You are on page 1of 3

Oh, Mama

Hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku menyeret langkah kerumah dengan tidak bersemangat Tiba di depan rumah, kumasukkan anak kunci ke lubangnya. Yang membuatku kesal, Mama pergi dinas keluar kota di hari ulang tahunku. Mama membelikanku gaun untuk hadiah ulang tahun. Tapi kalau disuruh memilih, aku lebih memilih Mama tidak pergi dan merayakan ulang tahun bersamaku. surprise....! teriakan terdengar saat aku masuk ke dalam rumah. Aku berdiri mematung sambil memandang beberapa orang yang berdiri di depanku dengan topi warna-warni dan Mama yang tersenyum dengan kue besar di tangannya. Selamat ulang tahun Rani sayang...., kata mama. Kue diatas tangan Mama berhiaskan lilin yang sudah menyala. Aku masih berdiri. Masih kaget, benar-benar tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Happy Birthday, Rani, Om Farid tersenyum di sebelah Mama. Dia membawa beruang yang besar sekali. Met ultah ya, Fika muncul dari kerumunan dan menarik tanganku sambil tersenyum. Tiba-tiba saja aku ingin menangis. Mereka sudah menyiapkan ini semua untuk aku. Ternyata mama tidak pergi dinas ke luar kota. Dan teman-temanku juga ada disini. Mama harus pergi dinas ke luar kota selama tiga hari, kata Mama sambil mengoles selai coklat untukku. Aku cemberut. Ini akan menjadi yang kedua kalinya dalam bulan ini Mama harus ke luar kota. Rani sayang, kenapa sih cemberut terus? Mama menghampiriku dan mengecup keningku. Aku diam saja. Rani nggak akan sendirian. Ada Mbak Djun ydan Om Farid kan? Tapi Mama kan nggak ada....., aku merajuk. Berharap Mama agar membatalkan niatnya untuk keluar kota. Rani, Om Farid sudah janji akan antar dan jemput kamu setiap hari. Oke? Nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Cuma tiga hari, sayang, Mama mengacak rambutku. Aku tetap cemberut. Dan pagi itu Om Farid mengantarku ke sekolah sebelum mengantarkan Mama ke bandara. Belakangan ini hidupku dan Mama tidak lagi hanya tentang kami berdua. Ayahku menuinggal saat aku duduk dibangku kelas satu SD. Sejak saat itu aku hidup berdua dengan Mama. Karena itulah kenapa aku sangat manja sama Mama dan aku sangat menyayngi Mama.

Tapi sudah beberapa bulan ini Om Farid masuk dalam kehidupan kami. Om Farid itu mantan pacar Mama saat remaja dulu.aku tidak tahu apakah aku harus senang atau tidak dengan kehadiran Om Farid di antara kami. Memang sih, Om Farid itu baik sekali. Aku menyukainya. Sosoknya yang tinggi dan mirip almarhum Sophan Sophian memenuhi bayangan akan figur akan seorang ayah. Aku tidak begitu ingat papaku seperti apa. Hanya satu yang paling akau ingat, Papa dulu sering menemaniku nonton TV. Dan Om Farid tidak hanya bisa menemaniku nonton TV. Ia juga bisa menjadi lawanku bermain PlayStation. Hebat, bukan ? Tapi yang membuat ku bingung ketiak teman-temanku mempertanyakan tentang Om Farid. Itu siapa sih, Rani ? Jawabku singkat, berharap Fika tidak bertanya lagi. Aku dan Fika bersahabat sejak lama. Semua masalahku kuceritakan pada Fika. Tapi tidak tentang Om Farid. Aku nggak tanya namanya. Maksudku itu calon Papa barumu, ya ? Fika bertannya lagi. Aku sampai menghentikan langkahku. Apa? tanayku sambil memandang Fika. Aku sama sekali tidak memikirkan kemungkinan itu. Iya. Mamamu pacaran ya dengan Om Farid? Fika bertannya dengan tidak sabar. Pacaran? aku bergidik membayangkan Mama dan Om Farid pacaran. Apa mereka nonton bareng dan makan popcorn? Itu konsep pacaran yang sering ada di otakku berhubungan sampai sekarang aku belum pernah punya pacar. Iya, kamu sudah lama nggak punya Papa. Lalu Mamamu pacaran sama Om Farid. Lalu mereka menikah. Lalu Om Farid jadi Papamu. Gitu.... kok kamu malah bingung..., penjelasan Fika yang bertubi-tubi membuatku diam. Seharian itu aku sibuk memikirkan aku, Mama dn Om Farid. *** Mama sudah duduk di meja makan. TV yang sedang menyiarkan acara komedi bisa membuat Mama tertawa lepas. Tapi meurutku bukan itu sebab utama Mama tertawa belakangan ini. Sejak Om Farid sering datang kerumah, Mama jadi sering tertawa lepas. Ma..., aku memanggil Mama. Ya? ujar Mama di sela-sela tawanya. Mama pacaran ya sama Om Farid? tanyaku. Mama langsung berhenti tertawa dan menatap mataku. Apa sayang? Aku menunduk. Mama pacaran sama om Farid? suaraku seperti tersendat entah di mana. Siapa yang bilang gtu? pendangan Mama menyelidik. Fika dan teman- teman yang lain, kuberanikan menatap mata Mama. Mereka bilang Mama pacaran sama Om Farid, terus Om Farid jadi Papa Rani. Benar gitu, Ma? tidak tahu kenapa air mataku meleleh saat aku mengucapkan itu.

