You are on page 1of 13

Mempertahankan Kearifan Lokal Melalui Pendidikan Akhlak

Nama NIM

: Zaenab Naimah A : 2013110142

Prodi/Jurusan : Syariah/Ekonomi Syariah

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA STAIN PEKALONGAN TAHUN 2012


0

Mempertahankan Kearifan Lokal melalui Pendidikan Akhlak

A. Pedahuluan Rupanya perubahan zaman memberikan perubahan pula di berbagai aspek kehidupan; sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Begitu pula perubahan perilaku masyarakat yang telah terkontaminasi perilaku asing yang jauh berbeda dan tak sesuai dengan nilai-nilai lokal yang telah tumbuh dan berkembang di masyarakat. Keberanian, kegigihan, ketekunan, sopan santun, dan nilai-nilai lainnya mulai terkikis dan terganti dengan kemalasan, ketidak-pedulian, dan berbagai nilai negatif yang masuk menggeser kearifan lokal. Para pemuda yang merupakan generasi penerus bangsa telah banyak terpengaruh nilai asing. Kebanggaaan atas bangsa sendiri sedikit demi sedikit terkikis. Mereka lebih bangga jika melakukan sesuatu yang dilakukan orang asing. Bahasa asing banyak diserap, perilaku yang tak sesuai dengan nilai lokal mulai bermunculan; sikap acuh tak acuh, kurang menghormati orang yang lebih tua, konsumtif, berpakaian tak sopan, dan lain sebagainya. Benar-benar bangsa ini telah mengalami kelemahan akhlak. Padahal akhlak merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus kita miliki. Sebuah bangsa yang berakhlak maka akan dapat bertahan di tengah-tengah arus modernisasi. Lalu bagaimana dengan negara yang berakhlak lemah? Eksistensi kearifan lokal akan mudah hilang dan nilai asing yang akan menguasai, yang sesungguhnya lebih banyak nilai negatif ketimbang positifnya. Di sinilah peran penting pendidikan khususnya pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang bertujuan membentuk orang-orang yang bermoral baik, keras kemauan (gigih dalam berusaha), sopan dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Sesuai dengan kearifan lokal yang menjadi identitas bangsa.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa masalah yang muncul 1. Kearifan Lokal dan eksistensinya di tengah-tengah arus modernisasi 2. Pendidikan akhlak dan urgensinya dalam mempertahankan kearifan lokal C. Analisis 1. Pengertian Kearifan Lokal Dalam kamus Inggris Indonesia A.S. Hornby dan E.C. Parnwell, kearifan lokal terdiri dari dua kata: kearifan dan lokal. Kearifan (wisdom) berarti kebijaksanaan dan Lokal (local) berarti setempat. Secara umum, Kearifan Lokal adalah gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.1 Menurut Nurma Ali Ridwan, Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian di atas, disusun secara etimologi, di mana wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Local secara spesifik menunjuk pada ruang interaksi terbatas dengan sistem nilai yang terbatas pula. Sebagai ruang interaksi yang sudah didesain sedemikian rupa yang di dalamnya melibatkan suatu pola-pola hubungan antara manusia dengan manusia atau manusia dengan lingkungan fisiknya. Pola interaksi yang sudah terdesain tersebut disebut settting. Setting adalah sebuah ruang interaksi tempat seseorang dapat menyusun hubungan-hubungan face to face dalam lingkungannya. Sebuah
1

setting kehidupan yang sudah terbentuk secara

Cia Syamsiar, Bentuk-Bentuk Kearifan Lokal dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia Sebagai Sumber Gagasan Berkarya Seni Rupa. Jurnal Online Institut Seni Indonesia Surakarta Vol 2, No 1 (2010), Hlm. 23

langsung akan memproduksi nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut yang akan menjadi landasan hubungan mereka atau menjadi acuan tingkah-laku mereka2 Sebagai sebuah istilah wisdom sering diartikan sebagai

