)


33)

Jejen Musfah, Op. Cit., Hlm. 54.

34 )

Ngainun Naim, Op. Cit., Hlm. 61.

27

B.

Hasil Penelitian Terdahulu Kaitannya dengan penelitian ini, penulis terlebih dahulu berusaha menelusuri hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan orang lain. Hal ini sangat berguna bagi penulis sebagai perbandingan atas hasil penelitian yang penulis lakukan. Di antara beberapa hasil penelitian terdahulu adalah: Skripsi dari Iin Kuniawati (2008) dengan judul Kompetensi Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas VII MTs Cokroaminoto Tribuana Banjarnegara Tahun Pelajaran 2007/200835) menggunakan metode penelitian kualitatif dan kesimpulan dari penelitiannya adalah guru mata pelajaran dapat dikatakan sudah menguasai materi, menggunakan strategi yang bervariasi. Untuk meningkatkan kompetensi guru dengan mengikuti berbagia diklat dan seminar pendidikan baik tingkat lokal maupun nasional. Dari kriteria profesional guru yang penulis teliti, guru mata pelajaran Akidah Akhlak MTs Cokroaminoto Tribuana Banjarnegara sudah dapat dikatakan mempunyai kompetensi yang cukup baik. Namun demikian masih perlu ditingkatkan lagi terutama dalam media pembelajaran. Ada perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu: 1. tidak hanya kompetensi profesional yang diteliti tetapi juga kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial 2. upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru PAI

Iin Kurniawati, Kompetensi Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas VII MTs Cokroaminoto Tribuana Banjarnegara Tahun Pelajaran 2007/2008, Skripsi, STAINU Kebumen, Tidak diterbitkan, 2008.

35)

28

3. subjek penelitian tidak hanya guru mata pelajaran Akidah Akhlak tetapi juga guru mata pelajaran Al-Quran Hadits, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).

C.

Fokus Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.36) Fokus masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana upaya peningkatan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam MTs Negeri Kebumen 1, faktor-faktor pendukung dan penghambat, serta solusi yang dilakukan dalam upaya tersebut.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Hlm. 6

36)

29

You might also like