You are on page 1of 2

1 Hubungan antara politik dan hukum sangatlah erat kaitanya.

Antara politik dan hu kum terdapat hubungan bahwa hukum yang ada itu adalah putusan politik.Undang- Un dang Dasar di Indonesia di buat oleh Majelis PermusyawaratanRakyatyang merupakan lembaga politik , demikian juga dengan peraturan- peraturanyang lainnya di buat berdasarkan putusan politik. Dalam kenyataan sehari-hari apayang telah di atur secara formal atau secara hukum itu tidak selalu di ikuti, naunterkadang juga ba nyak di langgar oleh para pembuat hukum itu sendiri sebagaimbanasering terlihat pada waktu seseorang atau satu golongan/kelompok memksakankekuasaannya dengan ja lan kekerasan tanpa mengindahkan peraturan permainan politik. Padahal seharusnya hukum positif itu adalah merupakan outputdari suatusystem politik yang berlaku dengan mengkonversiinput yang masuk atau tersediamelalui proses politik. Input i tu berupa aspirasi masyarakat berupa tuntutan dandukungan. Bila kita melihat per kembangan sejarah politik di Indonesia maka akan Nampak jelas bagaimana hukum di bentuk atas persetujuan politik oleh para penguasa. Hukum akan mengikuti bagi s iapa saja yang berkuasa. Di Indonesia, yang paling menonjol terdapat tiga golong an sejarah politik hukum di Indonesia yakni pada era politik Soekarno (masa orde lama), era politik Soeharto (masa orde baru),dan era reformasi (dari setelah or de lama hingga sekarang). Berikut ini akan di bahasmengenai ringkasan sejarah si ngkat politik hukum di Indonesia beserta perbandingandi antara ketiga era politi k tersebut. 1.Era Politik Soekarno Pada era politik soekarno politik hukum yang berkembang di Indonesia dapatdirasa kan, mulainya ada perubahan semua pemerintahan berada di tangan presidenyang dap at kita ketahui bahwa Konfigurasi politik yang ada pada periode orde lamamembawa bangsa Indonesiaberada dalam suatu rezim pemerintahan yang otoriter dengan berb agai produk-produk hukum yang konservatif dan pergeseran struktur pemerintahan yang lebih sentralistik melalui ketatnya pengawasan pemerintah pusa tterhadap pemerintah daerah. Pada masa ini pula politik kepartaian sangatmendomi nasi konfigurasi politik yang terlihat melalui revolusi fisik serta sistem yango toriter sebagai esensi feodalisme. presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959men geluarkan Dekrit Presiden yang isinya pembubaran konstituante, diundangkandengan resmi dalam Lembaran Negara tahun 1959 No. 75, Berita Negara 1959 No.69 berinti kan penetapan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagiUUDS 1950, da n pembentukan MPRS dan DPAS. Salah satu dasar pertimbangandikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah gagalnya konstituantemelaksanakan tugasnya. Pada mas a ini Soekarno memakai sistem demokrasiterpimpin. Tindakan Soekarno mengeluarkan Dekrit pada tanggal 5 Juli 1959dipersoalkan keabsahannya dari sudut yuridis kon stitusional, sebab menurut UUDS1950 Presiden tidak berwenang memberlakukan atau tid ak memberlakukansebuah UUD, seperti yang dilakukan melalui dekrit. Sistem ini yan g mengungkapkanstruktur, fungsi dan mekanisme, yang dilaksanakan ini berdasarkan pada sistem Trial and Error yang perwujudannya senantiasa dipengaruhi bahkan diwarnai oleh berbagai paham po litik yang ada serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi yangcepat berkembang . Maka problema dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berk embang pada waktu itu bukan masalah-masalah yang bersifatideologis politik yang penuh dengan norma-norma ideal yang benar, tetapi masalah-masalah praktis politi k yang mengandung realitas-realitas objektif serta mengandung pula kemungkinan-k emungkinan untuk dipecahkan secara baik, walaupun secaranormatif ideal kurang at au tidak benar. Bahkan kemudian muncul penamaan sebagaisuatu bentuk kualifikasi seperti Demokrasi Terpimpin dan Demokrasi Pancasila.Berbagai Experiment tersebut ternyata menimbulkan keadaan excessive (berlebihan) baik dalam bentuk Ultra Demokrasi (berdemokrasi secara berlebihan)sepe rti yang dialami antara tahun 1950-1959, maupun suatu kediktatoran terselubung( verkapte diktatuur ) dengan menggunakan nama demokrasi yang dikualifikasi(

gekwalificeerde democratie ).

You might also like