kearifan/kebijaksanaan. Sartini dalam Menggali Kearifan Lokal sebuah Kajian Filsafati, menjelaskan Local Genius sebagai Local Wisdom dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Local Genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenal oleh Quaritch Wales. Menurut Antropolog Haryati Soebadio, local genius adalah cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri. Dalam pengertian lain menyebutkan bahwa Kearifan lokal adalah seperangkat nilai dan pengetahuan yang dipelihara secara eksklusif oleh kelompok masyarakat lokal tertentu, yang pada mulanya berhubungan dengan cara-cara pemahaman dan praktik sosial masyarakat berhadapan dengan alam dan lingkungan (ekologi). Bentuk-bentuk pemeliharaan biasanya berupa ungkapan, pribahasa, dongeng-dongeng atau cerita mitos dan folklor, filsafat sosial, atau bahkan dalam ritus-ritus budaya yang bertujuan memelihara keseimbangan dan harmonisasi antara manusia dengan alam dan lingkungan (ekologi), dan secara khususnya menjaga hubungan baik dengan kekuatan supranatural (Tuhan/Allah/Yang Maha Esa/Yang Mahakuasa).3 Kearifan lokal memiliki dimensi sosial dan budaya yang kuat, karena memang lahir dari aktivitas perlakuan berpola manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Kearifan lokal dapat menjelma dalam berbagai bentuk ide, gagasan, nilai, norma, dan peraturan dalam ranah kebudayaan, sedangkan dalam kehidupan sosial dapat berupa sistem religius, sistem dan organisasi

Nurma Ali Ridwan, Landasan Keilmuan Kearifan Lokal. Jurnal Ibda` | Vol. 5 | No. 1 | Jan-Jun 2007 |2738. Hlm 2 3 Aprinus Salam, Perubahan Sosial dan Pertanyaan tentang Kearifan Lokal. Jurnal Ibda` | Vol. 5 | No. 2 | Jul-Des 2007 | 257-275. Hlm 7.

kemasyarakatan, pengetahuan, mata pencaharian hidup dan sistem teknologi serta peralatan (Koentjoroningrat, 1964).4 Menurut Prof. Nyoman Sirtha dalam Sartini (2009) kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum adat dan aturan-aturan khusus. Oleh karena bentuknya yang bermacam-macam dan ia hidup dalam aneka budaya masyarakat maka fungsinya menjadi bermacam-macam. Adapun fungsi dan makna kearifan lokal adalah sebagai konservasi sumberdaya alam, pengembangan sumberdaya manusia,

pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan, bermakna sosial, bermakna etika dan moral dan bermakna politik.5 Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulakan bahwa Kearifan Lokal adalah Sesuatu yang berharga dan bersifat positif yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat, biasanya dijadikan pedoman berperilaku

masyarakat tersebut, yang harus dipertahankan sebagai identitas budaya. Dapat berupa norma, ide, perbahasa, sistem religius, cerita-cerita, adat istiadat, bahasa, perilaku, dan lainnya. Kearifan Lokal dapat berfungsi sebagai pengembangan sumberdaya manusia, pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan, bermakna sosial, bermakna etika dan moral dan bermakna politik. Teezzi, Marchettini, dan Rosini mengatakan bahwa akhir dari sedimentasi kearifan lokal ini akan mewujud menjadi tradisi atau agama. Dalam masyarakat kita, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam nyayian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari. Kearifan lokal biasanya tercermin dalam kebiasaan-

kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama. Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok

Laporan Akhir Kajian Kearifan Lokal Masyarakat di Kecamatan Bunguran Barat Kab. Natuna, BPPPSPL UNRI, Hlm. 3 5 Gadis M, Nilai Nilai Lokal Masyarakat Nagari Paninggahan Dalam Pengelolaam Dan Pemanfaatan Hutan. http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/ARTIKEL7.pdf

masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi pegangan kelompok masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi bagian hidup tak terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku mereka sehari-hari. Proses sedimentasi ini membutuhkan waktu yang sangat panjang, dari satu generasi ke generasi berikut. Teezzi, Marchettini, dan Rosini mengatakan bahwa kemunculan kearifan lokal dalam masyarakat merupakan hasil dari proses trial and error dari berbagai macam pengetahuan empiris maupun non-empiris atau yang estetik maupun intuitif. Kearifan lokal lebih menggambarkan satu fenomena spesifik yang biasanya akan menjadi ciri khas komunitas kelompok tersebut, misalnya alon-alon asal klakon (masyarakat Jawa Tengah), rawe-rawe rantas malang-malang putung (masyarakat Jawa Timur), ikhlas kiai-ne manfaat ilmu-ne, patuh guru-ne barokah urip-e sebagainya. Semakin majunya zaman, semakin negara-negara tak berbatas satu sama lain. Informasi-informasi dari satu negara dengan mudahnya masuk ke negara lain. Budaya dan bahasa ikut masuk dan berkembang di negara lain. Sehingga mengancam tergesernya nilai-nilai dan budaya lokal. Kearifan lokal semakin terancam jika kita tak mempertahankannya. 2. Pendidikan Akhlak Pendidikan Akhlak terdiri dari dua kata Pendidikan dan Akhlak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
6

(masyarakat pesantren), dan

usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh

pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 232.

Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan pengetahuan, kebiasaan, perkembangan sikap dan individu sebagainya. dalam menguasai dapat

Pendidikan

berlangsung secara informal dan nonformal di samping secara formal seperti di sekolah, madrasah, dan institusi-institusi lainnya.7 Sedangkan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1 Ayat 1), Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Athiyah al-Abrasyi, pendidikan (Islam) ialah adalah

mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai (akhlaknya), tanah air, tegap jasmaninya, halus sempurna perasaannya, budi pekertinya dalam

teratur

pikirannya,

mahir

pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan.8 Selanjutnya adalah apa yang dimaksud dengan akhlak. Kata merupakan bentuk jamak dari kata al-Khuluq atau al-Khulq, yang secara etimologis mempunyai arti: tabiat (al-sajiyyat), watak (al-thab) budi pekerti, kebijaksanaan, adat/sopan santun (al-muruat), keperwiraan, kesatriaan, kejantanan, agama (al-din). Menurut para ahli bahwa akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran (secara

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda Karya, 2004), hlm. 11. 8 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Dalam Moh.Sullah, Studi Komparasi Konsep Pendidikan Akhlak Syed Muhammad Naquib Al-Attas Dan Ibnu Miskawaih, skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Uin Maulana Malik Ibrahim Malang Juli 2010.

spontan), pertimbangan, atau penelitian. Akhlak bisa disebut jiga dengan dorongan jiwa manusia berupa perbuatan baik dan buruk.9 Dalam Ensiklopedi Pendidikan, Ahklq ialah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khliq-nya dan terhadap sesama manusia. Abuddin Nata mengatakan bahwa ada lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak. Pertama, perbuatan akhlak tersebut sudah menjadi

kepribadian yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang. Kedua perbuatan akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan dengan acceptable dan tanpa pemikiran (unthouhgt). Ketiga, perbuatan akhlak merupakan perbuatan tanpa paksaan. Keempat, perbuatan dilakukan dengan sebenarnya tanpa ada unsur sandiwara. Kelima, perbuatan dilakukan untuk menegakkan kalimat Allah.10 Akhlaq memiliki kedudukan penting dalam Islam, hal ini dibuktikan dengan11: 1. Rasululllah SAW menempatkan penyempurnaan akhlq yang mulia sebagai misi pokok Risalah Islam. 2. Akhlq merupakan salah satu ajaran pokok Islam sehingga

Rasulullah SAW pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlq yang baik (husn al-khuluq). 3. Akhlq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat. 4. Rasulullah SAW menjadikan baik dan buruknya akhlq seseorang sebagai ukuran kualitas imannya. 5. Islam menjadikan akhlq yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT.

M. Abdul Mujieb, dkk, Ensiklopedi Tasawuf Imam Al-Ghazali Mudah Memahami dan Menjalankan Kehidupan Spiritual, Hlm 38. Dalam Moh. Sullah, op.cit,. 10 Abuddin Nata dan Fauzan, op. cit., hlm. 274. 11 Rohmad Qomari, Prinsip dan Ruang Lingkup Pendidikan Aqidah Akhlaq. Jurnal INSANIA|Vol. 14|No. 1|Jan-Apr 2009|47-67. Hlm 6

6. Nabi Muhammad SAW selalu berdoa agar Allah SWT membaikkan akhlq beliau. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak12 1. Hubungan Manusia dengan Allah SWT Pola hubungan manusia dengan Allah swt sebagaimana digambarkan dalam Al Quran, Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia (Q.S. Al-Ikhlas:1-4).

