You are on page 1of 180

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.

com/

SI PEMANAH GADIS JILID 3 HUJAN DARAH DI TANAH BAMBU


Oleh : Gilang Daftar Isi

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

BAGIAN 1
Akhirnya datang juga. Itulah kata pertama yang keluar dari mulut seorang pemuda yang duduk santai uncang-uncang kaki di atas sebuah balok kayu di sisi kiri dermaga yang cukup ramai di pagi hari kala saat melihat kapal layar besar hijau garis-garis biru di kejauhan. Meski hanya setitik kecil di kejauhan, namun mata putih si pemuda bisa melihat dengan jelas. Satu pekan ditunggu-tunggu ... akhirnya nongol juga. Kembali terdengar suara keluar dari bibir si pemuda baju biru dengan kucir rambut ekor kuda sambil bangkit berdiri. Tangan kanan meraih tongkat hitam berlekuk di ke dua ujungnya. Ciri-ciri dengan mata putih berbaju biru laut hanya dimiliki seorang pendekar saja yang akhir-akhir ini menyandang gelar nyentrik ... Si Pemanah Gadis! Lebih baik ... aku sarapan dulu. Dari kemarin cuma makan ikan laut pancingan saja. Hari ini aku mau makan besar. Pesta pora! Lalu dirogohnya saku celana. Masih ada sembilan keping uang perak dan dua keping uang emas pemberian dari Ki Gegap Gempita. Lebih dari lumayan untuk mengisi perut, Pikirnya pula, ... lagian paling banter ntar sorean kapal itu juga baru sampai di dermaga ini. Tongkat di tangan kanannya diketuk-ketukkan ke tanah sambil berjalan ke arah sebuah warung yang letaknya tidak begitu jauh, kira-kira sepuluh tombak dari tepi dermaga. Meski terlihat lumayan ramai, dermaga Muara Karang tidaklah seperti dermaga besar lainnya. Hanya sesekali saja dilewati kapal, itu pun belum tentu bongkar sauh disana. Namun, roda kehidupan seakan tidak pernah berhenti berputar. Ada-ada saja orang-orang yang hilir mudik di sekitar dermaga. Ada yang jual-beli hasil tangkapan ikan, barter kebutuhan pokok, bahkan ada yang membuka warung remang-remang (maksudnya buka ntar sore ampe tengah malam, bukan warung buat 'begituan' lho ... kalau sekarang namanya warung HIK alias Hidangan Istimewa Kampung). Namun tidak sedikit pula yang menunggu datangnya kapal dagang untuk mengangkut hasil bumi dan di perdagangkan di seberang pulau. Bahkan beberapa saudagar hasil bumi dari seberang acap kali singgah ke dermaga Muara Karang untuk berdagang dengan penduduk sekitar. Langkah si pemuda bertongkat hitam akhirnya berhenti tepat di pintu masuk warung. Semua pengunjung menoleh sekilas, lalu meneruskan kegiatan makan minum. Apanya yang aneh dengan orang mau mengisi perut?

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Nggak ada! Wedang Kamplung satu, Ki! Lengkap dengan nasi dan ayam panggang! kata Jalu sambil meletakkan tongkat hitam dan pantat di atas bangku yang terletak sudut warung yang masih kosong. Ingat Ki, lengkap dengan ayam panggang, nasi putih sama lalapan sambal. Dan satu lagi ... ga pakai lama, hehehe! Semua orang yang berada di dalam warung makan sontak menghentikan kegiatan makan minum secara hampir bersamaan. Mereka saling tatap satu sama lain, seolah ada yang aneh dengan pendengaran mereka. Wedang Kamplung? Minuman jenis apa itu? Dengar juga baru sekarang! Salah seorang diantara mereka yang berewokan dengan tubuh kurus pun akhirnya buka suara. Anak muda, kau tadi pesan apa? tanya si brewok kurus. Ooo ... tadi nasi putih, a ... Bukan itu! potong si brewok kurus, Minuman apa tadi yang kau pesan? Jalu sedikit menjungkitkan alisnya sambil berkata singkat, Wedang Kamplung. Wedang Kamplung? tanya ulang brewok kurus. Itu sejenis ... wedang jahe? Ki Durba sendiri juga heran, sebab selama ia membuka bisnis perwarungan, baru kali ini ia mendengar nama 'Wedang Kamplung'! Nama minuman kok aneh!? Semua mata memandang ke sosok pemuda bermata putih dengan mata bertanya dan begitu menginginkan jawaban dengan segera. Jalu yang dipandangi merasa risih. Seperti orang melihat tahi kerbau yang nempel di mukanya! Mendadak saja, Jalu merasakan sesuatu yang janggal, katanya, Ada yang aneh? Semua orang --termasuk Ki Durba, si empunya warung-- mengangguk. Melihat anggukan semua orang yang hampir bersamaan, Jalu semakin heran. Tunggu-tunggu-tunggu! Jangan sobat semua katakan bahwa tidak ada satu pun diantara sobat yang ada disini tidak tahu dengan apa yang aku maksudkan? katanya dengan tatapan mengedar. Betul begitu? Kembali semua mengangguk pelan. Saat itulah, Jalu Samudra merasa bahwa dirinya sebagai orang paling pinter dunia-akhirat! Sungguh ... !

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pikirnya, Busyet! Segini banyak orang ngga ada yang ngerti Wedang Kamplung? Kata kakek, yang namanya Wedang Kamplung sudah mendunia. Semua orang pasti tahu! Lha kok ini malah ... lalu katanya, Sobat semua tidak bercanda, kan? Apa tampang kami semua seperti orang bercanda? seru si gendut di dekat pintu. Naga-naganya memang tidak ada yang tahu, apalagi Ki Durba malah plenggang-plenggong seperti sapi ompong, Jalu segera beranjak dari tempat duduknya. Geser sedikit, Ki ... Silahkan, anak muda. Ki Durba menggeser sedikit ke kiri dari tempat biasanya ia membuat segala macam minuman, ia bisa membuat segala macam minuman kecuali ya ... itu tadi ... Wedang Kamplung. Denger juga baru kali ini!? Aneh, ya!? Semua orang yang ada di tempat itu semakin heran dibuatnya. Jelas-jelas orang bermata putih adalah ciri khas orang buta, namun pemuda bermata putih itu dengan seenaknya berjalan mengitari meja tanpa menyenggol barang apa pun. Bahkan tongkat hitamnya masih tergeletak begitu saja di atas meja. Begini cara buatnya, kata Jalu menggurui. Pemuda itu mengambil cangkir gerabah yang letaknya di sebelah kanannya. Berikutnya mengambil daun teh kering dua jumput kecil, seruas jahe yang sudah dimemarkan serta gula merah diikuti dengan irisan jeruk nipis tipis-tipis, semua dimasukkan ke dalam cangkir. Minta air panas, Ki. Tanpa menjawab, Ki Durba menuangkan air panas ke dalam cangkir gerabah. Serrr!!! Saat tiga perempat sudah terisi air panas, Jalu berkata, Cukup, Ki. Cukup! Cangkir dari gerabah digoyang-goyangkan sebentar. Tak lama kemudian, bau semriwing teruar. Uahhhaah ... sedaaap ... ! Suara desahan Jalu terdengar kala ia mencicipi Wedang Kamplung buatannya! Benar-benar nikmat, coy! Ini yang namanya Wedang Kamplung! cerocos Jalu sambil ngeloyor begitu saja, tak lupa ia berkata, Jangan lupa nasi dan ayam panggangku, Ki! Ntar lupa, tuh! Baik.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dengan cekatan Ki Durba membuat semua pesanan Jalu dan sebentar saja sudah terhidang di depan meja. Karena memang sudah lapar berat, semua hidangan langsung disikat tanpa malu-malu! Si brewok kurus yang penasaran dengan yang namanya Wedang Kamplung, segera berkata pada Ki Durba. Ki, tolong buatkan Wedang Kamplung juga, katanya, Aku kok jadi penasaran dengan rasanya. Tunggu sebentar, sahut Ki Durba. Aku harus minta ijin dulu pada anak muda itu. Dia kan yang punya ide. Sudahlah, Ki! Buatkan saja! Anggap saja ini menu spesial gratis dariku, seru Jalu dengan mulut penuh nasi dan potongan ayam. Terima kasih, anak muda. Kau baik sekali. Ki Durba segera membuatkan pesanan sang pelanggan. Sebentar saja, semua orang yang ada di dalam warung, mencicipi segarnya Wedang Kamplung! --o0o-Sore itu ... Sesuai dengan perkiraan Jalu, kapal layar besar hijau garis-garis biru yang ditunggu-tunggunya telah merapat ke dermaga Muara Karang. Begitu merapat sempurna diikuti dengan awak kapal yang bertubuh gendut membuang jangkar, para penumpang dengan berjalan dua-dua turun lewat tanggakayu yang letaknya di sisi kiri lambung kapal, sedang di tangga satunya terlihat hilir-mudik para anak buah kapal menurunkan tong-tong kayu ukuran besar dengan cara digelindingkan dari atas dan beberapa orang menerimanya di bawah sambil menata berjajar rapi di sudut dermaga. Tong-tong kayu yang telah kosong inilah yang nantinya akan diisi air tawar sebagai persediaan di perjalanan. Beberapa orang yang makan di warung ki durba bersama dengan Jalu segera bergegas berlarian sebagian terlihat beradu cepat dengan sesama kawan-menuju ke arah tong-tong kayu tersebut berjajar. Tentu saja perbuatan sobat baru Jalu ini si pemuda baju biru terheran-heran, dan bertanya pada laki-laki tua yang kini sedang asyik menghisap rokok kawung. Ki, mereka sedang apa? Ooo ... mereka cuma Kuli Air, jawab Ki Durba sambil klepas-klepus, enteng. Kuli Air? Ya. Jika ada kapal merapat dan menurunkan tong-tong kayu seperti gentong itu, menjadi tugas mereka untuk mengisikan air tawar kedalamnya, jelas si empunya warung. Dan sebagai balas jasanya, mereka menerima satu keping uang perak untuk delapan tong air.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Wah ... banyak juga ya, Ki! Begitulah kehidupan orang-orang di dermaga ini, anak muda! tutur Ki Durba sambil mempermainkan asap rokok membentuk bulatan-bulatan tiga susun. Jika ada tong kayu dikeluarkan, jadilah mereka Kuli Air. Namun andai yang dikeluarkan barang dagangan mereka berubah jadi Kuli Panggul. Akan tetapi jika sepi, mereka jadi Kuli Ikan alias nelayan, hehehe ... Apa mereka tidak pernah saling cakar, Ki? tanya Jalu. Rebutan pelanggan, maksud saya. Itu dulu ... dulu sekali! sahut ki durba dengan mulut dimonyong-monyongkan. Namun semenjak adanya Koro Welut datang ke tempat ini, semuanya menjadi teratur. Tidak ada lgai saling jegal, saling memangsa. Dan yang pasti ... tidak ada lagi pemuda yang suka mabuk-mabukan atau main judi di tempat ini. Apalagi main perempuan ... wuihhh ... jaaauuuh ... !! Tentu saja Jalu Samudra paham dengan orang yang disebut-sebut dengan Koro Welut itu. Laki-laki brewok kurus yang seluruh tubuhnya licin mengkilat seperti belut sawah dengan kulit sawo matang akibat sering terpanggang teriknya sinar matahari. Namun bukan Jalu namanya jika tidak mengetahui bahwa di balik tubuh cekingnya ternyata si Koro Welut membekal ilmu silat yang tidak rendah. Benar-benar kehidupan yang harmonis, kata Jalu sambil nyeruput Wedang Kamplung. Ya. Kehidupan damai seperti inilah yang diidam-idamkan oleh setiap orang. Rukun tanpa perselisihan dan saling membantu dalam kesulitan, kata Ki Durba. Masa tua yang penuh kedamaian. Maaf, Ki! Dari kemarin ada yang mengganjal pikiranku, ucap Jalu dengan hati-hati. Apa yang membuat pikiranmu terganjal, Jalu? Emmm ... dari tadi siang tidak terlihat anak-istri Ki Durba. Pada kemana ya, Ki? tanya Jalu sambil melirik ke arah pemilik warung yang baik hati itu. Sekilas raut muka laki-laki itu berubah beberapa kejap, lalu mendesah, Jika saja tidak ada ombak raksasa pada dua puluh lima tahun silam, mungkin sekarang ini anakku sudah sebesar kamu, Jalu. Mungkin aku sudah menimang dua atau tiga orang cucu malah. Dada Jalu sedikit bergetar. Dua puluh lima tahun silam! Anak Ki Durba ... laki-laki? Jalu coba menebak. Perempuan. Oooo ... sahut Jalu sambil manggut-manggut tanpa sadar. Lalu ... saudarasaudara Ki Durba?

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku anak tunggal. Mendiang istriku juga anak tunggal, terang Ki Durba sambil menengadah. Matanya menerawang langit-langit atap warungnya yang terbuat dari daun rumbia. Yang aku sesalkan saat itu adalah istriku sedang hamil lima bulan kala ombak pembawa petaka itu datang. Aku menyesal tidak bisa menyelamatkan mereka. Maaf, kalau saya lancang mengungkit-ungkit masa lalu Ki Durba, kata Jalu saat melihat sudut mata laki-laki itu berkaca-kaca. Menyesal, Broo! Tidak apa-apa, Jalu, kata Ki Durba sambil menyusut sudut matanya dengan ujung lengan baju. Sekarang, besok, atau kapan pun ... sama saja. Itu tetap menjadi kenangan bagi tubuh tua ini. Dua orang laki-laki beda kualitas itu terus saja bisa bicara ngalor-ngidul. Yang pasti ... ngga ada hubungannya sama dunia persilatan babar blas! Ada kalanya terdengar tawa tua Ki Durba mendengar lelucon-lelucon yang dilontarkan Jalu Samudra. Entah apanya yang lucu, acap kali kakek itu tertawa terpingkal-pingkal. Jelas sekali terlihat bahwa dengan adanya Jalu disana membuat kakek yang sudah uzur dimakan usia terlihat bahagia. Lucunya lagi, Ki Durba tidak tahu bahwa saat ini dirinya dengan bercanda dengan tokoh muda top markotop rimba persilatan, menjadi buah bibir para pendekar karena kesaktiannya. Bahkan dari selentingan kabar yang sulit dipertanggungjawabkan, menjadi idola para gadis-gadis yang ngebet berat ketemu saja yang namanya si Pemanah Gadis! Koro Welut dan teman-temannya menghentikan sejenak pekerjaan mereka mendengar suara tawa yang paling sulit didengar oleh telinga mereka. Mereka saling pandang satu sama lain. Kita tidak salah dengar, kan? tanya Koro Welut. Itu memang suara Ki Durba. Asli! tandas yang bernama Wangen. Dulu waktu kecil aku pernah dengar ia tertawa lepas seperti itu. Kok bisa, ya? Mungkin kesedihan akibat di tinggal anak istrinya telah pupus, serobot Sarpo yang agak gendut. Mungkin juga, kata Koro Welut, pendek. Ayo ... kerja lagi. Saat merembang petang menjelma, semua tong-tong kayu telah penuh dengan air tawar. Kalau sebelumnya digelindingkan dari atas ke bawah, kini untuk menaikkan dengan cara memasukkan lima-enam tong kayu ke dalam jala besar terbuat dari tali kulit kerbau dan ditarik ke atas oleh sembilan orang lewat sebuah tuas. Seratus delapan puluh empat tong kayu sukses diangkut naik ke atas kapal. Dan itu artinya dua puluh tiga keping uang perak telah berada dalam genggaman tangan para Kuli Air! Mereka membagi hasil kerja di dalam warung Ki Durba. Masing-masing menerima tiga keping uang perak bertujuh yang cukup untuk makan dua bulan,

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ total yang dibagi dua puluh satu keping uang perak. Sedang sisa yang dua keping uang perak dititipkan pada Koro Welut sebagai pimpinan mereka. Kawan-kawan! Uang sisa kerja kita bertujuh selama tiga bulan ini jika ditambah dengan dengan pendapatan hari ini tepat tujuh keping uang perak, ucap Kowro Welut sambil mengeluarkan lima keping uang perak dari dalam kantong hitam yang kemana-mana selalu dibawanya. Setuju dibagi rata? Setuju ... !! Akur ... ! --o0o--

BAGIAN 2
Baik kalau begitu! Kita putuskan saja ... dibagi rata! kata Koro Welut. Biasanya seorang pemimpin akan mengambil bagiannya terlebih dahulu, tapi hal itu tidak berlaku untuk Koro Welut. Ia mendahulukan teman-temannya terlebih dahulu dengan masing-masing mendapatkan satu keping uang perak. Barulah dirinya mendapat giliran terakhir! Lihat! Kantung ini sudah kosong! kata Koro Welut sambil membalik bagian dalam ke luar. Bersih? Bersih! jawab mereka serempak. Jalu Samudra kagum dengan Koro Welut saat melihat bagaimana si brewok kurus itu membagi adil pendapatan mereka. Muka boleh sangar, tapi hati berkilau seperti intan permata, pikir murid si Dewa Pengemis. Pemimpin panutan yang seperti ini contohnya. Mata Koro Welut melirik ke orang yang paling sudut sendiri. Yang sedari awal menimang-nimang uang di tangannya. Apa ada, Sarpo? tanya Koro Welut. Ada yang kurang? Sarpo hanya menggeleng. Lalu ada apa? Aku hanya berpikir saja, apa dengan uang sebanyak ini cukup membayar ongkos dukun bayi dan tabib untuk dua anakku yang sedang sakit? ucap Sarpo, masgul. Begitu? ucap Koro Welut, sambungnya dengan mata sedikit menyipit, Lalu ... kapan anak ketigamu akan lahir? Menurut Nyi Ginah, kemungkinan besar menjelang malam nanti. Tadi aku sudah diberitahu Menik anaknya si Wangen, kalau istriku perutnya mulas-mulas ... Tiba-tiba saja ...

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Plakk! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan si gendut Sarpo yang langsung membuat laki-laki berkulit lumayan hitam terpelanting ke belakang meski tidak jatuh dari kursi. Goblok! Kenapa kau tidak langsung pulang menemui istrimu!? bentak Koro Welut. Mau menunggu sampai kapan!? Tapi ... bukankah kita ... Apa?! Kau pikir dengan meninggalkan istri hamil tua sendirian di rumah, aku akan senang!? Begitu! bentak Koro Welut. Lalu ia memandang ke sekelilingnya, Bagaimana prinsip kita? Susah senang dipikul bersama! seru teman-teman Sarpo yang lain. Nah, kau dengar! Kalau situasinya seperti itu, kau tetap mendapatkan hak yang sama, kata koro welut sedikit melembut. Dengan catatan ... selama tidak malas bekerja! Itu saja! Lalu didekapnya Sarpo erat-erat. Dekapan hangat persahabatan! Tamparanku tadi sebagai peringatan bahwa uang memang penting, tapi keluarga lebih penting! Paham? Paham, Koro. Jika kau ingin membalas tamparanku ... silahkan, kata Koro Welut sambil melepaskan pelukan pada Sarpo diikuti mundur satu langkah sambil mengangsurkan pipinya ke depan. Tidak, Koro. Kau kecewa karena aku tampar? Tidak. Marah? Tidak juga. Dendam? Juga tidak. Kalau begitu ... terima ini sebagai sumbangan dariku, kata Koro Welut sambil mengangsurkan uang yang ada di tangan kanannya pada Sarpo. Semuanya! Uang yang didapatnya dengan memeras keringat dan menguras tenaga, tanpa ragu-ragu diberikan begitu saja kepada Sarpo. Disusupkannya ke dalam telapak tangan laki-laki dengan perawakan agak gendut itu. Tidak, Koro! Kau pun juga membutuhkannya, mengangsurkan kembali uang pemberian Koro Welut. kata Sarpo sambil

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku memang butuh, tapi kebutuhanku tidak mendesak seperti kebutuhanmu, kata Koro Welut, lalu tangannya mendorong ke depan. Terimalah ... aku ikhlas membantu. Terima kasih, Koro. Terima kasih. Sarpo memeluk erat Koro Welut selama beberapa saat. Kami juga akan membantu, Sarpo. Meski tidak banyak, semoga saja cukup meringankan bebanmu, kata Wangen sambil mengangsurkan lima keping perak yang dikumpulkan dari teman-temannya yang lain. Kawan-kawan ... kalian ... Terimalah ... Sarpo segera jatuh berlutut sambil meratap, Ya Dewa! Terima kasih engkau telah mengirimkan kawan-kawan terbaik yang pernah hamba miliki. Jalu benar-benar terpana dibuatnya! Drama kehidupan yang digelar nyata di depan matanya benar-benar membuat jiwanya terketuk. Belum pernah selama hidupnya menjumpai orang-orang yang memiliki ketulusan hati seperti apa yang ada didepan matanya. Tak terbersit sedikit pun kalau ia bakal menjumpai hal seperti itu. Ki Durba, sudah saatnya kita berpisah, kata Jalu saat melihat kapal layar besar hijau garis-garis biru menaikkan bendera hijau kecil. Tak lupa diraihnya tongkat kayu hitam miliknya. Menurut Ki Durba, tanda bendera kecil di dekat pintu masuk ke kapal punya arti bahwa kapal akan berangkat dalam sepeminuman teh. Jalu, apakah kita akan bertemu lagi? tanya Ki Durba. Sambil berjalan tanpa menoleh ke belakang, Jalu berkata, Jika ada umur panjang ... kenapa tidak? Jalu ... aku punya pesan untukmu, kata Ki Durba lebih lanjut. Jalu berhenti sejenak. Silahkan, Ki. Jika kau dalam bahaya ... nikmati saja. Jangan melawan, kata Ki Durba. Jalu sedikit mengerutkan alisnya mendengar ucapan dari si empunya warung. Benar-benar pesan yang aneh! Namun tanpa pikir panjang lagi, Jalu menyahut, Baik. Akan kuturuti! Jalu kembali melangkahkan kakinya. Saat melewati kawan-kawan barunya, Jalu berhenti sejenak. Kawan-kawan ... jaga diri kalian baik-baik. Hoi, Wedang Kamplung! Kau mau kemana? tanya Koro Welut. Ga ngerti. Mungkin cuma mau nostalgia dengan laut.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Huh! Orang buta saja pakai acara nostalgia-nostalgia segala, seloroh Wangen di sambut dengan gelak tawa yang lain. Jalu juga ikutan tertawa, serunya, Yach, maklumlah! Orang udik yang kemana-mana selalu ditemani dengan tongkat mana ada tempat menetap? Tul ngga? Betul ... betul! seru Koro Welut sambil menepuk-nepuk bahu kanan Jalu Samudra. Bukan sembarang tepukan, cing! Meski wajah terlihat serampangan seperti tapi tenaga dalamnya boleh juga, pikir murid si Dewa Pengemis. Hemm, dia bukan orang sembarangan rupanya. Jurus Gunung Jugrug (Gunung Runtuh) rasanya seperti tenggelam ke dasar laut, kata hati Koro Welut. Siapa dia sebenarnya? Sarpo, aku juga mau ikut menyumbang, kata si Pemanah Gadis sambil meletakkan sesuatu di atas meja. Anggap saja sebagai hadiah atas kelahiran anakmu. Tanpa menunggu jawaban, Jalu segera berlalu dari tempat itu. Semua mata memandang dengan melotot lebar-lebar. Bahkan Wangen yang matanya sebesar jengkol itu hampir saja terlepas dalam rongga mata kala melihat sebentuk benda yang seumur hidupnya belum pernah ia lihat sama sekali. Sekeping uang emas! Sekeping uang emas jika ditukar dengan uang perak bisa mencapai seribu keping. Semua mata beralih ke Jalu yang berjalan dengan lenggang kangkung. Sebentar saja ia sudah sampai di dekat pintu masuk kapal. Mau berlayar, Tuan? tanya si penjaga pintu dengan sopan. Betul. Kemana tujuan, Tuan? Emmm ... kemana saja. Sampai kapal ini berlabuh kembali, sahut Jalu sekenanya. Kalau saja Jalu menjawab Kepulauan Tanah Bambu, pastilah si penjaga pintu langsung pingsan kebingungan. Gimana ngga bingung, lha wong dengar juga belum? Kapal ini akan berlayar kurang lebih satu bulan beberapa hari lamanya, tutur si penjaga pintu. Tak masalah, tukas Jalu, pendek. Berapa ongkos perjalanannya? Langsung pada sasaran rupanya!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Si penjaga pintu yang melihat si pemuda bermata putih, hanya tersenyum menyeringai. Ada mangsa tolol, katanya dalam hati, lalu katanya pada si pemuda berbaju biru laut. Tujuh keping perak. Tidak mahal ... tidak mahal ... kata Jalu sambil merogoh saku celana, katanya sambil memberikan uang tujuh keping perak, Sudah termasuk makan dan minum? Sudah termasuk makan, minum dan menginap, kata si penjaga pintu, katanya dalam hati. Orang buta bego! Ongkos naik kapal ini cuma lima keping perak sudah lengkap semua. Lumayan-lah dapat untung dua keping perak. Tentu saja sorot mata licik si penjaga pintu tidak lepas dari mata putih Jalu, pikirnya, Buaya kok dikadalin ama monyet? Tapi biarlah ... sekali-sekali membantu orang kesusahan ... Silahkan naik, Tuan! Ini nomor kamarnya, kata si penjaga pintu sopan, sambil mengangsurkan papan kayu kecil warna merah. Disana tertera angka tujuh. Kamar Tuan nomor tujuh dan di lantai ke tiga. Di dekat pintu ada ukiran angka tujuh. Begitu? kata Jalu sambil menerima papan kayu kecil itu. Apa Tuan butuh bantuan untuk mencari kamarnya? Tidak perlu. Aku bisa cari sendiri, sahut Jalu sambil memutar-mutar tongkat hitamnya pulang-balik. Begitulah ... berturut-turut para penumpang naik ke atas kapal, satu demi satu. Saat menjelang keberangkatannya, di kejauhan terlihat serombongan iringiringan yang mendekati kapal. Si penjaga pintu yang hampir saja berteriak kalau penumpang sudah habis, mengurungkan niatnya. Matanya langsung hijau melihat banyaknya jumlah rombongan. Terlihat memimpin di depan seorang pemuda tampan berbaju merah terang memakai celana merah gelap dengan kumis tipis bertengger di bawah bibir sedang puluhan orang di belakangnya berbaju aneka warna dengan menyandang golok tersarung rapi di bagian punggung. Wajah-wajah mereka terlihat sedang menyiratkan sesuatu yang penting. Beberapa orang diantara tengak-tengok mengawasi keadaan sekelilingnya. Yang jelas ... semuanya ratarata berusia antara tiga puluh hingga empat puluhan tahun. Hmm ... sekitar dua puluhan orang, gumamnya. Lumayan ... Silahkan naik, Tuan-tuan semua, membungkukkan badan. Silahkan. katanya sopan dengan sedikit

Pemuda berbaju merah terang tanpa banyak kata dan tanya segera menyodorkan tiga keping uang emas. Cukup? katanya singkat. Aneh sekali nada suara pemuda ini. Suaranya terlalu merdu untuk seorang pemuda. Yang lebih menarik lagi, tidak ada jakun pada lehernya.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Si penjaga pintu yang semula membungkukkan badan, semakin membungkukkan badan kala melihat tiga keping uang emas berada tepat di ujung hidungnya. Cu-cu-cukup ... cukup! katanya terbata-bata, pikirnya, Mimpi apa aku semalam? Tanpa menunggu jawaban, si pemuda segera mengibaskan tangannya, sambil berkata, Kita naik. Si penjaga pintu segera melangkah minggir ke samping kiri, sambil menyodorkan papan kayu kecil warna merah dengan tulisan angka delapan. Kamar Tuan di lantai ke tiga. Kamar terakhir. Bagaimana dengan kami? tanya salah seorang pengawal si pemuda yang paling depan sendiri. Semua kamar sudah penuh, hanya tertinggal kamar nomor tiga, empat dan lima di lantai dua, kata si penjaga pintu, Tapi jangan khawatir, tiga kamar terakhir ini cukup muat kalau untuk tiga puluh orang sekaligus, karena ada sepuluh ranjang di setiap kamarnya. Lalu bagaimana dengan kamar lantai tiga? tanyanya lagi. Seperti saya katakan sebelumnya, kamar Tuan Muda tadi adalah kamar nomor terakhir, terang si penjaga pintu. Kamar lantai tiga hanya ada delapan buah. Semua sudah terisi penuh dengan orang terakhir adalah Tuan Muda tadi. Lagi pula, kamar ini berukuran lebih kecil ... Jalan keluar masuk cukup mudah? potong cepat si pengawal. Sangat mudah. Baik. Kami ambil kamar nomor tiga dan empat, katanya cepat. Rombongan itu segera saja naik ke atas kapal. Tak lama kemudian, si penjaga pintu yang bernama Arimbawa berteriak nyaring, Angkut sauh! Terdengar suara bersahutan dimana-mana. Tak lama kemudian, jangkar terangkat naik. Layar besar di turunkan. Brekk! Brekk! Suara kelebatan kain tertiup angin nyaring terdengar. Pelan namun pasti, kapal mulai meninggalkan dermaga Muara Karang. Namun baru saja sejarak lima belas tombak dari dermaga, sebuah teriakan keras terdengar. Hoi ... ! Tunggu aku, gimana sih kok ditinggal! teriak seorang pemuda baju hijau dari kejauhan.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dari jaraknya saja yang sudah begitu jauh bisa dipastikan bahwa si pemilik suara memiliki tenaga dalam kuat. Nakhoda kapal yang saat itu berada di geladak berteriak keras, Kalau kau bisa ... lompat sajalah! Kalau tidak bisa ... tunggu bulan depan saja! Semua orang yang mendengar seloroh dari Nakhoda kapal tertawa keras. Termasuk Jalu Samudra tertawa kecil mendengar suara si nakhoda kapal. Sejenak pemuda baju hijau berdiri tegak sambil cemberut, gerutunya, Dasar kampret! Jarak lima belas tombak disuruhnya melompat! Memangnya aku burung apa? keluhnya. Terpaksa deh, harus pamer dikit! Tanpa berkomentar lagi, ia menjejakkan kaki. Jduk! Dengan ringan ia melayang di atas air seperti orang berjalan saja mendekati kapal. Jleg! --o0o--

BAGIAN 3
Sampai juga si pemuda di atas geladak kapal. Nakhoda kapal dan beberapa anak buahnya tak bersuara menyaksikan pameran kesaktian yang jarang mereka jumpai. Kalau saja ilmunya pas-pasan, si pemuda sudah mati tenggelam kecebur laut! Hebat ... desis si pemuda baju merah terang. Gara-gara kekenyangan, aku malah ketiduran, gerutu si pemuda sambil duduk di atas bangku. Seorang laki-laki dengan tubuh kekar berotot berompi merah dengan cepat mendekatinya. Kau manusia, kan? ia bertanya. Bukan! Aku setan dari langit! gerutu si pemuda baju hijau dengan nada kesal, Tentu saja manusia. Liat aja kakiku! Bego amat sih! Seolah sudah sering mendengar suara seperti itu, si laki-laki justru mengangsurkan tangan kanan. Apa? tanya si pemuda baju hijau, heran. Karena kau manusia, maka naik kapal ini tidak gratis, kata si laki-laki berompi merah tanpa basa-basi. ... cukup dua keping perak untuk sekali jalan. Pemuda baju hijau merogoh saku celana, mengambil dua keping perak, lalu diberikan pada si laki-laki berompi merah.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Terima kasih! Selamat datang di kapal layar Surya Silam, kata si laki-laki baju merah. Namaku ... Gandarwa. Panggil aku jika kau butuh apa-apa. Tanpa menunggu jawaban, Gandarwa langsung pergi begitu saja. Rupanya ia juga bertugas menarik ongkos dari semua orang yang naik kapal layar Surya Silam. --o0o-Seekor elang laut terbang jauh di angkasa. Dari atas ia melihat sebuah kapal berlayar dalam jarak yang tak terlalu jauh. Elang laut tadi menukik, hendak bertengger beristirahat di ujung kapal yang besar dan beristirahat sejenak. Namun ia mendadak mengurungkan niatnya. Ia tak mau mati konyol ... ! Sebab ... nakhoda kapal keluar dari ruangannya dengan golok terhunus! Kemana perginya ayam sialan tadi? pikir si Nakhoda, Mau dibikin sate kok malah menghilang? --o0o-Saat sore merembang petang ... Rata-rata penumpang tidak langsung masuk ke dalam kamar masing-masing. Kebanyakan duduk saja sambil menikmati keindahan laut di sore hari. Termasuk pula Jalu dan si pemuda baju hijau yang duduk di sebangku. Indah sekali sore ini, kata si pemuda baju hijau. Sudah lama sekali aku tidak melihat laut. Jika dihitung-hitung ada kalau cuma lima belas tahunan. Cukup lama juga, sahut Jalu. Apakah kau juga sering pergi ke laut, sobat? Dulunya iya ... tapi sekarang mungkin baru kali ini, sahut Jalu dengan mata merawang ke atas. Pikirannya tertuju ke Gua Walet, tempat dimana ia dibesarkan oleh sepasang suami istri tokoh rimba persilatan yang mengasingkan diri. Dari merekalah ia mengenal apa yang namanya ilmu silat dan segala hal yang berhubungan dengan laut. Sobat, dari tadi kita bicara tak karuan tapi belum menyapa nama masingmasing, kata si Pemanah Gadis. Perkenalkan namaku ... Jalu Samudra. Samudra artinya lautan luas, desis si pemuda baju hijau. Nama yang sesuai dengan apa yang sekarang ini kita jalani sekarang ini. Berlayar di tengah laut luas tanpa batas. Kau sudah menyebut nama, tak adil rasanya jika aku -Adiprana -- tidak memperkenalkan diri. Tapi orang rimba persilatan memberiku julukan jelek ... si Naga Terbang. Naga Terbang? gumam Jalu Samudra.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Jalu pernah mendengar sepak terjang tokoh muda yang berjuluk Naga Terbang selama dalam pengembaraannya. Sosok pemuda yang cukup ditakuti oleh kaum sesat karena ketelengasannya dalam membantai lawan-lawannya. Meski jika ditilik dari usianya hanya selisih dua tahun lebih tua dari Jalu sendiri, namun gaya penampilannya masih seperti anak muda usia belasan tahun. Pada intinya Adiprana bukanlah tokoh jahat, hanya saja sifatnya yang mau menang sendiri membuatnya lebih banyak memiliki lawan daripada kawan. Namun dalam sekelabatan saja, Jalu Samudra sudah bisa menyelami delapan bagian jati diri si pemuda baju hijau. Meski terlihat seenaknya, namun jelas sekali terlihat sifat-sifat seorang pendekar tulen. (Itu menurut penilaian Jalu, lho ... !) Setelah berbasa-basi sebentar, Jalu pun berniat masuk ke dalam kamarnya di lantai tiga. Hemm ... si Jalu ini meski buta, tapi aku yakin dia bukan tokoh silat kelas kecoa atau setidaknya termasuk dalam golongan jago-jago kelas tiga, pikir Adiprana sambil menatap punggung si pemuda buta yang berjalan menyusuri tangga ke atas. Dari caranya berjalan dan bernapas, aku yakin setidaknya ia berada satu tingkat di bawahku. Entah murid siapa dia ini sebenarnya. Tiba-tiba selintasan pikiran mampir ke dalam benaknya, ... atau jangan-jangan ia juga memiliki tujuan yang sama denganku? Tujuan yang sama? Apa yang dimaksud dengan tujuan yang sama oleh Adiprana? Semua itu masih menjadi tanda tanya besar dalam benak si Naga Terbang ini! Hemm ... satu-satunya jalan untuk mengetahuinya adalah dengan menyelidiki lebih jelas siapa adanya si buta ini, jika perlu satu kapal aku selidiki jati diri mereka semua, desis si Naga Terbang dengan sorot mata berkilat aneh. Sementara itu, Jalu sendiri yang pada saat itu baru mau masuk ke kamarnya, berpapasan dengan sosok pemuda baju mentereng yang juga berkeinginan masuk ke kamar di sebelahnya. Jalu Samudra tersenyum ramah dan mengangguk sedikit dan dibalas dengan anggukan pula, Melihat kawan sebelahnya, Jalu sedikit mengkernyitkan alis, batinnya, Aneh, jika dilihat sekilas mirip laki-laki, tapi dari langkah kakinya jelas-jelas seorang perempuan. Hidungnya sedikit mengendus-endus seperri anjing membaui daging. Hemm, harum sekali. Aneh, masa laki-laki berbau harum bunga begini? gumamnya tanpa sadar, pikirnya kemudian, Atau ... jangan-jangan ... dia banci? Gini-gini aku kan laki-laki tulen. Hiii ... desis Jalu lirih sambil buru-buru masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu dari dalam. Tentu saja cengar-cengir Jalu tidak lepas dari pandang mata si pemuda baju merah.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Brengsek! maki si pemuda dalam hati. Mata pemuda itu seolah sanggup melongok ke dalam hatiku. Uhh ... kenapa jantungku berdebar-debar kayak gini? Aneh! Tidak biasanya. Sekilas kulihat dia memiliki mata putih yang hanya dimiliki orang buta. Apa benar dia buta? Mendadak rasa sebal berubah menjadi rasa iba. Kasihan sekali! Ganteng-ganteng kok buta? Selebar wajahnya langsung merah merona. Sinting! Kenal saja tidak, kenapa aku bisa memikirkan dia? gerutunya sambil membuka pintu kamar dan langsung dikunci dari dalam. Lagak lagunya sekilas seperti gadis usia belasan tahun. --o0o--

