Gara-gara persoalan Pasir Besi kulon progo, masyarakat menjadi saling konflik. Padahal sebelumnya hanyalah konflik vertikal: pemerintah dan masyarakat pesisir. Siapa saja yang dirugikan? Apa saja yang harus dikorbankan untuk IE itu?
Gara-gara persoalan Pasir Besi kulon progo, masyarakat menjadi saling konflik. Padahal sebelumnya hanyalah konflik vertikal: pemerintah dan masyarakat pesisir. Siapa saja yang dirugikan? Apa saja yang harus dikorbankan untuk IE itu?
Gara-gara persoalan Pasir Besi kulon progo, masyarakat menjadi saling konflik. Padahal sebelumnya hanyalah konflik vertikal: pemerintah dan masyarakat pesisir. Siapa saja yang dirugikan? Apa saja yang harus dikorbankan untuk IE itu?
‘Aksi Massa Pasir Besi Kulonprogo
Arogansi IE Serta Penciptaan Konflik Horisontal
Oleh : Kusno S Utomo
Masih temgiang dalam ingatan kita, ribuan massa warga pesisir selatan di
Kulonpropgo melakukan aksi unjuk rasa. Mereka melakukan penotakan atas
rencana eksploitasi pasir besi yang akan menggusur lahan penghidupan mereka.
Bisa dibayangkan berapa ratus ribu jiwa yang saat ini mulai hidup tentram. dalam
suasana pertanian lahan pantei yang telah memberikan mereka secercah harapan
yang mula terusik dengan rencana mega proyek pasir besi. Sebuah usaha
pertambangan yang sampai saat ini belum bisa memberikan garansi penghidupan
yang lebih baik bagi ratusan ribu jiwa warga di empat kecamatan di kulonprogo.
Tidak bisa dipungkiri di lahan seluas 3000 hektare tersebut, mengandung kekayaan
pasir besi yang menggiurkan investor untuk melakukan eksplorasi dan kemudian
eksploitasi, tanpa memedulikan masyarakat sekitar. Mereka juga mengatakan siap
melakukan reklamasi.
‘Ada sebuah sindiran besar bagi para eksploitator di Indonesia. Apakah rekiamasi
dan AMDAL mereka benar-benar sesuai dengan rencana? Kita masih ingat kasus
Teluk Buyat yang menyisakan penderitaan bagi warganya. Namun pemerintah lebih
melindungi perusahaan daripada penderitaan warga mereka.
Jika hal itu terjadi di Kulonprogo, bisakah reklamasi yang didengung-dengungkan,
bermanfeat bagi warga lahan pesisir? Apakah para petani melon masih bisa
menggarap lahan mereka seperti sebelum diekploitasi? Ini tidak mudah
menjawabnya.
Jika ada jawaban, maka jawaban dari pertanyaan ini sampai sekarang masih belum
bisa dipercaya masyarakat. Tentunya wajar, jika warga di Kecamatan Temon,
Panjatan, Wates dan Galur bereaksi keras. Mereka saat ini sudah merasakan hidup
tata titi tentrem kertorahardjo dengan menggarap sawah yang gemah ripah loh
Jinawi, Sebab, tanah yang mereka garap adalah tanah subur yang dulu menjadi
pilihan Pangeran Notokusumo sebelum bertahta menjadi Adipati Paku Alam |
Belum lagi dengan kerusakan ekosistem yang diakibatkan dengan rencana proyek
ini, Berdasarkan survey WALHI Yogyakarta, rencana eksploitasi pasir besi akan
berimplikasi terhadap 123.601 jiwa yang menaruhkan harapan pada 4.434 ha lahan
pertanian produkt di empat kecamatan yakni Temon, Wates, Panjatan dan Galur.
Implikasi juga akan terjadi di sepanjang area rencana ekploitasi pasir besi dengan
luas bentang alam dan alih fungsi lahan sekitar 22kmx1.8km (6,8%) dari toxal luas
Kabupaten Kulonprogo 586.27km2. (data presentasi Project Brief Pasir Besi_Yogya
tahun 2006).
aah aTercederainya kekuatan ekonomi Lokal
Jika kita melinat potensi Kulonprogo, maka akan terlihat potensi hortikultura yang
berpengaruh besar dalam menggerakkan roda ekonomi masyarakat. Data Bappeda
Kulonprogo menyebutkan produksi agrobisnis pada tahun 2006 sangat potensial.