2. Hubungan Manusia dengan Rasulullah SAW Pola hubungan manusia dengan Rasulullah saw adalah menegakkan sunnah Beliau, menziarahinya di Madinah, dan membacakan shalawat untuknya. Sunnah Rasulullah adalah salah satu sumber agama Islam selain Al Quran. Diantara adab terhadap Rasulullah adalah berziarah ke makamnya dapat dilakukan pada saat menunaikan ibadah haji atau umroh. Begitu juga dengan bershalawat kepadanya dan keluarganya adalah ajaran Islam. Sayyidina Ali k.w. mengatakan orang yang berdoa tidak akan terkabul kecuali dimulai dan diakhiri dengan membaca shalawat atas Rasulullah dan keluarganya.

3. Hubungan Manusia dengan Dirinya Sendiri Pola hubungan manusia dengan dirinya sendiri terutama menyangkut menjaga kesucian diri dari sifat rakus dan mengumbar nafsu. Mengembangkan keberanian dalam menyampaikan yang haq, memberantas kezaliman,

memberantas kebodohan, sabar dalam menghadapi cobaan, bersyukur atas nikmat, rendah hati, tawadhu, dan tidak sombong. Ada tiga potensi yang ada dalam diri manusia; nafsu, marah, dan kecerdasan. Ketiganya dikembangkan akan menuju ke dua arah yakni kutub positif atau negatif. kalau

12

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. (PT IMTIMA, 2007), hlm 257-259

4. Hubungan Manusia dalam Anggota Keluarga Pola hubungan antar keluarga ditandai seperti berbakti pada kedua orang tua, baik dalam tutur kata, suka membantu baik materil maupun nonmateril, memberi nafkah pada istri, anak dan anggota keluarga lainnya. Istri menaati suami dan suami berbuat baik pada istri, mendidik diri dan keluarga supaya terbebas dari api neraka. Hubungan dalam keluarga yang amat penting adalah pola hubungan antara orang tua dengan anak. Mendidik anak adalah kewajiban orang tua yang paling utama dan cara mendidik anak ini akan berbekas pada diri si anak. Demikian pula sebaliknya, anak harus berbakti pada orang tuanya.

5. Hubungan Manusia dengan Masyarakat Manusia adalah makhluk sosial. Kualitas kemanusiannya ditentukan oleh peranannya berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu ada pola-pola dalam berinteraksi dan berkomunikasi yang harus dipedomani. Misalnya pola hubungan dengan masyarakat dalam konteks kepemimpinan mencakup berbuat adil, ihsan, menjunjung tinggi hasil musyawarah, membela orang-orang lemah, dan memandang manusia sederajat. Sementara sebagai anggota masyarakat perlu menjunjung tinggi ukhuwah iman, kemanusiaan, tolong-menolong, pemurah, penyantun, dan menepati janji.

6. Hubungan Manusia dengan Alam Ada dua hal penting hubunsgn manusia dengan alam; manusia sebagai khalifah dan manusia sebagai pengelola alam. Manusia sebagai khalifah telah diberi bekal dan fasilitas oleh Allah swt yang lengkap untuk mengemban tugas secara kreatif dan dinamis membawa manusia memahami realitas alam dan mencapai kesejahteraan. Karena itu manusia harus menyeimbangkan pikiran dan hatinya. Ketimpangan pada salah satunya akan menyebabkan manusis jatuh dari kekhalifahannya.