BAGIAN 4
Nyi Sungsang Sumbel, julukannya Tongkat Berbisa, nenek jahat biang dari segala tokoh jahat sekaligus nenek paling ceria di muka bumi, sebab senantiasa ketawa mengikik di segala kesempatan. Nenek berbahagia yang paling senang menyebar teror di muka bumi dikukuhkan sebagai musuh bebuyutan para tokoh aliran putih rimba persilatan wilayah tenggara. Dan uniknya, setiap pertarungan maut yang terjadi tak pernah tuntas karena tokoh ini selalu saja lolos dari pintu neraka. Nenek jahat yang selalu beruntung! Seperti halnya kali ini, Nyi Sungsang Sumbel ngibrit, lari lintang pukang saat ketanggor tokoh tua yang berjuluk Kakek Kocak dari Gunung Tugel yang nama aslinya Gayam Dompo. Brengsek keparat! Tiap kali ketemu dengan tua peot Gayam Dompo, aku tidak pernah menang barang setindak pun juga, maki Nyi Sungsang Sumbel dalam keluhan. Nampaknya aku harus memperdalam ilmu silatku lagi. Sampai kapan aku harus main kucing-kucingan seperti ini? Pikir punya pikir, sampai kapan ia harus selalu menggunakan Ilmu Sakti Langkah Seribu alias melarikan diri dari arena pertarungan. Paling banter yang bisa dimajukan selain Ilmu Sakti Langkah Seribu tidak ada yang lain, tuh!? Hi-hi-hi-hi! Bodohnya aku! Sudah tua bangka begini mau memperdalam apa lagi? Ilmu sudah mentok begini kapan bisa dimajukan lagi? Kalau mau diperdalam lagi, aku sudah keburu modar! Paling-paling juga ... hi-hi-hik, itunya doang yang maju, katanya sambil menjungkit-jungkitkan alis matanya yang separo hitam separo putih. Benar-benar sepasang alis yang aneh! Mendadak saja ... Nah ... ini dia orangnya! Sebuah suara sember lumayan keras mengejutkan Nyi Sungsang Sumbel. Wajahnya yang cerah ceria sontak ditekuk menjadi muram durja.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Huh, aku tidak akan lari lagi, katanya dalam hati. Lalu teriaknya dengan suara cempreng, Hi-hi-hik, gendut botak Gayam Dompo kurang kerjaan! Kesini kalau berani!? Biar kulumat ... Apa? Kau mau melumat bibirku dengan bibirmu? Dasar nenek ganjen! Pikirannya ngeres melulu! Sudah tua tidak ingat kuburan, justru sukanya keluyuran! Suara sember kembali terdengar di belakang punggung Nyi Sungsang Sumbel, yang dengan gerak refleks langsung mengayunkan tongkat kayu ke belakang. Ayunannya bukan sembarang ayunan, namun sudah dialiri dengan tenaga dalam tinggi. Wutt! Tidak kena! Tidak kena! ledek suara sember sambil melangkah mundur tiga tindak. Botak sialan! Tongkat Berbisa dianggap mainan! Nih, makan! Si nenek sambil tertawa terkikik macam kuntilanak buang hajat segera mengayunkan tongkat secara serampangan. Wutt! Wess ... ! Meski terlihat serampangan tak tentu arah, namun sebenarnya si nenek baju lurik kembang-kembang kedodoran yang berjuluk Tongkat Berbisa menggunakan jurus-jurus aliran tongkat yang dinamakan jurus Tamparan Kelinci Genit. Berulang kali sambaran tongkat sarat tenaga dalam menyambar ke arah si kakek gendut botak, namun anehnya dengan gaya lucu megal-megol macam angsa mau bertelur, kelebatan dan sambaran tongkat dari jurus Tamparan Kelinci Genit bisa di mentahkan begitu saja. Sett! Wutt!! Eitt ... ! Tidak kena! ledek si kakek sambil nungging tepuk-tepuk pantat kirinya, Nih, pantatku! Silahkan sodok kalau bisa!? Hi-hi-hik! Barang busuk macam pantat kuali saja kau pamerkan di hadapanku! sambar si nenek sambil terus mengayun-ayunkan tongkatnya kesana kemari. Wutt! Wutt ... ! Tiba-tiba, tangan kirinya melepas gagang tongkat lalu bergerak menyodok ke depan. Dubb ... ! Segumpal hawa padat melesat cepat, dan tanpa dapat di cegah lagi langsung menghantam pantat kiri si kakek yang kala itu sedikit bergeser ke kanan menghindari ayunan tongkat. Blakk! Tak pelak lagi, pantat bundar macam kuali terhantam keras.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Wuadowww ... !! Si kakek kocak langsung berjingkrak-jingkrak sambil mengusap-usap pantatnya. Dasar tua bangka ganjen! bentak si kakek sambil tangan kanan masih terus mengusap pantat, sedang tangan kirinya bergerak dari arah belakang ke depan seperti anak kecil melempar gasing. Wutt! Sebentuk bola biru sebesar telur bebek melesat cepat. Jurus Hantam Bukit Hancurkan Tebing! seru Tongkat Berbisa sambil mengayunkan tongkat di tangannya membentuk baling-baling. Wukk ... wukk ... !! Durr ... !! Terdengar suara letupan kecil dikala bola biru sebesar telur bebek membentur perisai tongkatnya. Jika si nenek terjengkang ke belakang akibat benturan, justru Kakek Kocak dari Gunung Tugel terjerembab ke depan. Justru karena itulah, jurus yang baru saja dilontarkan si kakek dinamakan Hantam Bukit Hancurkan Tebing sebab begitu serangan pertama bisa digagalkan lawan, maka dengan gaya seolah-olah terjerembab, sepasang tangannya yang berubah menjadi biru terang menghantam ke arah depan dengan cepat! Wuss ... !! Hi-hi-hi-hik! Aku sudah tahu kelanjutan jurusmu, tua bangka edan! kekeh Tongkat Berbisa sambil melenting ke atas, sehingga serangan Gayam Dompo alias Kakek Kocak dari Gunung Tugel lewat di bawah kakinya. Wuss ... ! Durr ... !! Dari arah ketinggian, kembali Tongkat Berbisa mengelebatkan tongkatnya digebukkan ke arah punggung si gendut botak! Wukk ... ! Benar-benar serangan yang berbahaya bagi keselamatan punggung gempal itu! Namun, bukan Kakek Kocak dari Gunung Tugel namanya jika hanya mendapat serangan seperti itu sudah terkena serangan lawan. Sepasang tangannya yang masih terselimuti cahaya biru terang di putar ke belakang dalam posisi membungkuk untuk menghalangi ayunan tongkat yang akan mengarah ke punggung. Brakk! Jderr ... !! Gerakan cepat lawan ternyata diluar perhitungan si nenek periang ini. Akibatnya tubuh si nenek baju lurik kembang-kembang kedodoran semakin melambung tinggi ke atas akibat benturan tenaga sakti masing-masing.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Botak sialan! Aku terpaksa membiarkan nyawa busukmu untuk sementara ngendon di sana! Suatu saaat aku akan mengambilnya sendiri, hi-hi-hik! seru si nenek sambil ngacir, mengerahkan jurus peringan tubuhnya sampai tahap tertinggi. Titip, ya!? Blass ... ! Nenek ganjen! Bilang saja kau takut! Pake acara titip nyawa segala! bentak keras Gayam Dompo dengan pengerahan tenaga dalam tinggi hingga suaranya memantul-mantul ke sekitar. Brengsek! Hebat juga tenaga si tua bangka itu, gerutu si kakek sambil mengeluarkan kakinya dari dalam tanah. Luka dalam ngga, nih? Setelah dilihat pulang-balik, kaki ini menarik napas lega. Fiuhh ... untung cuma luka kecil doang, katanya sambil menghembuskan napas dari mulutnya yang lumayan tebal. Akibat benturan terakhir tadi, sepasang kaki Gayam Dompo sampai melesak hingga setinggi lutut. Meski pertarungan singkatnya seperti orang main-main, namun sebenarnya ke dua tokoh kosen yang memang sama sudah bau tanah ternyata telah mengeluarkan jurus-jurus silat tingkat tinggi. Dasar kodok sawah! Kemana saja perginya Kaswari muridku? gerutu Kakek Kocak dari Gunung Tugel. Di pos selatan dan utara yang seharusnya dijaga oleh Contreng Nyawa dan Dewa Periang dibiarkan kosong melompong tanpa penjagaan sama sekali. Apa mereka tidak takut dengan hukuman dari Tuan Majikan, apa? Belum lagi gerutuannya menghilang, tiga sosok bayangan berkelebat cepat. Wutt! Jleegg! Guru! Gayam Dompo! Enak saja kau bilang kami kelayapan! tukas seorang laki-laki parobaya berambut hijau belang-belang. Jika bukan karena menolong murid tololmu dari sergapan Nyai Kembang Hitam dan anak si Pawang Racun yang menyusup, kami masih di pos penjagaan. Nyai Kembang Hitam dan Pawang Racun Kecil? kata kaget kakek Gayam Dompo. Benarkah mereka yang datang, Kaswari? Benar seperti apa yang dikatakan Paman Contreng Nyawa, Guru, sahut Kaswari. Gadis manis berkulit kuning sedikit kecoklatan dengan raut muka lonjong berbaju kuning gading membungkukkan badan dengan hormat kepada kakek botak itu. Lagi pula di posku sendiri, aku juga harus menghadapi Pemulung Nyawa ... ujar seorang kakek rambut putih sambil senyum-senyum sendiri. Ha-ha-ha, untung saja Pemulung Kurang Kerjaan itu bisa aku sepak keluar dari wilayah kekuasaanku. Kalau tidak mengingat saudara Contreng Nyawa, mungkin Pemulung Nyawa sudah dicambuk sama Dewa Neraka. Ha-ha-ha!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Wajahnya terlihat paling segar diantara ke dua orang itu (kalau dengan Kaswari jelas kalah segar, kalah cakep pula!). Mukanya kemerah-merahan seperti bayi baru lahir, lucu-lucu imut gimana gitu!? Karena selalu riang gembira, bahkan susah pun kakek ini selalu riang tanpa beban hingga digelari Dewa Periang. Heh, memang adikku itu paling sulit dinasehati, gumam Contreng Nyawa sambil menggeleng-gelengkan kepala. Terima kasih atas kebaikan Dewa Periang. Biar lain kali aku saja yang menghajar adat padanya. Ho-ho-ho ... ! Jangan sungkan-sungkan sobat, sahut Dewa Periang sambil menepuk pundak Contreng Nyawa, ringan. Guru, aku sendiri merasa heran, kata Kaswari. Apa yang kau herankan, muridku? Nyai Kembang Hitam, anak si Pawang Racun, dan Tongkat Berbisa adalah tokoh silat aliran hitam yang berkepandaian tinggi. Entah dengan cara bagaimana paman Pemulung Nyawa bisa berkawan dengan mereka, sahut Kaswari, sambungnya. Setahu murid, wilayah Tanah Bambu ini tidak pernah memiliki silang sengketa dengan mereka bertiga, apalagi dengan Paman Pemulung Nyawa yang masih saudara seperguruan dengan Paman Contreng Nyawa. Bukankah hal ini adalah aneh? Kita bicarakan saja hal ini di pos utama. Aku yakin, di sekitar tempat ini ada mata dan telinga yang mendengar pembicaraan kita, bisik Contreng Nyawa. Kita kembali sekarang. Ketiganya mengangguk pelan dan tanpa banyak kata, mereka berempat langsung melesat pergi ke arah jurusan selatan. Begitu empat orang itu lenyap dari pandangan, dari balik gerumbulan perdu tiba-tiba menyeruak sebentuk tangan putih mulus diikuti dengan sesosok tubuh tinggi semampai berbaju hitam ketat sehingga mencetak setiap lekuk lengkung tubuhnya. Sepasang bukit kembar terlihat begitu menonjol sehingga jika terlihat dari samping, potongan tubuh itu begitu sempurna. Dilihat sekilas, wanita yang usianya sekitar dua puluh lima tahunan dengan wajah cantik jelita ini sangat menggiurkan setiap laki-laki yang memandang. Terlebih lagi dengan adanya belahan dada yang rendah sehingga sebagian besar bukit dada terlihat jelas sudah lebihd ari cukup untuk membuat mata laki-laki manapun blingsatan. Di dekat telinga kiri terdapat sekuntum bunga melati warna hitam legam. Dialah yang dijuluki ... Nyai Kembang Hitam! Begitu sosok ramping Nyai Kembang Hitam keluar dari tempat persembunyiannya, dibelakangnya telah berdiri tegak seorang laki-laki muda rupawan berbaju merah darah dengan celana pangsi coklat cerah, yang tanpa malu-malu langsung melingkarkan tangan kanan ke pinggang Nyai Kembang Hitam, ditarik dalam satu sentakan saja tubuh Nyai Kembang Hitam sudah jatuh dalam pelukannya.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Nyai Kembang Hitam tersenyum manis. Lalu dengan satu gerakan cepat, ia meraih wajah si pemuda dengan kedua tangannya, dan menyentuhkan ujung bibirnya dengan lembut ke bibir si pemuda. Merekahkan tepian lalu melumat lambat-lambat. Pemuda itu memejamkan mata. Kehangatan bibir gadis itu, coba diresapinya dalam-dalam. Nyai Kembang Hitam menarik wajahnya mundur. Kelopak matanya tampak sayu. Sedang napasnya terdengar mulai cepat. Panji Tilar, ini ... Tanpa sempat melanjutkan kata-katanya, bibir si pemuda langsung menyumpal bibir indah Nyai Kembang Hitam. Untuk sesaat, tubuh Nyai Kembang Hitam mengejang-melemas tanpa kendali. Bahkan sedikit menggeliat kala tangan kiri pemuda yang bernama Panji Tilar menyusup masuk ke dalam belahan dada montok Nyai Kembang Hitam dari arah depan dan begitu mendapat sasaran tangkap, langsung meremas-remas bongkahan kenyal di dada kanan Nyai Kembang Hitam. Untuk sesaat Nyai Kembang Hitam menikmati setiap perbuatan Panji Tilar, namun pada detik berikutnya wanita cantik itu melakukan gerakan memutar dengan cepat. Sett! Dalam satu gerakan saja, tubuh ramping Nyai Kembang Hitam telah lepas dari dekapan Panji Tilar. Namun, justru karena gerakan yang dilakukan oleh Nyai Kembang Hitam membuat tangan kiri Panji Tilar yang masih berada dalam bajunya tanpa sengaja tercabut paksa. Akibatnya ... Brett!! Baju bagian dada yang sudah rendah itu justru tersobek hingga ke pusar! Kenapa ... ? terdengar suara Panji Tilar sedikit memburu. Mata pemuda itu semakin nanar melihat pemandangan syur itu. Bagaimana tidak, sepasang bukit kembar yang awalnya sudah membusung kencang, kini seakan meloncat hendak keluar karena ruang geraknya sedikit terbebas. Benar-benar memusingkan! Kau nakal sekali, Panji Tilar! kata Nyai Kembang Hitam berjalan mendekat dua langkah dengan napas sedikit cepat. Lalu dipeluknya pemuda itu. Ingat dengan tugas yang dibebankan Ketua pada kita. Mendengar kata-kata Nyai Kembang Hitam, Panji Tilar menghembuskan napas berulang kali. Sedikit banyak, hawa birahinya terkendali. Tapi aku ... Nyai Kembang Hitam meletakkan jari telunjuk kirinya ke bibir si pemuda. Pawang Racun Kecil! kata Nyai Kembang Hitam menyebut gelar si pemuda. Aku tahu beban yang ditugaskan oleh Ketua berada di pundakmu. Dan aku tahu

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pula kematian Pawang Racun ayahmu di tangan Dedengkot Dewa memang harus dibalas termasuk dengan bunga-bunganya ... Aku paham maksudmu, Nyai ... ! tukas Pawang Racun Kecil. Tapi sekarang aku membutuhkan dirimu. Membutuhkan kehangatan tubuhmu! Balas dendam bisa aku lakukan sambil jalan. Lagi pula Dedengkot Dewa sudah aku ketahui dimana adanya dia berada. Kupikir ... Kau pikir segampang itu menghadapi Dedengkot Dewa? Ayahmu saja tewas melawannya, apalagi dirimu? Huh! Aku bukan ayahku! sahut Pawang Racun Kecil sambil membalas pelukan Nyai Kembang Hitam. Ayahku tewas karena ia malas mempelajari Kitab Racun Lima Bintang sampai tuntas! Sedang aku? Kitab itu aku pekajari hingga tingkat paripurna. Tingkat dua puluh! Sudahlah! kata Nyai Kembang Hitam, karena ia memang tidak mau berdebat dengan pemuda itu. Bagaimana dengan tugasmu? Pemulung Nyawa yang asli sudah aku kirim ke neraka, kata Pawang Racun Kecil sambil dua tangannya mengusap-usap lembut. Nyai Kembang Hitam membiarkan saja tingkah pemuda di hadapannya, bahkan kini karena mulai terangsang birahinya, ia meletakkan ke dua tangannya merangkul leher si pemuda. Tugas kedua? Pemulung Nyawa yang palsu sudah aku susupkan ke dalam wilayah Tanah Bambu, tapi tololnya ... penyamarannya terbongkar dan terpaksa aku kirim pula ia ke neraka menyusul Pemulung Nyawa yang asli, ucap si pemuda sambil tangannya terus bergerilya ke mana-mana. Benar-benar brengsek! Untuk mengambil sebuah medali saja, ia tidak becus! Pawang Racun Kecil terus saja menggerakkan tangannya ke sana kemari menjelajahi tubuh Nyai Kembang Hitam sembari mulutnya memberi keterangan tentang apa-apa yang menjadi tugasnya. Sedang yang menjadi sasaran gerilya hanya bisa mendesis-desis sambil sesekali menggelengkan kepala dengan pelan. Nampak Nyai Kembang Hitam pun mulai terangsang ulah Pawang Racun Kecil. Apakah ... mas sih ada ... lagi tugasmu ... ? tanya wanita baju hitam, yang kini baju hitamnya sudah tidak karuan bentuknya. Bahkan ia tidak menyadari bahwa ikat pinggang hitamnya sudah kendor dan celananya sedikit melorot ke bawah paha meski masih di atas lutut, sehingga sebentuk rerimbunan di bawah sana yang menutupi sebentuk gerbang istana kenikmatan terkuak. Ada. Apa? Ini! Diangkatnya sedikit bagian bawah belakang Nyai Kembang Hitam, lalu diturunkan dengan cepat!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Srepp ... !! Aaakkh ... ! jerit lirih Nyai Kembang Hitam kala ia merasakan sebuah benda panjang menerobos paksa ke bagian bawah tubuhnya. Belum lagi ia menjerit kembali, bibirnya sudah di sumpal oleh bibir Pawang Racun Kecil dan menyodokkan pilar tunggal penyangga langitnya hingga masuk sempurna. Srepp ... !! Tangan kiri kanan Pawang Racun Kecil meremas-remas sepasang bukit kembar milik Nyai Kembang Hitam dengan kasar. Tentu saja Nyai Kembang Hitam kelabakan karena mendapat serangan dadakan begitu rupa dari pemuda tampan yang kini sedang memaju-mundurkan senjata pusakanya. Nyai, kita bercinta di rumahku saja, kata lirih Pawang Racun Kecil, yang tanpa melepaskan pilar tunggal penyangga langitnya terlebih dahulu dari dalam gerbang istana kenikmatan Nyai Kembang Hitam, langsung menghentakkan kaki ke tanah. Wutt! Tubuh pemuda itu melesat cepat laksana panah terlepas dari busurnya. Uniknya, meski sambil mengerahkan tenaga peringan tubuh, Pawang Racun Kecil masih menghajar nikmat bagian bawah tubuh Nyai Kembang Hitam hingga wanita itu merasakan sensasi yang luar biasa yang seumur hidup belum pernah ia rasakan. Bercinta sambil melayang-layang di udara! --o0o--

BAGIAN 6
Kalau bukan rahasia Ilmu Bayu Buana tentulah Kitab Ilmu Seribu Bulan milik Tuan Majikan, tebak Riung Gunung dengan pasti, sambil menyeret sebuah bangku dan duduk di sana. Tak lupa periuk yang ada di punggungnya dilepas lalu ditaruh di samping kanan. Semua orang yang ada di tempat itu terkejut mendengar perkataan si pemuda berperiuk. Jelas sekali bahwa memang ada kemungkinan dua ilmu rahasia itulah yang menjadi sasaran dari para pennyusup. Karena dari tingkat kedudukan mereka di rimba persilatan tidaklah mungkin mengincar harta benda berupa emas berlian dan sejenisnya. Lagi pula, siapa orang-orang rimba pendekar yang tidak tahu tentang Ilmu Bayu Buana dan Ilmu Seribu Bulan? Kecuali orang yang tidak tahu, semua pasti tahu, bro! Ilmu Bayu Buana adalah sejenis ilmu ringan tubuh yang bisa membuat orang mengarungi angkasa dengan memanfaatkan kekuatan angin meski tidak terbang bebas seperti burung, akan tetapi tubuh bisa melayang-layang di angkasa tanpa

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sayap. Jelas dengan adanya ilmu ini membuat siapa saja pasti ngiler empat hari tiga malam karena saking inginnya menguasai Ilmu Bayu Buana ini. Konon kabarnya Tuan Majikan Kepulauan Tanah Bambu telah menguasai ilmu ini dengan sempurna hingga bisa bepergian kemana saja. Benar atau tidaknya, kali ini hanya Yang Kuasa yang tahu! Lalu bagaimana dengan Ilmu Seribu Bulan? Wah, ini malah bisa membikin lebih ngiler lagi, cing! Dengan menguasai Ilmu Seribu Bulan secara sempurna bisa memperpanjang umur hingga mencapai delapan puluh empat tahun bahkan lebih. Namun yang lebih membuat semakin ngiler adalah sosok pemilik ilmu ini akan berubah wujud menjadi sosok manusia yang usianya baru mencapai dua puluh lima tahunan. Pada umumnya usia manusia antara lima puluh sampai tujuh puluh tahun. Kalau bisa menguasai ilmu dengan sukses plus umur bertambah sekian puluh tahun, apa ngga hebat tuh? Bisa dibayangkan betapa inginnya orang-orang menjadi awet muda, bukan awet tua! Bagaimana kau bisa menyimpulkan seperti itu, Riung? tanya Dedengkot Dewa sambil tersenyum. Mudah saja, Paman. sahut Riung Gunung sambil membetulkan posisi duduknya. Semenjak Tuan Majikan serta Nyonya Majikan menghilang, kedua ilmu ini pun turut menghilang. Sebagai orang asli Kepulauan Tanah Bambu, semua tahu bahwa Ilmu Bayu Buana dan Ilmu Seribu Bulan hanya bisa dimiliki oleh orang yang memiliki tautan darah dengan pemilik asli Kepulauan Tanah Bambu, barulah bisa menguasai ke dua ilmu ini. Meski benar atau tidaknya bahwa orang harus punya tautan darah untuk menguasai ke dua ilmu ini, tidak ada yang tahu. Namun rahasia ini diketahui oleh pihak luar --dalam hal ini saya beranggapan orang-orang yang berani menyusup ke tempat kita-- berpikir bahwa dengan menghilangnya pucuk pimpinan di tempat ini akan semakin mudah mencuri ilmu-ilmu sakti yang ditinggal. Ilmu sakti yang ditinggal? potong Kaswari. Benar. Ilmu sakti yang ditinggal bisa berupa catatan, kitab-kitab silat atau pun sejenisnya ... kali ini yang menjawab Dedengkot Dewa, sambungnya, ... dan hal itu perlu kita waspadai. Setahuku, Ilmu Bayu Buana dan Ilmu Seribu Bulan selalu diturunkan secara pribadi pada calon pengganti saja, kata Dewa Periang. Benar apa yang dikatakan oleh Dewa Periang, jawab Dedengkot Dewa, Namun kita melupakan satu hal yang teramat penting. Apa itu!? tanya Gayam Dompo, heran. Kitab Ilmu Silat Seribu Indera! tegas sekali kata Dedengkot Dewa. Dan yang jelas ... tanpa perlu darah keturunan pun, kedua ilmu itu bisa dipelajari siapa saja!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Saat mengatakan hal itu, matanya sedikit berkeredep penuh kilatan amarah, namun hanya sesaat saja. Semua orang yang ada di tempat itu terperanjat mendengar ucapan Dedengkot Dewa sehingga tidak begitu menyadari perubahan mimik muka dari si laki-laki berkumis tipis, kecuali satu orang! Riung Gunung! Kala itu si pemuda ingin mengambil potongan ikan asap yang ada di dalam periuk, namun saat berusaha mengusir lalat, secara tidak sengaja ia memandang raut wajah Dedengkot Dewa yang berdiri membelakangi semua orang yang ada di tempat itu, kecuali dirinya yang duduk beradu muka sejarak tiga langkah dari laki-laki itu. Keredepan mata penuh dendam bisa ditangkapnya meski sekilas. Aneh, sekilas tadi kulihat mata Paman Dedengkot Dewa sedikit memancarkan hawa amarah yang tertahan, pikir Riung Gunung, namun hatinya merasa sangsi, Atau ... jangan-jangan aku salah lihat? Kitab Ilmu Silat Seribu Indera? Contreng Nyawa membantah. Tidak mungkin! Kau bohong! Bisa dipelajari siapa pun? Huh! Itu betul-betul tidak mungkin dan tidak mungkin betul! seru Kakek Kocak dari Gunung Tugel. Dedengkot Dewa, Kitab Ilmu Silat Seribu Indera hanyalah mitos belaka. Mitos yang dihembuskan oleh Tuan Majikan pertama agar orang-orang persilatan ... Itu bukan mitos! potong Dedengkot Dewa dengan cepat. Bukan mitos katamu? kali ini Dewa Periang berkata, Ha-ha-ha! Jangan ngawur kau, sobat! Aku berkata yang sebenarnya! kali ini suara Dedengkot Dewa sedikit keras, Dengar! Dari beberapa lontar yang aku pelajari dan pernah kusinggung tentang kitab itu pada Empat Tua Raja Tanah Bambu, ternyata Ilmu Bayu Buana dan Ilmu Seribu Bulan berasal dari Kitab Ilmu Silat Seribu Indera. Dan menurut Tua Raja Tinju Kayangan, masih ada dua ilmu lagi yang ada dalam kitab sakti itu. Dan ilmu ini puluhan kali lebih berbahaya dari dua ilmu sebelumnya. Apa!? seru Gayam Dompo sambil berdiri. Semua yang ada di tempat itu sontak ikut berdiri dengan wajah penuh ketegangan. Jika dua ilmu pertama saja sudah membuat orang mupeng alias muka pengin, lalu bagaimana dengan dua ilmu lainnya? Jika memang benar apa katamu, ilmu apa yang ke tiga dan ke empat? Menurut penuturan Tua Raja Tinju Kayangan, dua ilmu yang lain adalah Ilmu Sayap Pedang Malaikat dan Ilmu Sakti Delapan Sambaran Kilat Sembilan Matahari! tegas Dedengkat Dewa, sambungnya, ... aku yakin kalian pernah mendengar legenda dua ilmu itu! Mendengar tentang Ilmu Bayu Buana dan Ilmu Seribu Bulan saja sudah membuat orang-orang persilatan sudah ngiler ingin menguasainya, kini ditambah dengan Ilmu Sayap Pedang Malaikat dan Ilmu Sakti Delapan Sambaran Kilat

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sembilan Matahari yang kabarnya hanya dikuasai oleh datuk persilatan masa enam ratus silam ini, membuat tokoh-tokoh utama dari Kepulauan Tanah Bambu bergidik ngeri! Kala itu, guru Dewa Pengemis yang bergelar Matahari Sabit konon kabarnya hanya menguasai setengah dari kekuatan Ilmu Sakti Delapan Sambaran Kilat Sembilan Matahari sudah menjadi jagoan tanda tanding di jagat persilatan, bahkan para tokoh sakti dari Daratan Tiongkok dan Tanah Hindustan banyak yang bertumbangan di bawah tangan si Matahari Sabit ini. Beberapa Biksu Sakti dari Shaolin mengklaim bahwa Ilmu Sakti Delapan Sambaran Kilat Sembilan Matahari adalah sama dengan Kitab Ilmu Sembilan Matahari (Jiu Yang Zhen Jing) aliran mereka yang konon kabarnya telah hilang dari Gudang Pustaka Biara Shaolin untuk kedua kalinya selama puluhan tahun menghilang tak tentu rimba, sehingga mereka berkesimpulan bahwa ilmu yang dikuasai oleh Matahari Sabit adalah ilmu dari Biara Shaolin sehingga mereka berniat meminta kembali kitab ilmu tersebut. Namun oleh Matahari Sabit disangkal keras, hingga terjadilah pertarungan dua hari dua malam lamanya. Pertarungan itulah yang hingga kini menjadi legenda abadi rimba persilatan! Matahari Sabit yang marah karena dituduh sebagai pencuri ilmu oleh para Biksu Shaolin langsung membabat habis para biksu tanpa berpikir siapa yang salah dan siapa yang benar. Tanpa ampun, delapan Biksu Shaolin pada akhirnya harus mati berkalang tanah di Tanah Jawa. Meski begitu, akibat pertarungan yang sungguh-sungguh melelahkan itu sang pendekar tidak luput dari luka dalam parah karena terlalu banyak menggunakan tenaga sakti hingga melebihi batas kemampuannya sebagai manusia. Karena kejamnya pertarungan kala itu, sampai-sampai Matahari Sabit diberi julukan baru ... Dewa Perang! Kini ilmu-ilmu sakti milik Dewa Perang dalam legenda kembali diungkit. Tentu saja membuat orang-orang yang ada di tempat itu langsung merasa ngeri! Jika memang benar seperti yang kau katakan, maka wilayah Kepulauan Tanah Bambu ini sekarang bukan wilayah yang aman! kata tegas Contreng Nyawa, lalu sambil memandang semua orang yang di tempat itu satu persatu, ia pun melanjutkan, Dan naga-naganya ... kita harus melibatkan Penguasa Gaib Tanah Bambu untuk membantu kita! Maksudmu ... Sepuluh Dara Gaib!? tanya Dewa Periang menegaskan. Benar. Kau tahu cara menghubungi mereka? tanya Dewa Periang lagi. Tahu. Kau bisa melakukannya? Tidak.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kenapa tidak? Karena aku tidak mau mati di alam gaib. Kenapa, Paman? kali ini Riung Gunung yang bertanya. Untuk masuk alam gaib wilayah kekuasaan Sepuluh Dara Gaib, memerlukan tenaga gaib yang besar dan setidaknya menguasai ilmu pangracutan atau yang sejenisnya. Di alam gaib, hanya sukma saja yang sanggup merobos masuk ke dalam tirai gaib ... tutur Gayam Dompo, sambungnya, ... dan satu-satunya orang pernah keluar-masuk alam gaib dengan selamat di wilayah mereka adalah gurumu sendiri, Riung. Ki Ajar Lembah Halimun! seru Contreng Nyawa. Betul-betul-betul! Kukira hanya orang tua itu saja yang sanggup masuk ke sana. Mendengar nama gurunya disebut-sebut, Riung Gunung hanya tersenyum kecut, Percuma saja meminta bantuan Kakek Guru! Kenapa? Karena beliau berpesan, bahwa kemelut ini tidak akan terselesaikan meski meminta bantuan kepada Sepuluh Dara Gaib. Benarkah? Guru tidak pernah meleset dalam soal ramal-meramal. Saya rasa pamanpaman sekalian sudah jelas tentang hal itu, tandas Riung Gunung. Semua yang ada di tempat itu terdiam. Tidak ada komentar sedikit pun terhadap pernyataan yang dilontarkan oleh anak muda berperiuk itu. Para penguasa Tapal Batas tahu betul seberapa jujur ucapan Riung Gunung dan seberapa teguh pendirian Ki Ajar Lembah Halimun serta seberapa hebat ilmu meramalnya. Kalau memang begitu, kita harus berusaha dengan cara kita sendiri, putus Contreng Nyawa, lalu sambungnya, Kukira ... sudah saatnya Pedang Pensil milikku perlu dicuci dengan darah. Baik! Selain Pasukan Bambu Barat, Gelang Hitam Belenggu Hawa juga siap mendampingiku menghadapi musuh yang menyerang wilayah kita, hahahaha! seru Kakek Kocak dari Gunung Tugel sambil mengelus-elus sepasang gelang besar yang ada di punggungnya. Ha-ha-ha! Kalian jangan lupa dengan Tongkat Gulungan Kain-ku! seloroh Dewa Periang sambil memutar-mutar kain biru panjang di tangannya. Begitu disentakkan ke depan ... Sett! Rett!! Sontak kain langsung menggulung membentuk sebuah tongkat panjang dari gulungan kain. Jelas sekali bahwa Dewa Periang termasuk tokoh silat kelas tinggi, terlihat dari tenaga dalam yang dialirkan ke dalam senjata uniknya, sambungnya, Lagi pula, Pasukan Tanah Selatan juga siap berkorban demi kejayaan Kepulauan Tanah Bambu!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pedang Pensil, Gelang Hitam Belenggu Hawa dan Tongkat Gulungan Kain adalah senjata-senjata luar biasa. Sedang aku ... cuma punya Tangan Pengejar Nyawa, desah Dedengkot Dewa sambil tangan kirinya di tarik dari kiri ke atas lalu turun sejajar dada. Sebentuk cahaya merah kecoklat-coklatan terpancar kuat dari tangan kiri Dedengkot Dewa yang segera dikibaskan ke arah rerimbunan pohon perdu. Sett! Weeerr ... ! Dhuarrr ... ! Rerimbunan pohon perdu dan tanah dibawahnya langsung terbongkar diikuti dengan semburatnya tanah. Plokk! Plook! Dewa Periang bertepuk tangan sambil berkata, Benar-benar ilmu yang hebat, Dedengkot Dewa! Tanpa bertanding denganmu pun, aku sudah merasa di bawah angin! Benar-benar luar biasa! Cuma ilmu picisan, apa bagusnya!? kata Dedengkot Dewa sambil tersenyum, lalu katanya pada Riung Gunung, Anak Riung! Kurasa tugas ayahmu di wilayah Tapal Batas Utara bisa kau ambil alih untuk sementara waktu. Kau siapkan Pasukan Tambak Segara dengan sebaik-baiknya untuk menghadapi lawan yang kemungkinan besar akan menyerang dalam waktu dekat ini. Baik, Paman! Dan kau ... Kaswari! Kumpulkan semua teman-temanmu yang bisa memanah untuk memperkuat Pasukan Panah Api, kata tegas Dedengkot Dewa. Perbanyak latihan, jika perlu penegakan disiplin dalam latihan! Siap, Paman! Dedengkoat Dewa! Kukira Pasukan Tanduk Banteng-mu pun juga perlu dipersiapkan lebih baik dari pasukan yang ada di tiap wilayah Tapal Batas, usul Gayam Dompo. Kau benar, sobat! Pasukan Tanduk Banteng adalah pasukan perintis. Mereka memang telah terlatih sebagai pasukan berani mati, ucap Dedengkot Dewa dengan nada bangga. Kalian tidak perlu khawatir dengan hal itu! Sekarang ... pertemuan bubar! Semua orang yang di tempat itu saling menjura satu sama lain sebagai adat penghormatan terhadap sesama penguasa wilayah Tapal Batas. Setelah itu semua segera melesat pergi meninggalkan tempat itu. Hanya Riung Gunung seorang yang berjalan lambat-lambat, seolah ada sesuatu yang mengganjal di dalam kepalanya. Aneh sekali. Kenapa aku merasa perlu mencurigai Paman Dedengkot Dewa, ya? pikirnya. Wah, pasti ada yang ga bener nih! Kuselidiki, ahh ... Sambil beranjak berdiri, ia kembali mendesis pelan, Lebih baik aku kembali ke tempat ayah. Kurasa Tombak Penusuk Bumi milik ayah bisa aku gunakan sebagai penjaga diri. Tidak melulu Periuk Ikan ini!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Riung Gunung melesat pergi dengan lompatan-lompatan ringan seperti gaya belalang melentik. --o0o--

BAGIAN 7
Ada perompak ... ! Ada perompak ... ! seru salah seorang anak buah kapal Surya Silam dari atas tiang penyangga layar. Tubuhnya berloncatan turun ke bawah laksana kera. Meski tidak menguasai jurus peringan tubuh, namun kegesitan yang ditempa alam membuatnya sanggup melejit dari satu tali ke tali yang lain dan pada akhirnya turun dengan manis di atas geladak. Gandarwa yang saat itu sedang tidur-tidur ayam dekat anjungan kapal menikmati sejuknya angin laut, langsung menghampiri orang yang baru saja berteriak, Brengsek benar kau, Satari! Ada apa teriak-teriak sesiang ini? Ada perompak, Kang! Di sana! sahut Satari sambil menunjuk ke arah selatan. Dasar setan laut keparat! makinya sambil memandang ke jurusan selatan. Mata tajamnya sedikit menyipit, seolah sedang memastikan benar-tidaknya laporan dari sang anak buah. Dari menyipit, Gandarwa justru menjerengkan mata! Busyet, itu mata apa jengkol? Gede amat! pikir Satari. Demi setan laut! Itu Perompak Tujuh Lautan pimpinan Jenggot Perak Mata Satu! desis Gandarwa. Mendengar sebutan Perompak Tujuh Lautan, Satari langsung terjengkit kaget! Yang bener, Kang!? Meski jarak cukup jauh, mataku belum lamur! desis Gandarwa sekali lagi, sambil matanya tidak lepas dari sebentuk titik hitam yang semakin lama semakin kelihatan jelas. Lihat bendera hitam lambang tiga tengkorak itu. Wah, ga keliatan, Kang ... masih jauh ... seru Satari sambil celingakcelinguk, sambungnya, Kakang yakin itu kapal Perompak Tujuh Lautan? Yakin sekali. Wah ... asyik kalau begitu ... Asyik kepalamu pitak! Ini berhubungan dengan nyawa seluruh penumpang kapal Surya Silam ini, goblok! bentak Gandarwa. Mendengar suara ribut-ribut di depan anjungan, nakhoda kapal berjalan menghampiri mereka. Ada apa, Gandarwa? tanyanya. Tanpa menjawab, Gandarwa hanya menunjuk ke depan, ke jurusan selatan!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dan tanpa bertanya untuk kedua kali, mata sang nakhoda langsung memandang ke jurusan selatan, dimana Gandarwa memelototi titik hitam yang semakin mendekat. Sontak, ia langsung berteriak kaget, Celaka lima belas! Itu ... kawanan Perompak Tujuh Lautan! Aku sudah tahu, Kang. Lalu bagaimana? Apanya yang bagaimana? balik tanya si nakhoda yang bernama Gautama. Tentang Perompak Tujuh Lautan. Hemm, dari kabar yang berhasil aku sirap, kawanan Perompak Tujuh Lautan adalah jenis perampok yang pekerjaan yang serba bersih. Bersih nyawa, bersih harta dan bersihkan apa yang ada! Jadi ... ? Jika mereka sudah memberikan target, pasti akan menyapu bersih semua yang ada! Jika di kapal ini ada seribu nyawa, maka seribu nyawa pulalah yang dibersihkan. Dan itu artinya ... Artinya ... ? Kita harus bersiap-siap menjadi penghuni laut! desis Gautama. Huh, tapi aku tidak mau menjadi penghuni laut! seru laki-laki berompi merah itu. Wajah Gandarwa langsung membesi kala mengetahui bahwa kawanan Perompak Tujuh Lautan yang diketuai oleh Jenggot Perak Mata Satu adalah tipe perompak yang suka kebersihan! Benar-benar reputasi yang hebat! Lebih baik mati dalam pertarungan dari pada mati tanpa perlawanan! ucap Gandarwa berapi-api. Aku setuju, Kang! Setuju! sahut Satari ikut-ikutan. Gandarwa menoleh pada pemuda pendek didekatnya. Sudah puluhan tahun mereka bersama, baik dalam suka mau pun duka. Meski selisih umur mereka sepuluh tahunan, tidak menghalangi rasa persahabatan diantara keduanya. Satari, kau takut mati!? Yoo ... jelas to, Kang! Lha wong aku masih muda, pingin makan, pingin punya istri, pingin ... Kalau begitu ... kau siap mempertahankan hidupmu!? tanya Gandarwa lagi. Jelas aku siap! kata tegas Satari. Bagus! Tidak percuma aku punya sahabat seperti dirimu! Keduanya saling pandang, lalu sama-sama tersenyum. Lalu, apa yang harus aku lakukan, Kang? Siapkan teman-temanmu. Dan ungsikan para penumpang ke ruang rahasia di bagian bawah kapal! perintah Gandarwa. Katakan pada mereka, keadaan darurat!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tanpa bertanya lagi, Satari segera berlalu. Sebentar saja, suara ribut-ribut terdengar saling bersahutan. Ada yang langsung menangis menggerung-gerung mengetahui bahwa yang ingin menyatroni mereka adalah kawanan Perompak Tujuh Lautan, ada pula yang terlongong bengong macam sapi ompong, bahkan ada di antara mereka yang sedikit memiliki ilmu silat, langsung menghunus senjata siap sedia mempertahankan kapal yang mereka tumpangi. Seorang laki-laki berumur sekitar tiga puluh lima tahunan berjalan cepat, naik ke lantai tiga. Berjalan sebentar dan berhenti pada pintu kamar dengan tulisan merah berangka delapan. Took! Took ... ! Suara ketukan terdengar lirih. Siapa? tanya sebentuk suara dari dalam kamar. Saya ... Cideng, sahut si laki-laki. Terdengar suara langkah kaki diikuti dengan deritan pintu. Krieekk! Ada apa, Paman Cideng? tanya si penghuni kamar yang ternyata seorang pemuda berkumis tipis. Di luar ada perompak. Perompak? tanya heran si pemuda, Perompak siapa? Kawanan Perompak Tujuh Lautan yang diketuai oleh Jenggot Perak Mata Satu, tutur laki-laki bernama Cideng dengan sopan. Sorot mata si pemuda mendadak berkilat tajam mendengar nama Jenggot Perak Mata Satu. Huh, akhirnya muncul juga keparat itu, desis si pemuda, lalu sambungnya, Lebih baik Paman siapkan kawan-kawan yang lain. Aku menyusul belakangan. Tanpa menyahut, orang yang menyandang golok di punggung membungkuk sedikit lalu bergegas turun ke bawah. Hemm, sudah saatnya perompak kesiangan itu dikirim ke neraka, desis si pemuda. Lalu ia berbalik masuk ke dalam dan sebentar kemudian keluar dari kamar. Di pinggangnya terlilit sebentuk benda putih keperakan. Jelas sekali bahwa benda itu adalah sebentuk cambuk. Saat melewati kamar sebelahnya, ia berandek sebentar, Apa perlu pemuda di sebelah ini aku bangunkan? Bangunkan ... tidak ... bangunkan ... tidak ... ? Ah ... ga usahlah. Rasanya kok tidak etis. Dari keterangan yang kudapat, pemuda berbaju biru laut dengan tongkat hitam di tangannya seorang pemuda buta. Biarlah ... mendingan tidak perlu aku usik dia. Kasihan, desahnya lirih.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Setelah mengambil keputusan, si pemuda baju merah dengan lilitan cambuk bergegas pergi dari tempat itu. Begitu ia membelok ke kiri dan menghilang di tikungan, pintu kamar yang ditempati si Pemanah Gadis terkuak lebar-lebar. Hemm, pemuda yang aneh, gumam Jalu Samudra, Kok rasa-rasanya makin lama dia terlihat seperti gadis saja. Hiiiihh ... jangan-jangan dia banci!? desis Jalu sedikit meringis membayangkan seorang pemuda lengkap dengan pilar tunggalnya mempunyai sepasang gunung kembar! Wuih ... lama-lama pikiranku jadi piktor alias pikiran kotor gini, nih ... katanya sambil melangkah keluar dari kamar, Apa karena sudah lama ga gituan ya ... ? Wah, moga-moga aja ada rejeki nomplok! Sementara itu, di bawah, beberapa anak buah kapal Surya Silam telah siap siaga di posisi masing-masing, termasuk pula puluhan orang bersenjata golok terhunus yang dipimpin oleh pemuda baju merah. Kumis tipisnya berulang kali diusap-usap dengan tangan kiri seakan takut kumis tipisnya jatuh ke bawah, sedang tangan kanannya bersitekan pada hulu cambuk. Beberapa penumpang yang pemberani, ikut berbaur menjadi satu dengan mereka, namun tidak sedikit pula yang menyembunyikan diri ke dalam lambung kapal. Ada yang berdoa dengan meratap-ratap, ada yang cuma menangis sesenggukan, ada pula yang langsung tidur mendadak alias pingsan seketika sehingga semakin membuat repot orang-orang disekitarnya. Sementara di atas tiang paling tinggi, terlihat Adiprana yang kalangan persilatan dijuluki si Naga Terbang terlihat berdiri bersedekap dengan tenang di atas sana. Dengan berdiri tegak di tiang sekecil itu bisa diperkirakan seberapa tinggi jurus peringan tubuhnya. Sorot matanya menombak lurus ke depan. Baju hijaunya berkibaran tersampok angin laut yang berputar-putar dari ke selatan ke utara. Otot-otot tubuhnya sedikit menegang kala jarak antara kapal Surya Silam dengan sebuah perahu hitam dengan bendera tiga tengkorak sekitar dua puluh tombak. Dari arah kejauhan, kapal kawanan Perompak Tujuh Lautan sudah cukup membuat nyali orang ciut, apalagi kini dengan jarak yang semakin lama semakin mendekat. Sorak-sorai ditingkahi dengan bentakan-bentakan kasar mulai terdengar. Bahkan kata-kata kotor, caci-maki yang ga karuan acapkali terlontar. Ketika jarak kapal hanya sepuluh tombak, terdengar suara serak keras menggelegar. Jelas sekali bahwa teriakannya dilambari dengan tenaga sakti yang tidak kecil. Orang-orang yang ada di kapal! Cepat kalian gorok leher kalian sendiri atau kami yang akan dengan senang hati melakukannya! teriak seorang perempuan berbaju ketat hitam-hitam. Tapi sebelumnya, keluarkan seluruh barang-barang berharga kalian dan kumpulkan di buritan! Meski sudah berumur setengah abad, namun kegenitan dan tingkah lakunya tidak jauh berbeda dengan seorang gadis usia tujuh belasan tahun. Kulitnya putih mulus masih terbilang kencang untuk ukuran wanita usia seperti dia. Akan halnya baju depan diberi belahan cukup lebar tanpa kancing dari atas ke bawah