Berikut data tanaman buah dan hortikultura lainnya.
Jenis tanaman Hasil Ket.
Alpukat 3,30 Kuintal/Phn
Mangga 4,34 Kuintal/Phn
Rambutan 6,80 _—_Kuintal/Phn
Manegis 3,86 Kuintal/Phn
Durian 8,33 Kuintal/Phn
‘Sukun 6,85 Kuintal/Phn
Semangka 169,75 Kuintal/Ha
Melon 177,45 Kuintal/Ha
Pepaya 5,88 Kuintal/ Phn
Rata-rata produksi/pohon/Tahun dari tanaman sayuran potensial
Jenistanaman Hasil Ket.
Bawangmerah 68,05 Kuintal/Ha
Bawangdaun 105,73 Kuintal/Ha
Petsai/Sawi 123,09 Kuintal/Ha
Kacang Panjang 12,04 Kuintal/Ha
Cabe 48,43 Kuintal/Ha
Dari data tersebut bisa kita lihat potensi melon serta tanaman cabe menjadi salah
satu harapan penghidupan di bidang ekonomi warga Kulonprogo, terutama di empat
kecamatan di pesisir selatan.
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kulon Progo tahun 2006 adalah sebesar 14,10
Persen, Artinya aktivitas ekonomi pada tahun 2006 mengalami eskalasi yang
meningkat. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku
Kabupaten Kulon Progo tahun 2006 sebesar Rp. 2.414,96 miliar, dengan nilai PDRB.
per kapita Rp. 6,455 juta.Oan persentase terbesar PDRB padatahun 2006 juga masih didominasi dari sektor
Pertanian yaitu sebesar 23,88 persen, kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa
sebesar 20,81 persen dan sektor perdagangan , hotel dan restoran sebesar 16,24
persen.
Adanya rencana eksploitasi pasir besi jelas akan merusak perilaku kehidupan sosial
masyara\at. Lagi-lagi potensi kokuatan ekonomi local melalui tanaman cabe dan
‘semangka,melon tergerus dengan impian para pejabat untuk" melacurkan” pesisir
di Kulonprogo.
lronisnya, Keadaen ini seakan menjadi latah beberapa pejabat daerah di Indonesia.
‘Semua rata-rata berlomba memasukkan investor ke daerahnya. Bahkan banyak
berda-perda yang mulai didesain untuk memudahkan investasi.
Secara teori memang hal tersebut akan menarik perhatian investor, Akan tetap:
‘semua piranti juga harus dilengkapi. Dalam hal ini kesiapan masyarakat, serta
pembangtuan kapasitas masyarakat sangat diperlukan.
Ada tiga pertanyaan penting dalam hal ini. Pertama, sejach mana implikasi dari
investasi terhadap kesejahteraan masyarakat, Kedua, sejauh mana dampak
sosialnya bagi masyarakat dan ketiga, seberapa jauh investasi bisa melindungi hak-
hak warga masyarakat dalam kehidupan sosialnya,
Pergeseran Konflik Vertikal ke Horisontal
Ketika pemodal dan penguasa sudah mulai berkolusi memuluskan program
bersama, maka segala cara akan dilakukan. Termasuk upaya meredam gejolak yang
terjadi di masyarakat. Begitu pula di Kulonprogo, tarik menatik kepentingan juga
terlihat dalam sebuah episode panjang penolakan pasir besi ini. Bahkan ada
tudingan miring mengenai provokasi dalam setiap axsi massa.
Gerakan masyarakat yang tidak ingin lahan pertéhian Meréka tergusur, pun mula
ada penggembcsan. Suara -suara penentangen etas ekploitasi mulai dialihkan
dengan isu citunggangi. Bahkan upaya pembiaran atas pro kontra di tengah viarga
terlinat diciptakan.
Dalem hel ini sangat terlihat adanya pergeseran dari Yonflik antara rakyat dengan
penguasa (Pemkab Kulonprogo dan Investor) menjadi antar warga. Hal ini terlinat
ketika beberapa orang melakukan perusakan atas posko penolakan warga. Disini
pula terjadi pembiaran yang dilakuken oleh aperat yang berwenang. Sampai saet ini
tak ada penjelasan resmi kenapa kasus anarkis itu muncul tanpa dapat diantisipasi
sebelumnya,