You are on page 1of 2

KELOMPOK ADONARA THOMAS HOBBES Thomas Hobbes merupakan seorang filsuf politik dari Inggris yang pemikirannya banyak

mengilhami para pemikir realis. Bukunya yang berjudul Leviathan dianggap sebagai salah satu literatur utama dalam memahami realisme klasik. Leviathan memuat pemikiran Hobbes akan sifat dasar manusia yang menurutnya konfliktual dan egois. Seperti Thucydides, Hobbes pun termasuk pemikir yang pesimis terhadap sifat manusia. Hobbes mengungkapkan dalam dunia ini tidak ada yang bernama sunmum bonnum (the greatest good) yang ada hanya sunmum malum (the greatest evil). Menurutnya sebuah komunitas politik terbentuk karena adanya kejahatan terbesar yaitu ketakutan akan kematian (violent death) dan supreme evil. Setiap komunitas politik yang berusaha untuk memberikan kebaikan terbesar bagi anggotanya akan mendapatkan dirinya terbelah oleh konsepsi yang saling bersaing tanpa ada cara untuk memutuskan di antara mereka. Pemikiran Hobbes ini menuai perdebatan di kelompok kami. Bagi yang mendukung Hobbes menyatakan tidak dapat dipungkiri manusia hidup dengan didorong oleh ketakutanketakutan mereka. Dalam state of nature Hobbes manusia hidup dalam keadaan anarki di mana manusia berperang melawan manusia lain, a war of all against of all. Hal ini menyebabkan manusia hidup dalam ketakutan. Ketakutan-ketakutan ini lah yang lalu membuat mereka mengutamakan survival dan self interest mereka. Dalam konsep Hobbes fear juga menjadi motivasi manusia untuk membentuk negara dalam sebuah kontrak sosial. Sampai saat ini pun konsep fear dan sunmum malum masih dapat ditemukan di politik internasional. Hal ini menjelaskan mengapa sampai saat ini negara-negara masih memperkuat militer mereka atau melakukan sebuah pre-emptive strike jika perlu. Namun di satu sisi, pendapat lain mengatakan bahwa pemikiran Hobbes ini terlalu pesimistis. Manusia tidak hanya hidup dengan didorong oleh ketakutannya. Immanuel Kant mengatakan bahwa tujuan dari kehidupan manusia adalah untuk mencapai summum bonnum atau dapat diartikan secara sederhana sebagai kebahagiaan. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman akan moral yang objektif dan dapat diterima secara rasional oleh banyak entitas ada. Di dalam bukunya yang berjudul Leviathan, Hobbes juga mengungkapkan mengenai laws of nature. Salah satu laws of nature yang dicetuskan oleh Hobbes adalah bagaimana perang menjadi sebuah alat yang legal untuk mencapai perdamaian. Sebagian besar dari kelompok kami sama-sama tidak menyetujui gagasan Hobbes ini. Menurut kami perdamaian seyogyanya dicapai dengan kerjasama dan pengertian satu sama lain. Perang tidak akan melahirkan perdamaian yang perpetual namun hanya melahirkan perdamaian sementara atau sebuah status quo. Topik terakhir yang kami bahas sekaligus menjadi bagian penting dari karya-karya Hobbes adalah mengenai peran Leviathan. Kami sama-sama menyetujui jika Leviathan atau negara berdaulat memang dibutuhkan untuk melindungi manusia dari kekejaman state of

nature. Namun perdebatan terjadi ketika konsep Leviathan ini dibawa ke dalam konteks politik internasional. Apakah Leviathan dibutuhkan juga dalam politik internasional selayaknya politik domestik? Sebagian besar dari kami berpendapat bahwa hal ini tidak mungkin dilakukan. Karena negara merupakan kekuasaan tertinggi dan absolut dan tidak ada negara manapun di dunia ini yang mau diperintah oleh negara lain. Mungkin memang ada sistem hegemoni di politik internasional, namun hal ini tidak bisa disamakan dengan konsep Leviathan dalam teori Hobbes. Leviathan dalam Hobbes menguasai secara absolut tidak seperti negara hegemon yang walaupun berpengaruh kuat tidak memiliki kekuatan langsung terhadap negara lain. Dari diskusi ini dapat disimpulkan bahwa, Hobbes merupakan pemikir yang mengesampingkan moral dalam penelitiannya dan cukup pesimis terhadap sifat alami manusia. Keskpetisannya pada moral dapat diterima namun di satu sisi Hobbes perlu mengevaluasi pemikirannya jika konsep ini digunakan untuk menganalisis isu-isu non-tradisional. Karena seiring dengan perkembangan isu di dalam dunia HI, dunia tidak lagi hanya berputar di sekitaran self-interest.

You might also like