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hingga pusarnya yang diberi anting-anting kelihatan jelas. Dan tentu saja bongkahan bulat padat terlihat mencuat menantang dengan jelas sejelasjelasnya. Bukan hanya mengintip malu-malu, tapi justru terkuak lebar tanpa malu-malu lagi. Bisa dibilang hanya bagian ujungnya yang tertutup baju hitam ketat, selebihnya ... ya begitulah! Tongkrongan yang sangat wow itu cukup membuat laki-laki yang melihatnya sering menelan ludah. Bahkan beberapa anak buah kapal Surya Silam lebih rajin menelan ludah! Gautama yang kini memegang lembing berhulu panjang berucap tidak kalah keras, Kumbang Sadis! Kukira kau sudah merat ke akherat dua puluh tahun silam. Tak tahunya jadi sampah di tengah lautan! Cuih! Gautama meludah ke depan, namun ludahnya bukan sembarang ludah. Ludah itu sudah ngendon sekian lama dalam mulut, bahkan dua minggu belakangan ini tidak gosok gigi, sehingga bisa dibayangkan betapa harum bau ludah milik Gautama! Wutt!! Pada jarak pertengahan, wanita sexy yang dipanggil Kumbang Sadis mendengus pelan, Huhh! Sebentuk gelombang angin langsung menderu keras. Duess ... !! Terdengar suara desisan keras saat ludah berbau harum semerbak bertemu dengan gelombang angin dari dengusan Kumbang Sadis. Rupanya kau, Lembing Nakhoda Berhulu Panjang! Keparat betul! bentak Kumbang Sadis. Sepasang bukit kembar menggelembung tampak bergerak turun-naik seiring dengan tarikan napas, sambungnya dalam bentakan, Cepat kau bunuh diri di hadapanku atau ... aku yang melakukannya! Hahahah! Kakang Gautama! Buat apa banyak omong dengan nenek kurang sajen ini! Sudah, antar saja menghadap raja akhirat! ejek Gandarwa sambil tertawa terbahak-bahak. Mana Jenggot Perak Mata Satu? Apa dia sedang enak-enakan di atas punggung para gundiknya, hah!? Keparat busuk! bentak seorang laki-laki bercambang lebat yang ada di samping kiri Kumbang Sadis, Silahkan kalian pentang bacot seenak perutmu di depan kami, toh pada akhirnya kalian pula yang akan menjadi mangsa ikan-ikan ganas di tempat ini! Betul! Betul! teriak para perompak. Bunuh! Cincang sampai habis!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Iya ... jangan lupa dengan anunya! Kepala orang tadi langsung ditabok dari belakang. Plok! Bentak yang menabok, Bangsat! Apanya yang anu? Eh ... maksudku ... jangan lupa dengan para gadisnya gitu looohhh ... ! sahutnya sambil cengar-cengir tanpa dosa. Padahal kalau dihitung-hitung dosanya sudah kelewat takaran. Sementara mereka pentang mulut tak karuan, jarak antara kapal yang ditumpangi kawanan Perompak Tujuh Lautan pimpinan Jenggot Perak Mata Satu dengan kapal Surya Silam tinggal sejarak tujuh-delapan tombak. Begitu sampai pada jarak enam tombak, sesosok bayangan hijau melayang ringan sambil berteriak keras, Silahkan kalian pentang bacot sampai mulut berbuih! Tapi aku, Naga Terbang tidak mau banyak mulut terhadap perompak seperti mereka! Lesatannya bagai gumpalan awan yang melayang cepat. Ringan dan mantap. Begitu mencapai jarak pertengahan, tubuhnya seperti kehilangan daya lesat, namun dengan cantik sepasang kakinya menapak air dua kali seperti orang berjalan di tanah, kemudian tubuhnya melambung-meluncur deras dengan sepasang kaki melakukan gerakan menendang berunntun. Silahkan cicipi jurus Lima Naga Mencabik Mayat! Heaaa ... !! Werr ... ! Wess ... ! Brakk! Prakk! Jderr ... ! Lima orang yang ada di depan langsung terkapar dengan kepala remuk terkena tendangan keras yang dilancarkan oleh Naga Terbang, bahkan orang kelima sampai dadanya melesak hingga membekas jejak kaki! Naga Terbang segera bersalto dengan tumpuan kepala orang terakhir kala beberapa senjata tajam mengarah pada tubuhnya. Wutt! Jleeg! --o0o--

Bagian 8
Belum lagi ia memperbaiki kedudukan, sesosok bayangan hitam berkelebat dengan golok bergerigi membacok deras berusaha membelah tubuh Adiprana. Bangsat rendah! Berani mampus kau menyatroni kapal Perompak Tujuh Lautan! Nih, makan jurus Membendung Air Bah Menghalau Bencana! Rrrttt ... ! Pusaran golok terlihat bergerak kacau-balau, namun sebenarnya di balik gerakan kacau-balau justru tersimpan maut yang siap merenggut nyawa.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Werr ... ! Wess ... ! Adiprana yang diserang mendadak meski dalam posisi tidak siap, kembali menunjukkan kelasnya sebagai seorang pendekar yang bukan hanya sekali dua bertarung bertaruh nyawa. Huh, cuma jurus golok picisan! Apa hebatnya? desisnya sambil meliuk cepat ke samping, sambil tangan kanannya yang mendadak memancarkan cahaya hijau terang langsung berkelebat cepat. Wukk ... ! Ehh ... !? Si penyerang terkejut sesaat. Namun keterkejutannya harus di bayar mahal! Blarrr ... !! Tubuhnya langsung hancur tercerai berai membentuk serpihan daging ketika hawa tapak menghantam tubuhnya. Yang tersisa hanyalah ... golok bergerigi yang jatuh berkerontangan di atas geladak. Semua kejadian itu tidak luput dari tatapan mata dua belah pihak yang terpana melihat gebrakan pertama yang dilakukan oleh Naga Terbang. Benar-benar gebrakan pertama yang memukau sekaligus mematikan! Sobat-sobat semua! Apa kalian hanya ingin aku saja yang berpesta-pora di tempat ini! seru Naga Terbang. Benar! Jika tidak sekarang, kapan lagi kita bisa pesta-pora seperti ini! seru Cideng sambil melesat cepat, melontarkan potongan kayu ke temgah laut, menjejak pelan, lalu melambung cepat ke arah kapal lawan sambil berseru, Sobat Adiprana! Mari kita pesta-pora para calon penghuni laut ini! Dengan senang hati! Golok di tangan kanan Cideng langsung beraksi. Rett ... reeett ... ! Crass ... cras ... !! Beberapa orang langsung terjungkal dengan dada terbelah. Melihat hal itu, empat perompak langsung mengeroyok Cideng diiringi dengan teriakan-teriakan liar. Heeea ... heeaaaa ... !! Triing! Triing! Traang! Suara denting senjata beradu langsung membuncah dimana-mana ditingkahi dengan jerit lengking kematian. Jika Naga Terbang menggunakan jurus Tarian Tapak Naga Hijau yang membuat para perompak yang terkena sasaran tubuhnya langsung hancur berantakan, justru Cideng menggunakan sepasang goloknya untuk membabat lawan-lawannya. Kerjasama antara keduanya cukup bisa diandalkan untuk membendung serbuan yang datang bergelombang silih berganti.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Beberapa pendekar yang tidak memiliki ilmu ringan tubuh cukup tinggi menunggu sampai jarak ke dua kapal mencapai satu tombak, barulah mereka berloncatan ke atas kapal Perompak Tujuh Lautan. Akhirnya pecah pertempuran di atas kapal Tujuh Lautan. Suara orang terjatuh ke laut dan jerit lengking kematian semakin banyak terdengar saja. Seharusnyalah kapal perompak itu yang melakukan penyerangan, namun kini justru keadaan menjadi terbalik. Bisa dikatakan bahwa ini pertama kalinya dalam sejarah perompakan kawanan Tujuh Lautan bahwa mereka menjadi pihak yang diserang. Tentu saja hal ini bisa terjadi karena gebrakan yang dilakukan oleh Adiprana sehingga membuat perhatian dari para perompak menjadi terpecah. Namun, benarkah mereka perhatian terpecah? Jawabnya adalah ... TIDAK! Jenggot Perak Mata Satu adalah jenis perompak yang kenyang pengalaman, apalagi di tambah dengan Kumbang Sadis dan empat orang andalannya yaitu Mat Kilau, Peremuk Nyawa dan Sepasang Hiu Baja. Dalam tiap penyergapan, Sepasang Hiu Baja selalu menggunakan beberapa perahu kecil dengan beberapa orang kawan yang memiliki jurus peringan tubuh tinggi dan tentu saja berilmu silat bisa diandalkan, mereka mengelilingi sasaran kemudian menyusup masuk lewat jalur yang tidak di duga oleh pihak lawan. Seperti halnya yang terjadi kali ini dimana semua orang di kapal Surya Silam terfokus pada pertempuran yang ada di depan sehingga tidak ada dari mereka yang mengira kalau justru penjarahan di mulai dari belakang. Beberapa orang berloncatan naik dari jurusan utara. Jlegg! Jlegg! Tidak adanya suara tatkala kaki-kaki mereka menginjak papan jelas membuktikan bahwa tenaga peringan tubuh yang digunakan cukup tinggi. Rencana Ketua memang hebat, desis Sepasang Hiu Baja yang laki-laki -biasa disebut Hiu Jantan--. Matanya yang kecil sipit melirik kanan-kiri untuk memastikan bahawa tidak ada siapa-siapa di tempat itu. Tubuhnya berotot kekar dengan bulu-bulu lebat di dada sedang tangan kanan siap dengan golok besar bergelang bagian atasnya dalam keadaan terhunus. Baju buntungnya yang tidak dikancingkan membuat beberapa codet bekas luka tampak jelas tak beraturan bentuknya. Tentu saja, sahut Hiu Baja yang perempuan -- alias Hiu Betina -- yang memakai baju merah totol-totol dengan mata nyalang-jalang mengedar untuk memastikan bahwa kedatangan mereka tidak diketahui. Meski bajunya terlihat rapi, namun justru baju di belahan dada dibuat sedemikian rendah hingga memperlihatkan sebagian besar bongkahan kenyal didadanya. Belum lagi dengan pakaian bawahnya terbelah hingga batas pinggul. Wah, bisa bikin celeng, tuh! Tidak ada orang disini, desisnya kemudian.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tangannya dikibaskan ke depan, pertanda bahwa sesi perompakan segera dilakukan. Namun baru beberapa tindak, sebuah suara terdengar, Wah, wah, wah! Kayaknya ada yang ambil kesempatan dalam kesempitan rupanya. Sepuluh orang itu langsung terperanjat kaget! Tanpa dikomando, serentak mereka mendongak ke atas. Terlihat disana, seorang pemuda berbaju biru laut dengan rambut di kuncir ekor kuda dengan pita biru pula berjalan pelan dengan tongkat hitam diketukketukkan waktu menuruni anak tangga. Melihat caranya berjalan, sepuluh orang itu yakin bahwa si pemuda bermata buta, karena terlihat sepasang mata putih yang hanya dimiliki oleh orang buta. Cara jalannya pun tidak jauh beda dengan orang buta pada umumnya yang berjalan dengan mengetuk-ngetukkan tongkat ke tempat di sekitarnya. Namun si pemuda baju biru laut bukan orang buta sembarang buta, meski kedua bola matanya putih. Si pemuda bertongkat hitam justru bisa melihat seluruh isi alam dengan sangat jelas dan sama persis dengan orang bermata normal. Siapa lagi pemuda bermata putih itu jika bukan Jalu Samudra alias si Pemanah Gadis adanya! Huh, cuma orang buta! gerutu laki-laki berkulit hitam yang paling kiri, Biar dia bagianku. Kalian teruskan saja pekerjaan kita! Dengan langkah digagah-gagahkan, laki-laki berkulit hitam yang bernama Sragenuka mendatangi si Pemanah Gadis sambil mendesis, Orang buta! Nasibmu hari ini benar-benar sial! Begitu dalam jarak dua langkah, kepalan tangan krinya menderu keras. Wutt! Seolah tanpa sengaja, Jalu menggeser tubuh ke kanan hingga serangan kilat laki-laki berkulit hitam luput. Ia berkata, Apa ngga kebalik, Kang!? Eh!? Sragenuka berseru kaget sat mengetahui serangannya luput. Namun kekagetannya segera berganti menjadi kemarahan, Bangsat buta! Tanpa sungkan-sungkan lagi, tinjunya secara beruntun langsung menerjang ke arah si Pemanah Gadis, bahkan kaki kanan-kirinya juga ikut bekerja. Namun anehnya dengan gerakan tubuh miring-miring si pemuda buta membuat serangan beruntun Sragenuka selalu kandas. Sett! Sett! Tentu saja hal itu semakin membuat kemarahan Sragenuka bagaikan api diguyur minyak. Tenaga dalamnya langsung salurkan lewatkan sepasang tinjunya hingga terdengar suara berkerotokan nyaring. Keparat! serunya, Jangan sebut julukan Tinju Sejuta Dewa jika aku tidak bisa membunuhmu, bangsat!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kembali tinju laki-laki berkulit hitam yang menyebut diri Tinju Sejuta Dewa menyerang bertubi-tubi. Wutt ... wutt ... !! Ooo, jadi kau yang bergelar Tukang Bikin Ribut Saja? si Pemanah Gadis mengejek sambil memutar tubuh ke kiri, Gelar kok jelek banget. Dapat beli dari mana, Kang!? Di pasar ya? Atau malah di tukang loak!? Ejekan Jalu semakin membuat wajah Tinju Sejuta Dewa kelam membesi. Dan tentu saja ritme serangan tinju makin lama makin gencar seolah tanpa putus. Geletar tenaga dalam yang membuncah terdengar seperti membeset-beset angin. Debb ... debb ... !! Tiga-empat pukulan keras dapat dimentahkan Jalu dengan gerak tubuh miring-miring dan adakalanya miring sambil meliuk-liuk seperti orang mabuk, bahkan sesekali si Pemanah Gadis menepis serangan lawan. Jurus Kepiting Minum Tuak Sampai Mabuk yang digunakan si Pemanah Gadis cukup ampuh untuk menghadang serangan beruntun dari Tinju Sejuta Dewa. Plakk! Plakk! Gila! Kibasan tangannya yang bergerak miring membuat tanganku terasa panas menyengat seperti terpanggang bara api, batin Sragenuka alias Tinju Sejuta Dewa. Tentu saja pertarungan yang semula dianggap cepat oleh Sragenuka, kini justru menjadi pertarungan panjang. Tentu saja Sepasang Hiu Baja dan yang lainnya melengak kaget mengetahui bahwa sejauh ini Tinju Sejuta Dewa tidak bisa menjatuhkan lawan, mendesak pun tidak sanggup. Huh! Masakan si Tinju Sejuta Dewa bertekuk lutut di depan pemuda buta!? bentak salah seorang diantara mereka. Cakar Geledek! Lebih baik kau tutup mulut busukmu! bentak Tinju Sejuta Dewa gusar kala serangannya yang ke sekian kali kandas. Tinju Sejuta Dewa! Cepat selesaikan urusanmu! Kami tidak mau menunggu lagi! bentak Hiu Betina. Tanpa menjawab, Tinju Sejuta Dewa semakin mempergencar serangannya, namun lagi-lagi ia harus gagal total. Tentu saja hal ini semakin membuat Cakar Geledek meradang dan tanpa persetujuan, langsung ikut mengeroyok si Pemanah Gadis. Bukk! Bukk! Dua buah hantaman berhasil ditangkis oleh Jalu Samudra. Brugh! Bukannya Jalu yang terpental, tapi justru Cakar Geledek yang terjengkang ke belakang. Sambil meringis menyeringai, ia mendesis, Tenaga dalam si buta itu hebat juga. Tanganku seperti dirambati semut api.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Belum lagi Cakar Geledek masuk ke dalam arena pertarungan, terdengar jeritan menyayat. Aaaa ... ! Tubuh Tinju Sejuta Dewa terpental sejauh dua tombak, berkelojotan sebentar kemudian diam untuk selama-lamanya. Terlihat bagian dada kiri Tinju Sejuta Dewa melesat hangus disertai tebaran bau sangit! Rupanya Jalu merasa cukup bermain-main, hingga saat Tinju Sejuta Dewa kembali melancarkan tinjunya yang semakin menggila, dengan tetap menggunakan jurus Kepiting Minum Tuak Sampai Mabuk, Jalu merangsek maju di antara ribuan bayangan tinju yang terus menggelora. Dengan sigap, tangan kirinya menerobos masuk dari bawah dan mengarah ke jantung lawan. Tentu saja serangan kali ini bukan sembarang serangan, namun sudah dilambari dengan Ilmu Tenaga Sakti Kilat Matahari tingkat pertama sehingga tangan kiri memancarkan sinar biru kusam sedang tangan kanan bersinar hitam cemerlang. Terkena gelombang hawa dalam jarak dua tombak saya sudah mematikan, apalagi terkena langsung! Begitu lawan pertama selesai, si Pemanah Gadis berganti sasaran, Sekarang giliranmu! Tangan kanannya yang masih memancarkan sinar hitam cemerlang, di dorong ke depan. Wutt ... wusss ... !! Sebentuk gelombang panas disertai kilatan-kilatan api hitam langsung menerjang ke arah Cakar Geledek. Tentu saja lawan yang diserang tidak tinggal diam menerima kematian begitu saja. Kedua tangannya yang mendadak putih memucat kala Cakar Geledek mengerahkan Ilmu Pukulan Cakar Geledek miliknya. Woss ... ! Sebentuk gelombang padat melesat cepat, memapaki serangan lawan. Blamm! Blammm! Benturan keras pun terjadi. Jika si Pemanah Gadis tetap di posisi semula, justru Cakar Geledek terlempar jauh ke belakang dengan tubuh hangus menghitam dan akhirnya ... Byuuurr ... !! Masuk ke dalam laut. Orang buta! Siapa kau sebenarnya!? bentak Hiu Betina. Kenapa kau menghalangi pekerjaan kami? Bukankah kita tidak ada silang sengketa sebelumnya? Lalu apa yang kau lakukan di tempat ini? balik tanya si Pemanah Gadis. Aku hanya melakukan ... pekerjaanku.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ooo .. begitu!? Lalu ... apakah pemilik kapal ini ada siang sengketa dengan kalian? tanya Jalu kembali. Tidak ada. Lalu ... dengan dasar apa kalian dengan menggasak habis kapal ini? Bodoh! Tentu saja itu memang pekerjaan kami ... kawanan Perompak Tujuh Lautan! seru Hiu Jantan. Lebih baik kau menyingkir jauh-jauh dari sini dan kami tidak akan mengganggumu sedikit pun. Bagaimana? Disebutnya nama Perompak Tujuh Lautan dengan tujuan untuk membuat nyali lawan ngeper, namun justru sebuah jawaban dingin yang didengar oleh Hiu Jantan. Kalau begitu ... aku pun juga akan mengerjakan pekerjaanku, desis Jalu Samudra, dingin. Apa pekerjaanmu, orang muda? tanya Hiu Betina sambil melangkah mendekat. Senyumnya ditebar semanis mungkin. Langkahnya dibuat segenitgenitnya. Betina jalang! Buat apa kau bergenit-genit ria di depan orang buta! bentak Hiu Jantan. Dasar bodoh! Bangsat! katanya memaki ketika menyadari kebenaran ucapan dari Hiu Jantan. Bibit bencana macam mereka tidak boleh dibiarkan hidup berlama-lama, batin Jalu, lalu katanya, Jika kau ingin tahu pekerjaanku, akan aku katakan! Cepat katakan! Pekerjaanku adalah ... membersihkan bibit malapetaka macam kalian! Keparat! bentak Hiu Jantan sambil menerjang. Golok besar bergelang-gelang itu berkelebat cepat hingga yang terlihat sinar perak berkeredepan. Rrrttt ... rrrtt ... !! Cranggg ... !! Jalu Samudra memalangkan tongkat hitam di tangan kanan, hingga serangan golok yang mengarah pada kepala tertangkis. Melihat serangan pertama gagal, Hiu Jantan menarik pulang golok, diikuti dengan badan memutar ke kiri dan langsung mengibaskan tangan mengejang kaku ke arah si Pemanah Gadis. Wutt!! Jalu melenting ke atas menghindari serangan lawan. Begitu berada di udara, tongkatnya berkelebat cepat. Bukk! Bukk! Uaaaahh ... !!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dalam gebrakan pertama, Hiu Jantan rugi dua serangan. Pundak dan pergelangan tangan kirinya matang biru terkenan gebukan tongkat lawan. Buuuangsaaaattt ... !! --o0o--

Bagian 09
Hiu Jantan langsung merangsek maju dengan kemarahan meninggi. Jurus golok yang bernama Hiu Mengamuk langsung dikerahkan. Gerakannya jurusnya secepat sergapan ikan hiu di laut. Ganas dan telengas. Ada kalanya kakinya bergerak cepat seperti hiu jantan yang menerjang gelombang pasang. Jika tangan kanan memainkan golok besar, tangan kiri Hiu Jantan sebatas siku terlihat memancarkan cahaya merah darah dan sesekali berusaha dihantamkan ke arah tubuh Jalu. Wutt ... ! Blarrr ... !! Namun yang menjadi lawannya sekarang bisa dikatakan sebagai biangnya para pendekar rimba persilatan. Sebagai murid tunggal Dewa Pengemis dan Dewi Binal Bertangan Naga tentulah bukan orang biasa. Gebrakan demi gebrakan yang dilakukannya belakangan ini membuat nama nyentrik si Pemanah Gadis mulai di perhitungkan baik oleh lawan mau pun kawan. Sebagai pendekar pilih tanding dan sebagai seorang pecinta tanpa tanding! Beberapa gadis yang pernah merasakan jurus-jurus bercinta si Pemanah Gadis tidak akan pernah melupakan betapa dahsyatnya daya serang dari si pemuda buta. Naga-naganya mungkin para gadis itu akan membentuk SPGFC alias Si Pemanah Gadis Fans Club! Blaamm ... !! Blaamm ... !! Blaamm ... !! Terdengar tiga dentuman beruntun saat selarik sinar merah meleset dari sasaran. Setan! desis Hiu Jantan, Gerakan tubuhnya yang miring ke kiri-kanan terlalu cepat. Kalau begini caranya, bisa-bisa pekerjaanku gagal! Hiu Jantan! Kita serang berpasangan! seru Hiu Betina sambil melolos angkin yang melilit pinggang rampingnya. Sett! Namun belum lagi membantu pasangannya, seberkas cahaya perak memanjang telah menerjang dari belakang, diikuti teriakan keras, Jangan main curang, perompak busuk! Cleetarr!! Brakk! Bekas tempat berdirinya Hiu Betina kontan berlubang besar. Lalu kemana perginya Hiu Betina?

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ternyata, begitu mendengar suara mendesing dari arah belakang, Hiu Betina segera melenting ke atas menghindari serangan dari belakang, dan tepat seperti dugaannya, serangan lawan kandas. Dari atas ketinggian, sebentuk angkin berkelebat cepat laksana ular putih menyergap katak. Weeerr ... !! Si pemegang cambuk dengan sigap mengelebatkan benda panjang di tangan. Wrett!! Namun aneh, baru sampai setengah gerakan, ia langsung membanting diri ke belakang. Brakk ... ! Dinding kayu dibelakangnya berderak hancur. Brengsek! Di saat penting begini kenapa jurus cambukku mendadak macet!? makinya dalam hati. Ternyata si pemegang cambuk adalah pemuda baju merah menyala berkumis tipis. Tubuhnya langsung berdiri tegak kala serangan beruntun dari Hiu Betina kembali menerjang. Kembali ia berjumpalitan di udara menghindari serangan angkin lawan. Werr!! Werr!! Werr! Jderr ... !! Dinding kayu bagian belakang dekat tangga kembali berlobang, bukan hanya satu tapi empat sekaligus di tempat yang berbeda-beda. Huh! Pemuda banci keparat! Bisamu cuma menghindar saja! sentak Hiu Betina sambil berulang kali mengelebatkan angkin yang dibawanya. Sementara itu, kawan-kawan dari Perompak Tujuh Lautan telah menghadapi empat orang bawah dari si pemuda berkumis. Meski cuma berempat, namun dari gerakannya yang kompak dalam menggunakan golok terlihat matang dan mantap. Trang! Triing! Crasss ... ! Crakk! Dua orang terkapar bersimbah darah. Berkelojotan sebentar, kemudian diam untuk selamanya. Tentu saja bertempuran di atas merupakan pertarungan biasa bagi para Perompak Tujuh Lautan. Namun menghadapi para penumpang kapal yang ternyata rata-rata adalah pesilat tangguh --padahal hampir semuanya lho-mungkin untuk pertama kalinya. Akan halnya pertempuran di atas kapal Perompak Tujuh Lautan hampir usai. Beberapa mayat bergelimpangan tak tentu arah. Yang jelas, keributan itu telah kini meluas, ada sebagian berada di kapal Surya Silam, namun sebagian besar berada di kapal Perompak Tujuh Lautan.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tak lama kemudian, yang tersisa hanyalah tiga tempat pertarungan. Pertarungan antara Naga Terbang dengan Kumbang Sadis yang sama-sama menggunakan jurus-jurus silat bertenaga dalam tinggi sehingga beberapa kali terdengar ledakan beruntun dikala dua tenaga beda sifat dan jenis saling berbenturan di udara kosong. Berikutnya Cideng dan seorang kawannya menghadapi laki-laki bermata satu dengan besi kaitan di tangan kiri. Sedang yang terakhir adalah perkelahian antara Gautama yang bergelar Lembing Nakhoda Berhulu Panjang dengan seorang perempuan tua baju hitam-hitam kedodoran dengan senjata tongkat panjang runcing. Dalam dunia persilatan ia dijuluki Peremuk Nyawa. Sedang beberapa anak buah kapal Surya Silam pun asyik bermain-main dengan mengerubuti lima orang perompak yang sudah pucat pasi menanti kematian. Jika satu lawan satu jelas kalau anak buah kapal Surya Silam tidak bakal menang melawan mereka. Huh! Kukira kalian semua pendekar-pendekar persilatan yang berbudi luhur! seru salah seorang perompak yang menghadapi Satari dengan golok anehnya dibantu empat orang kawan bersenjata pedang panjang. Mungkin tujuannya untuk menjatuhkan harga diri lawan, sebab dari yang ia tahu seorang pendekar persilatan memiliki pantangan mengeroyok lawan yang seorang diri. Tak tahunya ... Tak tahunya apa? tukas Satari sambil mengelebatkan golok ke leher lawan. Sama dengan kalian, begitu? Huh! lawan mendengus sambil balik menyerang dengan mengelebatkan golok besar sembari merunduk. Sebab kalau tidak, kepalanya pasti sudah terpisah dari badan. Traang! Sudah mau mampus masih banyak bacot! bentak seorang teman Satari dari belakang sambil menusukkan pedangnya. Wutt! Sebagai perompak yang sudah malang melintang di tengah laut dan kenyang tipu-tipu pertarungan, suara desingan halus bisa ditangkap dengan baik. Dengan tubuh sedikit mengejut, ia merendahkan tubuh ke bawah. Sett! Namun lawan seolah mengetahui kalau yang diserang bakal tahu ia melakukan gerakan menghindar ke bawah, maka serangan susulan dilakukan dengan tendangan menyapu menyusur lantai dalam dua putaran cepat. Wutt! Wutt! Sasarannya adalah kaki kiri. Krakk! Sebuah gerakan menggunting dilakukan dengan manis.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ E-e-eeeee ... Karena posisi yang sedang merunduk membuat keseimbangan tubuh lawan goyah. Brukk! Belum lagi ia tersadar dari keterpanaan sesaat, sebuah ayunan golok berkelebat cepat. Craasss ... ! Kaki sebatas dengkul terputus. Aaaaughhh ... ! terdengar raungan keras membahana, namun segera terputus ketika sebilah pedang dengan cepat menebas leher. Crasss! Kepala langsung terpisah dari leher dan menggelinding begitu saja. Pokoknya asal menggelinding-lah! Junjung! Akhirnya berhasil juga kau pisahin kepala dengan pantat, ni orang, kata Satari. Sambungnya, Bagusnya kepala kampret dengan mata melotot ini jadi makanan siang penghuni laut. Setuju!? Setuju! Dengan sigap, dua kaki menjepit kepala lalu dengan satu sentakan kaki cukup kuat ia melenting ke atas setinggi dua tombak. Wutt! Kepala yang terikut dalam lentingan pun dilepas, lalu dalam posisi tubuh turun ke bawah dengan punggung terlebih dahulu, kaki kanannya menendang keras ke arah kepala. Pakkk! Kepala perompak itu langsung melesat cepat, melewati beberapa orang yang sedang berkutetan beradu otot, dan ... Byurr!! Ambles ke dalam laut. Hahaha! Gerak tendangan yang bagus, Satari! puji Junjung diikuti tepuk tangan tiga kawannya. Heran, sempat-sempat mereka tepuk tangan di arena maut seperti itu! Apa nama jurusmu tadi? tanya iseng seorang kawan. Satari sedikit berpikir, lalu ia berkata, Jurus ... Menendang Kepala Menyuguhkan Sarapan! Hahaha! Sudahlah! Kita bantu teman-teman yang lain. Betul-betul-betul!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kelimanya langsung menerjang lawan-lawan mereka yang tersisa. Sementara itu, Kumbang Sadis yang melihat perompakan kali ini bisa dibilang gagal delapan bagian, matanya jelalatan liar. Tubuhnya sudah penuh dengan luka-luka luar. Meski luka dalamnya tidak begitu parah, namun dengan adanya luka luar sudah cukup mengurangi gerakan tubuhnya. Sedang Adiprana alias Naga Terbang meski terluka namun tidak separah Kumbang Sadis. Setan! Entah bagaimana aku harus mengatakan pada Ketua kalau perompakan kali ini gagal, desah Kumbang Sadis. Jurus Kumbang Racun harus kugunakan sebagai alat meloloskan diri. Masa bodoh dengan Sepasang Hiu Baja! Tangannya sedikit mengepulkan uap tipis kehitaman segera bergerak menangkis serangan tapak yang dilakukan lawan. Plakk! Ihhhh! Perempuan bertubuh sintal itu menjerit kecil. Tubuhnya terpental deras, namun ia tidak terjatuh karena bersandar di tiang patah. Tenaga dalam monyet baju hijau semakin lama semakin tinggi. Tanganku berulang kali kebas ketika berbenturan dengannya, pikir Kumbang Sadis. Hebat juga kau bisa menahan jurus Tarian Tapak Naga Hijau-ku! dengus Naga Terbang, meski sempat membatin dalam hati, Wanita ini licik sekali. Tanganku rasanya seperti digigit ular api. Pasti ia melumuri tangannya dengan racun ganas. Aku harus cepat-cepat membereskannya! Kumbang Sadis! Silahkan terima kematianmu! bentak Naga Terbang sambil memutar ke dua tangannya sedemikian rupa membentuk mulut naga terbuka. Sebentuk bola cahaya hijau terlihat berpendar-pendar. Pukulan Naga Hijau! desis Kumbang Sadis saat mengenali jenis pukulan lawan. Matilah aku kali ini! Namun, belum lagi Pukulan Naga Hijau dilontarkan oleh lawan, tubuh Adiprana terjerembab karena seseorang menabraknya dan hampir saja sebatang pedang secara tidak sengaja membabat leher kalau ia tidak secara refleks merundukkan kepala. Tak pelak lagi, kuda-kudanya sedikit bergeser ke samping. Brukk! Malu-maluin dong, masak pendekar sakti kok terbunuh sama orang tidak terkenal!? Udah gitu, matinya ga sengaja lagi! Kesempatan yang hanya mungkin terjadi karena kebetulan itu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh Kumbang Sadis. Sepasang tangannya didorongkan ke depan sambil mendesis, Mampus! Sebentuk gelombang angin berbau amis menerjang cepat dari jurus Kumbang Racun menggebah ke arah Naga Terbang.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Werr ... ! Naga Terbang kaget, lalu merengkuh orang yang menabrak tubuhnya sambil membanting diri ke kanan. Blarrr ... ! Lolos deh dari maut! Monyong lu! Ampir aja gue mampus gara-gara lu! Tolol! Kalo mau mbunuh orang liat-liat dulu! Dasar bego! Terdengar suara amukan Naga Terbang yang begitu menyesakkan kuping. Amukan ini akan berlanjut hingga beberapa menit, atau jam kalau beruntung, sampai akhirnya Adiprana bosen sendiri. Yang menabrak terpaku terbata-bata sambil mencoba meminta maaf, Maafkan aku, aku ... Saat Naga Terbang menoleh dan tak didapatinya Kumbang Sadis, kembali ia meradang, Dasar kupret! Gara-gara lu, wanita biang racun itu kabur! Dasar otak udang! Berulang kali ia julekin dahi orang yang menabraknya sambil memaki-maki tak karuan. Maaf ... maaf ... kang ... maaf ... kata si laki-laki terbata-bata yang ternyata anak buah kapal Surya Silam. Maap, maap! Monyong! Enak aja bilang maap kalo udah gini! Tuh liat! Musuh gue minggat begitu aja! Kaga pernah mikir! Dasar! Kalo mao bunuh orang liat-liat dulu! Jangan asal gebuk dong! Kodok ajah kalo mau loncat lihat kiri-kanan dulu, nah lu! Mau bunuh orang ngga ngeceng ke mana-mana, pikir dong kalo mau bertindak, dasar ... Ucapan yang dilanjutkan oleh Adiprana agak kurang layak ditulis karena cukup kasar bahkan kata-kata ajaib dari kebun binatang dan kitab maki-makian tersembur begitu saja. Pokoknya bertele-tele. Lagi pula intinya menegaskan kalimat yang sudah tertulis di atas serta diberi tekanan-tekanan tertentu terhadap kecerobohan anak buah kapal Surya Silam sehingga Kumbang Sadis lolos. --o0o--

Bagian 10
Cideng dan seorang kawan yang menghadapi laki-laki bermata satu dengan besi kaitan di tangan kiri juga berjumpalitan karena lawan melempar bola peledak yang menimbulkan asap tebal. Blarr! Blubb! Awas, asap beracun! Begitu asap lenyap, lawan telah menghilang.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Apa yang dilakukan laki-laki berkait juga diikuti oleh Peremuk Nyawa. Si nenek baju hitam-hitam kedodoran dengan senjata tongkat panjang runcing pun membanting sesuatu ke bawah. Blubb! Seketika keluar asap hitam membumbung tinggi menutupi sosok Peremuk Nyawa. Sama halnya dengan Cideng, Gautama melompat ke belakang karena ia berpikir bahwa asap yang keluar adalah asap beracun. Meski begitu, ia sempat mendorongkan tangan kirinya ke gumpalan asap. Sebentuk hawa padat berbentuk sinar putih sebesar kepala bayi datang menggemuruh bagai ombak laut. Wutt! Bruss ... !! Ilmu Hawa Peremuk Jiwa yang dimiliki oleh Lembing Nakhoda Berhulu Panjang paling jarang digunakan, namun kali ini untuk mengantisipasi lawan menyerang dari balik asap. Blarr! Seolah menerobos gumpalan asap, sinar sebesar kepala bayi menghantam tiang layar hingga berderak patah. Hemm ... lolos juga dia, gumamnya saat asap menghilang dan tidak didapatinya Peremuk Nyawa. Matanya sedikit menyipik waktu melihat tetesan darah di bekas tempat Peremuk Nyawa berada, pikirnya, ... meski lolos, aku yakin pukulanku tadi sempat menyerempetnya. Praktis, pertempuran di atas kapal Perompak Tujuh Lautan usai sudah. Terlihat mayat bergelimpangan dimana-mana. Ada yang dadanya terbelah, kepala terpenggal, ada pula yang menjadi serpihan daging hancur akibat terkena jurus Tarian Tapak Naga Hijau Adiprana. Bahkan ada pula yang tewas dengan badan tercabik-cabik sehingga sulit dilihat bagaimana bentuk aslinya. Termasuk pula yang menjadi mayat adalah anak buah kapal Surya Silam. Darah menggenang seperti anak sungai. Mengalir ke bawah dan akhirnya jatuh ke laut. Air laut yang semula jernih kebiruan kini sedikit sedikit berwarna merah di sekitar kapal. Adanya darah tentu saja mengundang para penghuni laut. Beberapa diantaranya terlihat hilir mudik berkeliaran dengan sirip-sirip ikan sura (ikan hiu) yang hitam mengkilap berseliweran. Entah apa yang akan dilakukan oleh Jenggot Perak Mata Satu jika pekerjaan mereka kali ini gagal, desah Gandarwa sambil menyusut darah di mata kapaknya. Paling banter juga balas dendam, kata Gautama, enteng. Kau takut!? Takut sih ... iya. Tapi aku tidak mau menjadi pecundang yang terima pasrah disembelih orang, sahut Gandarwa ringan. Kukira mata kapakku ini pasti akan melindungi majikannya. Lebih baik kita tinggalkan kapal ini.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Di tinggal begitu saja, Kang? Gautama hanya tersenyum, lalu melesat ke arah kapal Surya Silam, diikuti dengan Gandarwa sambil berseru, Satari, atur tong-tong minyak yang ada di sudut geladak dan letakkan dekat tiang patah. Setelah itu, kembali ke kapal! Kita bakar pakai panah api. Siap, Kang! Semua orang yang ada di kapal perompak segera berloncatan ke kapal Surya Silam, kecuali Satari dan empat orang kawannya yang berbadan kekar mengusung empat tong besar berisi minyak dan disusun rapi dekat tiang kapal yang patah akibat terkena pukulan nyasar. Setelah selesai, mereka berlima segera berlompatan ke kapal mereka. Namun, begitu mereka sampai di kapal, terdengar suara ribut-ribut di ujung geladak dan terlihat beberapa orang bersenjata golok terlihat berdiri gagah menonton pertarungan. Wah, rupanya ada penyusup! Gautama berkata gusar. Pasti bangsatbangsat licik itu mengambil kesempatan selagi kita menempur lawan dari depan! Benar-benar kurang ajar! Langkahnya sedikit berdebam karena kegusaran memuncak. Akan tetapi setelah melihat beberapa orang bertampang serampangan bergeletakan tanpa nyawa, ia sedikit mengkerutkan dahi. Rupanya di kapal kita ini telah menjadi sarang jagoan hebat, desis Gautama melihat jenis luka hangus di dada kiri sosok kekar. Siapa lagi jika bukan tubuh kaku Tinju Sejuta Dewa? Laki-laki tampan bersenjata cambuk itu juga bukan orang sembarangan, Kang! Setidaknya ia murid tokoh kosen rimba persilatan, kata Gandarwa sambil memperhatikan lawan dari Hiu Betina. Lembing Nakhoda Berhulu Panjang manggut-manggut. Dari jumlah pengawal yang ia bawa, besar kemungkinan ia anak seorang ketua sebuah perguruan silat terkemuka, sahut Gautama sambil memperhatikan pertarungan antara Hiu Betina dan pemuda baju merah menyala. Dari beberapa jurus golok yang sempat aku perhatikan, kemungkinan besar para pengawal itu berasal dari Perkumpulan Golok Tanpa Bayangan di wilayah selatan. Benar. Konon kabarnya mereka memiliki hubungan dekat dengan ketua persilatan yang berjuluk Tongkat Kayu Baka dari Perguruan Tongkat Hijau, kata Gandarwa. Tapi ada yang aneh kulihat. Apanya yang aneh, Adi Gandarwa? Jika memang pemuda baju merah itu ada hubungannya dengan Perguruan Tongkat Hijau, kenapa ia menggunakan jurus-jurus maut milik Ratu Cambuk Api Lengan Tunggal dan bukan menggunakan jurus khas dari perguruannya? jawab Gandarwa.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Maksudmu Ratu Cambuk Api Lengan Tunggal yang memiliki senjata bernama Cambuk Ekor Pari Pelangi itu? Benar. Begitu mendengar nama Ratu Cambuk Api Lengan Tunggal, Gautama langsung tercekat. Meski tidak mengenal betul siapa adanya tokoh kosen itu, setidaknya ia tahu tabiat nenek sakti bersenjata cambuk. Nenek sakti bertangan satu ini terkenal dengan sifatnya yang berangasan. Ada yang tidak berkenan sedikit saja dalam hatinya, langsung babat habis tanpa pandang bulu. Entah bulu apa aja! Kalau cuma muka bonyok sih masih mending, lha kalau pake acara nyawa melayang segala? Ini yang ga enak! Gautama ngeri membayangkan bentuk wajah sangar-keriput Ratu Cambuk Api Lengan Tunggal. Kalau benar dia ada hubungannya dengan nenek sakti itu, kita harus membantu pemuda baju merah. Jangan sampai ia terluka atau tewas di tempat kita. Kalau sampai terjadi, wah bisa berabe, tukas Gautama siap-siap terjun ke arena pertarungan. Tunggu dulu, Kang! kata Gandarwa sambil memegang lengan Gautama. Apa lagi, sih? Coba Kakang lihat! Tampaknya pemuda itu tidak terdesak ... kata Gandarwa, sambungnya, ... setidaknya untuk saat ini. Gautama dengan seksama memperhatikan pertarungan antara Hiu Betina dengan pemuda baju merah menyala. Dari gerak-gerik keduanya, ia tahu bahwa keduanya bertarung seimbang atau bisa dikatakan memiliki kelebihan masingmasing. Jika Hiu Betina lebih condong ke tenaga dalamnya yang mumpuni justru si pemuda baju merah terlihat memiliki tenaga peringan tubuh handal. Clettarr ... cleetarr!! Angkin yang digunakan Hiu Betina berulangkali meledak memekakkan telinga, namun ayunan cambuk si pemuda baju merah juga tidak mau kalah. Meski kadang kala terlihat macet di tengah jalan, namun tetap saja membahayakan lawan. Tar .. !! Sial! Hari ini benar-benar sial! keluh Hiu Betina sambil melempar badan ke kiri sambil tangan bergerak menampar diikuti teriakan keras, Makan nih Hawa Laut Membara-ku!! Hawa panas menggebah maju laksana panggangan matahari. Wutt! Blarr ... !