Adapun yang menjadi dasar pendidikan akhlak adalah Al-Quran dan Al-Hadits, dengan kata lain dasar-dasar yang lain senantiasa dikembalikan kepada Al-Qur.an dan Al-Hadits. Menurut Islam, pendidikan akhlak adalah faktor penting dalam membina suatu umat membangun suatu bangsa. Kita bisa melihat bahwa bangsa Indonesia yang mengalami multi krisis juga disebabkan kurangnya

pemahaman akhlak. Secara umum pembinaan pemahaman akhlak remaja sangat memprihatinkan. Pendidikan akhlak merupakan permasalahan utama yang selalu menjadi tantangan manusia dalam sepanjang sejarahnya. Sejarah bangsa-bangsabaik yang diabadikan dalam Al-Quran seperti kaum Ad, Samud, Madyan, dan Saba menunjukkan bahwa suatu bangsa akan kokoh apabila akhlaknya kokoh, dan sebaliknya suatu bangsa akan runtuh apabila akhlaknya rusak. D. Kesimpulan 1. Kearifan Lokal adalah Sesuatu yang berharga dan bersifat positif yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat, biasanya dijadikan pedoman berperilaku masyarakat tersebut, yang harus dipertahankan sebagai identitas budaya. Dapat berupa norma, ide, perbahasa, sistem religius, cerita-cerita, adat istiadat, bahasa, perilaku, dan lainnya. Kearifan Lokal dapat berfungsi sebagai pengembangan sumberdaya manusia, pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan, bermakna sosial, bermakna etika dan moral dan bermakna politik. 2. Semakin majunya zaman, semakin negara-negara tak berbatas satu sama lain. Informasi-informasi dari satu negara dengan mudahnya masuk ke negara lain. Budaya dan bahasa ikut masuk dan berkembang di negara lain. Sehingga mengancam tergesernya nilai-nilai dan budaya lokal. Kearifan lokal semakin terancam jika kita tak mempertahankannya. 3. Melihat keadaan tersebut (terancamnya eksistensi kearifan lokal), maka perlu dilakukan usaha untuk mempertahankannya, salah satunya melalui Pendidikan Agama Islam, khususnya Pendidikan Akhlak.
10

4. Pendidikan Akhlak adalah usaha sadar dan tidak sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membentuk tabiat yang baik pada seorang anak didik, sehingga terbentuk manusia yang taat kepada Allah. Pembentukan tabiat ini dilakukan oleh pendidik secara terus menerus dengan tidak ada paksaan dari pihak manapun. 5. Pendidikan akhlak sangatlah penting di tengah-tengah modernisasi yang mengancam eksistensi kearifan lokal. Melalui pendidikan akhlak, akan terbentuk manusia yang berbudi pekerti, yang bermoral, cinta bangsa, dan lainlain. Sehingga nilai-nilai kearifan lokal yang telah tumbuh di negara kita dapat tetap terjaga. Suatu bangsa akan kokoh apabila akhlaknya kokoh, dan sebaliknya suatu bangsa akan runtuh apabila akhlaknya rusak.

11

DAFTAR PUSTAKA Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. PT IMTIMA

Qomari, Rohmad. 2009. Prinsip dan Ruang Lingkup Pendidikan Aqidah Akhlaq. Jurnal INSANIA Vol. 14 No. 1 Jan-Apr 47-67. Ridwan, Nurma Ali. 2007. Landasan Keilmuan Kearifan Lokal. Jurnal Ibda` Vol. 5 No. 1 Jan-Jun 27-38. Salam, Aprinus. 2007. Perubahan Sosial dan Pertanyaan tentang Kearifan Lokal. Jurnal Ibda` Vol 5 No.2 Jul-Des 257-275. Sullah, Moh. 2010. Studi Komparasi Konsep Pendidikan Akhlak Syed Muhammad Naquib Al-Attas Dan Ibnu Miskawaih. Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Uin Maulana Malik Ibrahim Malang . Syamsiar, Cia. 2010. Bentuk-Bentuk Kearifan Lokal dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia Sebagai Sumber Gagasan Berkarya Seni Rupa. Jurnal Online Institut Seni Indonesia Surakarta Vol 2, No 1 .

Laporan Akhir Kajian Kearifan Lokal Masyarakat di Kecamatan Bunguran Barat Kab. Natuna, BPP-PSPL UNRI Gadis . Nilai Nilai Lokal Masyarakat Nagari Paninggahan Dalam Pengelolaam Dan Pemanfaatan Hutan. http://pasca.unand.ac.id/id/wp-

content/uploads/2011/09/ARTIKEL7.pdf

12

You might also like