You are on page 1of 3

Medium Selayar

Presenter medium Anggota : Fitra Hayatun Nisa : Reza Ananta P Irvan Dio R Askardi (tidak masuk) M Abie Z S Crystaline Sekartaji (tidak masuk)

Lutfan Ramadhan Utami Sandyarani Bagyani Widi K Ezka Amalia Diah Nikmahayati

Diskusi Kelompok Mengenai Thomas Hobbes Medium Selayar berlangsung pada saat e-class tanggal 16 Oktober 2012. Diskusi dimulai pukul 07:30 dan berakhir pada 09:30. Secara keseluruhan para peserta diskusi telah berperan aktif dan menyuarakan pendapatnya atas pertanyaan yang diberikan. Diskusi berlangsung secara dinamis dan berakhir dengan kesimpulan yang disepakati bersama. Pertanyaaan yang diajukan diantaranya : Menurut anda, poin-poin utama apa saja yang menjadi inti pemikiran Hobbes? Apa saja perbedaan pandangan Thucydides dan Hobbes? Bagaimana relevansi Thomas Hobbes dengan politik internasional kontemporer? Hasil diskusi : Pemikiran Hobbes menggambarkan perspektif realisme dimana politik internasional bersifat anarkis. Keamanan nasional merupakan faktor penting bagi keberlangsungan sebuah negara. Kondisi ini menyebabkan ketakutan akan kekuatan-kekuatan negara lain. Meski demikian Hobbes menyetujui akan munculnya kerjasama-kerjasama yang disebabkan oleh kondisi tersebut. Kemudian pemikiran Hobbes di Leviathan tercantum state of nature dari manusia yang kemudian di analogikan dalam menjelaskan negara serta pembentukannya. State of nature manusia menyebabkan kondisi anarkisme internasional. Sehingga hubungan yang terjadi antar negara adalah hubungan saling menguasai satu sama lain dikarenakan ketakutan yang muncul. Melalui pemikirannya di Leviathan, Hobbes menangkap tiga karakteristik innate manusia yang bisa menjadi sumber konflik yaitu: competition (persaingan), diffidence (rendah diri), dan glory (kemenangan). 'Competition' membuat manusia menjadi ingin mendapatkan lebih dan lebih terus menerus melalui cara-cara koersif, kemudian 'diffidence' membuat manusia mencari 'security', dan 'glory' membuat manusia ingin meraih atau mempertahankan harga diri dan reputasi mereka. Kemudian perbedaan antara pemikiran Thucydides dengan Hobbes adalah keyakinan Hobbes terhadap kemungkinan adanya kerjasama antar negara-negara di dalam politik internasional yang didasarkan pada titik temu kepentingan keamanan nasional masing-masing negara. Sedangkan menurut Thucydides, tidak akan ada harmoni di dalam politik internasional sehingga kerjasama

adalah hal yang mustahil. Masing-masing negara berusaha mengejar kepentingan mereka tanpa memikirkan kepentingan nasional negara lain. Thucydides berusaha menekankan pada aspek immoralitas yang digambarkan melalui kata-kata seperti "might makes right". sedangkan pada pemikiran Hobbes sendiri, pandangan mengenai sistem internasional lebih ditekankan pada paranoia yang terjadi antar aktor negara itu sendiri ditengah lingkungan dunia yang anarkis dan chaos. perbedaan berikutnya adalah thucydides hanya melihat negara kecil sebagai subordinat dari negara besar, dimana negara kecil tidak mungkin dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap sistem internasional ditengah kehadiran negara yang kuat. Dengan demikian Thucydides sama sekali mengesampingkan moral, sedangkan Hobbes masih mengembangkan moral berdasarkan agama yang dianut kebanyakan orang Inggris pada saat itu. perbedaan mencolok yang kedua dalam pemikiranpemikiran mereka adalah Hobbes lebih banyak mengulas mengenai sistem pemerintahan domestik sedangkan Thucydides lebih banyak berkutat dengan persoalan internasional (interaksi antarnegara). Dasar pemikiran Hobbes masih dapat dikaitkan dengan situasi politik internasional saat ini. Negaranegara masih mengejar kepentingan nasional mereka, namun mereka juga akan bekerjasama ketika kepentingan nasional mereka berada pada titik temu dengan kepentingan nasional negara lain. Selain itu, kita juga masih menjumpai security dilemma dalam politik internasional saat ini. Kita lihat bagaimana respon AS terhadap peningkatan kekuatan militer China. AS membangun pangkalan militer baru di Darwin, Australia. Jika kita melihat dari kacamata strategi, AS mengkhawatirkan semakin kuatnya militer China, tidak hanya dari anggaran namun juga dari peralatan. Dengan membangun pangkalan militer di Darwin, AS dapat membendung kekuatan China yang semakin besar di Asia-Pasifik. Berdasarkan pendapat teman-teman, dapat disimpulkan bahwa pemikiran Hobbes hingga kini masih menjadi salah satu pemikiran yang berpengaruh dalam studi internasional. pemikiran Hobbes sendiri menekankan pada paranoia yang dialami oleh para aktor internasional ditengah sistem internasional yang anarkis. hingga saat ini pemikiran hobbes tersebut masih memiliki tingkat relevansi terhadap kehidupan perpolitikan internasional yang cukup tinggi, meski demikian terdapat beberapa kekurangan dan perlu adanya adaptasi lebih lanjut terhadap perkembangan zaman modern ini. Pemikiran Hobbes mengantarkan kita pada studi lebih lanjut mengenai salah satu pemikiran yang membentuk bagaimana kita melihat dunia internasional, yaitu realisme. Melalui bukunya yaitu Leviathan, Hobbes menjelaskan bagaimana Hobbes melihat dunia internasional dan interaksi di dalamnya. Hobbes menganalogikan negara dengan manusia. Perilaku negara dapat dianalisis menggunakan state of nature manusia. Politik internasional sendiri merupakan sebuah tempat interaksi yang anarkhis, yang penuh dengan ketidakyakinan, ancaman, kecurigaan satu sama lain. Meskipun demikian, satu hal yang menarik dari pemikiran Hobbes adalah kepercayaan dia terhadap kemungkinan kerjasama dalam dunia yang anarkhis tersebut lewat titik temu dari kepentingan-

kepentingan nasional masing-masing negara. Hobbes melalui Leviathan mencoba untuk memberikan satu alternatif panduan bagi negara untuk berhubungan dengan negara lain. Ketika kondisi dalam dunia internasional adalah suatu hal yang anarkis, akan sulit bagi negara untuk tidak saling bersaing dalam upaya mencapai kepentingannya. Meskipun demikian, Hobbes memiliki pandangan yang sedikit lebih positif dibanding Thucydides ketika menyangkut tentang upaya perwujudan dunia yang lebih "harmonis".

You might also like