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lantai kayu tempat sang lawan berpijak sontak hancur berantakan. Sedangkan si pemuda sendiri, entah bagaimana caranya sudah berada di atas ketinggian sambil mengelebatkan cambuk. Wreett! Ujung cambuk mengarah ke jalan kematian Hiu Betina. Namun anehnya, lagilagi seperti jurus cambuk tertahan di tengah jalan. Weeerr ... ! Hiu Betina yang dalam kekagetannya terlambat menghindar, hingga tubuh sekalnya terjungkal bagai dilanda angin ribut. Brakk! Byurr ... !! Aduuhh ... beruntungnya Hiu Betina! Karena setelah menabrak hancur tepi geladak sebelah kiri, tubuhnya langsung meluncur jatuh ke dalam laut. Tanpa di rencana sebelumnya, justru nyawanya selamat akibat pertarungan yang sebenarnya ia yakin bisa memenangkannya, namun melihat kepungan lawan sekarang ini bisa dipastikan pihaknya kalah total. Si pemuda langsung berkelebat cepat memburu ke dekat geladak diikuti oleh beberapa orang. Sial! Dia bisa lolos dari sergapan cambukku! ucap gemas si pemuda baju merah menyala berkumis tipis sambil menghentakkan kaki berulang kali. Macam anak perawan kebelet pipis saja dia! Sudahlah, Tuan! Aku yakin dia tak bakalan berani lagi menyatroni kapal ini, kata salah seorang pengawal bergolok. Salah! Justru dengan membiarkan dia lolos akan membuat Jenggot Perak Mata Satu semakin cepat tahu kalau pekerjaan anak buah mereka gagal, desis si pemuda baju merah. Lalu ia menoleh ke samping, Kau paham? Paham! sahut si pengawal, lalu ia melangkah pergi mendekati Cideng. Tuan muda meminta kita membereskan mereka tanpa sisa, Kakang Cideng, desisnya. Cideng tanpa menoleh, ia menyahut, Sampurna! Teman-teman kita pasti sudah tahu apa yang harus mereka lakukan. Aku juga yakin begitu! sahut Sampurna. Tinggal empat orang. Kukira tidak begitu lama juga selesai. Benar saja, dalam tempo kurang dari sepeminuman teh, empat perompak yang tersisa telah tergeletak tanpa nyawa. Sementara itu, Jalu Samudra alias si Pemanah Gadis masih menempel ketat Hiu Jantan. Berulang kali golok besar bergelang-gelang terpental kena sampokan tongkat hitam di tangan si buta. Dan berulang kali pula Hiu Jantan

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memaki panjang-pendek karena jurus golok andalannya gagal mengenai sasaran. Anak muda bertongkat! Apa perlu bantuan? teriak Gandarwa. Sambil menangkis serbuan golok rapat lawan, Jalu sempat-sempatnya menjawab, Ma kasih, Paman! Kayaknya ga perlu deh! Ni juga hampir selesai kok. Belum lagi ucapan Jalu selesai, Hiu Jantan memanfaatkan kesempatan lawan lengah dengan mengayunkan golok dengan kecepatan tinggi hingga menimbulkan bayangan golok bergulung-gulung. Semakin lama gulungan golok itu semakin cepat. Berikutnya dengan sekuat tenaga, dikibaskannya gulungangulungan golok ke arah Jalu Samudra. Cideng tiba-tiba berteriak keras, Itu ... jurus Cahaya Mengapung Bayangan Melesat! Tidak mungkin! Tentu saja bukan hanya Cideng saja yang kaget, termasuk Sampurna pun bukan alang kepalang! Setahunya jurus Cahaya Mengapung Bayangan Melesat adalah jurus khas Perguruan Golok Tanpa Bayangan wilayah selatan, itu pun hanya murid Kelas Utama seperti dirinya dan Cideng yang diajarkan jurus golok pamungkas yang bernama jurus Cahaya Mengapung Bayangan Melesat. Adalah aneh jika seorang anggota gembong rompak Tujuh Lautan sanggup memainkan jurus golok yang hanya diajarkan secara pribadi oleh Ki Ageng Suryapati. Mata Sampurna dan Cideng melotot lebar! Bibir menggerimit tidak jelas. Yang jelas ... muka pucat seperti mayat! Mereka jelas tahu dan tahu jelas, apa dan bagaimana kehebatan dari jurus andalan perguruannya! Namun, keadaan sudah berlangsung begitu cepat dan tidak terkendali. Tetapi teriakan khawatir dari Cideng dan Sampurna tidak membuat Jalu menjadi gugup apalagi kaget. Pemuda murid Dewa Pengemis dan Dewi Binal Bertangan Naga justru malah berdiri dengan tenang. Posisi berdiri tegak menyamping. Tongkat hitam menuding ke bawah hampir menyentuh lantai membentuk sudut tajam. Tangan kiri disembunyikan di belakang punggung. Semua yang ada di tempat itu terpana! Dasar pemuda gila! Cepat menghindar! teriak pemuda baju merah, cemas. Cepat! Cepaaat ... ! Si pemuda terdiam seolah tidak mendengar seruan yang terdengar.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Begitu gulungan golok kurang sejengkal dari tubuh, mendadak ia menggoyang tubuh ke kanan-kiri secara aneh sedang tangan kiri bergoyang-goyang ke atasbawah sambil diputar-putar seperti gadis penari. Yang lebih unik lagi, bukannya menangkis serangan golok justru ujung tongkatnya berulang kali mengetukngetuk ke bawah seolah seekor binatang hutan menandai wilayah kekuasaan. Sett! Sett! Ajaib! Beberapa kali jurus Cahaya Mengapung Bayangan Melesat kandas di tengah jalan. Cideng dan Sampurna terbelalak! --o0o--

Bagian 11
Tidak mungkin, desis Sampurna dengan mata semakin melotot lebar. Ini benar-benar tidak mungkin! Dia sanggup mengeliminasi efek jurus Cahaya Mengapung Bayangan Melesat! Gila! Siapa sebenarnya pemuda itu? ucap lirih Cideng dengan mata semakin dijerengkan lebar-lebar. Sementara itu, Hiu Jantan sendiri tidak kalah kagetnya. Keparat! Bagaimana bisa pemuda buta ini bisa membelokkan arah serangan golokku!? Selama ini, belum pernah satu pun lawan yang sanggup menahan jurus Cahaya Mengapung Bayangan Melesat yang aku gunakan! Jalu Samudra sendiri masih asyik dengan jurus Tarian Kepiting Gila yang memang baru pertama kali ia gunakan. Kadang geleng-geleng, ada kalanya jingkrak-jingkrak seperti monyet minta pisang, entah ulah apa lagi yang ia lakukan, semuanya terpampang jelas. Saking asyiknya, ia seperti orang sakit saraf yang nandak sendirian! Dasar gendeng! Sementara itu, Hiu Jantan sendiri merasa bahwa setiap kali serangan gulungan golok hampir menyentuh lawan, terasa sekali bahwa hawa golok seperti dicelupkan ke tempat yang sangat dalam. Amblas begitu saja! Aku harus meningkatkan pola serangan! desisnya sambil mengerahkan seantero tenaga dalam dan tenaga peringan tubuh hingga ke puncaknya. Selain jurusnya yang semakin mengganas, tubuh Hiu Jantan berkelebatan cepat. Werr ... werr ... werr ... !! Cess ... !! Cess ... !!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Melihat lawan meningkatkan tempo serangan, Jalu Samudra pun merubah bentuk serangan meski tetap menggunakan jurus yang sama. Jika sebelumnya ia hanya menggunakan tingkat awal dari Ilmu Tenaga Sakti Kilat Matahari kini justru dinaikkan ke tingkat dua. Begitu ia mengerahkan tenaga ... Swooosh ... !! Sebentuk pancaran biru bening hawa panas menyengat menyeruak spontan dirasakan oleh semua khalayak yang menonton pertarungan. Beberapa diantaranya harus mengerahkan tenaga dalam untuk menahan pancaran hawa panas menyengat. Gila! Pancaran tenaganya hebat sekali, desis pemuda baju merah dengan peluh membasahi dahi. Tenaga dalamku sudah mentok begini belum bisa mengatasi hawa panas. Benar-benar yang luar biasa! Bukan hanya si pemuda baju merah saja, Cideng dan kawan-kawan pun mengalami hal yang sama. Jika yang berilmu silat tinggi saja harus mati-matian menggunakan tenaga dalamnya, bagaimana dengan yang berilmu pas-pasan? Itu pun masih mending! Lha bagaimana dengan Hiu Jantan!? Sebagai orang yang langsung berhadapan dengan si Pemanah Gadis, Hiu Jantan-lah yang paling parah menerima akibatnya. Kampret busuk! keluhnya. Bagaimana caranya si buta ini memiliki tenaga begini hebat!? Untuk menutupi kegelisahannya, ia pun membentak keras, Heeeaa ... !! Wess ... ! Trakk!! Jika pada serangan awal Jalu Samudra lebih banyak menghindar, kali ini justru menyongsong serangan lawan secara frontal! Aaaagghh ... !! Hiu Jantan terpental deras ke belakang. Menabrak beberapa barang yang memang sudah pecah berantakan akibat pertarungan sebelumnya. Duuessshh ... ! Crabb! Sebuah pukulan telak menghantam punggung Hiu Jantan. Bersamaan dengan itu pula sebentuk benda tajam menembus punggung Hiu Jantan. Krakk! Terdengar suara berderaknya tulang patah. Bukan tulang punggung Hiu Jantan tapi justru tulang lengan seorang anak buah Kapal Surya Silam yang bernama Kledung. Huaaaa ... !! teriak Kledung sambil berguling-guling memegangi tangan kanan.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Rupanya, arah jatuh tubuh Hiu Jantan mengarah ke Kledung yang waktu itu sedang duduk manis bersama Satari menonton pertarungan terakhir. Karena kaget, Kledung spontan menggunakan jotosan tangan kanan sedang Satari dengan sigap menyodorkan golok ke punggung. Hiu Jantan terjengkit kaget saat ia merasakan perih dan sakit! Saat ia menunduk, sebuah ujung golok terlihat mencuat keluar dari dada. Dengan terhuyung-huyung, ia berusaha berdiri dengan jari telunjuk menuding ke arah hidung Satari diikuti dengan suara parau kelaur dari mulutnya, Kau ... kau ... Satari yang tergugu tidak menyangka dengan perbuatannya yang asal-asalan. Aku ... aku ... tidak ... seng ... ngaja ... katanya terbata-bata. Su ... sung ... sungguh. Bagaimana pun juga, wibawa Hiu Jantan sebagai salah seorang pentolan Perompak Tujuh Lautan bukanlah nama kecil. Puluhan tahun lamanya pasangan Hiu Jantan dan Hiu Betina malang melintang sebagai orang paling ditakuti sesama perompak, bahkan para perompak lain pun lebih baik menyingkir dari pada berebut jatah dengan Sepasang Hiu Baja. Hingga pada lima belas tahun silam, Jenggot Perak Mata Satu mengalahkan Sepasang Hiu Baja dalam duel sengit yang konon kabarnya berlangsung dua hari dua malam lebih beberapa jam. Tak mau kehilangan orang-orang handal, Jenggot Perak Mata Satu merekrut Sepasang Hiu Baja menjadi salah seorang kepercayaannya. Dan di bawah naungan Perompak Tujuh Lautan-lah nama Sepasang Hiu Baja semakin berkibar kejahatannya. Sudah tidak terhitung berapa nyawa melayang akibat tebasan golok bergelangnya. Bahkan warga persilatan tidak sedikit yang harus melepas nyawa karena berani mengusik Sepasang Hiu Baja. Kini ... Dalam perompakan di kapal Surya Silam, tidak ada dalam benaknya akan menjadi akhir dari kisah sebuah kejahatan! Sosoknya maju selangkah demi selangkah ke arah Satari. Jika langkah Hiu Jantan terlihat berat berdebam sarat hawa pembunuhan, justru bagi Satari setiap langkah Hiu Jantan bagai dentuman genderang pencabut nyawa. Begitu sejarak satu langkah, Hiu Jantan berhenti. Golok bergelang telah diangkat tinggi-tinggi. Bisa dipastikan dalam satu ayunan saja tubuh pemuda yang duduk ketakutan itu bakal terbelah dua bagai semangka tanpa biji dibelah pisau tajam. Yakin! Satari yang sudah kalah wibawa, hanya pasrah sambil memejamkan mata. Mati dech aku sekarang, pikirnya sambil menutup mata rapat-rapat, Mogamoga saja di sana aku ketemu bidadari cantik.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dalam kondisi ketakutan seperti itu, masih sempat-sempatnya Satari memikirkan bidadari cantik. Mana ia tahu kalau disana sudah menunggu nenek tua keriput dengan kunyahan susur di mulutnya? Namun ... tunggu punya tunggu, tidak terjadi apa-apa padanya. Jangankan rasa sakit, pedih pun tidak. Justru ia mencium bau tidak sedap. Gila! Ini kan bau jengkol? Masa perompak kelas kakap suka makan jengkol? pikirnya. Dengan masih takut-takut, ia membuka matanya pelan-pelan. Dan ... Byakk ... !! Huaaaa ... !! Satari terperanjat kaget! Bukannya sosok Hiu Jantan yang mengayunkan golok, justru kawannya yang bernama Junjung sedang asyik meniup-niup wajahnya! Dasar monyet pitak! bentak Satari sambil tangannya menepak dahi Junjung. Kau mau kubikin mampus, apa? Hahahaha! bukannya marah, Junjung justru tertawa lebar. Setelah hilang rasa kagetnya, pandangan mata Satari mengedar dan berhenti pada sosok yang tergeletak sejarak dua langkah darinya. Sosok Hiu Jantan yang tergeletak tanpa nyawa! Dari sumbulan gagang golok selain goloknya, bisa dipastikan ada orang lain yang menuntaskan riwayat Hiu Jantan dengan lemparan golok dan menancap tepat di dekat golok yang menancap sebelumnya. Dengan takut-takut, ia tarik golok miliknya yang sedari tadi masih ngendon di tubuh Hiu Jantan. Srett! Heh, mati juga dia, gumamnya sambil membersihkan golok dari darah Hiu Jantan. Entah apa jadinya jika setan laut ini masih hidup, hihhh!! Pertempuran berdarah di atas kapal di tengah laut pun akhirnya selesai sudah. Meski perompakan kali ini bisa dikatakan gagal, namun pihak Surya Silam tetap merasa khawatir dengan ancaman Jenggot Perak Mata Satu. Bagaimana ini, Kakang? tanya Gandarwa. Apanya yang bagaimana? balik tanya Gautama. Dengan Jenggot Perak Mata Satu! seru Gandarwa agak keras. Dengan sedikit meringis, Gautama menjawab santai, Yach ... bagaimana, ya? Menghindar pun rasanya tidak mungkin. Laut adalah wilayah kekuasaan mereka. Mereka adalah setan laut, yang bisa muncul kapan saja tanpa kita ketahui. Di

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sekitas sini tidak ada tempat untuk sembunyi. Lalu apa yang harus kita lakukan selain menghadapinya? Gandarwa tercenung sesaat, gumamnya, Semoga saja para pendekar yang berada di kapal ini bisa diharapkan bantuannnya. Semoga! Kalau hal itu, kau tidak perlu khawatir. Di kapal kita ini ada tokoh muda berjuluk si Naga Terbang yang tadi dengan gagah berani menerjang sendirinya kapal lawan. Belum lagi dengan tuan muda dan puluhan pengawal bergoloknya ... Jangan lupa dengan pemuda buta bertongkat hitam. Yang jika tidak salah dengar bernama Jalu Samudra. Benar. Dia cukup tangguh juga bisa mengalahkan Hiu Jantan dan kelompoknya sendirian, ucap Gautama sambil memandang lepas ke tengah laut. Tiba-tiba terdengar sebuah teriakan keras, Celaka ... !! Apanya yang celaka, Satari? tanya Gautama, heran. Kapal Perompak Tujuh Lautan! sahut Satari sambil menuding ke arah selatan. Kapalnya teseret ombak. Kita harus menghancurkan kapal itu! seru Gautama panik, sambungnya, Daripada ketahuan Jenggot Perak Mata Satu! Bisa berabe. Benar! Tapi bagaimana caranya? Jaraknya terlalu jauh. Kurang lebih seratus tombak lebih, desis Adiprana. Menggunakan panah api pun jelas percuma. Bagaimana dengan pukulan sakti? usul si pemuda baju merah berkumis tipis. Semua temenung. Masing-masing sedang mengukur diri, mampukah mereka melontarkan pukulan sakti dengan jarak sebegitu sejauh itu. Orang-orang yang memiliki ilmu tinggi saling pandang satu sama lain, lalu saling angkat bahu tanda menyerah. Karena mereka tahu, belum lagi pukulan sampai sasaran, tenaga sudah habis terlebih dahulu. Bagaimana? tanya kembali pemuda berbaju merah menyala. Masa dari sekian banyak orang tidak ada yang sanggup? Bagaimana dengan kau sendiri? sindir Adiprana. Aku? katanya sambil menunjuk hidungnya sendiri. Kalau aku ... jelas tidak bisa. Aku berilmu silat pas-pasan. Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri? Heeehh ... Adiprana menghela napas pendek, lalu katanya, Pukulanku tidak bisa menjangkau jarak sejauh itu. Benar-benar tidak bisa! Jadi ... kesimpulannya ... Tiba-tiba sebuah suara menyeruak, Bagaimana dengan panah api? Semua mata menoleh ke sumber suara.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Terlihat sesosok pemuda baju biru laut bertongkat hitam berdiri mematung dari dekat tiang penyangga yang patah. Siapa lagi jika bukan Jalu Samudra adanya! Sobat buta, kukira telingamu masih baik-baik saja, tak tahunya ... ejek salah seorang yang ada disitu, Bukankah tadi sudah dikatakan tidak akan ada panah yang lesatannya sanggup mencapai jarak ratusan tombak. Apa sudah dicoba? potong Jalu Samudra. Belum. Karena ... Kalau belum dicoba, bagaimana kita tahu hasilnya, sambil berkata, Jalu mundur satu langkah. Tangan kanan menarik tali hitam pada tongkatnya sedang tangan kiri dengan kokoh memegang tongkat hitam yang sekarang melengkung bagai busur. Krieeett ... ! Mana panahnya? tanya orang tadi dengan mimik muka heran, pikirnya, Ni orang gila apa kena sawan, nih? Merentang busur tanpa panah? Dasar gendeng! Si pemuda berkumis tipis berjalan menghampirinya sambil berkata, Apa yang kau lakukan? Tentu saja melepas anak panah. Anak panah? tanya kembali si pemuda baju merah menyala, Mana ... Dengan ringan Jalu menjawab, Ini panahnya. Segera saja, Si Pemanah Gadis mengerahkan Ilmu Tenaga Sakti Kilat Matahari tingkat lima dikerahkan dengan cara menghimpun tenaga kilat dan melontarkan hawa matahari yang ada di pusar. Swoshh ... !!! Sebentuk tenaga berupa aura api kuning keemasan bagai sinar matahari di langit disertai kilatan bunga api hijau kebiru-biruan merambat keluar melewati tangan kanan dan kiri, lalu membulat kecil memanjang sepanjang setengah tombak. Jalu Samudra membuat anak panah dengan bentuk kepala burung rajawali pada ujungnya dengan tangkai yang memancarkan cahaya api emas bercampur hijau kebiru-biruan berpendar-pendar. Hawa memadat yang dilihat semua orang dengan takjub ini adalah salah satu bagian dari 18 Jurus Panah Hawa dari Aliran Rajawali Terbang yang diwarisinya dari mendiang Dewa Pengemis. Hemm, kukira dengan jurus Panah Ekor Rajawali cukup menjangkau jarak sekian jauhnya, pikirnya sambil mengarahkan mata akan panah sedikit terangkat naik. Matanya sedikit menyipit waktu mengincar sasaran. Emmm ... pasti pas deh. Apakah tepat di bagian tengah kapal ada kumpulan tong besar berisi minyak? tanya Jalu entah pada siapa.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Satari yang merasa dirinya yang ditanya, tanpa sadar menjawab, Ada empat tong besar. Ada tepat di tengah. Bagaimanapun juga, kemampuan yang dimiliki Jalu membuat Satari dan semua orang yang ada di tempat itu bagai disihir terpana. Beberapa saat kemudian, anak panah pun terbentuk sempurna, dan dengan sedikit tarikan yang semakin mengencangkan busur, Jalu melepaskan tali hitam yang direntang. Sett! Twanggg ... ! Anak panah terlepas, melesat cepat laksana rajawali laut mengincar ikan di kejauhan. Bahkan air laut dibawahnya sampai tersibak ke kiri kanan saking cepatnya daya lesat. Wess ... ! Wesss ... !! Sakti juga anak ini! Bisa membuat anak panah dari hawa saktinya, kata hati Gandarwa. Siapa adanya pemuda buta ini! Aku yakin kehadirannya sudah cukup dikenal di rimba persilatan. Ketika mencapai jarak lima puluhan tombak, panah hawa yang dilepaskan si Pemanah Gadis lewat jurus Panah Ekor Rajawali bukannya mengendor kehabisan tenaga, tapi justru semakin cepat dan meningkat tenaganya. Semua orang di atas kapal Surya Silam yang mulanya berpikir bahwa panah yang dilepaskan Jalu pasti kandas dalam jarak lima puluh tombak, langsung menjerengkan mata melihat anak panah tetap melesat laksana rajawali terbang di atas permukaan air laut. Edan! Ilmu si buta ini benar-benar edan-edanan! gumam Lembing Nakhoda Berhulu Panjang dengan kagum. Makin kagum saja aku dengan anak ini! Lesatan panah kian lama mendekat ke kapal Perompak Tujuh Lautan. Dan pada akhirnya ... Wess ... ! Jrabbb!! Duaaarr ... ! Duaaarr ... ! Terdengar letusan keras dikala anak panah yang terbentuk dari hawa sakti yang digunakan Jalu Samudra tepat menancap pada tong yang tengah. Tentu saja karena tongnya meledak, kapalnya juga ikut-ikutan meledak, apalagi dalam tong terdapat bahan cair yang mudah meledak. Ni kapal ga mau kalah ama tong! Hebat! puji pemuda berkumis tipis. Luar biasa! Benar-benar tepat sasaran! Duarrr ... duarrr ... ! Kembali terdengar dua kali letusan keras berturut-turut, bahkan kali ini lebih besar dari sebelumnya. Dari kejauhan terlihat kepingan-kepingan kayu berhamburan ke atas memenuhi angkasa seolah saling berlomba dengan lidah api raksasa yang membentuk jamur menghiasi langit. Benar-benar indah, namun mengerikan!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Hancur sudah, desis Gandarwa. Andaikata dalam kapal masih ada orangnya, tidak mungkin ia bisa selamat dari ledakan seperti itu. Setidaknya dengan hancurnya satu kapal akan membuat pukulan hebat bagi Jenggot Perak Mata Satu. Benar. Tapi kita harus siap-siap menghadapi kemurkaan Jenggot Perak Mata Satu, kata Adiprana, masgul. Kita tidak tahu, apakah yang ada di kapal ini mampu menghadapi kemurkaan dari biang kejahatan di laut itu. Namun, bagaimana pun hasilnya, aku tidak akan menyerah begitu saja. Jari tangan Adiprana yang berjuluk si Naga Terbang terlihat tergenggam kencang hingga tedengar suara berkerotokan. Samar-samar terlihat api dendam di bias matanya. Setuju! Aku juga tidak bakalan diam menyerahkan leher, desis Gandarwa. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung! Sementara itu, Jalu yang baru saja menunjukkan kehebatannya langsung dirubung oleh anak buah kapal Surya Silam. --o0o--

Bagian 12
Sudah dua hari lamanya Kapal Surya Silam mengarungi lautan sejak kejadian gagalnya perompakan Kapal Tujuh Lautan. Dalam dua hari ini, keadaan benarbenar mencekam menegangkan. Semua yang ada di kapal hilir mudik dengan senjata terhunus. Tidak ada satupun dari mereka yang mengendorkan kewaspadaan. Semuanya serba menegangkan! Pemuda baju merah menyala dengan kumis tipis yang bernama Trihasta Prasaja kini semakin akrab dengan Jalu Samudra. Bahkan si Naga Terbang pun ada kalanya ikut nimbrung ngobrol dengan mereka. Jurus-jurusmu kemarin benar-benar luar biasa, Jalu. kata Trihasta Prasaja. Si Pemanah Gadis hanya meringis saja. Masa sih? Perasaan biasa-biasa saja, deh. Eh, bener kok! Tanya saja sama si Adiprana. Benar, Jalu. Aku sendiri yang sudah cukup lama berkecimpung di rimba persilatan dengan mengangkat nama besar Naga Terbang, merasa kagum dengan kemampuanmu, tutur Adiprana, tulus. Sambungnya, ... namun, jika boleh aku tahu, kau berasal dari perguruan mana? Atau setidaknya nama besar dari gurumu. Aku sendiri saja berasal dari Perguruan Tongkat Hijau di wilayah selatan, tutur Trihasta Prasaja memperkenalkan diri terlebih dahulu.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku dari Persilatan Naga Lahar, tutur Adiprana memperkenalkan perguruannya dengan nada bangga. Bisa dibilang aku adalah murid utamanya. Wah, ternyata kalian berasal dari perguruan silat ternama. Aku tahu Perguruan Tongkat Hijau yang dipimpin oleh tokoh tua berjuluk Tongkat Kayu Baka dan juga Persilatan Naga Lahar di lereng Gunung Lahar, sahut Jalu sambil tersenyum. Lalu ... kau sendiri dari perguruan mana, Jalu? Sebenarnya aku tidak punya perguruan, jadi bisa dibilang tidak dari perguruan silat mana pun. Tapi ... Masa? potong Trihasta Prasaja. Lalu yang mengajarimu ilmu silat siapa? Yang mengajari ilmu silat adalah sepasang kakek-nenek nelayan yang mengasuhku sejak kecil. Aku sendiri tidak tahu siapa namanya. Tapi mereka digelari sebagai Tombak Utara Tongkat Selatan. Jalu pun mengisahkan sedikit tentang dua orang yang mengasuhnya sejak ia masih bayi dan memberinya nama Jalu Samudra. Tentu saja tentang Dewa Pengemis dan Dewi Binal Bertangan Naga serta Kumala Rani tidak ikut ia sertakan. Apa!? seru Trihasta Prasaja kaget setelah mendengar penuturan dari pemuda mata putih. Kau berkata yang sebenarnya, kan!? Jalu sendiri justru terkaget-kaget melihat keterkejutan dari pemuda berkumis yang menurutnya terlalu cantik untuk seorang laki-laki itu. Memangnya kenapa? Ada yang aneh dengan nama itu? tanya Jalu dengan alis berkerut. Bukan begitu! Jika memang yang mengasuhmu adalah pasangan pendekar berjuluk Tombak Utara Tongkat Selatan, maka kita masih terhitung saudara seperguruan. Kini gantian Jalu yang kaget, Ahh ... yang bener? Sungguh! kata Trihasta Prasaja dengan mimik muka serius. Bisa kau katakan alasannya, sobat Trihasta? kali ini Adiprana yang bertanya. Begini ... sahut Trihasta Prasaja sambil memperbaiki duduknya, Sebenarnya aku ditugaskan oleh Nini Guru Parikesit untuk ... Tunggu-tunggu-tunggu! cegah Adiprana. Ada apa? Kau katakan Nini Parikesit adalah gurumu? Benar. Maksudmu Nini Parikesit yang digelari orang Ratu Cambuk Api Lengan Tunggal itu? Iya, kau benar lagi.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lhooo ... katamu kau dari Perguruan Tongkat Hijau, kok ... Itu juga benar. Kok aku jadi bingung, ya? potong Adiprana sambil garuk-garuk kepala. Dari Perguruan Tongkat Hijau kok gurunya orang luar? Aneh! Ooohh ... itu, ucap Trihasta Prasaja sambil menepuk pelan dahinya. Begini ceritanya. Ayahku bersahabat dengan Nini Guru Parikesit dan ayah menginginkan aku belajar jurus cambuk milik Nini Guru dengan syarat setelah empat tahun, ayah atau aku harus membantu Nini Guru membantunya melakukan satu buah pekerjaan. Aku dan ayah telah berjanji, seberapa pun ilmu cambuk yang bisa kukuasai dari Nini Guru Parikesit, asal tidak bertentangan dengan kebenaran, kami siap membantunya. Memangnya harus membantu apa? tanya Jalu. Membantunya mencari kakak kandungnya yang bernama Aki Dangdang dan istrinya Nini Dungdung. Wah, siapa lagi itu? ucap Adiprana sambil tersenyum geli saat mendengar nama aneh. Teruskan ... pinta Jalu sambil menahan tawa. Menurut penuturan Nini Guru Parikesit, nama Nini Dungdung dan Aki Dangdang tidak bakalan dikenal orang. Namun jika menyebut gelar mereka, maka semua orang pasti kenal, sambung Trihasta Prasaja. Memangnya siapa gelar mereka? Tombak Utara Tongkat Selatan, itulah gelarnya. Jalu Samudra langsung melengak kaget! Saat Trihasta Prasaja berceloteh macam burung berkicau, Jalu Samudra semakin terperangah saja. Ternyata, kisah petualangan dari orang yang sudah dianggap sebagai pengganti orang tua sekaligus gurunya begitu heroik dan penuh dengan pernak-pernik dunia persilatan. Tentang jiwa kependekaran dari Tombak Utara Tongkat Selatan diuraikan panjang lebar oleh Trihasta Prasaja secara gamblang. Tidak menyesal aku dididik dan diasuh oleh kakek dan nenek, kata hati Jalu Samudra sambil berusaha membayangkan wajah sepasang tua renta yang menemukannya di tengah laut dan mengasuhnya di Gua Walet. Masa kecilnya yang dipenuhi dengan kegelapan karena kebutaan sehingga Jalu harus merekareka seperti apa bentuk wajah dari pasangan tua itu. Kek, Nek! Semoga kalian tenang di alam sana, batinnya. Lihatlah sekarang cucumu sudah dewasa dan bisa hidup sesuai dengan jalan yang kakek dan nenek tempuh. Jalan kependekaran aliran putih. Kedua pemuda itu menyimak setiap jengkal kata dari Trihasta Prasaja, bahkan dari A sampai Z. Hampir tak satu kata pun terlewatkan oleh mereka berdua.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kalau melihat bocah ini berkicau, kok lama-lama mirip dengan perempuan, ya? pikir Adiprana. Sebentar matanya sesekali melirik ke bagian dada Trihasta Prasaja. Hemm, dadanya datar-datar saja. Tidak ada tonjolannya. ... itulah sebabnya tadi aku katakan kalau sebenarnya kita masih saudara perguruan, Jalu. kata Trihasta Prasaja menutup ceritanya. Gimana, paham ga? Namun melihat tampang bego dua pemuda di depannya, Trihasta Prasaja malah tertawa geli. Sebenarnya, kalian mendengar ceritaku ga, sih? Denger-denger, jawab Jalu dan Adiprana bersamaan. Namun melihat cara dua pemuda itu menjawab, Trihasta Prasaja malah menjadi cemberut. Apalagi dengan cara memandang keduanya seperti orang kena hipnotis itu --terutama sekali sorot mata Adiprana sedang untuk Jalu dia menganggapnya pemuda buta biasa-- membuat pipi Trihasta Prasaja bersemu merah. Huh, kalian benar-benar menjengkelkan. Tanpa menunggu jawaban, si pemuda berkumis tipis bangkit berdiri, lalu pergi begitu saja tanpa pamit. Kepergiannya tentu saja diikuti dengan tatapan aneh Jalu dan Adiprana. Setelah menghilang di kelokan tangga, barulah keduanya menghela napas lega. Jalu, kau tahu apa yang ada di kepalaku? Kukira tidak jauh beda dengan apa yang ada di kepalaku. Keduanya sambil pandang, lalu sama-sama berucap, Dia ... banci! Keduanya langsung melepas ledakan tawa setelah mengucapkan kata-kata sakti barusan. Seumur-umur, baru kali ini aku liat pemuda berwajah cantik, kata Adiprana sambil terus tertawa berderai. Aku sendiri juga sama, sahut Jalu. Bahkan aku sempat berpikir kalau dia seorang gadis yang tengah menyamar. Dari tadi kuliat-liat di bagian dada, ga ada tonjolan sama sekali. Kecil pun juga tidak. Keduanya kembali tertawa berderai. Ngomong-ngomong, kau ini benar-benar buta atau ... pura-pura buta? serobot Adiprana di sela-sela tawanya. Menurutmu, gimana? tukas Jalu sambil menjerengkan sepasang mata putihnya, yang memang cukup sering mengecoh lawan mau pun kawan. Menurutku, kau ini ... orang buta yang punya banyak otak mesum, hahahaha!! Kembali keduanya tertawa keras. Bahkan saking kerasnya, air mata keduanya sampai keluar dari sudut mata.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Selebihnya, cuma tawa dan tawa saja yang terdengar dari keduanya. Tiba-tiba saja ... Ada orang datang! Ada orang datang ... !! Sebuah teriakan keras terdengar. Tentu saja semua orang yang sudah siaga dari dua hari yang lalu, langsung sigap mencari-cari ke segala arah. Walau bagaimana pun juga, tentu saja mereka merasa aneh mendengar teriakan barusan. Orang datang? Bukannya lebih tepat ... kapal datang? Namun, keanehan yang merambati mereka akhirnya tersunat kala di kejauhan terlihat dua orang sedang berdiri di atas permukaan air laut! Berdiri ... benar-benar berdiri di atas air! Jika bukan orang berilmu tinggi, bagaimana mungkin bisa melakukan hal itu!? Semua orang di kapal Surya Silam menjerengkan mata lebar-lebar. Berikan teropong kaca laut! seru Gandarwa pada salah seorang anak buahnya yang dengan sigap memberikan sebentuk benda bulat yang bisa memanjang jika ditarik ujungnya. Benda itu dibeli Gandarwa dari pedagang Daratan Tiongkok yang menumpang di kapal mereka. Benda itu di kedua ujung terdapat cermin bulat yang bisa membesar dan mengecil jika di putar di bagian ujung depan. Heeemm ... mereka tidak berdiri di atas air, tapi ... menunggang seekor ikan besar berbentuk pipih selebar tiga kali layar kapal, desis Gandarwa. Mendengar ukuran ikan tersebut, Jalu langsung memotong cepat, Apa bukannya ikan pari raksasa? Ikan pari raksasa? gumam Gandarwa sambil sesekali memutar-mutar ujung teropong. Lalu sahutnya, Yang kau maksud dengan ikan pari adalah ikan pipih besar dengan ekor panjang serta dua tanduk depannya, mungkin juga benar. Benar! Itulah ikan pari raksasa, kata Jalu. Namun dalam hatinya ia berkata lain, Berarti perairan laut air tawar sudah dekat. Tapi di sebelah mana letaknya? Apa harus menunggu kemunculan ikan gajah putih terlebih dahulu baru diketahui letaknya? Saat Jalu asyik berkutat dengan kata hatinya, terdengar seruan kaget dari mulut Gandarwa. Itu ... Raksasa Laut Hitam dan Demit Mungil! katanya kembali. Mendengar nama Raksasa Laut Hitam saja sudah membuat yang ada di situ terkaget-kaget dengan jantung berdetak kencang, namun di tambah dengan nama keren Demit Mungil semakin membuat senam jantung saja. Sebab belasan tahun lamanya nama seram Raksasa Laut Hitam dan Demit Mungil tidak

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terdengar. Entah menyembunyikan diri, entah pergi kemana tidak ada satu pun warga persilatan yang tahu. Yang gelarnya Raksasa Laut Hitam tidak seperti yang dibayangkan orang. Meski menggunakan nama raksasa, namun sosoknya benar-benar jauh berbeda dengan gelarnya. Sosok Raksasa Laut Hitam kecil-mungil saja. Ga tinggi-tinggi amat, yah ... satu tombak lewat satu jengkal lebih beberapa helai rambut gitu-lah. Gemuk-gemuk amat juga tidak meski berperut sedikit buncit karena kelebihan lemak (kurang olah raga kali). Kulitnya juga lumayan hitam meski tidak sehitam jelaga. Yang luar biasa justru hidungnya, besar menggelembung menggantung macam paruh kakatua. Baju putih doreng-doreng antara hijau-merah tidak dikancingkan hingga berkibar-kibar macam sayap kelelawar memperlihatkan gambar tato entong bersayap di bagian dada. Entah apa maksudnya menggambar tato selucu itu, mungkin juga untuk menakuti-nakuti lawan atau cuma salah cetak, hanya Raksasa Laut Hitam yang tahu. Namun yang jelas, Raksasa Laut Hitam terkenal dengan jurus silatnya yang bernama Jurus Pukulan Gelombang Laut yang konon kabarnya di wilayah Laut Hitam nun jauh disana tidak ada satu pun yang sanggup membendungnya. Akan halnya Demit Mungil justru bertolak belakang dengan sang kawan. Meski menggunakan embel-embel mungil biar berkesan manis, namun sosoknya yang tinggi besar macam pohon beringin benar-benar tidak ada manisnya sama sekali. Bener-bener ga match gitu-loh! Demit Mungil terlihat tinggi menjulai dengan kulit putih bersih sehingga saking bersihnya, tidak ada tahi lalat -- apalagi tahi kebo, hihih ... amit-amit deh -- yang ada di tubuhnya. Gambar panu pun tidak ada. Meski bertubuh tinggi besar dengan otot-otot bersumbulan, raut mukanya yang oval justru terlihat kalemkalem saja lengkap dengan rambut tersisir rapi. Tidak ada cambang atau pun kumis, bahkan bibirnya merah membasah seperti bibir perempuan usia belasan tahun. Baju dan celananya pun bersih, beda jauh dengan Raksasa Laut Hitam yang bercelana hitam dekil. Meski semua terlihat bersih dan rapi, tapi nah ada tapinya, matanya itu lho. Gede-gede macam jengkol! Di setiap tangan kiri-kanan terdapat tiga besi panjang kuning emas macam cakar yang diselipkan. Itulah senjata andalan Demit Mungil yang bernama Tanduk Singa. Meski masing-masing cuma sepanjang dua jengkal, jangan dianggap remeh. Senjatanya sih tidak seberapa hebat, namun racun yang melumuri seluruh Tanduk Singa yang wajib diwaspadai. Cukup kena tusuk dikit aja, sebesar jarum sajalah, dalam waktu dua helaan napas sudah bisa mengirim orang ke rumah masa depan alias kuburan! Hebat, kan?

