You are on page 1of 2

TUGAS BAHASA INDONESIA Resensi Kumpulan Cerita Pendek YANG TEREMPAS DAN TERKANDAS K Karangan RUSMAN SUTIASUMARGA

Shamuro Kisah ini menceritakan tentang seorang wanita bernama Hasnah yang merupakan ibu Shamuro. Walaupun kisah ini lebih banyak menceritakan tentang Hasnah dibanding Shamuro, namun semua masalah yang dialami Hasnah berawal dari kehadiran Shamuro dalam hidupnya. Cerita ini bermula pada malam hari, ketika hujan tak kunjung reda dan Hasnah sedang memandangi anaknya yang tertidur pulas. Saat itu, ia menyadari bahwa hanya Shamuro satu-satunya kebahagiaan yang dimilikinya. Ketika Hasnah larut dalam lamunannya, seseorang tak dikenal mengetuk pintu dan memanggil namanya. Rupanya orang tersebut adalah mantan suaminya, Dali. Awalnya Hasnah sempat ragu, karena Dali telah dikabarkan meninggal 3 tahun yang lalu ketika ia pergi romusha. Pertemuan kembali kedua suami istri tersebut berawal dengan rasa haru dan bahagia. Hingga Dali mengetahui bahwa Hasnah telah memiliki seorang anak dari lelaki lain. Hal tersebut membuat Dali sangat kecewa, apalagi setelah mengetahui bahwa bapak dari anak itu adalah seorang lelaki Jepang yang amat dibencinya. Kisah ini membuat kita merasa iba terhadap takdir yang dialami Dali. Sepulang dari romusha, ia berusaha keras untuk tetap bertahan hidup, hanya agar bisa bertemu dengan istri dan ibunya. Akan tetapi, kehadiran Shamuro membuatnya merasakan kekecewaan yang begitu besar. Ditambah lagi ketika ia mengetahui kabar bahwa ibunya telah meninggal dan ayahnya telah dibawa serdadu NICA entah kemana. Semua yang dimilikinya sudah direbut oleh kekejaman para penjajah. Saat itulah ia gelap mata dan mencurahkan semua kekesalannya pada Hasnah. Dali mengisahkan perjuangannya bekerja keras untuk mencari uang setelah pulang dari romusha, hanya demi Hasnah dan kedua orangtuanya. Pada kisah ini, digambarkan betapa Dali sangat menyayangi Hasnah dan telah melakukan apapun untuknya, bahkan rela mengikuti romusha untuk meperbaiki kehidupan mereka. Namun ia sama sekali tidak bisa menerima kehadiran Shamuro dan seakan-akan membencinya, walaupun anak itu sebenarnya tidak tahu apa-apa. Kemarahan Dali akhirnya mereda ketika Hasnah meminta Dali untuk memakan kue persediaan Shamuro dan mengatakan bahwa ia memberikannya sebagai Hasnah yang dahulu. Hanya itulah yang dapat saya sajikan. Kue itu persediaan anakmu, Hasnah, biarlah! Suara kesal tak tertahan, Untuk Abang dari Hasnah, Hasnah yang dahulu, Hasnah istri Abang, bukan Hasnah ibu Shamuro!! . Dali kemudian memberikan uang hasil jerih payahnya kepada Hasnah, kemudian pergi lagi. Tetapi, dari sikap dan perkataan Dali, Hasnah berpikir bahwa Dali tidak menghalalkan uang tersebut untuk Shamuro. Ia bangkit. Kemudian berkata lagi, Simpanlah uang ini, untuk ya seperti katamu, untuk Hasnah yang dahulu Setelah Dali pergi, Hasnah kembali merenungi masa lalunya. Pada awal cerita, pembaca didorong untuk bersimpati pada Dali dan menyalahkan Hasnah yang telah mengkhianati cinta suaminya. Akan tetapi, pada akhir cerita digambarkan bagaiman Hasnah begitu menyesali apa yang telah terjadi dan ternyata semua kejadian itu sama sekali bukan kesalahan Hasnah melainkan ketidakberdayaan Hasnah menghadapi desakan bapak Shamuro yang memaksa untuk menikahinya, terlebih lagi akibat rasa putus asa karena berpikir bahwa suaminya telah meninggal.

Pada akhirnya, Hasnah berpikir bahwa jika seandainya Shamuro tidak pernah ada, mantan suaminya pasti ingin kembali padanya. Pemikiran ini membuat Hasnah bimbang. Perasaan cintanya pada Dali membuatnya kehilangan rasa sayangnya pada Shamuro. Jika cerita pada umumnya menggambarkan tokoh utama sebagai figur yang patut dicontoh, tidak demikian dengan cerita ini, malah sebaliknya. Kisah ini menggambarkan Hasnah yang memiliki watak yang tidak teguh pada pendirian, mudah bimbang dan putus asa, serta Dali yang berwatak tekun, rela berkorban, namun kurang sabar. Walaupun demikian, watak Hasnah dan hubungannya dengan peristiwa yang dialaminya, bisa menjadi pelajaran penting bagi pembaca. Cerita ini berpesan bahwa kita harus menerima takdir dengan ikhlas karena kita tidak mampu melawan ataupun mengubah takdir. Namun, bukan berarti kita harus pasrah dan putus asa begitu saja. Selain itu, kita harus selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan, teguh pada pendirian dan tidak mudah percaya pada orang lain.

Oleh : Boci XII IPA A SMA Negeri 3 Palopo (2012/2013)

You might also like