Mama berjalan menghampiriku. Memelukku erat. Bisa kurasakan Mama menarik napas panjang saat memelukku. Rani suka Om Farid. Tapi.... Rani takut,, ma?. Rani takut kehidupan kita berubah, aku mulai menagis. Kalau berubah menjadi yang lebih baiik kan bagus, Rani sayang? Mama membelai rambutku. Tapi kalau nanti Om Farid berubah jahat, gimana, Ma? Nanti kalau Mama terlalu sibuk mengurus Om Farid sampai lupa sama Rani, gimana, Ma? Nanti kalau anak-anak Om Farid nggak suka sama Rani, gimana, Ma? Aku menagis lebih keras. Sssttt, Mama membelai rambutku berulang kali. Rani nggak usah mikirin itu sekarang. Rani sayang.... Mama minta maaf. Ssshhhh, dan air mata Mama jatuh membasahi rambutku. Om Farid itu jauh lebih tua dari Mama. Kalau tidak sepuluh atau lima belas tahun lebih tua. Anak-anak Om Farid semua sudah menikah dan tinggal di luar kota. Aku begitu mendambakan sosok seorang ayah. Dan aku juga menyukai Om farid. Tapi aku takut semua berubah. Selama ini Om Farid sangat baik sama aku dan Mama. Terutama sama aku. Dan aku sangat takut semua kebaikan Om Farid lakuka karena dia punya maksud sama Mama, yaitu ingin menikahi Mama. Setelah itu, setelah Om Farid menikahi Mama, setelah keinginannya tercapai, bukannya tidak mungkin Om Farid akan jadi jahat. Aduh, entahlah. Kepalaku sakit kalau mikir itu semua. *** Aku duduk di ruang tamu denag Mama di sampingku dan Om Farid di depanku. Rani, Mama memamnggilku pelan. Ada yang mau Mama dan Om bicarakan. Aku memandang Mama dan Om Frid bergantian.aku bisa menebak apa yang akan mereka biscarakan. Tapi aku memilih untuk diam saja. Om akan melamar Mamamu, Rani. Kami akan menikah, suara Om Farid terdengar lancar. Aku tidak tahu apa yang harus kurasakan. Apakah aku harus bahagia? Atau sedih? Atau khawatir? Aku benar-benar tidak tahu. Mungkin ini tidak mudah untuk Rani. Tapi Mama dan Om Farid akan membuat semua jadi lebih baik untuk kita semua. Mama ingin Rani bahagia, Mama terisak. Om Farid sayang sayang sama Rani dan Mama, suara Om Farid terdengar lagi. Mataku menghangat dan kemudian aku sudah memeluk Mama. Ran hanya ingin Mama bahagia.... Mama juga ingin Rani bahagia, Mama mendekapku erat. Oh, Tuhan... aku harus bagaimana? Apakah aku harus pasrah, atau aku ... ah, entahlah. Yang jelas, ada seburat bening di wajah halusku oleh gumpalan kecil yang keluar pelan-pelan dari kelopak mataku....

You might also like