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ngomong-ngomong jurus andalan, ni orang juga punya. Namanya Ilmu Silat Singa Laut. Entah sehebat apa, tidak ada yang tahu, barangkali kalah pamor dengan Tanduk Singanya. Konon kabarnya, Demit Mungil ini juga memiliki pukulan sakti yang namanya Ilmu Pukulan Pasak Bumi. Nah, kayak apa sih pukulannya? Ntar liat aja, gitu aja kok repot! Sebentar saja, lesatannya telah berada sejarak delapan tombak dari kapal Surya Silam. --o0o--

Bagian 13
Hahahahahah! sebuah tawa keras terdengar berkumandang dari kejauhan, namun getarannya sampai membuat membuat berdebar-debar orang-orang yang ada di kapal Surya Silam. Mana keparat-keparat yang menggagalkan pekerjaan Sepasang Hiu Baja? Mana!? bentak si tinggi besar Demit Mungil. Aku! balas Gautama, lalu ia menudingkan lembingnya sambil berseru keras, Jika kalian berdua ingin mencari siapa orangnya, akulah orang kau cari! Huh, cuma Lembing Nakhoda Berhulu Panjang apa hebatnya? bentak Demit Mungil. Mana yang lain? Biar sekalian aku bereskan! Aku! bentak Gandarwa. Si Kapak Pencabut Nyawa! Bagus, bagus! seru Raksasa Laut Hitam dengan suara cempreng. Pantas berani unjuk gigi di hadapan kami! Sudah tahu Kapak Pencabut Nyawa dan Lembing Nakhoda Berhulu Panjang ada di kapal ini, kalian masih berani mengganggu kami! gertak Gandarwa yang bergelar Kapak Pencabut Nyawa. Benar-benar tidak memandang sebelah mata pada kami. Cuih! Demit Mungil meludah. Apa hebatnya? Perompak Tujuh Lautan tidak pernah takut pada siapapun! Jika berani, silahkan turun kemari! Selebar muka Kapak Pencabut Nyawa merah padam dihina seperti itu. Bangsat! Kuterima tantanganmu! bentak Gandarwa. Namun, sebelum niat Gandarwa terlaksana, sesosok bayangan hijau melesat cepat diiringi teriakan mengguntur, Heeaaahh ... ! Lalu, dua hawa berbentuk bayangan naga hijau terlihat meliuk cepat ke arah Demit Mungil dan Raksasa Laut Hitam. Wuss ... wusss ... !!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Demit Mungil menghentak kaki pelan, lalu tubuhnya meluruk maju ke depan dengan sepasang tangan mengeluarkan sinar kuning emas menadahi hawa naga hijau. Bummm! Bummm ... !! Dua dentuman terdengar keras. Sosok Demit Mungil berjumpalitan di udara tiga kali, lalu melayang turun dan tepat berdiri di atas hewan tunggangannya. Sedang lawan melakukan hal yang sama, berjumpalitan tiga kali dan melayang turun kemudian berdiri tegak di atas air! Sosok pemuda baju hijau berdiri kokoh di atas air membuat sepasang mata Demit Mungil dan Raksasa Laut Hitam membelalakkan mata. Namun setelah melihat sepasang caping di bawah kaki si pemuda, keduanya tertawa terbahakbahak, meski dalam hati mereka mengakui kehebatan jurus peringan tubuh lawan cukup tinggi. Jarang dijumpai tokoh muda yang sanggup berdiri di atas air dengan caping kecil seperti itu. Kukira siapa, tak tahunya bocah ingusan yang tak tahu tingginya langit dalamnya samudra! ejek Demit Mungil. Bocah, siapa kau? Aku adalah bocah ingusan yang tak tahu tingginya langit dalamnya samudra! balas mengejek si pemuda baju hijau yang ternyata Adiprana atau si Naga Terbang. Jelas? Buaaangsaatt ... ! amarah Demit Mungil meninggi cara menjawab Adiprana. Jangan bilang kalau Demit Mungil membunuhmu tanpa sempat menanyakan nama, anak muda keparat!! Buat apa namaku dikenalkan padamu! Lagian, gelar Demit Sinting Kurang Sajen lebih bagus daripada Demit Tengil, lagi-lagi Adiprana mengejek. Kurang ajar! Selebar muka Demit Mungil merah-padam penuh kemarahan. Benar-benar diejek luar-dalam dia! Sobat, jika melihat jurusnya, tampaknya aku tahu dia berasal darimana, bisik Raksasa Laut Hitam. Teruskan, desisnya sambil menahan geram. Siapa setan baju hijau itu hingga mulutnya berani pentang bacot di depan kita! Kau tahu Persilatan Naga Lahar di lereng Gunung Lahar? Kurasa dia dari sana, jawab Raksasa Laut Hitam. Jelasnya ... murid Naga Terkutuk Dari Neraka! Ooo ... murid manusia keparat yang berjuluk Naga Terkutuk Dari Neraka rupanya, kata Demit Mungil dengan geram. Pantas berani petentang-petenteng di hadapanku! Mendengar nama Naga Terkutuk Dari Neraka disebut-sebut, Naga Terbang terperanjat!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dia tahu jatidiriku sebagai murid Naga Terkutuk Dari Neraka, pikir si Naga Terbang. Celaka! Aku harus berhati-hati menghadapinya. Hahahaha! Cuma murid ingusan Naga Terkutuk Dari Neraka apa bagusnya!? Juehh ... !! Demit Mungil meludah. Kukira Ilmu Silat Naga Hijau-mu belum sehebat gurumu yang murtad dari aliran hitam! Siap-siaplah kau kurencah dan kulemparkan mayatmu ke depan hidung manusia busuk itu! Setan laknat! balas memaki Adiprana, sebab guru yang sangat dihormati di caci-maki lawan di depam hidungnya. Sudah bosan hidup kau rupanya! Prinsip si Naga Terbang, siapa saja boleh mencaci-maki dirinya, tapi jangan sekali-sekali menyinggung nama Naga Terkutuk Dari Neraka di hadapannya! Naga Terkutuk Dari Neraka memang awalnya termasuk gembong sesat kelas kakap, bahkan sudah malang melintang sejak usia muda. Jaman itu, siapa yang tidak kenal dengan gelar seram Naga Terkutuk Dari Neraka? Hanya orang tuli saja yang ga kenal! Namun semenjak usianya mendekati lima kesesatannya lalu memutuskan mengasingkan mau lagi turut campur di rimba persilatan. mengubur dalam-dalam nama jahatnya dan Mandira. puluhan tahun, dia insyaf dari diri di Gunung Lahar serta tidak Laki-laki parobaya ini berniat menggunakan nama asli : Ki

Setelah lima tahun mengasingkan diri timbul niat diri Ki Mandira untuk mewariskan segala ilmu silat dan kesaktian yang dimilikinya agar tidak musnah dimakan usia, lalu didirikanlah Persilatan Naga Lahar. Diawal pendirian, Ki Mandira menerima tiga murid yang rata-rata berusia dua puluhan tahun. Namun setelah tahu gelagat bahwa ketiga muridnya cenderung berada di jalan sesat meniru dirinya, mantan tokoh sesat yang ditakuti ini mengeluarkan ketiga orang muridnya dari perguruan dan dijanjikan diterima kembali jika hatinya sudah bersih. Meski terjadi pertentangan dengan sang guru, namun ketiga murid Persilatan Naga Lahar tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi mereka tahu nama besar dari Naga Terkutuk Dari Neraka! Jelas, belum apa-apa sudah nge-peer duluan! Dua tahun berselang, bertemulah si tua dengan bocah usia enam tahun yang saat itu sedang sekarat karena gigitan ular kobra. Diselamatkanlah anak itu dan diangkatnya menjadi murid tunggalnya setelah melihat bakat dan kecerdasan si bocah. Dialah Adiprana yang sekarang berjuluk si Naga Terbang! Dididiknya Adiprana dengan kasih sayang dan budi pekerti luhur. Meski ia bekas tokoh sesat namun ia tidak malu dicela muridnya jika melakukan kesalahan. Hingga tiga tahun kemudian, jumlah murid Ki Mandira menjadi lima orang termasuk Adiprana sebagai saudara seperguruan yang paling tua. Saat usianya mencapai enam puluh lima tahun, jumlah muridnya mencapai dua belas orang dan Ki Mandira berketetapan tidak menerima murid lagi.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pada Adiprana seorang ia menceritakan siapa jati dirinya. Karena sebab itu si Naga Terbang ini langsung memuncak amarah ketika nama Naga Terkutuk Dari Neraka disinggung dan dijelek-jelekkan lawan. Semua orang mendengar dengan jelas percakapan mereka. Tidak disangka sama sekali kalau Adiprana ternyata murid dari Naga Terkutuk Dari Neraka. Bahkan Gautama sampai terperanjat mendengarnya. Pantas dia begitu kejam! Membunuh orang seperti membunuh lalat saja ... gumam Gautama saat teringat melihat gebrakan pemuda baju hijau saat pertempuran kemarin. Belum apa-apa beberapa nyawa melayang di tangannya. Kejadian kemarin masih membekas dalam ingatanku. Bahkan ia mash ingat sosok tubuh hancur lebur karena pukulan maut yang dilancarkan si Naga Terbang. Hiih, ngeri deh! Kukira Adiprana tidaklah kejam, Paman. Hanya sifat ilmunya saja yang masih memiliki keganasan. Setidaknya ia tidak tersesat seperti gurunya, sahut Jalu Samudra, lalu imbuhnya, ... lagi pula, sedikitnya kita tahu semua tentang Persilatan Naga Lahar. Ki Mandira memang benar-benar telah bertobat dari jalan kesesatan. Coba Paman pikirkan lebih dalam, meski ilmu aliran putih namun jika digunakan untuk kesesatan, apa bedanya? Demikian pula sebaliknya. Setiap ilmu apa pun bentuknya, tergantung dari siapa pemakainya. Si Pemanah Gadis masih ingat betul dengan laki-laki tua pendiam berambut putih dengan raut muka terkesan kalem-kalem sadis waktu kasus Perguruan Sastra Kumala dengan Aliran Danau Utara. Dari Ki Gegap Gempita pula, ia tahu nama Ki Mandira yang adalah Ketua Persilatan Naga Lahar. Hanya saja Ki Mandira pergi begitu saja setelah lolos dari penjara bawah tanah. Yah, ucapanmu memang benar, Anak Muda! sahut Gautama kembali. Jika saja Naga Terkutuk Dari Neraka masih seperti waktu masa mudanya, entah jadi apa rimba persilatan ini!? Semoga saja muridnya ini bisa mengharumkan nama Persilatan Naga Lahar, kata Gandarwa. Semoga. Sementara itu, Demit Mungil sudah saling gebrak dengan si Naga Terbang hingga puluhan jurus. Pun tubuh keduanya melesat kesana-kemari sambil mengirimkan pukulan-pukulan bertenaga dalam tinggi. Bahkan beberapa kali sepasang Tanduk Singa di tangan Demit Mungil berulang kali nyaris menggores kulit Adiprana. Belum lagi kepiawaian Demit Mungil mengendalikan satwa pipih lebar patut diacungi jempol. Setiap kali menghentak, maka dengan sigap si hewan air langsung bergeser sesuai arah yang diinginkan Demit Mungil. Namun ilmu silat Adiprana juga tidak bisa dipandang rendah. Beberapa kali serangan hawa tapak Adiprana dengan sengit mendesak lawan. Belum lagi dengan jurus peringan tubuh handal khas Persilatan Naga Lahar yang unik. Alur gerak langkah sulit ditebak. Meski pertarungan berada di atas air, seolah tidak

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengurangi kelincahan kaki si Naga Terbang melesat kesana-kemari menghindari sergapan lawan mau pun mengirimkan serangan-serangan mematikan. Meski begitu, ada satu hal yang dilupakan oleh Adiprana. Tempat dimana ia bertarung yaitu ... di atas air! Meski si Naga Terbang bisa mengimbangi serangan lawan selama puluhan jurus, namun lama-kelamaan keteteran juga. Air adalah hal baru baginya, sedang bagi Demit Mungil, air adalah sahabat karib yang kemana-mana selalu menemaninya dengan setia. Akibatnya, pelan namun pasti, Demit Mungil berada di atas angin! Suatu saat, sebongkah hawa padat Demit Mungil tepat mengenai bahu kiri lawan saat berkelit ke kanan menghindari sergapan Tanduk Singa. Bukk! Akan tetapi arah gerak lawan sudah bisa terbaca oleh lawan hingga tangan kirinya menyusul bergerak mendorong secepat kilat menerbitkan angin padat menghajar dada. Dess!! Akibatnya ... Adiprana yang kehilangan daya keseimbangan langsung masuk ke air tanpa malu-malu lagi. Byurr! Bagaimanapun juga, pemuda baju hijau ini adalah murid tokoh kosen yang pernah malang melintang dengan segala kesaktian dan kejahatannya tentu tidak hanya dengan sekali pukul langsung keok. Kesadarannya cukup tinggi, meski sergapan rasa sakit mendera di bahu dan dada. Begitu mencapai kedalaman enam tujuh tombak Adiprana segera memutar tubuh, lalu menghimpun tenaga dalam tingkat tinggi di dalam air hingga telapak tangan sebatas siku berpijar hijau. Selang beberapa saat, tangan berubah menjadi cakar kokoh yang digerakkan membeset air silih berganti. Hewan keparat itu harus aku hancurkan terlebih dahulu, pikir Adiprana sambil terus membeser-beset air yang semakin lama semakin cepat. Srett! Srett! Jurus Pisau Naga Merobek Langit paling afdol digunakan di udara terbuka namun sekarang justru dikerahkan dalam air, yang meski kehilangan sebagian kekuatan karena tekanan air yang kuat namun keganasannya tidak bisa dipandang ringan. Werrr ... ! Werrr ... ! Di atas permukaan air, Demit Mungil yang masih mengatur napas mendengar suara gemuruh dari bawah air. Suara apa itu? desisnya.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun kepanikan justru terlihat pada ikan pari raksasa tunggangannya. Hewan itu terlihat gelisah dengan mengibaskan ekor berulang kali dan pada akhirnya, tanpa diberi perintah oleh Demit Mungil mau pun Raksasa Laut Hitam lagi, dua hewan raksasa itu telah memisah ke kiri kanan dengan cepat. Bersamaan dengan itu, puluhan pisau air menerjang cepat! Srakk! Srakk! Daaarr ... darrr ... ! Namun, serangan pisau air yang semakin banyak terus saja mengejar ikan pari raksasa yang sibuk menghindar kesana-kemari. Bagaimana pun juga, naluri hewani ke dua binatang lebih tajam dari sekedar perintah-perintah yang diberikan manusia. Apalagi jika untuk mempertahankan selembar nyawa. Meski Demit Mungil dan Raksasa Laut Hitam berulang kali memaki hewan tunggangannya agar tenang, namun tetap saja gagal. Keparat! bentak Raksasa Laut Hitam sambil menghentakkan sepasang tangannya ke depan. Ini tidak bisa dibiarkan! Wutt! Jurus Pukulan Gelombang Laut tingkat tiga milik Raksasa Laut Hitam langsung menggebah maju membentuk gulungan-gulungan ombak besar. Duarr! Duarrr! Duarrr! --o0o--

BAGIAN 14
Meski tingkat tiga saja, namun bunyi dentuman yang terjadi cukup keras. Bahkan Adiprana yang berada di bawah air merasakan dadanya semakin tertekan sakit. Selain bagian dalam dada yang seperti meledak karena terlalu lama menahan napas, suara gema ledakan begitu memekakkan saat berada dalam air. Tiba-tiba saja, tubuhnya meluncur cepat ke atas. Byarrr!! Tubuh basah pemuda itu melesat keluar dari bawah air dan saat sejarak tiga tombak, sepasang tapak tangannya digerakkan cepat ke delapan penjuru. Sebuah jurus maut yang sebelumnya meluluh-lantakkan tubuh para Perompak Tujuh Lautan. Jurus Tarian Tapak Naga Hijau! Jurus Tarian Tapak Naga Hijau! seru Demit Mungil. Kita lihat mana yang hebat, jurusmu atau jurus Singa Laut Membelah Angkasa milikku! Sepasang Tanduk Singa digesekkan satu sama lain hingga menimbulkan bunyi nyaring laksana dengkingan suara singa laut dan bersamaan itu pula terlihat larikan-larikan sinar kuning emas berhamburan keluar.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Weess! Weess! Blamm! Blamm! Blamm! Benturan antara bayangan tapak dari jurus Tarian Tapak Naga Hijau dengan larikan sinar kuning emas jurus Singa Laut Membelah Angkasa lagi-lagi membuncah angkasa. Air laut pun sampai bergolak membentuk gelombang tinggi. Bahkan getaran ledakan yang merambat di air sampai ke kapal Surya Silam. Kembali, Adiprana terpelanting dan jatuh ke dalam air. Namun kali ini, karena akibat daya benturan yang sangat keras membuatnya pingsan diikuti semburan darah kental waktu melayang jatuh. Byurr! Sebentar saja tubuh pemuda itu sudah tenggelam ke dalam air. Celaka! Dia bisa mati kehabisan napas, kata Jalu Samudra, cemas. Melihat Adiprana tenggelam, si Pemanah Gadis yang sedari awal pertarungan sudah menduga kalau sobat barunya bakalan dikeroyok, langsung melesat cepat. Wutt! Jalu, jangan ... ! cegah Gautama, namun terlambat. Byurr!! Tubuh pemuda baju biru laut langsung amblas ke dalam air! Begitu merasakan dinginnya air, Ilmu Napas Ikan Gajah yang diberikan Dewi Binal Bertangan Naga kepadanya bereaksi secara alamiah. Sebuah ilmu sakti yang membuat Jalu Samudra bisa bernapas dalam air sesuka hatinya. Tubuhnya meliuk cepat laksana ikan terbang, tangan kiri menyambar tubuh pemuda baju hijau dan dengan ayunan kaki ringan dibawanya naik ke permukaan air. Byarr! Jligg! Jalu Samudra berpijak di atas air. Berdiri tegak-kokoh sambil memondong sosok pingsan Adiprana. Lalu dengan seenaknya ia berjalan di atas air seperti berjalan di atas tanah. Begitu berada tepat di bawah kapal Surya Silam, ia pun berteriak, Paman, tolong obati Adiprana! Biar dua ikan kesiangan ini aku yang urus! Tangan Jalu menyentak sedikit ke atas, lalu tubuh Adiprana melambung ke atas dengan cepat. Wutt! Tapp! Sigap, Cideng menerima tubuh pingsan Adiprana. Begitu Adiprana sudah berada di tangan yang aman, Jalu kembali berjalan lenggang kangkung. Dan anehnya, gerakan tongkat mengetuk tidak pernah terlupa sedikit pun.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tentu saja perbuatan Jalu yang luar biasa itu semakin membuat mata terbelalak. Bagaimana mungkin orang bisa berjalan diatas air seperti berjalan di atas tanah, dengan tongkat pula!? Jika bukan orang berilmu tinggi, tidak mungkin orang bisa berjalan di atas air seperti itu, desis Trihasta Prasaja yang keluar dari kamarnya saat mendengar suara ledakan keras pertama kali. Tapi apa benar dia murid dari Tombak Utara Tongkat Selatan? Setahuku Nini Guru Parikesit tidak pernah menceritakan tentang ilmu kesaktian kakak kandungnya ada yang seperti itu!? Kakang Cideng, apa itu yang namanya jurus Menapak Di Air? tanya Sampurna, heran. Kemungkinan besar ... tidak, Adi! Sebab jurus Menapak Di Air tidak bisa digunakan untuk berjalan biasa, tapi harus berlari cepat. Itu pun harus menguasai tenaga peringan tubuh tinggi. Meleset sedikit saja, pasti tercebur, terang Cideng sambil menyalurkan tenaga dalamnya ke punggung Adiprana. Jelas sekali kalau terlihat Jalu Samudra berjalan, bukan berlari. Benar-benar edan tuh orang! kata Satari tidak sadar. Edan? Maksudku ... ilmunya benar-benar edan! sahut Satari. Tiba-tiba saja, Gandarwa mengernyitkan alis sambil mendesis pelan, Apa jangan-jangan dia orangnya? Ada apa, Paman? Siapa yang dimaksud dengan dia? tanya Sampurna. Dua tahun belakangan ini rimba persilatan dihebohkan dengan kemunculan seorang pendekar muda bermata buta yang konon kabarnya telah mewarisi Ilmu Sakti Mata Malaikat ... terang Gandarwa. ... dan dari ciri-ciri yang dimiliki Jalu, kuat dugaan dialah orangnya. Pewaris Ilmu Sakti Mata Malaikat!? terperanjat Sampurna mendengar hal itu. Maksud Paman, dia itu ... murid mendiang Dewa Pengemis? Tapi itu tidak mungkin! Kemungkinan itu bisa saja terjadi, sahut Gandarwa diplomatis sambil terus memperhatikan langkah Jalu yang lambat namun pasti mendekat ke arah Raksasa Laut Hitam dan Demit Mungil. Ilmu orang-orang sakti tidak akan musnah begitu saja ketika mati, tapi menggumpal dalam wujud-wujud tertentu. Bisa berupa pedang, golok atau apa saja. Bahkan ilmu-ilmu titisan bisa berwujud gumpalan cahaya atau sebentuk mimpi yang selalu hadir kala yang bersangkutan tertidur. Sebagai contoh nyata adalah pemilihan Ketua Istana Elang yang dari generasi ke generasi selalu berbeda-beda namun cara penurunan ilmu kesaktian cenderung sama. Semua calon Ketua Istana Elang harus digodok di Lembah Badai yang konon kabarnya hanya Ketua dan Empat Pengawal Gerbang yang sanggup menembusnya. Sampurna yang mendengarnya manggut-manggut. Meski belum pernah bertemu dengan tokoh selegendaris Ketua Istana Elang dan Empat Pengawal Gerbangnya, namun Sampurna meyakini betul kebenaran ucapan Gandarwa.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Gautama yang sedari tadi tercengang dengan pamer kesaktian (kalau sekarang namanya show of power gitu-lah) yang ditunjukkan Jalu Samudra, dan saat mendengar ucapan Gandarwa, mendadak saja teringat pada satu nama yang akhir-akhir ini menjulang tinggi karena kesaktiannya. Jangan-jangan ... dia ... Dia siapa, Paman? tanya Sampurna sambil memandang Gautama dengan sorot mata ingin tahu. Dia itu pemuda yang berjuluk ... si Pemanah ... kata Gautama dengan sedikit merendahkan kata terakhir bahkan cenderung di telan. ... Gadis ... Gautama takut kalau salah ucap. Jika hanya dirinya saja yang tahu tidak menjadi masalah, namun jika semua orang tahu ia memberi julukan asal saja pada seseorang dan yang bersangkutan tidak terima, bisa panjang buntutnya. Si Pemanah ... siapa? tanya Sampurna dengan mimik muka heran. ... Gadis? Gautama hanya memandang dengan senyum-tak senyum saja. Antara mengiya-kan dan tidak. Pokoknya serba nanggung, deh! Jadi Jalu Samudra itu yang berjuluk si Pemanah Gadis? sahut Sampurna agak keras, membuat semua orang menoleh ke arahnya. Brengsek, kau! Kenapa dikeras-kerasin!? seru Gautama dengan suara agak ditekan plus mata melotot, Ntar semua orang denger gimana? Iya kalau bener ... lha kalau salah!? Lho, tadi kan Paman yang bilang sendiri, elak Sampurna tidak mau disalahkan. Kok malah aku yang dibentak-bentak? Muka Gautama merah padam karena malu. Sudah! Aku tidak mau bicara lagi! kata Gautama sambil pergi menjauh. Tentu saja debat antara Sampurna dengan Gautama tadi sedikit banyak terdengar oleh orang-orang yang berada di kapal Surya Silam. Suara gemuruh macam lebah kawin terdengar. Yang bener aja? Masa julukan kok si Pemanah Gadis? tukas yang di pojok kanan. Lha, emang bagusnya apa. Mbul? Julukan tuh yang heboh, kalau perlu mengerikan. Biar lawan pada takut! terang yang di pojok kanan yang disebut Mbul, lengkapnya : Jumbul. Misalnya? Si Pemanah Sakti Bertangan Maut bisa, Dewa Panah Berwajah Tampan juga tidak jelek, Pemanah Buta juga cocok. Pemanah Baju Biru tak buruk-buruk amat ...

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Wah, kalau aku lebih setuju disebut si Pemanah Gadis, sahut kawannya yang bernama Junta. Kamu? Bukan! Ya ... si Jalu itu, goblok! Liat aja! Jalu itu ganteng, kulitnya bersih, badannya tegap, berilmu tinggi. Gelar si Pemanah Gadis cocoklah buat dia, klop gitu looh! Dari pada si Pemanah Janda atau malah si Pemanah Nenek, kan bagusan si Pemanah Gadis, cerocos Junta panjang lebar. Sambungnya, Lagian, jika disejajarkan dengan aku, nilai ketampanan Jalu dan diriku pastilah bernilai sembilan. Lho ... kok bisa? tanya heran Jumbul sambil memandang pulang balik wajah Junta. Dilihat dari segi mana pun, wajahmu ga ada nilai sembilan, tuh! Empat aja juga engga! Maksudku ... kalau si Jalu nilainya sembilan di atas nol, kalau aku sih ... sembilan di bawah nol, hehehehe! kata Junta sambil meringis. Ahhh ... kampret loe! Sementara itu, yang dibicarakan malah justru sedang tantang-tantangan adu mulut. Yach, maklum ajalah, namanya juga baru kenal. Saling menantang dulu, boleh dong! Siapa kau, Anak Muda? tanya Raksasa Laut Hitam. Mau apa kau? Kau mau apa? Apa mau kau? Karena bentakan yang serak-serak sember itu, tentu saja membuat Demit Mungil gaplok kepala sang teman. Plok! Kalau bentak yang bener, bego!! bentaknya dengan mata melotot, lalu bisiknya, Kalau keder jangan diperlihatkan, malu-maluin nama besar kita. Aku sih maunya juga begitu, balas bisik Raksasa Laut Hitam. Tentu saja melihat pameran tenaga dalam si pemuda baju biru laut berambut kuncir ekor kuda yang diikat robekan kain warna biru laut sudah membuat Raksasa Laut Hitam menduga seberapa tinggi kesaktian lawan. Buat apa kalian perlu tahu siapa aku? sahut Jalu dengan gaya menjengkelkan. Bagaimana tidak menjengkelkan, dia justru duduk berjongkok sambil tangan kanan yang memegang tongkat memukul-mukul air laut, menggoda hewan tunggangan dua kaki tangan Jenggot Perak Mata Satu. Jika orang lain berpikir ribuan kali untuk bisa duduk di atas air, justru si pemuda murid Dewa Pengemis ini dengan seenaknya melakukan hal yang dianggap mustahil semua orang! Benar-benar menghina dia! Dengan jurus Kilat Tanpa Bayangan dan tenaga dalam super tinggi bukanlah hal yang mustahil dilakukan anak didik Tombak Utara Tongkat Selatan ini. Jurus

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kilat Tanpa Bayangan bukan hanya berlari secepat kilat tapi bisa membuat pemiliknya seringan kapas seenteng bulu. Bangsat! Jangan dikira dengan kau bisa nangkring di atas air sudah membuat kami menjadi keder! bentak Raksasa Laut Hitam menutupi rasa gentarnya, padahal dalam hatinya ia sudah nge-peer duluan, Brengsek! Kenapa aku jadi gelisah begini!? Memangnya kau bisa!? ledek si Pemanah Gadis sambil terus menusuknusuk mainan barunya. Tentu saja ikan pari jadi gelisah. Sebentar-sebentar menggeser ke kiri kanan, adakalanya sedikit menenggelamkan diri hingga sebatas pinggang Raksasa Laut Hitam yang notabene membuat panik sang penunggang. Sini kau! ledek Jalu semakin keterlaluan. Selebar muka Raksasa Laut Hitam mengelam. Marah. Bahkan terlihat dari ubun-ubunnya keluar asap tipis. Marah tingkat tinggi, bro! Ini tidak bisa dibiarkan! Mau dibawa kemana nama besar kita jika hanya melawan bocah ingusan sepertimu saja sudah membuat gentar! bentak Demit Mungil sambil pasang kuda-kuda. Melawan? Emangnya kita sudah bertarung!? tanya Jalu, heran. Boro-boro bertarung, lha wong dari tadi kalian cuma pentang bacot buang kentut saja! Sudah! Lebih baik kalian pulang saja!! Hush ... hush ... hushh ... ! Sambil berkata begitu, Jalu Samudra memukul-mukul air didepannya membuat percikan-percikan air hingga sepasang ikan pari menggoyang ekor sambil mundur perlahan sedang tangan kirinya bergerak seperti menggusah ayam yang mau dimasukkan kandang. Setan keparat! Demit Mungil langsung menerjang lawan dengan sebat. Tubuh kekar itu bergerak cepat di atas air. Meski tidak bisa seperti yang dilakukan Jalu Samudra, namun langkah kaki yang dilakukan oleh Demit Mungil tergolong ringan. Sebab, bagaimana pun juga, laut adalah kampung halamannya. Sepasang Tanduk Singa mencecar lawan dengan sabetan dan tusukan cepat membawa hawa maut. Wuss!! Harapan Demit Mungil adalah Jalu Samudra bersalto ke belakang menghindari serangannya sehingga ia bisa melakukan serangan susulan yang lebih mematikan. Namun harapan tinggal harapan. Bukannya Jalu menghindar, tapi justru melepas tenaga peringan tubuh jurus Kilat Tanpa Bayangan dan akibatnya ... Blungg ... !

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Langsung amblas ke dalam air dan tahu-tahu sudah muncul di belakang Raksasa Laut Hitam. Took! Tongkat di tangannya langsung menggetok kepala Raksasa Laut Hitam dengan sukses tanpa halangan. Raksasa Laut Hitam serasa terbang nyawanya! Laknat! bentaknya sambil mengelebatkan tangan kanan ke belakang. Wutt! Namun, lagi-lagi Jalu menjatuhkan diri ke air dan tahu-tahu telah muncul di belakang Demit Mungil yang matanya masih nyalang mencermati air di depannya. Took! Jalu menggetok kepala Demit Mungil, sama halnya yang dilakukan terhadap Raksasa Laut Hitam. Buuuaaaajingannn ... !! seru Demit Mungil sambil memutar tubuh, namun sosok Jalu Samudra kembali menyelam ke dalam air. Begitu berturut-turut hingga masing-masing mendapat lima ketokan! Saking jengkelnya, Raksasa Laut Hitam mengumbar pukulan-pukulan sakti sehingga berulang kali terdengar deburan keras, termasuk pula jurus Pukulan Gelombang Laut tingkat enam berceceran dimana-mana. Akan tetapi sosok Jalu Samudra alias si Pemanah Gadis seakan bisa muncul dimana saja. Meliuk-liuk bagai bulu ayam terbawa angin diantara celah-celah sempit yang bisa dimasuki. Bahkan kata-kata sakti dari kebun binatang lebih lancar mengalir mulut Demit Mungil sembari Sepasang Tanduk Singanya berulang kali melontarkan larikanlarikan sinar kuning emas yang menyebar ke segala penjuru. Tentu saja larikan bukan sembarangan larikan sinar tapi sarat tenaga dalam tinggi. Tentu saja yang dilakukan si Pemanah Gadis membuat panas dingin bulu kuduk Demit Mungil dan Raksasa Laut Hitam. Belum pernah dalam sejarah hidup mereka dipermalukan seperti itu. Puluhan tahun mengangkat nama seram di rimba hitam, toh pada akhirnya hanya jadi mainan pemuda tak dikenal yang dengan dengan seenak perutnya menggetok kepala atau ubun-ubun tanpa diketahui bagaimana ia muncul, tahu-tahu ada telur bundar tercetak rapi di kepala! Jika diitung-itung, dah koit lima kali tuh! --o0o--

BAGIAN 15
Namun karena pada dasarnya mereka adalah tokoh sesat yang selalu memandang tinggi diri sendiri dan meremehkan orang lain, tidak bisa menerima

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ begitu saja perlakuan lawan. Tindakan si pemuda yang seperti mempermainkan mereka sebagai tokoh hitam kelas kakap jelas laksana menyiram api dengan minyak. Anak muda keparat! Jika kau laki-laki, bertarunglah secara jantan! seru Demit Mungil. Jelas sekali ia berkeinginan menohok harga diri Jalu Samudra. Ahhh ... yang beneerrr ... !?!?! Yakin nih ... ? sebuah suara terdengar menggema di seantero lautan, bahkan semua orang yang berada di kapal Surya Silam mendengarnya dengan jelas. Namun batang hidung si pemuda tidak kelihatan di mana pun. Jangan-jangan itu cuma kilah kalian saja supaya aku tidak menambah jumlah telur busuk di kepala kalian. Bangsat! Tunjukkan dirimu! bentak Raksasa Laut Hitam sambil memutar tubuh mencari asal suara. Betul, tunjukkan dirimu! kata latah Demit Mungil. Senyap kembali meraja di tempat itu. Namun, beberapa saat kemudian, dari bawah air sebelah kanan perlahan namun pasti keluar sebentuk kepala, terus ke bawah hingga air sebatas leher, dada, perut terlihat jelas. Naik terus ke atas, hingga pada akhirnya... terlihat sosok pemuda baju biru laut dengan senyum cengar-cengir dengan mata putihnya terbuka lebar. Tak lama kemudian, sebentuk sosok tubuh berdiri tegak sambil menggendong tangan di belakang. Dan lagi-lagi, berdiri di atas pemukaan air laut! Tentu saja, cara keluar dari air yang spektakuler itu mengundang decak kagum semua orang yang ada di kapal Surya Silam. Bahkan Satari dan kawankawan sampai bertepuk tangan saking senangnya. Jelas sekali permainan tenaga dalam Jalu Samudra atau si Pemanah Gadis tidak bisa dianggap main-main lagi! Benar-benar sinting tu orang, cerocos Junta. Kayak setan laut aja. Hooh! Bisa nongol dimana-mana, sahut sang kawan. Apa dia keturunan ikan, ya? Iya, kali! Sementara itu, Demit Mungil dan Raksasa Laut Hitam terkesiap! Brengsek! Anak muda ini membuatku makin keder saja, Raksasa Laut Hitam berkata dalam hati. Kurasa ... Ketua hanya yang sanggup menandinginya. Kegentaran demi kegentaran terus membumi dalam diri anak buah Jenggot Perak Mata Satu yang paling diandalkan untuk sesi gertak menggertak. Namun justru kali ini malah mereka kena gertak! Ayoh, kalau kau mau menunjukkan kelaki-lakianmu, ucap Jalu, ringan. Demit Mungil dan Raksasa Laut Hitam yang sudah diamuk kemarahan langsung pasang kuda-kuda. Tarik napas dalam-dalam, siap melontarkan jurus atau pukulan maut kalau perlu.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Eee ... ee-ee ... eee ... tunggu dulu! kata Jalu sambil menggoyanggoyangkan tangan kiri. Apalagi!? bentak Raksasa Laut Hitam jengkel. Kulitnya yang sehitam jelaga semakin menghitam saja karena kemarahan yang memuncak. Lho ... bukankah tadi kau bilang mau menunjukkan kejantanan kalian? Nah, sekarang lorotkan celana dan tunjukkan kejantanan kalian. Ayo ... ayo ... !! Diamput! entah kata ajaib darimana keluar dari mulut Demit Mungil. Mungkin saking mendongkolnya sampai-sampai tidak bisa mengatakan apa-apa. Raksasa Laut Hitam yang sudah terpancing hawa amarahnya, sudah tidak dapat berkata-kata lagi. Tanpa ba-bi-bu, diterjangnya pemuda baju biru laut dengan cepat. Wutt! Wutt! Dua hawa pukulan beruntun sarat tenaga dalam maju terlebih dahulu sebelum tinju Raksasa Laut Hitam mencapai sasaran. Terpaan angin yang lebih dahulu sampai membuat Jalu Samudra sadar bahwa lawan menggunakan jurus silat tingkat tinggi dalam pertarungan kali ini. Namun belum lagi melakukan gerak hindar, seleret sinar kuning sampai lebih dahulu. Rett! Edan! gerutu si pemuda sambil melayang mundur. Pada awalnya, si Pemanah Gadis berpikir dua lawannya akan tetap berada di atas tunggangan masing-masing. Namun kenyataan sungguh berbeda dengan apa yang ada dibenaknya. Tubuh Raksasa Laut Hitam dan Demit Mungil sanggup berloncatan ringan di atas air sembari melancarkan serangan-serangan mematikan. Jelas sekali ilmu ringan tubuhnya tidak bisa dipandang sebelah mata. Debb ... debb ... ! Werrr!! Tanpa terasa sepuluh jurus berlangsung dengan cepat, namun selama pertarungan berlangsung Jalu Samudra lebih banyak menghindar dengan gerak miring-miring ala kepiting meski sesekali melakukan serangan-serangan kilat ke arah lawan. Apa lagi jika bukan Ilmu Silat Kepiting Kencana andalannya? Namun, yang dilakukan oleh Jalu Samudra bukan semata-mata memancing kemarahan lawan. Hanya saja ia ingin melihat sejauh mana dua lawannya sanggup bertarung di atas permukaan air. Namun sampai pada jurus ke lima puluh, gerakan dua lawan beda kualitas itu tetap berbahaya, seakan tidak terpengaruh dengan kondisi sekitar. Mereka bertarung layaknya berada di atas tanah!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Akal halnya tokoh silat hitam andalan Jenggot Perak Mata Satu ini semakin terkaget-kaget saja. Lawan mereka yang masih muda selain sanggup membuat keder keduanya yang notabene tokoh silat kelas tinggi yang jika dihitung-hitung lebih lama berkecimpung di rimba persilatan ternyata tidak sanggup menekan lawan, menyentuh seujung rambutnya saja sulit. Belum lagi dengan hawa sakti yang dimiliki lawan yang menurut sanggup menerobos hawa pelindung yang dimiliki oleh Demit Mungil dan Raksasa Laut Hitam. Belum lagi dengan cara bertempur Jalu Samudra yang miring-miring seperti gaya kepiting berjalan membuat serangan-serangan yang dilancarkan bisa dinetralisir dengan mudah. Belum lagi dengan setiap terjadi benturan tenaga mau pun dengan tongkat, tubuh mereka serasa dimasukkan ke dalam tungku membara malah kadang kala disertai rasa seperti disambar ratusan petir. Demit Mungil dengan Sepasang Tanduk Singa pun tidak sanggup menembus daya pelindung yang dimiliki lawan. Bahkan kala Sepasang Tanduk Singa saling bentrok dengan tongkat hitam di tangan si pemuda buta, rasanya seperti tersengat belut api. Panas membara dan aliran darah terasa menggeletar! Ilmu Silat Singa Laut yang terdiri dari dua puluh jurus sampai diulang untuk ke dua kalinya, namun hasilnya ... nihil! Paras mukanya yang bersih terlihat pucat pasi. Bukan karena gentar, namun karena berulang kali tersengat hawa panas yang berasal dari tongkat hitam si Pemanah Gadis membuat aliran darahnya makin lama makin kacau balau. Brengsek! Apa pemuda ini pernah menelan hewan langka yang bernama Belut Api? Hawa tenaga dalamnya begitu panas seperti dipanggang api. Darahku rasanya seperti mendidih jika bersentuhan dengan tongkatnya, Demit Mungil berkata dalam hati sambil mengelebatkan Tanduk Singa di tangan kanan. Werr! Trakk! Uughh ... !! Demit Mungil mengeluh saat kembali merasakan sengatan panas. Sementara itu, Raksasa Laut Hitam yang terus membangun seranganserangan cepat, mengalami nasib yang tidak jauh beda dengan sang kawan karib. Gila! desisnya, Ilmu apa yang dimiliki pemuda buta ini? Jurus Pukulan Gelombang Laut seperti tidak berarti apa-apa padanya. Jika seperti ini terusmenerus, mau ditaruh mana nama besar Raksasa Laut Hitam, hah!? Sementara itu, para penonton yang ada di atas kapal Surya Silam saling kasak-kusuk melihat ajang pertarungan tingkat tinggi yang mungkin belum pernah seumur hidup dilihatnya. Jika pertarungan di darat sudah pasti biasa, tapi di atas air laut? Ini baru ... luar biasa!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun yang luar biasa lagi, justru pertarungan yang terjadi adalah antara orang buta melawan orang bermata normal! Duuh ... bener-bener hebat nih orang buta, lama-lama gua kawinin dia ... pikir Trihasta Prasaja tanpa sadar. Aneh, masa laki-laki doyan laki-laki? Apa mau main pedang-pedangan di atas ranjang? Di atas kapal saja sudah hebat ... ternyata di atas air lebih hebat lagi! desis Gandarwa semakin menjerengkan mata lebar-lebar. Benar-benar pemuda luar biasa. Di arena pertarungan ... Wutt! Wutt! Dua rangkum hawa padat warna kuning keemasan melesat cepat bagai taringtaring singa laut siap menelan mangsa. Jurus Singa Laut Bertaring Emas dikerahkan Demit Mungil dengan seluruh muatan tenaga dalam yang dimilikinya. Akibatnya, air laut tersibak tepat di bawah lesatan dua rangkum pukulan milik Demit Mungil. Si Pemanah Gadis pun sudah tidak mau tanggung-tanggung lagi dalam menghadapi lawan. Dari pada menjadi bibit penyakit berilmu tinggi, mending ditamatkan saja riwayat hidup mereka, gumam Jalu Samudra. Sontak, dibangkitkannya kesaktian terpendam yang didapatkannya secara tidak sengaja waktu terjatuh di lobang ular dan pada akhirnya terkurung di Istana Bawah Tanah. Sebentar saja, Ilmu Tenaga Sakti Kilat Matahari yang dikerahkan pada tingkat dua serta merta membuat seluruh tubuh si pemuda murid Dewa Pengemis dan Dewi Binal Bertangan Naga diselubungi percikan-percikan sinar biru bening. Lalu, tongkat kayu hitamnya berkelebat menyamping. Akibatnya ... Dhuarr ... ! Dhuuaarr ... ! Dua dentuman keras terdengar memekakkan telinga. Sosok Demit Mungil terpental jauh disertai semburan darah kental dari mulutnya. Saat tubuhnya hampir melayang jatuh ke air, terdengar suitan kecil dari mulut laki-laki ini. Suuiiitt ... ! Dari bawah air, sesosok bayangan besar terlihat dan mengapung di atas air. Plukk! Tubuh Demit Mungil tepat jatuh di atas tubuh lunak htam kecoklatan. Apa lagi sosok besar itu jika bukan ikan pari raksasa tunggangannnya?

