You are on page 1of 7

MAKALAH EKOLOGI TERRESTRIAL

SILKUS BIOGEOKIMIA (Siklus Fosfor)

Di Susun Oleh : Dimar Fairuz Athifa Drias Ametta Faleora Dina Hanifa Sutirih M.Fikki Windra Irfan Zamhuri

Kelompok

11100950000.. 11100950000.. 11100950000.. 11100950000.. 11100950000.. 11100950000..

Dosen : Dini Fardilla, M. Si

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ekologi Terrestrial. Makalah ini di buat untuk mengukur kemampuan kami sebagai mahasiswa biologi dalam memahami materi yang sudah didapatkan. Namun demikian, kami tetap menyadari akan keterbatasan pemikiran kami, oleh karena itu, kami mengharapkan saran atau kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam penyusunan praktikum selanjutnya. Harapan kami, semoga laporan ini bermanfaat bagi yang membacanya terutama bagi mahasiswa biologi fakultas sains dan teknologi, dan juga dapat memenuhi tujuan yang dikandungnya, diantaranya meningkatkan pemahaman mahasisawa akan hasil percobaan yang dilakukan. Sebagai penutup kata, penyusun tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun laporan ini.

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

Fosfor merupakan elemen penting dalam kehidupan dikarena semua makhluk hidup membutuhkan fosfor dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat), sebagai sumber energi untuk metabolisme sel. Daur fosfor tidak melalui komponen atmosfer. Di perairan, unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik yang berupa partikulat. Senyawa fosfor membentuk kompleks ion besi dan kalsium pada kondisi aerob, bersifat tidak larut, dan mengendap pada sedimen sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh algae akuatik (Jeffries dan Mill dalam Effendi 2003). Senyawa anorganik fosfat dalam air laut umumnya berada dalam bentuk ion (orto) asam fosfat (H3PO4), dimana 10% sebagai ion fosfat dan 90% lagi dalam bentuk HPO42-. Fosfat merupakan unsur yang penting dalam pembentukan protein dan membantu proses metabolisme sel suatu organisme (Hutagalung et al, 1997). Siklus Fosfor merupakan siklus biogeokimia yang unik, karena fosfor merupakan gas yang sangat sedikit dan tidak ada faktor biotik yang dapat memberi masukan fosfor yang baru ke ekosistem. Permukaan bumi yang paling banyak mengandung fosfor adalah laut, sedimen air tawar dan tanah. Fosfor organik banyak yang terbuat dari daur ulang bahan organik (tumbuhan atau biomassa mikroba) yang telah mati kemudian menjadi sumber utama fosfor yang tersedia untuk organisme.

BAB II ISI MAKALAH 2.1 Perbandingan dengan Elemen Lain Masukan nitrogen umumnya berasal dari nitrogen, sedangkan masukan fosfor, natrium, kalsium, dan sebagian besar elemen non-esensial seperti timbal (Pb) umumnya berasal dari batuan. Sulfur dapat berasal baik dari atmosfer maupun batuan.

2.2 Siklus Fosfor Fosfor masuk ke ekosistem terutama dari proses pelapukan batuan. Pemasukan fosfor dari pelapukan bergantung dari mineralogi parent material, iklim, dan usia lanskap. Batuan kapur di laut mengandung kadar fosfat yang tinggi dan siap melapuk Siklus internal fosfor di ekosistem memerlukan pemutusan ikatan dengan zat organik untuk menghasilkan bentuk yang dapat larut dalam air dan dapat diserap oleh mikroba dan tanaman. Proses dekomposisi yang memecah zat organik membuat ikatan C-O-P mengalami serangan enzimatik.

Kandungan fosfor tanah yang rendah mebuat tanaman dan mikroba menanam nitrogen dalam enzim untuk mendapatkan fosfor. Akar tumbuhan dan asosiasi mikorizanya (fungi) memproduksi fosfatase yang memutus ikatan ester dalam zat organik untuk melepaskan fosfat (PO43-). Biomassa mikroba merupakan gudang penyimpanan yang penting bagi keberadaan fosfor terutama di ekosistem dengan tanah asam.

Fosfor tidak mengalami reaksi oksidasi-reduksi dalam tanah, dan tidak mengalami fase gas ataupun menjadi bagian dari atmosfer. Reaksi di alam yang mengontrol keberadaan fosfor sebagian besar merupakan reaksi geokimia dibandingkan reaksi biologis. Secara teoritis, pH tanah menentukan kondisi fosfor di dalam tanah.

Semakin ringan bentuk fosfat (H2PO4-) maka semakin mudah berpindah di dalam tanah dan mudah didapat oleh tumbuhan dan mikroba.

Pada pH rendah, fosfor dapat diserap ke permukaan tanah liat dan oksidasi besi dan alumunium. Pada pH tinggi, fosfat bergabung dengan dengan Ca untuk membentuk monocalcium, dicalcium, dan tricalcium phosphat. Karena reaksi presipitasi yang terjadi pada pH tinggi dan rendah, fosfor tersedia dalam kisaran sempit, yaitu pada pH sekitar 6,5.Ikatan fosfor yang kuat ke zat organik atau ke mineral tanah menyebabkan kehilangan fosfor sebesar 90 % yang terjadi ketika run-off permukaan dan erosi partikel fosfat yang melebihi peresapannya ke dalam air tanah. Dua pertiga dari fosfor terlarut yang memasuki air tanah sehingga kurang reaktif dengan mineral tanah. Produktivitas ekosistem akuatik sangat berpengaruh terhadap penambahan fosfat karena sedikit penambahan ke air tanah dapat menimbulkan perubahan besar ke fungsinya. 2.3 Siklus Global Fosfor Transfer fisik fosfor di sistem global dibatasi oleh kurangnya komponen gas utama di atmosfer. Fosfor bergerak pada sistem global melalui erosi angin serta aliran partikel di sungai dan aliran laut. Aliran utama siklus global fosfor melalui transfer hidrologik dari daratan ke laut. Di laut beberapa fosfor berisi partikel daur ulang dari biota laut, tapi bagian terbesar yaitu 90% terpendam di sediment. Karena tidak ada mata rantai atmosfer dari laut ke daratan, aliran hanya satu arah dalam skala waktu singkat. Dalam skala waktu geologi (10 sampai 100 juta tahun) batuan sedimen yang mengandung fosfor terbongkar dan melapuk, menyumbangkan kembali fosfor ke biosfer terestrial.

DAFTAR PUSTAKA Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius Chapin III, F. S., P. A. Matson, and H. A. Mooney. 2002. Principles of Terrestrial Ecosystem Ecology. New York: Springer-Verlag. Hutagalung, Horas P, Deddy Setiapermana, dan Hadi Riyono. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen, dan Biota. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

You might also like