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Melihat sang kawan karib terluka parah, Raksasa Laut Hitam langsung menggeram marah, Pemuda keparat! Rasakan pembalasanku! Raksasa Laut Hitam menarik napas dalam-dalam sambil sepasang telapak tangannya di buka lebar-lebar di samping pinggang. Beberapa saat kemudian, terlihat pancaran sinar biru pucat yang menggumpal di tapak tangannya. Heeaaa ... ! Dan diiringi teriakan mengguntur seolah menyaingi suara salakan petir, Ilmu Tapak Gelombang Laut yang paling diandalkan dan jarang digunakan Raksasa Laut Hitam pada akhirnya dikeluarkan juga. Menurut perhitungannya, tidak ada satu pun manusia yang sanggup menahan ilmu saktinya yang satu ini, kecuali Jenggot Perak Mata Satu yang kini menjadi atasannya. Wurrrsss ... !! Durrr ... !! Hawa sakti berbentuk tapak tangan raksasa menggebah maju diiringi suara gemuruh bagai badai topan di laut, bahkan air laut sampai terseret mengikutinya. Wah, serangan mematikan, nih, gumam Jalu Samudra. Naga-naganya memang jurus Penjara Petir Tersembunyi harus kugunakan. Si Pemanah Gadis segera menarik tali pada tongkat kayu hitam hingga membentuk busur terentang disertai Ilmu Tenaga Sakti Kilat Matahari tingkat dua yang semula sudah dikerahkan dengan cara menghimpun tenaga kilat dan melontarkan hawa matahari yang ada di pusar kembali siap digunakan. Swoshh ... !!! Sebentuk tenaga berupa kilatan cahaya biru bening merambat keluar melewati tangan kanan-kiri, lalu membentuk dua buah benda bulat kecil memanjang sepanjang setengah tombak dengan mata anak panah berbentuk kepala burung rajawali dengan tangkai yang memancarkan cahaya biru bening. Jurus Penjara Petir Tersembunyi adalah salah satu rangkaian dari 18 Jurus Panah Hawa dari Aliran Rajawali Terbang yang diwarisinya dari Dewa Pengemis dan merupakan jurus paling favorit murid ganteng Dewa Pengemis ini meski untuk pertama kalinya digunakan. Karena di dalam jurus Penjara Petir Tersembunyi berprinsip di dalam jurus ada jurus. Begitu dua anak panah terbentuk sempurna, dengan sedikit tarikan yang semakin mengencangkan busur, Jalu melepaskan tali yang direntang. Sasarannya adalah ... dua hawa tapak tangan raksasa yang tercipta dari Ilmu Tapak Gelombang Laut yang semakin mendekat ke arahnya! Srett! Twanggg! Dua anak panah terlepas dari busur bagaikan lesatan rajawali terbang. Bummm ... ! Bummm ... ! Sepasang hawa tapak tangan yang tercipta dari Ilmu Tapak Gelombang Laut buyar diiringi dentuman keras serta muncratan air membentuk menara air raksasa setinggi puluhan tombak.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Akibatnya, tubuh Raksasa Laut Hitam terpental deras ke belakang disertai muncratan darah kental kehitaman. Jelas sekali, luka dalam yang dideritanya teramat parah terutama bagian dalam dada serasa rontok, mungkin butuh waktu beberapa bulan untuk menyembuhkannya. Seperti halnya tunggangan Demit Mungil, ikan pari raksasa tunggangan Raksasa Laut Hitam dengan sigap mengejar maju menyambut tubuh sang majikan. Namun belum lagi tubuh Raksasa Laut Hitam mendarat di punggung ikan pari raksasa, dari balik menara air melesat cepat sebentuk benda yang memancarkan sinar biru bening. Lesatannya disertai suara mendesis seperti api bertemu air. Werrr ... ! Awaassss ... ! Demit Mungil yang melihatnya berteriak ngeri. Namun terlambat! --o0o--

BAGIAN 16
Peringatan sang kawan memang didengarnya, namun saat itu kondisi Raksasa Laut Hitam dalam posisi melayang, tidak ada tempat untuk berpijak untuk menghindar. Dan akhirnya ... Jrabbb! Jderrr ... !! Tubuh Raksasa Laut Hitam hancur berkeping-keping! Demit Mungil sampai tergugu tidak bisa bergerak melihat nasib naas Raksasa Laut Hitam. Sedih sekali melihat kawan karibnya tewas dengan tubuh jadi cuilancuilan kecil seperti itu. Dari kesedihan berubah menjadi kemarahan! Keparat! bentaknya. Kau harus mati di tanganku pemuda keparat! Ilmu Pukulan Pasak Bumi tidak cukup pantas untukmu! Tangan Demit Mungil berubah bercahaya kuning keemasan hingga sebatas siku. Akan tetapi sebelum pukulan maut Pukulan Pasak Bumi dilontarkan, sosok pemuda berpakaian biru laut itu tiba-tiba melesat cepat laksana sambaran kilat di atas air dengan kecepatan tinggi. Eh ... !? Demit Mungil terlonjak kaget!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun belum lagi kekagetan tokoh sesat ini sirna, sejarak kurang dari satu tombak dari Demit Mungil, si Pemanah Gadis justru melompat tinggi ke atas secara tegak lurus. Wuut ... ! Saat mencapai ketinggian enam tombak, dengan gerakan manis tubuh si pemuda baju biru laut berbalik menukik dengan posisi kepala di bawah dan kedua kaki di atas. Tangan kanan yang menggenggam tongkat kayu hitam terjulur lurus ke bawah, sehingga kedudukan tubuh si Pemanah Gadis tepat tegak lurus di atas lawan. Dalam kedudukan seperti itu, tubuhnya meluncur turun ke arah Demit Mungil yang tepat berada di bawahnya. Yang lebih mengerikan lagi, dalam keadaan seperti itu tubuh si Pemanah Gadis justru berputar cepat laksana gasing disertai percikan-percikan sinar biru bening yang menyambar laksana kilat. Jalu Samudra mengerahkan jurus Kepiting Terjun Dari Langit Sambil Berputar dimana jurus ini digelar murid tunggal Dewa Pengemis ini dengan mengerahkan tingkat dua dari Ilmu Tenaga Sakti Kilat Matahari! Makan pukulanku! seru Demit Mungil sambil mendorongkan sepasang tangan yang sarat dengan Ilmu Pukulan Pasak Bumi! Dubb ... dubb ... ! Clarrr, clarrr ... ! Lesatan sinar kuning keemasan yang menggumpal sebesar bola sepak langsung tersibak bagai dikibaskan tangan-tangan tak kasat mata. Demit Mungil sendiri sampai terlonjak kaget mengetahui Ilmu Pukulan Pasak Bumi melenceng saat mendekati ujung pusaran. Benar-benar sulit dipercaya! Sedangkan serangan berputar si Pemanah Gadis sudah semakin dekat ke arah Demit Mungil berdiri. Rett! Rettt ... ! Rett ... !! Si tokoh sesat berjuluk Demit Mungil menyadari betul serangan pemuda buta bertongkat hitam sangat berbahaya bagi selembar nyawanya. Ingin mengelak pun rasanya sudah tidak memungkinkan karena hawa serangan seperti menekannya dari atas. Namun, kehebatannya sebagai tokoh sesat memang patut diacungi jempol. Ia tidak gugup meski serangan lawan begitu mengerikan, bahkan semakin mengempos seluruh hawa sakti yang ada dalam dirinya. Berikutnya ... sepasang tangannya yang sudah terangkum hawa kuning keemasan yang semakin cemerlang dihantamkan ke arah lawan. Wutt! Wutt! Jderrr! Jderrr! Jderrr!!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kali ini terjadi ledakan keras hingga berulang kali, bahkan kapal Surya Silam yang jaraknya cukup jauh merasakan getaran tersebut. Namun yang jelas, sebagian besar bongkahan sinar kuning keemasan terbuang keluar begitu saja. Mendadak saja, terdengar suara mendesis pelan. Cesss ... ! Dan putaran tubuh Jalu Samudra berhenti mendadak. Hingga terlihat sebentuk posisi tubuh yang benar-benar spektakuler! Sosok tubuh Jalu Samudra yang bergelar si Pemanah Gadis sekarang dalam posisi tegak lurus dengan kepala di bawah dan kedua kaki di atas. Namun yang lebih luar biasa lagi, justru ia berdiri di atas ujung tongkat hitam yang tergenggam di tangan kanan dan ujung tongkatnya menempel di kepala Demit Mungil. Tepatnya ... di ubun-ubun! Am ... pun ... tuan pendekar ... ratap Demit Mungil. Ia tahu betul, menambah tenaga dalam sedikit saja, ujung tongkat lawan pasti tembus ke batok kepala. Telat! sahut Jalu Samudra pendek sambil jungkir balik, dan ... Tep! Berdiri di atas air. Lalu dengan santai, ia berjalan ke arah kapal Surya Silam berada. Sejarak satu tombak, ia berbalik badan dan melambaikan tangan! Dadaaahh ... kata Jalu Samudra. Terima ka ... belum lagi suara Demit Mungil terucap, mendadak saja seluruh tubuhnya memancarkan cahaya biru bening, Eh ... apa yang ... Dhuaarrr ... ! Tubuh Demit Mungil langsung hancur berantakan. Tentu saja nyawanya ga mau bertahan karena tubuhnya ancur-ancuran begitu. Sebenarnya ... apa yang terjadi? Dalam jurus yang digunakan Jalu Samudra yaitu jurus Kepiting Terjun Dari Langit Sambil Berputar terkandung daya penghancur raga dari dalam dimana terjadi kala Jalu Samudra menempelkan ujung tongkat ke ubun-ubun Demit Mungil. Tersalurnya tenaga sakti memang tidak begitu terasa oleh lawan, paling juga griming-griming kayak digigit semut, akan tetapi begitu ujung tongkat sebagai sumbu utama penyalur energi dilepas, maka hawa sakti yang tertanam dalam tubuh lawan langsung bergolak mencari jalan keluar. Dan akibatnya ... seperti yang terjadi pada Demit Mungil! Bahkan ikan pari raksasa tunggangan si tokoh sesat yang kini jadi makan ikan juga mengalami nasib yang sama dengan tuannya. Maksudnya ... sama-sama kehilangan nyawa, gitu loh!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tentu saja pertarungan yang ditunjukkan oleh si Pemanah Gadis ini benarbenar pertarungan yang luar biasa bagi penonton yang berada dia atas kapal Surya Silam. Bahkan saat Jalu melenting tinggi dan melayang turun dekat geladak dimana semua orang berkumpul dengan mulut melongo tanpa mengucakan sepatah kata pun. Hai ... Jalu Samudra berkata memecahkan kesunyian. --o0o

BAGIAN 17
Wutt! Wutt! Dua sosok bayangan berloncatan di atas atap bangunan yang memanjang bagai ular. Gerakan kaki yang ringan dan tidak terdengar suara saat menginjak genting, membuat suatu keyakinan bahwa dua sosok bayangan yang sulit ditentukan laki-perempuannya tergolong pesilat kelas wahid. Setidaknya memiliki tataran ilmu ringan tubuh handal. Saat berada di bagian paling tengah, kedua berhenti sebentar. Lalu saling tatap. Di malam gelap tanpa cahaya bulan dan bintang terlihat sorot mata kuning kehijauan dari keduanya dari balik kedok hitam yang dikenakannya seolah takut dikenali orang. Disini tempatnya? bisik yang kiri. Yang kanan mengangguk. Kau jaga dan aku yang masuk? Kembali yang kanan menganggukkan kepala. Yakin aman? Yang ditanya hanya mengacungkan jempol kanan. Sosok yang kiri membuka genting. Srekk! Empat genting terkuak lebar, cukup untuk masuk tubuh manusia. Lalu dengan gerakan ringan, ia melayang turun ke bawah. Tepp! Tubuhnya menyentuh dinginnya lantai. Namun belum lagi ia bernapas lega, terdengar desingan halus. Serr ... serr ... ! Tubuhnya langsung dijatuhkan sejajar lantai. Creb! Crebb!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lima pisau terbang menancap di tiang penglari. Namun, belum lagi ia bernapas lagi untuk kedua kalinya, dari kiri kanan kembali terdengar suara mendesis pelan. Sirr ... sirr ... sirr ... ! Kali ini ratusan jarum terbang menyala kuning menerjang dari kiri-kanan. Tidak ada waktu bagi penyusup ini melenting menghindar dari situ. Brengsek! desisnya. Tiba-tiba saja sekujur tubuh si penyusup gelap dilapisi hawa padat dingin hitam pekat. Ilmu Baju Es Hitam! Criing! Criiing! Triing! Ratusan jarum terbang langsung rontok. Laknat! Kenapa dia tidak bilang kalau tempat ini penuh dengan jebakan!? desisnya. Seperti sudah mengenal tempat itu sebelumnya, dia langsung berjalan ke arah kiri. Di sana tergantung rapi papan nama sebuah perguruan yang tertulis : PERGURUAN TANAH BAMBU. Di bagian kiri terdapat rak senjata namun tidak ada satu pun senjata di sana kecuali sebatang tombak panjang yang bersandar di pojok ruangan. Sedang sebelah kanan berjajar puluhan kitab berbagai jenis. Namun agaknya si penyusup tidak tertarik pada kitab atau tombak panjang tersebut, justru ia memandang lekat-lekat pada papan nama Perguruan Tanah Bambu. Hehehe, siapa pun tidak akan menyangka kalau pemilik tempat ini menyimpan barang pusaka di dalam sebuah papan nama, desisnya lirih. Benarbenar naif. Diturunkannya papan nama yang terbuat dari kayu jati tua, lalu dengan satu sentuhan ringan ... Krakk ... prusss ... ! Papan nama hancur berantakan menjadi bubuk halus. Plekk! Tiga buah benda jatuh ke lantai secara bersamaan. Ternyata ... kitab! Rupanya di dalam papan nama Perguruan Tanah Bambu tersimpan tiga buah kitab bersampul tebal dari kulit beruang coklat yang selama ini diidam-idamkan oleh kaum rimba pendekar. Si penyusup tersenyum menyeringai di balik kedok hitamnya, lalu memungut ke tiga kitab yang terjauh ke lantai. Meski gelap gulita, sosok itu masih sanggup membaca tulisan yang tertera pada sampul kitab. Hemm ... yang ini Kitab Ilmu Bayu Buana dan yang ini Kitab Ilmu Seribu Bulan dan yang ketiga ... oohhh ... Kitab Ilmu Sayap Pedang Malaikat!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ desisnya dengan mata berbinar-binar. Benar-benar keberuntungan yang luar biasa! Lalu dimasukkannya ke tiga kitab ke balik bajunya. Mendadak saja, ia menghentikan gumaman kegembiraan. Keparat! Dimana beradanya Kitab Ilmu Sakti Delapan Sambaran Kilat Sembilan Matahari? desisnya dengan mata mengedar ke seliling. Bahkan dijelajahinya seantero ruangan hingga saking gemasnya ia mengobrak-abrik seluruh ruangan, namun keberadaan kitab yang dicarinya tidak ada. Lagi asyik-asyiknya mengobrak-abrik ruangan, terdengar suara aneh dari atas. Kuuukkk ... kuuukkk ... !! Suara burung hantu! Cukup dua kali, tapi sudah membuat si penyusup kaget! Brengsek! rutuknya saat tahu arti kode tersebut bahwa ada seseorang yang mendekat ke tempat itu. Tubuhnya segera melayang naik ke arah dimana tadi ia masuk. Wutt! Tepp! Ada apa? bisiknya dengan nada jengkel. Tabir Mentari datang! kata pelan sang kawan yang berada diluar. Kita harus segera pergi. Huh, biar bandot tua aku selesaikan saja sekalian, ketus suara si pencuri kitab saat melihat ke utara. Di kejauhan terlihat satu bayangan kuning keemasan melesat cepat. Kau tinggal pilih! Mempelajari kitab yang kau curi atau mengurusi bola bekel itu? tanpa menunggu jawaban dari si pencuri kitab, ia langsung berkelebat cepat ke arah selatan. Zlappp! Pencuri kitab berkedok hitam menggerutu tidak jelas, toh pada akhirnya ia mengikuti jejak langkah sang kawan yang lebih dulu berkelebat. Sementara itu di bawah ... Setan laknat! Suara keras laksana auman singa itu terdengar hingga ke delapan penjuru. Bahkan setiap dinding sampai tergetar saking kerasnya luapan amarah si pemilik suara. Ada apa, Barka Satya?

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Terdengar teguran halus menggema meski tidak ketahuan keberadaan si pemilik suara. Namun belum lagi suara gema menghilang, satu sosok tubuh telah berada di tempat itu seperti baru saja keluar dari alam gaib. Jelas sekali, ilmu kepandaian yang dimiliki sosok tinggi kurus berjenggot putih dan berpakaian serba putih tidak bisa dianggap enteng. Tangan kirinya yang disembunyikan di belakang tidak bisa menutupi gagang pedang yang tergenggam. Sosok tua penuh wibawa memakai topi tinggi keperakan seperti pejabat istana ini sulit sekali diterka berapa usianya, karena meski bersosok tua namun paras wajah tampannya seperti pemuda usia puluhan tahun. Dialah yang disebut ... Tua Raja Pedang Bintang! Namun belum lagi teguran Tua Raja Pedang Bintang terjawab, dari kejauhan terdengar hembusan angin membadai dan belum lagi tiupan angin hilang di tempat itu telah bertambah dua orang. Mereka adalah ... Tua Raja Bedah Bumi dan Tua Raja Tinju Kayangan! Empat Tua Raja Tanah Bambu telah berkumpul karena teriakan kemarahan Tua Raja Tabir Mentari. Tua Raja Bedah Bumi sendiri seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap dengan raut muka menunjukkan ketegasan dan kejujuran dalam bertindak. Yang luar biasa adalah tinggi tubuhnya di atas manusia normal hingga tinggi tubuh Tua Raja Pedang Bintang cuma sebatas pinggang Tua Raja Bedah Bumi. Belum lagi balutan rompi dari kulit beruang putih seolah tidak menutupi dada bidang kekar berotot. Tua Raja Bedah Bumi tidak senjata pusaka atau sejenisnya karena dia beranggapan setiap tubuhnya adalah senjata. Yang jelas, sepasang kepalan tangannya membuat tanah rengkah seperti membuat kubangan kerbau. Itulah sebabnya ia dijuluki Tua Raja Bedah Bumi! Akan halnya Tua Raja Tabir Mentari justru kebalikannya dengan Tua Raja Pedang Bintang dan Tua Raja Bedah Bumi. Tubuh gemuk dengan perut membuncit seperti di dalamnya berisi bakul nasi, belum lagi dengan lengan dan kaki penuh dengan lemak hingga terlihat begitu subur. Seluruh kulit Tua Raja Tabir Mentari dibalut pakaian kuning keemasan termasuk pula celana pun kuning keemasan. Bahkan rambut dan alis serta kulitnya juga berwarna kuning keemasan. Hanya mata saja yang hitam dan cuma giginya putih bersih. Coba kalau gigi ikut kuning keemasan, bisa dikiloin deh! Tentu saja kulit kuning emas Tua Raja Tabir Mentari bukan bawaan sejak lahir, tapi karena si gemuk ini menguasai satu jenis ilmu yang bernama Ilmu Sakti Iblis Matahari! Lain Tua Raja Tabir Mentari, lain pula Tua Raja Tinju Kayangan. Sosoknya biasa-biasa saja. Tidak yang istimewa darinya. Kalau tua, jelas ... ! Orang berilmu tinggi, apalagi ... ! sanggup memiliki anggota sanggup

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kalau urusan ketampanan, jelas kalah sama Tua Raja Pedang Bintang. Lha wong wajahnya di bawah standar, jeee ... ! Muka aja pake codet menyilang dari pipi kiri ke pelipis kanan dan dari pelipis kiri menyilang sampai pipi kanan, mana bisa disebut ganteng!? Tapi di antara Empat Tua Raja Tanah Bambu yang memang rata-rata suda tidak muda lagi, dialah yang paling menonjol sendiri. Maksudnya ... menonjol keberangasannya! Apalagi jika kesenangan pribadinya di utik-utik ... wuihhhh ... harimau betina beranak aja kalah seram, cing!? Dasar bola bekel Barka Satya! Buat apa kau teriak-teriak tengah malam seperti ini? bentaknya sambil menyebut nama asli Tua Raja Tabir Mentari. Ini saatnya orang tidur, tahu! Hei, Kakang Bayu Rakta! bentak Tua Raja Tabir Mentari menyebut nama asli Tua Raja Tinju Kayangan. Jaga bicaramu! Huh! Tua Raja Tinju Kayangan hanya mendengus saja. Buka matamu! Apa kau tidak melihat tempat kediaman Tuan Majikan porak poranda seperti ini, hah! ucap Tua Raja Tabir Mentari dengan nada jengkel. Pasti ada seseorang yang telah masuk kemari. Bagaimana bisa seperti ini? desis Tua Raja Bedah Bumi. Jangan-jangan ... Tua Raja Pedang Bintang yang paling tenang mengamati sekelilingnya, lalu gumamnya sambil mengusap-usap jenggot putihnya, Hemmm ... tempat ini seperti bekas diobrak-abrik tikus kepala hitam. Pasti ada sesuatu yang dicari di tempat ini. Tikus ... kepala hitam? tanya Tua Raja Tinju Kayangan, heran. Maksud Kakang Bramageni ... maling begitu!? Tua Raja Pedang Bintang tidak menjawab, tapi justru melangkah semakin masuk ke dalam ruangan. Nyalakan obor, katanya kemudian. Tua Raja Tabir Mentari segera menjentikkan jari kelingking beberapa kali. Ctiik! Ctikk! Sinar kuning sebesar lidi melesat ke empat penjuru. Dan ... Blub, blub, bluuub! Empat obor di sudut ruangan langsung menyala terang. Ke Empat Tua Raja Tanah Bambu saling membelalakkan mata melihat keadaan ruangan. Dipan terbalik tak tentu arah. Kitab-kitab berserakan dimana-mana.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Meja kursi sudah bergeser dari tempat semula. Pokoknya mirip kapal pecah, dech! Tua Raja Bedah Bumi berjongkok sambil mengamati bubuk-bubuk halus di lantai. Bubuk apa ini? gumamnya sambil menyentuh serbuk di lantai. Lalu jari-jari tangannya saling menggesek pelan. Ini ... serbuk kayu. Dimas Dahana Lungit, kata Tua Raja Pedang Bintang menyebut nama asli Tua Raja Bedah Bumi. Apa yang kau temukan? Hanya serbuk kayu biasa, sahut Dahana Lungit alias Tua Raja Bedah Bumi sambil bangkit berdiri. Matanya mengedar berkeliling, hingga pada akhirnya terpaku di tengah ruangan. Didekatinya tempat bekas papan nama Perguruan Tanah Bambu yang semula memang ada di tempat itu. Hemmm, dari papan nama perguruan rupanya, ujarnya membuat kesimpulan. Lalu ... dengan maksud apa papan nama perguruan dihancurkan menjadi serbuk halus begini? Tidak ada untungnya. Tiga Tua Raja yang lain pun memeriksa seluruh ruangan yang biasa ditempati Tuan Majikan Kepulauan Tanah Bambu. Namun sejauh ini mereka tidak menemukan kejanggalan apa pun selain ruangan yang tetap berantakan dan puluhan senjata rahasia yang menancap di dinding. Jelas jika si penyusup berilmu tinggi karena bisa menghindari sergapan senjata gelap, setidaknya memiliki peringan tubuh handal. Tua Raja Pedang Bintang berjalan mendekati Tua Raja Bedah Bumi. Apa yang kau temukan, Adi? tanyanya. --o0o

BAGIAN 18
Tua Raja Bedah Bumi tidak menjawab, tapi justru memandang tajam-tajam pada serbuk-serbuk halus yang berserakan di lantai. Mata tajamnya melihat sesuatu yang janggal disana. Lalu ia berjalan kembali ke tempat serbuk-serbuk halus bertebaran, lalu berjongkok dengan mata tetap terpapaku di satu tempat. Emm ... sepertinya posisi serbuk-sebuk ini agak aneh. Aneh gimana? Coba Kakang Bramageni perhatikan! kata dahana lungit sambil tangannya menunjuk ke arah serbuk halus. Seharusnya serbuk ini berada dalam tempat yang berdekatan. Anggaplah satu wilayah. Tapi disini justru terdapat keanehan. Serbuk-serbuk ini seperti menyibak atau menepi ke sisi-sisi di sebelahnya membentuk sudut-sudut tertentu hingga bagian tengah tetap bersih. Bramageni menganggukkan kepala tanda setuju.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lalu? Disini ada beberapa kemungkinan. Tapi aku cuma punya satu. Apa itu? sela Barka Satya alias Tua Raja Tabir Mentari yang tertarik dengan percakapan dua Tua Raja. Ada benda yang terjatuh dari dalam papan nama perguruan, tutur Tua Raja Bedah Bumi. Dan menurut dugaanku, jika dilihat dari banyak sudut luang yang ada, kemungkinan ada dua atau tiga kitab yang terjatuh. Kitab!? tanya heran Barka Satya. Tidak hanya kitab. Bisa saja lempengan besi yang berbentuk kotak atau benda-benda sejenisnya yang mempunyai empat sudut, ujar Dahana Lungit sambil bangkit berdiri. Jika yang Kakang Dahana katakan benar, aku berani bertaruh bahwa yang hilang di tempat ini adalah kitab pusaka perguruan kita, sahut Tua Raja Tabir Mentari. Kemungkinan itu juga ada, tapi ... Mendadak saja, langkah Tua Raja Bedah Bumi terhenti. Apa ada, Adi? Bukannya menjawab, justru ia memandang ke arah Tua Raja Tabir Mentari. Tentu saja dipandang langsung mengerutkan alis kuningnya sambil berkata, Apa? Kau menguasai Ilmu Iblis Matahari hingga tingkat terakhir, masakan tidak merasakan sesuatu? balik tanya Tua Raja Bedah Bumi. Memangnya ada-apa dengan ilmuku? tanya heran Barka Satya. Coba kau rasakan lantai yang kau pijak, ujar Dahana Lungit berteka-teki. Semakin bingung saja semua orang yang ada di tempat itu. Bahkan Tua Raja Tinju Kayangan yang biasanya berangasan justru lebih pendiam dari biasanya. Beberapa saat kemudian ... Aaaahh ... brengsek kau! bentak Tua Raja Tinju Kayangan. aku tidak merasakan apa-apa di sini. Dahana Lungit memandang Bramageni dan Barka Satya bergantian. Namun jawaban yang diberikan hanyalah gelengan kepala tanda tidak tahu. Coba kalian bertiga melangkah ke tempatku berdiri, lalu kembali ke tempat semula. Kurang ajar! Katakan saja terus terang! Buat apa berteka-teki! keras juga sentakan Tua Raja Tinju Kayangan, namun ia menurut juga pada perintah Dahana Lungit. Berturut-turut ketiganya melakukan apa yang diperintahkan sang kawan.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bagaimana? Ketiganya saling pandang satu sama lain. Aku merasakan hawa dingin di lantai yang kau pijak, jawab Tua Raja Pedang Bintang. Sama, sahut Tua Raja Tinju Kayangan dan Tua Raja Tabir Mentari bersamaan. Tua Raja Bedah Bumi tersenyum simpul lalu berkata, Adi Barka Satya! Bisa kau membantuku? Apa yang bisa kubantu? Uapkan hawa dingin ini dengan jurus Sinar Matahari Menembus Bumi! Tepat di depanku! Tua Raja Tabir Mentari terperanjat kaget! Jurus Sinar Matahari Menembus Bumi adalah jurus ke tiga dari Ilmu Iblis Matahari dimana jurus ini sanggup membumihanguskan wilayah sejarak empat tombak bahkan lebih. Semua area yang dirambati hawa sepanas matahari akan langsung terbakar hangus. Apa kau sudah gila!? bentak Tua Raja Tinju Kayangan. Memangnya Kakang mau aku menghancurkan tempat tinggal Tuan Majikan? Aku tidak mau! tolak mentah-mentah Tua Raja Tabir Mentari. Tua Raja Pedang Bintang yang lebih bijaksana paham maksud perkataan Tua Raja Bedah Bumi. Lebih baik ... kau lakukan saja, tuturnya lembut. Tapi Kakang ... Gunakan saja tenaga jari ... katanya lagi. Bisa, kan? Tua Raja Tabir Mentari hanya mendengus saja sambil berkata, Baiklah! Cuma dengan tenaga jari. Tua Raja Tabir Mentari menghela napas beberapa saat, lalu jari manisnya terlihat bersinar kuning terang. Cusss .... ! Sinar kuning terang sebesar ikan teri melesat dan menghantam tepat di depan Tua Raja Bedah Bumi berdiri kokoh. Blubb! Eh ... !? Tua Raja Tabir Mentari melengak kaget. Tidak ada lidah api yang membakar lantai kayu, tapi justru padam seketika seperti api disiram air.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sontak, selebar muka Tua Raja Tabir Mentari memerah saga. Kembali jari manisnya diacungkan. Kali ini dengan pelipatan tenaga dalam hingga tiga kali sebelumnya. Cusss ... ! Blubb! Setan! makinya gusar, lalu terlihat sekujur tangan kanan menguning terang. Cukup, Adi! Cukup! kata Tua Raja Bedah Bumi. Tapi ... Aku tahu! Kau tidak terima bukan? tebak Dahana Lungit. Huhh! dengus kesaktianku? sang adik. Sambungnya, Apa kau meremehkan

Bukan begitu maksudku ... Lalu apa maksud Kakang sebenarnya? Mau coba-coba denganku, hah? tantang Tua Raja Tabir Mentari. Tentu saja Tua Raja Bedah Bumi tidak bermaksud meremehkan saudara mudanya. Dalam kepalanya terlintas pun tidak. Namun, jika ada orang berani menantang dirinya, pantang ditolak! Namun kali ini ia harus membuat pengecualian, jika tidak pertikaian akan semakin meruncing. Sambil menghela napas dalam untuk meredakan gelojak amarah, dia pun berkata, Adi Barka Satya! Coba pikirkan masak-masak? Apa mungkin lantai kayu yang notabene dari kayu kering bisa tahan terhadap api, tidak bukan!? Tiga Tua Raja saling pandang satu sama lain. Dalam hati membenarkan ucapan Tua Raja Bedah Bumi. Mana ada kayu kering bisa tahan terhadap amukan api, kecuali ada apaapanya! Seolah tahu apa yang ada dalam pikiran masing-masing saudaranya, kembali Tua Raja Bedah Bumi melanjutkan perkataannya. Satu-satunya musuh utama api adalah sesuatu benda yang bisa mencair. Air, salju dan es misalnya ... Es ... !? gumam Tua Raja Pedang Bintang seolah bisa menebak jalan pikiran Dahana Lungit. Jangan-jangan ... Bayu Rakta dan Barka Satya mengangguk membenarkan. Kembali ketiganya dengan tenang mendengarkan apa yang ingin dilontarkan oleh Dahana Lungit. Setahuku, jurus silat yang memanfaatkan unsur-unsur air tidaklah banyak. Misalnya Kuil Air yang terkenal dengan jurus Pukulan Es Neraka serta para penghuni Lembah Es dengan jurus Kristal Es. Demikian juga dengan Penghuni

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Gerbang Surga yang salah satu ilmu andalannya adalah Ilmu Baju Es Hitam! ucap Tua Raja Bedah Bumi sambil berjalan melingkari ruangan dan pada akhirnya berhenti pada sekumpulan jarum yang menancap di tiang penglari. Mata tajamnya mengamati jarum-jarum itu dengan seksama. Barka Satya! Menurutmu, dari ketiga tempat yang aku sebutkan tadi, mana yang sekiranya setara dengan jurus Sinar Matahari Menembus Bumi? Barka Satya yang di tanya terdiam sesaat. Lalu ia menjawab, Heeeehh ... ! Kau benar-benar membuatku mati kutu, Kakang Dahana Lungit! Nama-nama perkumpulan persilatan besar seperti Kuil Air, Lembah Es dan Penghuni Gerbang Surga adalah nama perkumpulan yang menjunjung tinggi nilai-nilai satria. Meski mereka berada di tempat yang jauh dari kita di seberang laut, namun nama harum mereka bukanlah isapan jempol saja. Bisa dikatakan jika bertarung dengan mereka satu lawan satu, aku pun belum tentu menang dan belum tentu kalah. Bisa dikatakan seimbang. Itu menurut perkiraanku, karena selama ini kita mengikat tali persahabatan dengan mereka, bukan tali permusuhan. Tepat sekali! sahut Tua Raja Bedah Bumi. Ilmu Iblis Matahari yang kau kuasai bisa dikatakan mendekati setara dengan mereka. Bisa dikatakan ... kau unggul setingkat! Tua Raja Tabir Mentari hanya tersenyum kecil, terlihat rona kebanggaan diwajahnya. Diantara ketiganya, manakah yang menggunakan sifat udara dan mengubahkan menjadi benda padat? tanya Tua Raja Bedah Bumi sambil tetap dalam posisi berjongkok membelakangi ketiga tua raja lainnya. Matanya terus mengamati dengan teliti rentetan jarum yang menancap di tiang penglari, bahkan kadang kala jari tangan menyentuh ujung-ujung jarum yang berada di posisi luar. Jika menurutku ... hanya Penghuni Gerbang Surga saja yang sanggup melakukannya. Akan halnya Kuil Air dan Lembah Es lebih cenderung menggunakan Inti Es Bumi dari pada sifat udara atau angin, tutur Tua Raja Pedang Bintang. Sebenarnya ... apa maksud dari perkataanmu, Adi Dahana? tanya Tua Raja Tinju Kayangan sambil duduk di kursi yang ada di pojok setelah sebelumnya ia letakkan pada tempat yang semestinya. Baiklah! Aku akan langsung mengatakan hasil penyelidikan, jawab Tua Raja Bedah Bumi sambil bangkit berdiri. Ditangannya terdapat satu jarum yang dicabutnya dari tiang penglari. Jarum ini tetap dingin meski sudah beberapa lama menancap di tiang penglari, ucap Tua Raja Bedah Bumi. Kita semua tahu berada lama benda dalam kondisi tertentu menjadi beku. Dan jarum ini seharusnya sudah sedari tadi hilang dari sifat beku. Dan itu artinya, hanya ilmu dengan sifat udara saja yang sanggup membekukan benda dalam waktu yang cukup lama. Paling sedikit sehari semalam barulah kembali ke sifat besi yang sebenarnya.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ketiga orang itu terperanjat kaget! Coba lihat baik-baik jarum ini! kata Dahana Lungit sambil mengacungkan jarum di tangan kanan. Terlihat seluruh jarum diselimuti asap putih tipis bernuansa dingin, bahkan beberapa bagian tampak bercak-bercak putih bening seperti es. Satu-satunya kesimpulanku adalah ... jarum ini terkena Ilmu Baju Es Hitam! --o0o

BAGIAN 19
Ketiga Tua Raja menarik alis masing-masing hingga nyaris bertaut. Jelas dalam hati dirambati sebentuk keraguan mendengar penuturan Tua Raja Bedah Bumi yang meski bertubuh bongsor tapi justru otaknya seencer bubur bayi. Bramageni atau Tua Raja Pedang Bintang membuka suara, Dengan alasan apa kau mengatakan jarum itu terkena jurus Baju Es Hitam? Sambil tersenyum kecil, Dahana Lungit menjawab, Mudah saja. Jawabnya adalah ... uap air! Uap air? tanya heran Tua Raja Tinju Kayangan. Kok bisa? Sambil menimang-nimang jarum di tangan, ia pun berkata dengan tenang. Air memiliki kadar tertentu terhadap penguapan --dalam hal ini disebabkan oleh panas-- namun ada kalanya air tidak bisa menguap begitu saja jika meski terkena sengatan panas. Air perlu proses menguraikan diri dengan menurunkan suhu dan barulah mencair, tutur Tua Raja Bedah Bumi. Sehingga proses menjadi air sendiri memerlukan waktu yang cukup lama. Jadi, dengan kata lain, jarum yang kau pegang itu dipengaruhi suhu udara yang mendadak menurun drastis dengan tidak alami seperti umumnya air embun di pagi hari, begitu? terabas Tua Raja Tabir Mentari. Pintar! kata Tua Raja Bedah Bumi. Dan satu-satunya ilmu unik di rimba pendekar yang sanggup melakukan hal mustahil itu hanya dimiliki orang-orang dari Penghuni Gerbang Surga? tebak Tua Raja Tinju Kayangan. Yap, kata Tua Raja Bedah Bumi sambil menjentikkan jarum di tangan kanan. Tiiik! Splashh! Jarum menembus masuk tiang penglari hingga terbenam keseluruhan. Dari sini saja sudah bisa diraba seberapa tinggi kesaktian dari sosok tinggi besar ini. Yang jadi pertanyaan adalah ... apa yang dilakukan si pencuri di tempat ini? Semua barang-barang disini masih lengkap semua. Tidak hilang satu pun juga, ucap Tua Raja Tabir Mentari, lalu dilanjutkan dengan desahan pelan. ... entah

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang dilakukan Tuan Majikan jika papan nama Perguruan Tanah Bambu menjadi serpihan seperti ini? Beliau pasti marah besar! Benar. Apa yang mau dicuri dalam ruangan ini? kata Tua Raja Tinju Kayangan sambil memunguti kitab yang berserakan dan ditata kembali di rak. Tua Raja Tabir Mentari menata dipan serta meja kursi yang terbalik. Sebenarnya ... ada yang hilang di tempat ini ... desis Tua Raja Pedang Bintang. Hah!? ketiga Tua Raja terperanjat kaget. Ada yang hilang!? sentak Tua Raja Bedah Bumi dan Tua Raja Tabir Mentari hampir bersamaan. Apa!? Tiga kitab pusaka ... telah hilang! desis Tua Raja Pedang Bintang dengan tatapan berapi-api. Kitab pusaka apa? bentak Tua Raja Tinju Kayangan dengan tidak sabar. Kitab pusaka yang berisi catatan ilmu sakti yang paling dicari di rimba persilatan hingga sekarang ini ... Maksud Kakang Bramageni ... Kitab Ilmu Bayu Buana? tebak Tua Raja Bedah Bumi. Tua Raja Pedang Bintang mengangguk pelan sambil berkata, Bukan hanya itu saja, termasuk pula Kitab Ilmu Seribu Bulan dan Kitab Ilmu Sayap Pedang Malaikat ikut lenyap dari tempat penyimpanan. Apaaa! Jika mendengar suara geledek mungkin cukup membuat orang terkejut. Tapi kejutan kali ini bukan hanya sekedar sambaran geledek. Tapi masih ditambah dengan salakan petir, guncangan bumi dan letusan gunung berapi. (weleeh ... banyak amir!?) Dengan ringkas, Tua Raja Pedang Bintang mengatakan sebuah rahasia yang disimpan rapat-rapat selama ini atas perintah Tuan Majikan Kepulauan Tanah Bambu meski perintah yang datang lewat sebuah mimpi. Ya, sebuah mimpi! Tapi meski cuma sebuah, tapi mimpi ini betah sekali datang berulang kali dalam tidur nyenyak Tua Raja Pedang Bintang yang pada mulanya dianggap sebagai bunga tidur saja. Namun ternyata bunga tidur yang ini lain, karena merasa dicuekin terus sama si Bramageni, akhirnya justru menteror sepanjang malam. Hingga pada akhirnya, Bramageni harus percaya pada mimpinya. Gimana ga mau percaya, lha wong bunga tidurnya cuma itu-itu aja, kok? Dalam mimpinya pula, Bramageni berada di Ruang Pribadi Tuan Majikan dan di sana muncul sesosok bayangan hitam yang tidak di ketahui bagaimana sosok aslinya, mengatakan tempat penyimpanan tiga buah catatan ilmu sakti yang awalnya memang diturunkan dari mulut ke mulut antar sesama Ketua Perguruan Tanah Bambu yang biasa disebut Tuan Majikan. Tuan Majikan yang terakhir

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ membuat keputusan paling heroik dari sepanjang sejarah Kepulauan Tanah Bambu. Tiga ilmu sakti andalannya ditulis dalam bentuk catatan! Dan dalam mimpi itu pula, Tua Raja Pedang Bintang ditunjukkan tempat penyimpanan dari tiga kitab catatan ilmu sakti yang ternyata berada di dalam papan nama Perguruan Tanah Bambu. Tiga Tua Raja Kepulauan Tanah Bambu terdiam dalam keterpanaan! Tidak disangka sama sekali bahwa Tuan Majikan berani mengambil keputusan seperti itu. Padahal mereka tahu seberapa berbahaya Empat Pusaka Perguruan Tanah Bambu jika terjatuh ke tangan tokoh sesat. Jika itu sampai terjadi, apa bukan berarti Tuan Majikan telah menciptakan bibit bencana di kelak kemudian hari. Ketiganya terdiam membisu mendengarkan penuturan orang tertua dari Empat Tua Raja. Setelah sepenanakan nasi lamanya Tua Raja Pedang Bintang berceloteh panjang lebar, barulah mereka paham apa maksud dan tujuan dari Tuan Majikan menuliskan ilmu saktinya ke dalam bentuk kitab ilmu silat. Yang jadi pertanyaan adalah ... bagaimana dengan ilmu ke empat? Ilmu yang paling mengerikan sepanjang sejarah dunia persilatan apakah juga ditulis dalam lembaran kitab? Jika benar, maka jelas kali ini wilayah Kepulauan Tanah Bambu khususnya dan jagat persilatan pada umumnya akan banjir darah! Sebab, yang paling tahu seberapa mengerikan dan dahsyatnya Ilmu Sakti Delapan Sambaran Kilat Sembilan Matahari adalah orang-orang Kepulauan Tanah Bambu, itu pun andaikata kitab ke empat ikut pula tercuri ... ! Selepasnya, hanya terdengar desahan napas pelan dalam Ruang Pribadi Tuan Majikan. Tua Raja Pedang Bintang-lah yang pertama kali memecah keheningan. Malam ini juga, kita harus mengumpulkan semua Penguasa Tapal Batas, katanya sambil melangkah keluar dari ruangan, lalu gumamnya seolah pada dirinya sendiri, Aku yakin, pasti ada musuh dalam selimut di tempat kita ini. Ke Tiga Tua Raja saling pandang satu sama lain. Kita berkumpul di Balairung Ranting Bambu! --o0o--Malam itu pula, Empat Tua Raja dan Tiga Penguasa Tapal Batas hadir di Balairung Ranting Bambu, termasuk pula pemuda berperiuk Riung Gunung dan si cantik manis Kaswari juga hadir diantara para tokoh sentral Perguruan Tanah Bambu. Awalnya Ki Ajar Lembah Halimun dari Lembah Halimun Kegelapan turut di undang, namun laki-laki yang sudah teramat sepuh ini menolak dengan halus dan mewakilkan pada Riung Gunung, murid sekaligus putra dari mendiang Pemulung Nyawa.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mereka duduk melingkar meja bundar dari kayu jati yang sudah tua di makan usia. Secara berurutan dari kiri ke kanan adalah Dewa Periang, Contreng Nyawa, Gayam Dompo yang bergelar Kakek Kocak dari Gunung Tugel dan Dedengkot Dewa yang juga pimpinan dari empat penguasa Tapal Batas. Sedangkan Riung Gunung dan Kaswari duduk bersebelahan di belakang Gayam Dompo sambil kasak-kusuk ala anak muda. Akan halnya Empat Tua Raja Kepulauan Tanah Bambu yang telah datang terlebih dahulu. Siapa yang belum datang? tanya Bramageni dengan pandangan mengedar. Hanya tinggal Nini Cemara Putih, Paman Sepuh, sahut Riung Gunung dari belakang. Hemmm ... kita tunggu sebentar ... Tiba-tiba, sebuah suara menyahut halus, namun terdengar menggema di setiap sudut Balairung Ranting Bambu. Tidak perlu! Aku sudah datang! Belum lagi suaranya lenyap, sesosok bayangan putih yang entah bagaimana caranya, tahu-tahu sudah berada di tempat itu. Aku belum terlambat, bukan? Belum, Nini. sahut Bramageni dengan suara halus. Biasanya, orang yang bergelar Nini pastilah berwajah keriput, jalan sempoyongan kayak orang mabuk meski sudah bertumpu pada tongkat, tubuh bongkok kayak udang goreng dan yang jelas terdengar adalah suara batuk yang memiliki nada beraneka ragam. Belum lagi dengan kunyahan susur yang kadangkala sering nyungsep di bibir peotnya. Tapi yang namanya Nini Cemara Putih ini ... lain daripada yang lain, bro! Nini Cemara Putih ternyata masih seorang gadis muda, cantik lagi! Swearrr ... sumpah ditabrak nyamuk deh kalau ga cakep! Kulit tubuhnya sangat putih, bisa dikatakan seputih pualam tanpa cela sedikit pun ditingkahi mata jeli, hidung bangir dan bibir memerah segar alami dan yang jelas ... tinggi langsing! Masa cewek cakep bodynya kayak gajah bengkak!? Mahkota hitam di atas kepala alias rambut hitam sebahu tergerai menguarkan bau harum semerbak. Selain anugerahi wajah cantik jelita plus bongkahan dada padat menantang ditambah pantat yahud menggoda karena si gadis memang mengenakan pakaian putih super ketat. Nini Cemara Putih paling suka pake baju yang ketat-ketat untuk membalut tubuh mulus super indahnya, itu pun harus warna putih agak sedikit tipis hingga sanggup mengekspos bentuk tubuh ramping si pemilik. Riung Gunung sendiri seringkali curi-curi pandang jika bertemu dengan Nini Cemara Putih apalagi jika sedang mengenakan pakaian super seksinya. Bahkan

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ saking terpesonanya ketika gadis itu memandang dirinya meski cuma sekejap, seperti mau copot saja jantung Riung Gunung waktu diliat kayak gitu. Mereka mulai berbasa-basi tanpa melepas pandangannya dari gadis itu. Lakilaki normal mana yang tidak tergiur melihat gadis cantik berambut sebahu dan bermata bening yang menawan, apalagi ni cewek pake baju yang potongan dadanya dibuat sedikit rendah hingga memperlihatkan belahan dadanya yang wooow banget. Belum lagi dengan tongkrongan yang agak judes-judes manja bisa membuat laki-laki mana pun gemas setengah mampus! Yakin! Yang jadi pertanyaan ... kenapa gadis cantik semlohai bin montok seperti itu dipanggil Nini? Begitu ceritanya! Waktu dulu, kira-kira seratus tahun silam (wuih ... lama ya!?), saat gadis cantik yang bernama asli Wikataksini berhasil menguasai Kitab Ilmu Seribu Bulan yang diajarkan oleh Tuan Majikan Kepulauan Tanah Bambu. Saat Wikataksini mempelajari kitab sakti itu usianya baru sembilan tahun dan berhasil dengan sempurna menguasai isi kitab tepat berusia delapan belas tahun. Kontan Ilmu Seribu Bulan berhasil ditelan dalam waktu sembilan tahun saja. Sebenarnya, apa yang diajarkan oleh Tuan Majikan Kepulauan Tanah Bambu bersifat untung-untungan semata mengingat sifat ilmu yang hanya bisa dikuasai oleh mereka yang memiliki tautan darah dengannya. Berhasilnya uji coba Ilmu Seribu Bulan pada Wikataksini membuat Tuan Majikan Kepulauan Tanah Bambu semakin penasaran. Dicobanya pada bocah perempuan dan laki-laki usia sembilan, sepuluh, sebelas dan dua belas tahun dengan rentang waktu yang sama dengan Wikataksini. Namun hasilnya, setelah lima puluh tahun kemudian, bocah yang diajar belakangan tetap mengalami penuaan sedang Wikataksini justru tetap awet muda. Tentu saja Tuan Majikan semakin penasaran! Kok bisa? Akhirnya ... setelah usut punya usut ketahuan penyebab utama keberhasilan Wikataksini. Ternyata bocah Wikataksini terlahir tepat saat terjadinya gerhana bulan dan Tuan Majikan beranggapan faktor itulah yang membuat Wikataksini berhasil menguasai sifat Ilmu Seribu Bulan. Jika umur Tua Raja Pedang Bintang --orang tertua dari Empat Tua Raja-sudah mendekati sembilan puluh lima tahun, padahal saat bergabung dengan dengan Perguruan Tanah Bambu, Nini Cemara Putih sudah berusia lima puluh tahunan dan waktu itu pun Bramageni justru menganggap si gadis berusia delapan belas tahun. Namun seiring waktu berjalan, Tua Raja Pedang Bintang makin tua tapi Nini Cemara Putih tetap awet muda. Bisa dibayangkan usia Nini Cemara Putih sekarang ini!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dengan langkah lambat-lambat penuh keagungan, Nini Cemara Putih lantas duduk di kursi yang memang disediakan khusus untuknya. Ada perlu apa Bramageni, hingga kau kirim utusan ke Wisma Tanah Cemara dan memintaku kemari? tutur kata Nini Cemara Putih halus. Dengan sedikit menundukkan kepala, Bramageni membuka mulut. Kita kecolongan, Nini. Apa maksudmu dengan kita kecolongan? Tiga kitab pusaka perguruan hilang. Hilang bagaimana? Tepatnya ... dicuri orang, Nini. Nini Cemara Putih sedikit mengangkat alis kirinya, lalu berkata, Maksudmu ... di tempat kediaman Tuan Majikan, begitu? Tanpa menjawab sepatah kata pun, Bramageni mengangguk pelan. Anggukan Tua Raja Pedang Bintang sudah cukup mewakili semua rentetan pertanyaan yang ada dalam benak Nini Cemara Putih. Ke tiga kitab yang dicuri adalah kitab sakti paling berbahaya yang pernah ada di jagat persilatan sekarang ini. Jika semudah itu dipelajari oleh orang, bukan kitab sakti namanya, tutur Nini Cemara Putih dengan pandangan mengedar. Kurasa, Pencuri Kitab belum mengetahui bahaya yang terkandung dalam ke tiga kitab itu. Maksud, Nini? sela Tua Raja Tinju Kayangan. Dalam setiap lembar kitab telah diolesi dengan racun paling mematikan. Racun? desis Dedengkot Dewa. Matanya sedikit mengernyit, lalu berkata, Maaf, Nini. Jika boleh saya bertanya. Silahkan, Dedengkot Dewa. Setelah memperbaiki duduknya, ia pun bertanya, Darimana Nini mengetahui kalau ke tiga kitab tersebut beracun? Karena aku yang meletakkan racun itu, sahut Nini Cemara Putih, enteng. Nini yang meletakkannya? tanya heran Dedengkot Dewa. Benar. Semua mata saling pandang satu sama lain. Kenapa kalian heran? ucap Nini Cemara Putih sambil memandang satu persatu semua yang hadir di tempat itu. Tanpa menunggu siapa yang membuka pertanyaan, Nini Cemara Putih pun melanjutkan ucapannya, Karena ke tiga kitab itu ... aku yang menulisnya atas permintaan Tuan Majikan dan aku pula yang meletakkannya di balik papan nama perguruan kita. Semua khalayak terhenyak di tempat!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Jika empat ilmu sakti dari Kitab Ilmu Silat Seribu Indera yang tiga sudah hilang dari tempat penyimpanan, besar kemungkinan si pencuri ilmu juga mengincar ilmu ke empat, gumam Dewa Periang seolah pada dirinya sendiri. Kemungkinan itu ada, hanya ... Hanya apa, Nini? tanya Tua Raja Tinju Kayangan. Rapalan dari Ilmu Sakti Delapan Sambaran Kilat Sembilan Matahari belum sempat aku tulis, tutur Nini Cemara Putih sambil matanya melirik langit-langit ruangan. Pikirnya, Seperti ada yang mencuri dengar pembicaraan ini. Apa Nini Cemara Putih juga mendapatkan rapalan dari ilmu ke empat? tanya Gayam Dompo. Tidak ada raut kocak seperti biasanya. --o0o

BAGIAN 20
Kebetulan sekali ... tidak, jawab nini cantik berbodi semlohai ini. Tuan Majikan belum sempat memberikan rapalan ilmu tersebut dengan alasan yang aku sendiri tidak tahu, tapi beliau terlanjur pergi tanpa memberikan alasan apa pun ... kecuali sebuah pesan. Semua yang berada di tempat itu terdiam. Tidak ada satu pun yang memotong perkataan dari Nini Cemara Putih, orang paling dihormati dari Perguruan Tanah Bambu. Tuan Majikan hanya berpesan, yang memimpin selanjutnya wilayah Kepulauan Tanah Bambu dan Perguruan Tanah Bambu adalah orang yang membawa Medali Tiga Dewa dan Pasir Kujang Duta Nirwana. Medali Tiga Dewa! seru semua orang yang ada di tempat itu. ... dan Pasir Kujang Duta Nirwana! Pada dasarnya, Perguruan Tanah Bambu tidak seperti perguruan silat pada umumnya yang menerima murid untuk belajar silat. Meski menggunakan embelembel perguruan, Perguruan Tanah Bambu justru condong ke arah perkumpulan yang memiliki keanekaragaman ilmu silat pengikutnya, yang artinya tidak ada ilmsu silat baku atau andalan dari perguruan yang tempatnya selalu tertutup kabut gaib ini. Di mana dalam perguruan sendiri selain dibagi menjadi beberapa wilayah yang bernama Tapal Batas, juga setiap Tapal Batas memiliki pasukan tersendiri yang siap berani mati membela majikan masing-masing. Itulah sebabnya di Perguruan Tanah Bambu tidak ada istilah Guru yang ada hanya Tuan Majikan! Selain itu Kepulauan Tanah Bambu --tempat berdirinya Perguruan Tanah Bambu-- memiliki dua benda pusaka dan sebuah kitab sakti yang dijunjung tinggi. Yaitu pusaka Medali Tiga Dewa dan pusaka Pasir Kujang Duta Nirwana sedangkan kitabnya bernama Kitab Pusaka Ilmu Seribu Indera yang didalamnya di bagi menjadi empat bab.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tentu saja mereka semua tahu tentang Medali Tiga Dewa dan Pasir Kujang Duta Nirwana, dua benda pusaka warisan leluhur dari Tuan Majikan Kepulauan Tanah Bambu yang konon moksa dan kabarnya tinggal di alam gaib. Medali Tiga Dewa adalah medali segi delapan yang sanggup menyerap Delapan Unsur Penggerak Bumi dimana medali ini terbuat dari lempengan besi hitam berukiran naga, rajawali dan harimau yang disebut Tiga Petinggi Satwa Gaib oleh orangorang Perguruan Tanah Bambu. Akan halnya senjata sakti yang bernama Pasir Kujang Duta Nirwana dulunya pernah dilarikan oleh Iblis Mara Kahyangan ratusan tahun silam dari alam gaib. Dan pada akhirnya justru sang iblis sendiri bersatu raga dengan kujang sakti saat menjelang ajal dan kembali hidup di dunia serta mengganti nama : Raja Iblis Pulau Nirwana yang merajalela dengan segala keangkaramurkaannya. Pada akhirnya kujang sakti berhasil dimurnikan kembali oleh seorang pemuda sakti bernama Jalu Samudra yang dijuluki si Pemanah Gadis (mau tahu kisahnya, coba liat ke jilid 2 dech ...!) Riung Gunung yang berada di belakang sendiri berbisik pada Kaswari. Wah, kalau begitu kebetulan dong. Apanya yang kebetulan, Kang? bisik Kaswari. Jika Nini Cemara Putih benar-benar penulis kitab sakti yang hilang, bukankah sama artinya dia adalah kitab sakti berjalan, ucap Riung Gunung lirih. Maksudmu? Yahh ... minta diajari satu-dua ilmu bolehlah, hihihi!! Aaahh .. paling-paling juga Kakang maunya nggodain nini cantik itu, sungut Kaswari dengan mulut meruncing. Ahhh ... tau aja kau! gerutu Riung Gunung ketahuan belangnya. Memangnya kau ini cacing di perutku apa? Justru Kakang ini yang cacing kegatelan! Liat jidat mulus dikit aja sudah blingsatan kayak mata maling, bisik gemas Kaswari sambil mencubit paha pemuda berperiuk. Dasar pemuda mata bongsang ... ! Dasar pemuda rada gendeng, justru ia malah berkata, Wadaoww ... !! Jangan ... jangan ... jangan ... Jangan apa!? potong Kaswari cepat. Jangan hanya disitu saja, naikin dikit dech ... desis Riung Gunung. Bukannya mengerang kesakitan, wajahnya malah terlihat mupeng! Gayam Dompo! panggil Nini Cemara Putih. Iya, Nini? Suara sember Gayam Dompo yang lumayan keras membuat semua orang kaget.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tidak terdengar suara apa pun terlontar dari bibir sexy Nini Cemara Putih, namun mengapa Kakek Kocak dari Gunung Tugel ini berkata seolah menjawab sebuah pertanyaan. Namun sedetik kemudian, semua orang yang ada di situ maklum, kalau nini cantik berbody semok ini menggunakan ilmu mengirim suara dari jarak jauh. Jika murid cantikmu sudah pengin kawin, kawinkan saja. Daripada kasakkusuk di belakang seperti orang sinting kebelet kawin, ucap Nini Cemara Putih yang hanya bisa didengar oleh orang yang dituju. Di wajahnya tidak terlihat nada marah, hanya seulas senyum kecil saja. Gayam Dompo sekejap melirik ke belakang, lalu kepalanya mengangguk meng-iya-kan. Baik, Nini. Baik. Baiklah. Kita kembali ke topik semula, kata Nini Cemara Putih sambil bangkit berdiri. Beberapa hari yang lalu aku sempat mendengar adanya pihak-pihak luar yang berhasil menyusup kemari. Perlu diketahui, orang-orang yang bisa menyusup ke tempat kita ini pasti ada hubungannya dengan orang-orang yang ada Kepulauan Tanah Bambu. Sebab tidak mungkin mereka bisa keluar masuk seenaknya jika tidak mengetahui jalan masuk. Ingat! Tuan Majikan yang pertama kali menemukan pulau ini telah menanam pagar gaib yang tidak bisa ditembus dengan cara apa pun. Jangankan senjata sakti, ilmu-ilmu kesaktian dan ilmu gaib apa pun tidak bisa menembusnya. Lalu bagaimana dengan pertarungan akbar yang terjadi dahulu kala antara Matahari Sabit dengan Biksu Shaolin, Nini? potong Tua Raja Tabir Mentari. Itu adalah lain hal, tukas Nini Cemara Putih. Pertarungan itu terjadi karena Biksu Shaolin selain memiliki kesaktian tinggi, juga berhasil menemukan jalan tembus masuk ke wilayah Tanah Bambu. Namun, toh mereka sudah berkalang tanah dan rahasia itu pun ikut terbawa ke alam kematian ... Semua orang yang ada di tempat itu diam membisu seribu bahasa. Nini Cemara Putih kembali berkata memecah kesunyian. ... dan rupanya, ada pihak luar yang berkepentingan masuk ke tempat ini. Selain mencuri kitab, aku yakin mereka pasti punya tujuan lain. Tua Raja Pedang Bintang yang sedari tadi diam saja, menyeruak membuka kata. Lalu ... apa yang seharusnya kita lakukan, Nini? Kita harus menyusun rencana untuk menghadapi setiap kemungkinan yang ada. Tepatnya ... menghadang orang-orang yang berniat makar! Baik! sahut Tua Raja Bedah Bumi, Aku akan mem ... Kurang ajar! Ada yang menguping pertemuan kita! bentak Nini Cemara Putih setelah yakin bahwa atas langit-langit mendekam sosok yang mencuri dengar pembicaraan mereka. Sontak tangan kirinya mengibas ke atas.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Wutt! Sinar putih sebesar kepala melesat cepat dan melabrak atap. Brakk! Bersamaan dengan itu, Dedengkot Dewa berseru, Biar saya yang menangani, Nini! Sosok laki-laki tampan berkumis tipis yang sekarang mengenakan baju biru gelap langsung melesat naik. Wusss! Menerobos langit-langit yang jebol, bersalto beberapa kali dan akhirnya melesat cepat mengejar si pengintip. Tua Raja Tinju Kayangan bangkit berdiri sambil berkata, Nini Cemara Putih! Saya rasa dua orang lebih baik dari pada satu orang. Mohon ijin! Silahkan! Begitu kata-kata si nini cantik berbaju sedikit menerawang ini selesai, Tua Raja Tinju Kayangan sudah berkelebat cepat. Sebagai salah seorang dari Empat Tua Raja Tanah Bambu, tidak sopan rasanya jika harus pamer ilmu di depan pakarnya. Akhirnya ia melesat ke pintu depan dan menyusul kelebatan Dedengkot Dewa yang lebih dahulu mengejar. Riung! Kaswari! perintah Dewa Periang. Kalian selidiki sekitar tempat ini! Siap, Paman! Pemuda berperiuk dan gadis baju kuning segera menjura, lalu berkelebat cepat. Namun tak lama kemudian, mereka berdua kembali ke tempat pertemuan. Riung Gunung berkata, Aman, Paman! Yakin!? Murid Ki Ajar Lembah Halimun menganggukkan kepala. Belum sampai rapat dimulai, terdengar dentuman keras yang sanggup menggetarkan meja kursi yang ada di tempat itu. Hemmm ... pakai kekerasan! Pasti ini ulah Kakang Bayu Rakta, desis Barka Satya. Benar, Tua Raja Tabir Mentari! Contreng Nyawa mendesis. Dari getarannya, tukang marah itu tengah mengumbar kesaktian. Aku setuju dengan perkataanmu! Si tukang marah lagi beraksi, sahut Tua Raja Tabir Mentari sambil kembali duduk. Entah bagaimana nasib si pengintip. Paling juga jadi dendeng manusia, seloroh Kakek Kocak dari Gunung Tugel. Baiklah! Biar penyusup itu di urus oleh mereka berdua, kata Nini Cemara Putih mengalihkan pembicaraan. Kita bahas langkah-langkah yang perlu diambil.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sementara itu ... Di sebelah selatan sejarak ratusan tombak dari tempat pertemuan, tepatnya di sebuah hutan Bambu Hitam yang notabene berada di daerah kekuasaan pimpinan tertinggi dari Empat Penguasa Tapal Batas yaitu Dedengkot Dewa, tampak dua sosok tubuh berdiri berhadapan. Tidak ada posisi serang atau jurus yang digelar, tapi justru percakapan yang terasa akrab! Yang berbaju biru gelap jelas Dedengkot Dewa adanya, sedang lawan bicara ternyata seorang perempuan bertubuh tinggi semampai berambut digelung sedemikian rupa dengan menyisakan juntaian rambut di pelipis kiri kanan yang berkibar lembut tertiup angin malam. Sosok perempuan yang memakai baju ketat tanpa dalaman dari bahan jaring rapat yang membungkus tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki hingga mencetak setiap lekuk lengkung tubuhnya. Namun yang paling menonjol adalah sepasang bukit kembar tercetak rapi sesuai bentuknya. Yang jelas, baju jaring hitamnya tidak sanggup menutupi sosok kulit putih bersih si pemakai baju jaring hitam. Jelas, tongkrongan wanita yang usianya sekitar dua puluh lima tahunan dengan raut muka cantik jelita ini sangat menggiurkan setiap laki-laki yang memandang. Terlebih lagi dengan baju jaring super ketat menerawang sudah lebih dari cukup untuk membuat mata laki-laki jadi hijau. Di dekat telinga kiri terdapat sekuntum bunga melati warna hitam legam. Nyai Kembang Hitam! Buat apa kau datang malam-malam begini? bentak halus Dedengkot Dewa, namun hatinya sedikit bergetar melihat tongkrongan Nyai Kembang Hitam yang wooow sekali. Gimana ga gemetar, wong serba keliatan semua. Karena jelas-jelas di balik baju jaring hitamnya, Nyai Kembang Hitam tidak memakai apa-apa! Jangan marah dulu, Kakang Yama Lumaksa! bisik Nyai Kembang Hitam dengan dua tangan terkembang. Aku sudah kangen denganmu! Lalu tanpa permisi, dipeluknya Dedengkot Dewa yang bernama asli Yama Lumaksa sambil bibirnya menutup bibir Dedengkot Dewa. Waahhh ... rujak bibir nih! Setelah beberapa saat, Dedengkot Dewa atau Yama Lumaksa melepaskan diri dari sergapan bibir Nyai Kembang Hitam. Bagaimana dengan Dedengkot Dewa? Beres! Panji Tilar telah men-sukabumi-kan musuh bebuyutannya, kata Nyai Kembang Hitam sambil menggelendot manja. Bagus!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aneh, jika memang Dedengkot Dewa sudah di-sukabumi-kan alias di bunuh oleh Panji Tilar alias Pawang Racun Kecil, lalu siapa Dedengkot Dewa yang sekarang bertemu dengan Nyai Kembang Hitam? Kita pergi sekarang? tanya Nyai Kembang Hitam kepada Yama Lumaksa. Sudah ga tahan, nih ... Sebentar, kata Yama Lumaksa sambil meraih ke tubuh sang Nyai, tangan kanan meluncur ke bawah seperti ular menelusuri belahan dada membusung, terus turun ke perut ramping dan akhirnya sedikit bermain di tempat paling ujung di bawah pusar. Dengan cuek-bebek jari tangan Dedengkot Dewa merobek sebagian baju ketat yang tepat menutupi gerbang istana kenikmatan yang kini sedikit basah. Srett! Nah, ini lebih baik ... kata Yama Lumaksa sambil memasukkan jari tangan sedikit ke dalam yang tentu saja membuat Nyai Kembang Hitam semakin mendesah-menggelinjang kenikmatan. Namun, belum lagi meneruskan pekerjaannya, sesosok bayangan telah berkelebat mendekat. Jleg! Brengsek kalian! bentaknya dengan suara sedikit di tekan. Apa ada Tua Raja Tinju Kayangan? sindir Dedengkot Dewa. Kau mau? Heh, ini bukan tempatnya, bangsat! kembali Tua Raja Tinju Kayangan membentak. Kalian harus pergi dari tempat ini secepatnya! Jangan membantah! Dengan bahu sedikit diangkat, entah karena nikmat atau meng-iya-kan perkataan Tua Raja Tinju Kayangan, Nyai Kembang Hitam langsung berkelebat pergi diikuti Dedengkot Dewa yang sambil berulang kali mengendus-endus jari tangannya. Wuss ... !! Di tinggal sendirinya, tentu saja Bayu Rakta semakin meradang, gerutunya, Dua bangsat itu jika sudah saling sosor tidak ingat tempat dan waktu. Hemmm ... aku harus segera menyusul mereka. Baru satu tindak melangkah, kembali Bayu Rakta berdiam diri. Jika langsung pergi begitu saja, pasti orang-orang goblok itu akan curiga. Aku harus menghilangkan jejak. Dua tangan Tua Raja Tinju Kayangan mengepal kencang. Tenaga dalam di hempos sampai seperempat bagian hingga terbersit sinar terang berkilauan. Diiringi dengusan napas terbuang, dua tangannya berkelebat saling susulmenyusul ke empat penjuru. Wurr ... wuss .... !! Blamm! Blammm ... ! Jajaran Bambu Hitam sontak terdongkel disertai bau hangus menyengat.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Suara ledakan inilah yang terdengar hingga ruang pertemuan dan orangorang disana beranggapan kalau terjadi pertarungan sengit dengan si pencuri dengar. Aku harus menyusul mereka. Sepenanakan nasi baru kembali ke tempat pertemuan, desisnya. Jika Dedengkot Dewa tidak mau juga melepas dari dekapan wanita genit itu, biar aku seret saja dia! Laki-laki muka codet itu segera berkelebat menghilang dari pandangan. Keesokan harinya ... Dua sosok bayangan tampak berkejar-kejaran di balik rimbunnya jajaran Bambu Hitam yang berada di daerah kekuasaan Dedengkot Dewa. Salah seorang diantaranya seorang pemuda baju buntung coklat tua dipadu dengan celana putih. Yang sedikit mencolok adalah sebuah periuk besar bertengger di punggung. Sedang satunya seorang gadis yang bisa dibilang cantik rupawan berbaju kuning ketat tanpa lengan dengan balutan baju dalam merah tua. Di punggungnya tersoren sebilah pedang dengan rumbai-rumbai tali biru. Siapa lagi jika bukan Riung Gunung dan Kaswari! Wutt! Wuutt! Sosok Riung Gunung tiba lebih dulu diikuti tubuh ramping Kaswari. Ilmu ringan tubuh Kakang Riung makin hebat, puji si gadis dengan senyum menghias bibir. Masa sih? Perasaan biasa-biasa tuh, elak Riung Gunung sambil mengamati seantero batang-batang bambu hitam yang semakin hitam menghangus seperti bekas habis terbakar. Kakang, memangnya Paman Contreng Nyawa menyuruh kita menyelidik tempat ini ada tujuannya? tanya Kaswari sambil menyeka peluh di dahinya. Disini tidak ada apa-apa selain kumpulan batang bambu hangus. Tentu saja ada, dong ... sahut murid Ki Ajar Lembah Halimun sambil matanya terus mengedar seakan sedang mencari-cari sesuatu. Lalu apa yang kita cari disini? Entahlah ... ujar Riung Gunung sambil berjalan berkeliling. Mungkin sebuah petunjuk barangkali ... Petunjuk apa? Biasanya, benda mati bisa juga menjadi petunjuk berharga. Lha ... iya! Tapi mana buktinya? tukas Kaswari jengkel karena sedari tadi pemuda berperiuk itu hanya memandang berkeliling saja tanpa melakukan apaapa. Ada, sahut Riung Gunung, pendek.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mana? kembali gadis murid Kakek Kocak dari Gunung Tugel berucap dengan sedikit jengkel. Lalu sambil memandang berkeliling, ia tidak menemukan apa-apa. Ga ada apa-apa di tempat ini. Coba kau liat arah tumbangnya batang bambu di tempat ini, kata Riung Gunung berteka-teki. Kau merasakan sesuatu yang aneh? Kaswari diam sesaat, lalu kembali menggelengkan kepala dengan cepat. Ga ada yang aneh, tuh. Heeeh! Punya otak kok ga pernah dicuci, kata Riung Gunung sekenanya. Lalu berjalan ke depan sepuluh langkah, lalu duduk di atas batu datar seukuran anak kerbau. Brengsek! Kakang mengejek, ya? sungut Kaswari mendekati Riung Gunung dan duduk menyebelahi si pemuda. Mau kucubit apa!?! Jangan aaah ... Cepat katakan, apa yang Kakang temukan! Baik-baik-baik! kata Riung Gunung sambil meringis melihat mata bundar Kaswari yang semakin bundar kalau melotot. Sumpah, makin cakep lho! Kau liat bambu-bambu hangus itu? Tentu saja liat! Emangnya aku buta apa!? Lalu batang bambu itu tumbang kena apa? Tentu saja disini semalam terjadi pertarungan hebat dan bambu-bambu itu hangus akibat terkena pukulan sakti yang nyasar! Jelas!? tukas Kaswari, lalu sambungnya, Kakang ini makin lama makin bego aja, deh! Riung Gunung hanya tersenyum. Jika benar perkataanmu, Kakang mau tanya, jawab Riung Gunung. Pertarungan hebat yang mana yang kau katakan? Mendapat pertanyaan kalajengking! Benar! Pertarungan hebat yang mana? Kembali mata Kaswari mengedar. Kali ini diamati setiap jengkal tanah, tumpukan daun bambu kering serta posisi batu-batu besar tetap seperti tidak tersentuh tangan sama sekali. Bahkan di bagian pojok agak sedikit ke ujung, sarang laba-laba pun masih ada, tidak koyak sedikit pun. Jelas aneh jika memang ada pertarungan, posisi runtuhan daun bambu kering dan batu-batu sekitarnya tidak ada yang bergeser meski sedikit. Eemm ... benar juga! gumam Kaswari kemudian. Ada yang aneh disini. ini, sontak Kaswari terjengkit bagai disengat memandang berkeliling, lalu

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bagaimana? Kakang Riung benar. Jangan-jangan ... Jangan menduga-duga yang jelek. Paling-paling juga ... ucapan Riung Gunung terhenti saat matanya melihat sesuatu warna hitam di dekat kakinya, lalu diambil dan diamati dengan seksama. Secuil kain bentuk jaring warna hitam yang lebarnya sepanjang jari telunjuk saja. Kain apa ini? desis Riung Gunung mengamati kain hitam ditangannya. Direntang dikit, dilepas, direntang-dilepas, lalu dibolak-balik. Apa yang Kakang temukan? Petunjuk lagi? Cuma sobekan kain, jawab Riung Gunung pendek. Tapi aneh juga, kenapa bisa berada di tempat ini? Atau jangan-jangan ini sobekan baju atau sapu tangan yang tersangkut ranting pohon barangkali? Tapi di sekitar sini ga ada pohon, cuma bambu hitam melulu. Lalu sobekan kain hitam didekatkan hidung. Tercium aroma aneh di sana. Sniiff ... snifff ... ! (ini suara hidung mengendus, heheheh!!) Karena penasaran, sobekan kain semakin didekatkan dan pada akhirnya menempel di ujung hidung Riung Gunung. Andaikata Riung Gunung tahu itu sobekan kain apa, asalnya darimana dan posisi awalnya dimana, pasti selebar mukanya sudah merah padam! Karena itu sama artinya dia mencium ... (tebak sendiri deh ...!) Baunya aneh, gumam Riung Gunung sambil berulang kali mengendus. ... tapi ... emmm ... aneh-aneh harum ... gimana ya ... Coba kesinikan, kata Kaswari penasaran sambil merebut sobekan kain di tangan si pemuda. Lalu diendusnya beberapa saat. Sebentar kemudian, selebar muka Kaswari langsung merah padam! Apa yang kau temukan!? tanya Riung Gunung melihat raut muka Kaswari merona merah mendadak. Dasar jorok! Kakang Riung benar-benar jorok! Jorok gimana? tanya Riung Gunung, heran. Bahkan tangan bekas memegang sobekan kain kembali diendusi. Baunya sedap. Ga busuk, kok! Coba dech sekali lagi! Kembali selebar muka Kaswari merah padam melihat tingkah laku si pemuda yang pulang-balik menciumi jari-jari tangannya. Wajahnya semakin merah dari sebelumnya. Benar-benar persis udang goreng tanpa tepung! Pokoknya jorok, ya ... jorok! Titik! sentak Kaswari sambil melempar sobekan kain ke tanah. Sudah! Aku mau pulang!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tanpa banyak kata, Kaswari langsung melesat pergi. Ooooiii ... Wari! Apanya yang jorok!? teriak Riung Gunung. Pegang tahi ayam juga kaga! Dipungutnya kembali sobekan kain hitam, diamati sesaat, kembali didekatkan ke hidung, diendus sebentar, lalu bergumam, Heran ... joroknya dimana sih? Riung Gunung melangkah pergi dan tanpa ia sadari berulang kali menciumi sobekan kain di tangannya. Tentu saja Kaswari mengatakan perbuatan Riung Gunung jorok karena ia tahu bau yang keluar dari sobekan kain adalah bau khas cairan kenikmatan seorang perempuan! Kegemparan yang diciptakan si Pencuri Kitab membuat kesiapsiagaan Perguruan Tanah Bambu meningkat tajam, bahkan Nini Cemara Putih sendiri yang memimpin penyelidikan dibantu Empat Tua Raja Tanah Bambu. Namun, hingga tiga berselang tidak juga menemukan petunjuk yang berarti. Kecuali sebuah petunjuk sementara yang diberikan Tua Raja Bedah Bumi bahwa si pencuri menguasai Ilmu Baju Es Hitam yang hanya dimiliki para Penghuni Gerbang Surga. --o0o

BAGIAN 21
Sore itu, langit cerah tanpa awan. Angin bertiup sepoi-sepoi. Si bulat bundar di langit pun tidak segarang seperti tadi siang. Beberapa burung camar terlihat saling berlomba memburu ikan. Beberapa kali terlihat menyambar-nyambar ke arah permukaan air laut, lalu melesat naik dengan kaki mencengkeram hasil tangkapan. Jalu Samudra, Adiprana dan Cideng terlihat berdiri dekat anjungan menikmati sore. Tiga laki-laki muda ini saling bercerita satu sama lain, namun toh pada intinya cuma satu. Apalagi jika bukan perkara ... cewek! Baru diketahui oleh Adiprana dan Cideng kalau Jalu Samudra atau yang kini mereka kenal dengan nama besar si Pemanah Gadis ternyata telah beristri. Wah ... hebat juga kau! seru Cideng sambil menepuk pelan pundak Jalu. Tapi ada satu pertanyaan dariku. Kau mau jawab? Apa? Gini! Eeee ... waktu kau malam pertama, kerepotan ga? Lho, kenapa kau bilang begitu? tanya Jalu, heran. Mata putihnya sedikit melebar. Ada yang aneh begitu?

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Yach ... engga sih. Cuma ... kata Cideng sedikit menggantung. Apalagi jika takut menyinggung perasaan Jalu Samudra. Cuma apa? Anu ... hehehehe ... apa kau tidak salah tempat waktu memasukkan senjata pusakamu ... sahut Cideng sambil nyengir kuda. Hahahahaha! Bukannya marah, justru si pemuda bertongkat hitam ini tertawa keras. Beberapa burung camar sampai kaget mendengar suara tawa yang bebas lepas. Kalau perkara itu, kau jangan khawatir sobat! Pasti pas! Ga mungkin meleset! ucap Jalu dengan tetap tertawa. Adiprana sendiri tersenyum geli saat melihat muka Cideng justru merah padam. Hayooo, kau bayangin apa? goda Adiprana sambil menyenggol bahu Cideng. Ahhh ... engga ... ga bayangin apa-apa. Ah ... masak? kembali goda Adiprana. Meski kadangkala terlihat angkuh, namun setelah mengenal pribadinya beberapa waktu, Jalu berpikir kalau Adiprana menjadi angkuh karena didikan dari gurunya yang mantan orang aliran hitam yang --tentu saja-- masih memiliki sifat-sifat keangkuhan meski tidak seperti dahulu. Kembali ketiganya tertawa lebar. Saat itulah, tanpa sengaja mata Adiprana menangkap suatu gerakan di bawah air. Apa itu? desisnya dengan mata sedikit menyipit. Apa ada? Jari telunjuk Adiprana menunjuk ke bawah sambil berkata, Itu ikan, bukan? Terlihat disana, sesosok bayangan putih yang diyakini seekor ikan tampak berenang pelan. Namun yang membuat ketiganya kaget adalah bentuk sosok ikan itu hampir sama besar dengan kapal Surya Silam! Belum lagi ikan putih raksasa menghilang lenyap, muncul empat ekor ikan putih raksasa yang bentuknya sedikit lebih kecil dari yang pertama. Jangan-jangan itu ... Ikan Gajah Putih!? gumam Jalu Samudra, sedang dalam otaknya kembali berkecamuk. Menurut guru Dewa Pengemis, wilayah Kepulauan Tanah Bambu berada tidak jauh dari lintasan Ikan Gajah Putih. Jika memang ini yang namanya Ikan Gajah Putih, pasti tempat yang aku tuju sudah tidak jauh lagi. Matanya mengedar ke sekelilingnya. Namun yang dicarinya tidak ada.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Setahuku, Ikan Gajah Putih atau Ikan Gajah Putih Pembunuh paling senang berada di wilayah yang sedikit tawar airnya, kata Adiprana sambil terus memandangi sosok-sosok raksasa yang berenang kesana-kemari di bawah kapal Surya Silam. ... dan setiap kawanan ini melintas, pasti akan melakukan hal yang mengerikan. Apa itu? tanya Cideng tanpa sadar. Ikan Gajah Putih senang bercanda dengan membenturkan tubuh ke bendabenda yang bergerak, kata Adiprana enteng. Syukur-syukur bisa makan gratis. Makan gratis? tanya Jalu Samudra. Ya. Maksudku ... makan orang secara gratis! sahut si Naga Terbang. Beritahu Kakang Gautama, agar menghentikan laju kapal sebelum terlambat. Aku saja! kata Cideng, segera ia berkelebat cepat ke arah juru mudi yang jaraknya memang tidak begitu jauh. Sedang Jalu Samudra dan Adiprana mengawasi gerak-gerik kawanan pembawa maut ini. Kita harus memberitahu yang lain agar tidak panik. Sebab kepanikan justru memancing keberingasan kawanan liar ini, tutur Adiprana. Apa sebaiknya kita biarkan saja orang-orang di kapal ini agar tidak memancing kepanikan? usul Jalu Samudra sambil terus memandang kawanan ikan yang berada tepat di bawah kapal. Adiprana tidak menjawab, tapi memandang lekat-lekat ke arah Ikan Gajah Putih paling ujung. Sosok penguasa laut paling besar diantara para kawanan lain terlihat tenang di bawah sana. Kurasa tidak perlu, Sobat! Gerakan kapal ini pada dasarnya sudah memancing hasrat para kawanan Ikan Gajah Putih untuk membenturkan tubuhnya, kata Adiprana. Coba kau lihat ikan yang paling besar di sana. Dia terlihat memutar tubuh. Lebih baik aku beritahu teman-teman yang lain, ucap Jalu Samudra. Sebentar saja, puluhan orang sudah berkumpul di setiap sisi kapal Surya Silam untuk melihat kawanan Ikan Gajah Putih. Namun dasar orang tidak tahu bahaya, justru mereka melempar beragam jenis makanan ke arah kawanan Ikan Gajah Putih yang menurut mereka jinak. Jalu Samudra dan Adiprana geleng-geleng kepala melihat tingkah laku para penumpang. Aku tidak melihat Trihasta. Kemana dia? tanya Adiprana dengan mata mengedar. Mungkin masih di kamar, sahut Jalu Samudra. Biar aku beritahu dia. Tanpa menunggu jawaban dari si Naga Terbang, Jalu Samudra melayang naik ke lantai tiga. Menuju kamar Trihasta Prasaja yang memang letaknya hanya bersebelahan dengan kamarnya.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Trihasta, kau ada di dalam? Tidak ada sahutan sama sekali. Jangan-jangan dia lagi molor? pikirnya. Lagian pintunya sedikit terbuka. Buka engga ya? Trihasta! Kalau kau tidak menjawab, aku masuk nih, panggil si Pemanah Gadis. Setelah menunggu beberapa lama dan tidak ada sahutan dari dalam, Jalu mendorong pintu kamar yang memang awalnya agak terbuka, setelah di dalam ia kembali memanggil nama Trihasta beberapa kali. Trihasta ... kau dimana ... ? panggil Jalu Samudra. Kembali tidak ada jawaban. Yang terdengar hanya suara gemericik air mengalir di kamar mandi sehingga Jalu berkesimpulan Trihasta Prasaja tidak bisa mendengar karena terhalang suara gemericik air jatuh. Namun saat mengetuk pintu kamar mandi, alangkah terkejutnya Jalu Samudra karena ternyata pintunya terbuka sendiri, mungkin karena si penghuni tidak menutupnya dengan benar, sehingga dengan sedikit sentuhan saja pintunya jadi terbuka. Begitu pintu terkuak lebar-lebar, terlihat sesosok gadis sedang membasuh tubuh putih mulus di bawah pancuran air dengan posisi tepat menghadap ke arah Jalu Samudra. Jalu Samudra justru terperanjat kaget bukan alang kepalang! Mata putihnya melihat jelas tubuh telanjang seorang gadis muda lengkap dengan sepasang bukit kembar padat menantang! Jaluuuu ... ! terdengar jeritan khas seorang gadis. Apa-apaan kau ini!? Si gadis sendiri terlihat kaget, segera saja ia menutup sepasang bukit kembar membulat dengan kedua tangan, sedangkan kaki kanannya agak disilangkan dengan maksud untuk menutupi wilayah gerbang istana kenikmatan yang terpampang jelas, lalu posisi tubuh dibalik membelakangi. Namun akibatnya kini terlihat bongkahan pantat padat nan seksi. Saat itu si Pemanah Gadis sangat kaget, takut si gadis menyangka dirinya sengaja berbuat kurang ajar. Eh ... ma ... maaf ... itu ... ee ... aku ada perlu dengan Trihasta ... dia ada ... ? kata Jalu Samudra terbata-bata sementara tubuhnya mematung tanpa bisa digerakkan dengan sepasang mata putih tetap menatap tubuh si gadis tanpa bisa dikendalikan. Wah, berabe nih ... pikir Jalu Samudra. Ga tahunya dia sembunyiin gadis di kamarnya. Cantik dan sexy betul dia! Dapat darimana dia? Perasaan waktu datang cuma sendirian deh ...

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Melihat yang masuk adalah Jalu Samudra, si pemuda buta yang memiliki kesaktian edan-edanan, hati si gadis sedikit lebih tenang. Meski tidak bisa menyembunyikan rasa malunya, gadis itu tetap berusaha setenang mungkin. Oh ... iya ... ada perlu apa? suara merdu terdengar dari bibir sang gadis dengan tetap membelakangi Jalu Samudra sambil menutupi sepasang bukit kembar. Sementara itu, air dari pancuran terus mengguyur tubuh sekal si gadis, sehingga memantulkan segala keindahan yang dimiliki tubuh mulusnya. Trihasta dimana? Aku ini ... Trihasta Prasaja! bentak si gadis yang mengaku bernama Trihasta Prasaja. Ah, masa kau Trihasta? ucap Jalu meragu. Boong nih!? Dasar Jalu brengsek! Lihat mata dan wajahku! tukas gadis yang mengaku Trihasta sambil membalik pinggang namun tetap menutupi sepasang bukit kembar dengan ke dua tangan. Sama, kan? kata si gadis setelah si Jalu terdiam beberapa saat. Tiba-tiba ia menyadari sesuatu. Bego benar aku ini! Dia kan buta, mana bisa melihat? Meski agak malu, gadis cantik yang mengaku bernama Trihasta berjalan mendekati Jalu Samudra yang tetap memandang tanpa kedip dengan mata putihnya. Kedua tangannya sudah tidak lagi menutupi bongkahan padat menantang dengan ujung-ujung berwarna merah segar. Kalau begini bagaimana? katanya dibuat berat seperti suara Trihasta yang biasa di dengar Jalu. Aku percaya. Kau benar-benar percaya? Jalu mengangguk. Lebih baik kau berpakaian dulu, kata Jalu beranjak pergi dengan tetap mengetukkan tongkat hitam, suatu kebiasaan yang tidak pernah lepas dari tangannya dan duduk di kursi dekat ranjang dengan degup jantung yang sangat cepat. Sesaat kemudian terdengar langkah Trihasta Prasaja keluar dari kamar mandi. Gadis itu menutupi sebagian tubuhnya dengan selembar kain pendek, hingga bagian pahanya dengan jelas terlihat begitu indah. Sementara itu si Pemanah Gadis terus memandangi tubuh Trihasta Prasaja, memandangi paha mulus yang tertutup sekedarnya, jika saja gadis yang menyamar ini agak membungkuk pasti pantatnya akan terlihat cukup jelas. Si Pemanah Gadis terus menikmati pemandangan indah itu, rangsangannya begitu kuat sehingga terasa sekali bagian bawah perutnya terasa menegang. Jika saja tidak ditahan, pasti malu-maluin dech! Maaf tadi ... tadi nggak sengaja, kata Jalu pelan.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Iya ... udah ... nggak apa-apa ... sahut Trihasta Prasaja dengan suara merdu sambil berdiri di depan Jalu Samudra. Toh kau buta, jadi tidak bisa melihat tubuhku. Tapi kau harus berjanji, tidak akan mengatakan kejadian ini pada siapapun! Iya deh ... iya ... Jalu! Ada perlu apa kau mencariku? kata lembut Trihasta Prasaja. Di bawah kapal ada ... Belum lagi suara Jalu terucap sepenuhnya, tiba-tiba saja terdengar suara keras. Brakk! Brakk ... ! Celaka! seru Jalu Samudra. Kawanan itu sudah mengamuk. Kawanan apa? Kembali terdengar suara keras berderaknya kayu. Namun belum lagi Jalu Samudra beranjak dari duduknya dan Trihasta Prasaja bertanya lebih lanjut apa yang terjadi, tiba-tiba ... Brakkk ... ! Brakkk ... ! Brakkk ... ! Rupanya, kawanan Ikan Gajah Putih menjadi liar saat mendengar suara-suara sorak-sorai penumpang kapal Surya Silam bahkan ada diantaranya yang melempari berbagai jenis makanan ke laut. Seekor Ikan Gajah Putih yang berukuran lebih kecil, melesat cepat dari bawah air dan membenturkan moncongnya ke lambung kapal. Brakk! Beberapa orang terjatuh ke dalam air dan tanpa sempat menyelamatkan diri lagi, mereka yang terjatuh ke laut dalam waktu kurang dari satu kedip telah menjadi penghuni perut kawanan Ikan Gajah Putih. Mungkin besok pagi sudah jadi kotoran ikan! Brakk! Brakk! Beberapa ekor ikan putih raksasa berebutan menghantamkan moncong ke lambung kapal Surya Silam, hingga dalam waktu tidak kurang dari tiga puluh detik, kapal Surya Silam pun karam! Blubb! Blubb! Kapal tenggelam begitu cepat. Bahkan si Pemanah Gadis sendiri yang entah bagaimana, tahu-tahu sudah berada di dalam air. Begitu menyentuh dinginnya air, Ilmu Napas Ikan Gajah kembali menunjukkan kelasnya. Dimana gadis itu? gumam Jalu Samudra. Kepala mengedar, lalu menangkap sesosok tubuh sedang sibuk mengikat kain yang melilit tubuhnya. Itu dia!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pemuda murid Dewa Pengemis dan Dewi Binal Bertangan Naga berenang ke arah gadis yang bernama Trihasta Prasaja, lalu mendekap erat tubuh si gadis. Krepp! Trihasta Prasaja tentu saja kaget, namun melihat siapa yang telah mendekapnya, dia hanya memandang penuh terima kasih. Atur napasmu, kata Jalu Samudra dalam air. Si gadis mengangguk sambil menjungkitkan alis keheranan, pikirnya, Gila! Dalam air pun ia bisa berbicara seperti biasa! Kesaktian macam apa yang dimiliki si buta ganteng ini? Beberapa orang pesilat yang memiliki tenaga dalam cukup tinggi, masih bisa bertahan di dalam air. Namun, sergapan ganas dari kawanan Ikan Gajah Putih membuat mereka salang-tunjang tak karuan. Bagaimana pun juga, penguasa laut ini merupakan biangnya mahkluk buas penghuni laut. Gerakan mereka gesit meski tubuhnya besar luar biasa. Crakk! Crakk! Cukup dengan membuka mulut saja, lima orang langsung tertelan sekaligus dan dengan gigi-gigi tajam sebesar batang kelapa, langsung mengunyah makanan gratis yang ada. Dia kejauhan, sejarak tujuh tombak terlihat satu bola cahaya warna hijau pupus membungkus sosok tubuh seseorang. Beberapa Ikan Gajah Putih berusaha menelan bola cahaya hijau, namun dengan gesit pula, bola cahaya hijau berhasil menghindar sambil melontarkan poukulan-pukulan mematikan ke arah kawanan Ikan Gajah Putih. Blamm! Blamm! Meski tidak membuat matinya ikan, namun cukup menyakitkan juga dan pada akhirnya kawanan ikan meninggalkan bola cahaya hijau pupus, mengarahkan pada buruan lain yang paling gampang. Jalu sendiri belum pernah melihat ilmu kesaktian seperti itu, namun setidaknya ia bisa menduga siapa orang yang berada di dalam bola cahaya hijau pupus. Siapa lagi jika bukan Adiprana, murid Naga Terkutuk Dari Neraka!? Seekor Ikan Gajah Putih berukuran sedang menerjang dengan mulut terbuka lebar siap mencaplok tubuh Jalu dan Trihasta sekaligus. Srattt! Dengan sigap, Jalu melesat ke atas menghindar. Namun, sosok Ikan Gajah Putih ternyata berlaku cerdik. Mangsa pertama lolos, sosok lain telah menerjang dari belakang. Weeee ... ikan kurang ajar! Beraninya main keroyokan!? seru Jalu sambil berkelebat kesana-kemari sambil mendekap erat Trihasta Prasaja. Namun pada sergapan yang kesekian kali, dekapannya pada Trihasta terlepas, yang terpegang cuma selembar kain yang tadi dipakai si gadis.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lepas dari perlindungan Jalu Samudra membuat Trihasta Prasaja yang kini telanjang bulat menjadi kelimpungan. Tidak ada waktu untuk malu, yang ada dalam otaknya hanya menyelamatkan selembar nyawanya. Namun ... Crasss! Secepat-cepatnya Trihasta bergerak dalam air, toh tetap kalah cepat dengan sambaran ikan raksasa ini. Tak pelak lagi, dada kiri yang membusung tersayat sirip ikan! (Aduuh ... emaneman rek ... !!) Seketika, gadis yang mengaku bernama Trihasta Prasaja segera merasakan sakit yang merejam di dada kirinya. Darah merah tersembur keluar, dan praktis saja air langsung masuk ke dalam paru-paru karena tanpa sadar tatkala Trihasta menjerit kesakitan. Akan tetapi belum lagi rasa sakitnya bisa diatasi, dari bawah kaki si gadis, kembali menerjang cepat ikan putih raksasa dengan mulut terbuka lebar ke arah sepasang kaki si gadis. --o0o

BAGIAN 22
Crakkk! Karena dua kakinya bergerak terus, kaki kiri selamat tapi kaki kanan Trihasta Prasaja langsung putus! Kembali Trihasta menjerit kesakitan, namun yang keluar justru suara seperti orang tercekik disertai gelembung-gelembung udara keluar dari mulut. Pertahanannya jebol sudah! Trihasta jatuh pingsan di dalam air! Jalu yang sedang sibuk dan mendengar jerit kesakitan dari Trihasta Pasaja segera bergerak menghindar cepat. Kalian memang tidak bisa diberi hati! bentaknya sambil mengerahkan tingkat pertama dari Ilmu Tenaga Sakti Kilat Matahari sehingga tangan kiri memancarkan sinar biru kusam sedang tangan kanan bersinar hitam cemerlang. Lalu dengan sigap tangan kanan-kiri mengibas ke belakang! Wutt! Wutt ... ! Dua bentuk hawa naga warna biru kusam menerjang ke arah kawanan Ikan Gajah Putih yang ada di belakang sedang hawa naga yang berwarna hitam cemerlang menerjang ke arah Ikan Gajah Putih yang menyerang Trihasta Prasaja. Blamm! Blamm ... !!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Jurus Naga Sakti Menggoyang Ekor (Shen Long Bai Wei) dari Ilmu 18 Jurus Tapak Naga Penakluk (Xiang Long Shi Ba Zhang) yang digunakan si Pemanah Gadis memang tidak sedahsyat jika dilakukan di atas permukaan tanah, namun efek daya ledak yang menggelora tetap menjadi daya hancur tersendiri. Empat ekor Ikan Gajah Putih langsung hancur berantakan terkena sambaran hawa dahsyat dari jurus Naga Sakti Menggoyang Ekor (Shen Long Bai Wei) bahkan yang menyerang Trihasta Prasaja luluh-lantak kecuali bagian mulutnya. Jalu segera berkelebat cepat lalu menyambar tubuh pingsan si gadis. Tappp! Kakinya hilang satu! kata Jalu kaget. Matanya bergerak memandang ke sekeliling. Sesaat matanya terpaku pada sosok kepala ikan yang melayang-layang tanpa badan lagi. Rupanya dia yang gigit. Brengsek! Sempat-sempatnya ikan kampret ini memilih gadis cantik di saat begini! gumam Jalu sambil berenang mendekat. Diambilnya potongan kaki milik Trihasta Prasaja. Di ujung sana, masih terlihat empat ekor Ikan Gajah Putih yang berpesta pora daging teman-temannya yang hancur akibat pukulan maut si Pemanah Gadis, namun Jalu tidak melihat satu sosok pun manusia yang bisa diselamatkan. Baru kali ini murid Dewa Pengemis menyadari satu hal. Bagaimana pun juga ia juga manusia biasa yang memiliki keterbatasan. Sehebat-hebatnya dia, tetap juga tidak bisa mendahului kehendak Sang Penguasa Jagad. Kali ini Jalu Samudra mengakui keunggulan mahkluk penghuni laut! Jalu segera berenang ke permukaan air sambil membopong Trihasta Prasaja termasuk potongan kaki si gadis. Sejenak matanya mengedar. Seulas senyum kecil terhias saat sejarak lima tombak di depan melihat potongan papan yang lumayan lebar. Kesanalah ia berenang dengan barang bawaannya. Hemm ... kukira papan ini cukup lebar dan kokoh, gumamnya sambil meletakkan sosok pingsan Trihasta Prasaja yang telanjang bulat. Diperiksanya luka si gadis, Gila! Dadanya ampe terbelah lebar begini! Benar-benar ikan kurang ajar! Jalu segera duduk bersila sambil mengerahkan jurus pertama dari Ilmu Tapak Sembilan yang bernama Sambung Nyawa untuk mengobati luka robek yang diderita Trihasta Prasaja. Saat dua tangannya memancarkan sinar ungu transparan segera saja mengusap-usap lembut dada yang robek besar. Srett!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dua kali usapan, luka menganga di dada kiri Trihasta Prasaja langsung sirna. Namun dasar jahil, Jalu justru keenakan mengusap-usap dada membusung si gadis yang sudah kembali normal. Tangan kirinya mengambil potongan kaki kanan dan diletakkan dekat paha si gadis. Kali ini, si Pemanah Gadis mengerahkan jurus Sambung Tulang dan Nadi untuk menyambung kembali tulang dan urat-urat yang terputus. --o0o-Uhhh ... dimana aku ini? desis seorang gadis saat terbangun dari pingsannya. Tiba-tiba saja ... Aaaahhh ... kakiku ... kakiku .... ! Tanpa sebab yang jelas, gadis itu berteriak-teriak seperti orang gila. Atau dia memang benar-benar gila? Namun, saat melihat kakinya utuh, dia justru menghela napas lega. Tiba-tiba ia meraba dada kirinya. Heran, tidak sakit, gumamnya. Disibaknya baju di bagian dada kiri. Srett! Yang terlihat hanya dada putih kencang membusung tanpa luka alias mulus total. Sesaat terlihat rona kebingungan di wajah cantik itu. Aku masih ingat, dada kiriku robek besar tersambar sirip ikan putih raksasa dan ... kaki kananku putus, gumamnya. Tapi kenapa sekarang pulih seperti sedia kala? Seperti tidak pernah terjadi apa-apa padaku! Aneh! Saat memandang berkeliling, ia mendapati dirinya berada di atas kasur kapas empuk. Di kiri kanannya hanya ada papan panjang yang ditancapkan begitu saja seakan papan panjang itu sudah menyatu dengan papan kayu yang menjadi alasnya. Di paling pojok sebelah kanan, ada tiga guci besar yang entah apa isinya. Di sebelahnya ada tungku yang masih merah menyala. Di sebelah tungku, ada tumpukan arang yang cukup untuk menimbun kerbau. Beruntunglah barangbarang di pojok ruangan di sekat tersendiri sehingga tidak mengotori ruangan yang lain. Kembali mata indah si gadis memandang mengedar. Di tiap sudut papan kayu selebar lima kali lima tombak terdapat tiang penyangga setinggi dua tombak yang menyangga sebentuk kotak berongga berbentuk limas. Jika dilihat sekilas, seperti sebuah gubuk dari kayu yang biasa dibuat para petani. Yang jadi masalah cuma satu, gubuk aneh itu mengapung di atas air!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lalu ... ini baju siapa? gumamnya. Ia masih ingat dirinya tidak memakai apaapa kala diserang Ikan Gajah Putih. Tanpa sadar, si gadis berdiri sambil memandang suasana ke sekelilingnya. Dan saat berdiri, ia merasakan sensasi semilir di bawah perutnya. Brengsek! Ternyata aku cuma pake baju saja, desisnya kembali. Sesaat setelah desisan si gadis yang cuma pakai baju atas saja, tepatnya di bagian depan gubuk aneh, dari bawah terlihat sebentuk tonjolan di permukaan air yang semakin lama semakin membesar. Bahkan sekarang menyerupai gunung kecil yang terbuat dari air. Mata si gadis membelalak! Apa lagi itu!? desisnya. Jangan-jangan ikan kemarin datang lagi? Hingga pada akhirnya ... dari dalam gunung air melesat keluar satu sosok tubuh kekar. Byarrrr!!! Setelah berjumpalitan di udara beberapa kali, terus melesat cepat ke arah gubuk di atas air. Plekk! Sudah sadar? tanya sosok tubuh yang ternyata pemuda bertelanjang dada. Lama sekali kau pingsan. Dua hari dua malam aku menunggumu bangun, jadi bosan sendiri. Jalu!? kata si gadis, heran. I ya ... kaget ya? sahut si pemuda bertelanjang dada yang ternyata Jalu Samudra adanya. Kau ... kau yang menolongku? Betul. Kau yang membuat gubuk antik ini? Tidak salah! Kau pula yang memakaikan baju padaku? Seperti yang kau pakai sekarang. Lalu ... kenapa kau tidak memakaikan celana sekalian! bentak si gadis. Enak aja! Emangnya aku harus telanjang bulat apa? sahut Jalu, enteng. Inget, Non! Yang kau pakai itu bajuku. Bisa saja aku memintanya kembali. Lagi pula, di sini kalau malem dingin menusuk tulang. Jadi kau ... kau telah melihat semua? kata si gadis makin lirih setelah menyadari kalau perkataan yang baru saja terlontar tidak pantas diucapkan. Lho, bukannya pas mandi kemarin aku juga sudah melihatnya? Keduanya terdiam beberapa saat.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kita makan dulu, kata Jalu memecah kesunyian. Tapi ... Apalagi sih ... Apa ... benar-benar tidak ada celana disini? tanya si gadis kembali. Jalu menghela napas, lalu berkata, Trihasta ... Nagagini! kata si gadis. Namaku Nagagini. Baiklah! Gini ... NAGAGINI! bentak Nagagini, mulutnya langsung meruncing. Jangan panggil namaku dengan sepotong-sepotong seperti itu! Oke ... oke ... ! Nagagini! Sekarang kau tinggal pilih, pakai baju tanpa celana atau pakai celana tanpa baju? kata Jalu memberi pilihan. Sebab disini cuma ada satu baju dan satu celana, yaitu milikku sendiri. Apa tidak ada pilihan lain? Jalu menggeleng. Setelah menimbang beberapa saat, barulah Nagagini berkata, Yach ... terpaksa dech. Ga ada yang lain. Lagipula kita cuma berdua di tengah laut ini. Hehehehe, pasrah juga dia, kata hati Jalu Samudra. Pada awalnya Nagagini agak rikuh karena berulang kali angin laut yang nakal menerjang dari bawah hingga baju biru lautnya yang kebesaran menggelembung kemasukan angin yang tentu saja segala macam perabotnya yang ada dibawah perut karena tidak bercelana jadi tontonan gratis. Akan halnya Jalu sendiri sering tertawa melihat tingkah gadis muda yang sebelumnya menyamar menjadi laki-laki dengan nama Trihasta Prasaja itu. Berulang kali mata putihnya melihat sebentuk pemandangan yang luar biasa indahnya. Akhirnya, Nagagini capek sendiri dan membiarkan saja angin laut berbuat semaunya. Keduanya duduk di tepian gubuk sambil kaki dimasukkan ke dalam air. Sambil makan ikan laut yang telah matang karena dibakar di atas tungku, Jalu berkata, Kenapa kau menyamar jadi laki-laki? Supaya aman dari laki-laki jahil macam dirimu, tukas Nagagini sambil mengunyah daging ikan. Ada maksud lain? Ngga ada. Cuma itu saja, sahut Nagagini sambil tangan kirinya membalik ikan bakar agar tidak gosong, Hanya saja, aku kehilangan teman-teman dari Perguruan Golok Tanpa Bayangan. Kasihan mereka. Aku turut berduka cita.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Terima kasih, jawab Nagagini. Boleh kupanggil Kakang Jalu? Tidak enak rasanya dengan orang yang lebih tua berbicara ceplas-ceplos. Aku tidak keberatan. Dipanggil kangmas boleh, kakanda juga tidak menolak, kakang juga tidak salah, sahut Jalu sekenanya. Apalagi dipanggil suamiku!? semakin ngga bisa nolak, hahahahah! Ahhh ... brengsek kau! seru Nagagini sambil mendorong pelan bahu Jalu. Keduanya bercanda hingga sore pun menjelang. Nagagini, aku sempat melihat ilmu cambukmu ada kalanya macet atau tenaga dalam tidak tersalur dengan sempurna, tanya Jalu Samudra. Apa ada hal-hal yang membuatmu tidak bisa menguasai ilmu cambukmu dengan baik. Benar, Kang! Jurus cambuk yang kupelajari dari Nini Guru Parikesit yang warga persilatan menggelarinya sebagai Ratu Cambuk Api Lengan Tunggal adalah jurus yang luar biasa aneh, terang Nagagini. Anehnya dimana? Jurus cambuk ini akan mudah dikuasai oleh orang cacat, ucap Nagagini sambil memandang kaki kanannya yang kini telah utuh kembali. Nini Guru sendiri berhasil menguasai 19 jurus Ilmu Cambuk Cacat tangan kirinya putus akibat serangan lawan. Apa kau ... menyesal kaki kananmu kusambung lagi? tanya Jalu Samudra sambil melirik kaki kanan Nagagini yang sebelumnya putus. Tidak, lebih baik aku tetap seperti ini dari pada berkaki tunggal, sahut Nagagini, masgul. Jadi gadis cacat apa enaknya? Kan jadi orang sakti, potong Jalu, cepat. Tetep ga enak, sahut Nagagini dengan mata melotot indah. Enak buat dicolok! Apa ada cara lain menguasai Jurus Cambuk Cacat selain memutuskan salah satu anggota tubuh? tanya Jalu Samudra kembali. Menurut Nini Guru Parikesit ... tidak ada. Jalu sedikit heran dengan ilmu Cambuk Cacat yang dimiliki oleh gadis yang cuma memakai baju atas itu. Selama hidupnya, baru kali ini ia mendengar kalau ingin menguasai ilmu silat harus menjadi cacat dulu. Apa jangan-jangan dirinya juga begitu? Cuma bedanya, ia cacat mata sejak lahir, meski sekarang bisa melihat dunia seperti orang bermata normal. Cuma ... ya cuma ini ... matanya tetep aja putih! Mata putih yang sering bikin orang salah sangka kalau ia bermata buta. Bisa memperagakan salah satu jurus cambukmu? Itu kalau tidak keberatan, lho! Mungkin saja aku bisa membantumu meningkatkan kemampuan, kata Jalu

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Samudra sambil mengulurkan sebuah tali tambang sepanjang tiga tombak. Kalau mau ... nih, anggap saja ini cambuk. Nagagini tersenyum manis. Dia tahu seberapa hebat Jalu Samudra alias si Pemanah Gadis ini. Tokoh hitam sekelas Raksasa Laut Hitam dan Demit Mungil saja sanggup ditumbangkan dengan mudah, pastilah pemuda ganteng bermata putih yang sekarang bertelanjang dada ini memiliki kesaktian tanpa tanding. Baiklah, ucap Nagagini sambil berdiri, Tapi kalau salah jangan diketawain. Tidak, tidak, tidak, kata Jalu sambil menggoyangkan tangan kiri pulang-pergi. Jurus ini bernama Antara Ada Dan Tiada. Coba Kakang Jalu perhatikan! Tubuh Nagagini berkelebat ke tengah gubuk, lalu menggerakkan tali tambang pengganti cambuk ke sana kemari dengan sigap. Ujung tali tambang mematukmatuk liar tak tentu arah. Wertt! Wertt! Ada kalanya menyerang ke sudut mati yang jelas-jelas tidak bisa dicapai dalam satu serangan. Menginjak ke pertengahan jurus, ujung tali tambang mendadak kehilangan kontrol. Ujung tali tambang bergerak liar tanpa sebab yang jelas. Pada akhirnya justru menjerat kaki kiri Nagagini dan akibatnya ... Brughh! Tubuh gadis baju biru kedodoran itu jatuh meninju lantai. Untung saja tidak jebol. Jalu segera memburu dan membantu bangun Nagagini. Kau tidak apa-apa? Aku tidak apa-apa, Kang. kata Nagagini sambil bangkit berdiri. Sudah tradisi. Tradisi? Maksudku ... tradisi jatuh, hihihi ... sahut Nagagini sambil terkikik geli. Jalu pun tertawa lirih. --o0o

BAGIAN 23
Sudahlah, nanti kita pikirkan cara menguasai jurus cambukmu yang aneh itu tanpa membuatmu menjadi gadis cacat, hibur Jalu Samudra setelah tawanya hilang. Tanpa terasa, malam pun menjelang. Jalu menyulut obor dengan sebagian kecil tenaga dalamnya lalu menancapkan di tiap ujung gubuk sehingga gubuk terlihat terang benderang.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sebenarnya aku punya tujuan lain naik kapal Surya Silam, tutur Nagagini setelah Jalu Samudra duduk di sampingnya. Boleh ... aku tahu? Sebenarnya tidak boleh, tapi karena Kakang telah menolongku, kukira tidak ada salahnya aku katakan, jawab gadis murid Ratu Cambuk Api Lengan Tunggal ini. Jalu diam menanti kelanjutan cerita Nagagini. Tidak bertanya, hanya menunggu kelanjutan perkataan si gadis berbodi mantap ini. Aku sedang mencari sebuah pulau yang bernama Kepulauan Tanah Bambu, sahut Nagagini kemudian. Hanya aku sendiri tidak tahu tempatnya. Yang kudengar letaknya di tengah laut dan selalu diselimuti kabut gaib. Itu saja. Jalu Samudra tersentak kaget! Ternyata tidak hanya dirinya yang mencari Kepulauan Tanah Bambu. Gadis cantik yang tidak pakai apa-apa di bagian bawah tubuhnya ini juga tengah mencarinya. Jangan-jangan bukan hanya dirinya dan Nagagini saja yang berniat ke pulau itu? Mungkin pula Adiprana alias si Naga Terbang dan yang lainnya memiliki tujuan yang sama? Kakang Jalu terlihat kaget ... atau jangan-jangan Kakang juga mempunyai tujuan yang sama denganku? tebak Nagagini saat melihat rona kekagetan di wajah si Pemanah Gadis. Aku juga punya tujuan yang sama, tutur Jalu kemudian setelah mempertimbangkan masak-masak untuk mengatakan maksud dan tujuannya, Tapi sebelum kukatakan apa tujuanku mencari tempat yang konon katanya diselimuti kabut gaib itu, apa kau bisa mengatakan tujuanmu terlebih dahulu? Aku hanya mencari seseorang, tepatnya saudara seperguruan guruku yang memilih jalur sesat akibat pengaruh seseorang, terang Nagagini. Pasti dia oorang yang dikenal di rimba persilatan. Warga persilatan menjulukinya ... Nyai Kembang Hitam. Nyai Kembang Hitam? Rasa-rasanya pernah dengar. Dimana ya? desis Jalu sambil berusaha mengingat-ingat. Namun hingga kepalanya pening, ga ketemu juga. Kupret! Udah mikir ampe pusing ga tahu juga, pikirnya. Dari kabar yang berhasil kusirap, ia berhasil menyusup masuk ke wilayah Kepulauan Tanah Bambu. Tujuannya hanya satu! Mencuri kitab sakti yang bernama Kitab Ilmu Seribu Bulan. Dengan menguasai intisari dari kitab ini, kabarnya bisa membuat orang awet muda dan memiliki umur panjang serta menguasai ilmu kesaktian tanpa tanding. Jalu Samudra mengangguk-anggukkan kepala mendengar keterangan dari Nagagini.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kalau begitu, tujuanmu berbeda denganku, lalu sambil memperbaiki duduknya, kembali pemuda telanjang dada ini berkata, Aku disuruh ... tepatnya diminta seseorang untuk mengembalikan sebuah benda ke pemilik syah Kepulauan Tanah Bambu. Sebuah benda? Tepatnya ... sebuah kujang. Kujang? tanya heran Nagagini dengan kening berkerut. Setahuku, senjata kujang hanya dimiliki para petinggi dari Tanah Pajajaran nun jauh di ujung barat Pulau Jawadwipa. Tepat! Perkataanmu sama persis dengan ucapan Ki Gegap Gempita ... Oooo ... dari Kitab Pengelana rupanya. Kau kenal? Bukan hanya kenal, tapi Ki Gegap Gempita dari Aliran Danau Utara masih terhitung pamanku ... tepatnya adik ipar dari ayahku. Oooo ... pantes ... Boleh kulihat senjatamu, Kang? Yang ini ... sahut Jalu sambil menuding bawah perutnya. Tentu saja ia bermaksud bercanda. Selebar muka sontak Nagagini merah matang. Maklum aja, masih perawan ting-ting! Jadi kalau disinggung dengan kata-kata ajaib seperti itu, mukanya sedikitsedikit merah. Waktu diliat Jalu pas mandi saja malunya sudah kagak ketulungan, apalagi pas sesi penyelamatan diserang Ikan Gajah Putih yang pakai acara peluk-pelukan segala yang secara tidak sengaja menyentuh langsung dada kencangnya, makin membuat dirinya malu bukan main. Maksudku ... kujang yang Kakang ceritakan, katanya dengan sedikit menunduk malu. Pikirnya, Duuuh ... mukaku pasti merah nih ... Jalu sedikit terperangah melihat rona merah semburat di wajah si gadis. Rona itu semakin menambah kecantikannya di antara bias cahaya obor. Sulit sekali mengungkapkan dengan kata-kata yang tepat untuk keadaan Nagagini saat ini. Intinya ... benar-benar memukau! Murid Dewa Pengemis segera mengusap telapak tangan satu sama lain sebanyak tiga kali. Settt! Pada usapan ketiga, seolah keluar dari alam gaib tahu-tahu di telapak tangan kanan pemuda sakti dari Goa Walet ini tergeletak benda berbentuk huruf S. Sebuah senjata berbentuk unik. Di bagian bawah melengkung sedikit bertolak belakang di bagian depan. Sedang dekat ujung yang tajam dan runcing terdapat

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sembilan lubang kecil-kecil. Panjang dari ujung hingga hulu tidak lebih dari sejengkal. Sedangkan gagang senjata unik ini hanya setengah jengkal saja. Ini pasti merupakan benda pusaka yang jarang tandingannya, kata Nagagini sambil mengambil benda di tangan Jalu. Diamati dan ditimang-timang sebentar, lalu dikembalikan ke telapak tangan kanan Jalu Samudra. Berat dugaanku, benda ini seperti sejenis kujang yang ada di Tanah Pajajaran. Menurut Ki Gegap Gempita juga begitu, kata Jalu sambil mengusap-usap dua telapak tangan yang didalamnya terdapat kujang dan dalam usapan ketiga, benda itu lenyap. Hihihi, kau ini seperti tukang sihir saja, gurau Nagagini sambil tertawa merdu. Kapan-kapan aku juga mau belajar ilmu seperti itu. ... Boleh, sahut Jalu Samudra, lalu sambungnya, ... tapi ngomong-ngomong Apa? Sudah saatnya kau mandi, kata Jalu Samudra sambil mendorong Nagagini dengan tiba-tiba. Byurrr ... ! Tak pelak lagi, Nagagini langsung terjatuh ke air dengan sukses! Dasar brengsek! seru Nagagini saat muncul ke permukaan air. Tangannya bergerak pelan memercikkan air. Namun karena Jalu Samudra sudah menghindar menjauh sambil tertawa terbahak-bahak. Dari tadi aku mencium bau kecut, rupanya kaulah sumbernya. Ahhh ... bodo! gerutu Nagagini, setelah beberapa saat merasakan kesegaran air, murid Ratu Cambuk Api Lengan Tunggal keluar dari air. Baju yang basah mencetak denagn sempurna segala sesuatu yang ada di tubuh Nagagini. Katanya gusar, Liat nih ... bajuku jadi basah kuyup begini. Mana ga ada ganti lagi? Gampang-lah. Lepas aja bajunya. Kan beres!? timpal Jalu. Huh, lepas baju!? Enakan Kakang Jalu dong! Kalau ga di lepas, ga cepat kering, sahut Jalu kembali. Kalau cuma keringin baju, ahh ... kecil! katanya sambil menjentikkan jari. Segera saja Nagagini pasang kuda-kuda kokoh dengan dua tangan terkepal di samping. Disertai tarikan napas lembut, dua tangan di dorong ke depan secara perlahan. Woshhh ... ! Pelan tapi pasti, keluar asap tipis berhawa panas dari tubuh si gadis. Gerakan tangan dan tarikan napas dilakukan terus-menerus hingga gumpalan uap semakin lama semakin banyak.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Cerdik juga dia! Pakai tenaga dalam sejenis inti api untuk mengeringkan baju, kata hati Jalu Samudra melihat olah jurus yang dilakukan Nagagini. Dan setelah sepenanakan nasi, barulah ia menghentikan olah jurus dan napas. Gimana? Kering, bukan? katanya sambil merentangkan tangan, lalu memutar-mutar tubuhnya. Tanpa terasa, malam pun menjelang tiba. Benar seperti apa yang dikatakan si Pemanah Gadis, jika malam hari, angin laut terasa dingin menusuk tulang. Yang jelas, angin berhembus keras sekali malam itu. Dinginnya terasa sekali menusuk tulang dan sumsum. Belum lagi dengan bunga-bunga es beterbangan seperti pasir putih di sekitar gubuk aneh tempat mereka berdua bermalam. Jalu sengaja membiarkan Nagagini bertahan dengan segenap kemampuan yang dimilikinya. Ia berniat melihat seberapa jauh Nagagini sanggup bertahan dalam situasi seperti itu. Kadang-kadang, ia merasa Nagagini adalah seorang lemah yang perlu dilindungi! Apalagi, si gadis melihat suasana malam untuk pertama kalinya mengaku agak ngeri melihat cuaca malam ini. Di tengah laut --apalagi cuma berdua dengan seorang pemuda-- cuaca seperti ini memang menambah suasana semakin mencekam. Suara angin seperti raungan raksasa yang sedang marah. Gelap-gulita di sekeliling gubuk, tak terdengar suara apa-apa selain badai angin yang mengamuk! Beruntung jalu sudah memberi pemberat di tiap sudut gubuk hingga tidak begitu terguncang-guncang terkena tiupan angin. Jalu mendengar gigi Nagagini bergemeletuk menahan dingin. Tidak tega, Jalu mendekati sang gadis, dan memeluknya dengan hangat. Nagagini sendiri pada mulanya merasa bagai dimasukkan ke dalam air beku, namun begitu pemuda yang kemana-mana selalu mengetukkan tongkat hitamnya ini memeluk tubuh menggigilnya, terasa kehangatan menjalari tubuh hingga dalam dua helaan napas saja, rasa membeku hilang seketika. Bagaimana pakarnya! pun, perkara hangat-menghangati, Jalu Samudra adalah

Dengan mengerahkan sedikit saja dari Ilmu Tenaga Sakti Kilat Matahari, sudah lebih dari cukup untuk menahan hawa dingin akibat amukan badai angin dan terpaan bunga-bunga es. Baginya, hawa dingin di laut tidak seberapa dingin jika di banding dengan hawa dingin kalau Kumala Rani mengalami penyempurnaan Ilmu Tenaga Sakti Kabut Rembulan yang sanggup memaksanya mengerahkan Ilmu Tenaga Sakti Kilat Matahari hingga beberapa tingkat. Kemudian, jalu membimbing nagagini ke kasur empuk dari kapas yang diletakkan menyudut dan terhalang oleh papan tebal. Tahulah sekarang nagagini fungsi dari papan yang dibuat memanjang.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Untuk menahan angin rupanya. Desah nafas Nagagini dekat sekali di pipi Jalu. Harum mulut gadis itu juga sampai samar-samar di hidung Jalu. Entah sengaja atau tidak, bibir Nagagini yang agak basah itu sesekali menyentuh pipi Jalu. Takut? bisik Jalu di telinga Nagagini. Jalu merasakan gadis itu mengangguk. Juga merasakan nafasnya agak cepat. Walah ... jangan-jangan dia ... pikir Jalu. Cium aku, Kang ... gadis itu berbisik, hampir tak terdengar. Jalu tersenyum dalam keremangan. Ada-ada saja permintaan Nagagini. Tetapi ... mengapa tidak? pikirnya. Mungkin perlu juga berciuman di tengah badai di tengah laut. Perlahan Jalu menyentuh bibir Nagagini dengan bibirnya. Nafas gadis itu menyerbu mukanya, terasa semakin panas. Lalu, bibir gadis itu terbuka sedikit. Jalu mengecupnya ringan, membiarkan masih ada jarak di antara kedua mulut mereka. Nagagini terdengar mendesah. Gelisah. Terasa gadis itu menggeser tubuh sintalnya semakin rapat ke tubuh Jalu. Di bandingkan Kumala Rani yang secantik bidadari atau Beda Kumala yang sedikit liar, Nagagini pastilah kalah (kalah pengalaman maksudnya ... ), meski dadanya sama-sama padat membusung. Walau begitu, jantung Jalu bergetar juga merasakan lengannya menekan dada Nagagini yang turun naik dengan cepat. Nagagini kini merangkul leher Jalu --dan seperti tak sabar-- ia menarik pemuda itu sehingga bisa sepenuhnya berciuman. Jalu membiarkan gadis itu mengulum bibirnya dengan desah yang semakin gelisah. Diam-diam Jalu khawatir juga, kemana arah percumbuan ini? Lidah keduanya secara otomatis saling memagut, seperti dua ekor ular yang sedang bercengkrama. Jalu sebenarnya hanya ingin berciuman di bibir, tetapi tampaknya Nagagini ingin lebih dari itu. Dengan mau-tak-mau, Jalu menggunakan jurus Lilitan Lidah Ular untuk mengimbangi gaya silat lidah Nagagini yang menurutnya masih amatir. Dengan jurus ini pula, Nagagini merasakan sebentuk kenikmatan yang semakin membuatnya merem-melek. Sesaat kemudian, satu kakinya sudah naik, menumpang di paha Jalu. Tangannya semakin kuat merengkuh leher si pemuda. Nafasnya juga sudah semakin memburu. Lalu, entah bagaimana mulanya, tangan Jalu telah menelusup ke balik baju biru laut yang membungkus tubuh Nagagini. Kini telapak tangan pemuda itu mengusap-usap benda kenyal di dada Nagagini yang memang sudah terbebas dari halangan apa pun karena memang si gadis tidak memakai apa-apa di balik bajunya. Gadis itu mengerang pelan, mulutnya semakin bersemangat menciumi

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Jalu. Nafasnya kini tersengal-sengal, dan badannya gelisah bergerak kesanakemari. Jalu membalas pagutan Nagagini. Dihisapnya kedua bibir gadis yang punya lesung pipit itu yang awalnya tidak ia ketahui karena ia memakai bedak tebal waktu ia menyamar sebagai Trihasta Prasaja. Dikulumnya lidah gadis itu yang sejak tadi menerobos masuk ke mulutnya. Kadang-kadang digigit perlahan salah satu bibir Nagagini, membuat gadis itu mengerang manja. Nagagini merasakan tubuhnya dibungkus kenikmatan yang baru pertama kali ia rasakan, hingga tanpa sadar kedua pahanya menjepit erat salah satu paha Jalu. Karena di bagian bawah tubuhnya tidak mengenakan apa-apa, gerbang istana kenikmatan Nagagini mulai melembab terasa sekali di celana hitam si Pemanah Gadis. Cairan hangat terasa mengalir perlahan dari dalam pinggulnya. Selangkangannya terasa dipenuhi geli-gatal yang menggelisahkan. Dengan gerakan tak karuan, Nagagini menggosok-gosokan bagian depan gerbang istana kenikmatan ke paha Jalu. Oh ... seandainya saja Kakang Jalu ini mau memasukkan tangannya ke sana! jerit Nagagini dalam hati. Tetapi rupanya Jalu cepat sadar. Tiba-tiba teringat olehnya, bahwa melihat tingkah-polah gadis itu yang sedikit kasar, bisa dipastikan Nagagini benar-benar masih utuh! Maka cepat-cepat ia menghentikan usapan tangannya di dada Nagagini, lalu menjauhkan mukanya dari muka gadis itu. Namun rupanya Nagagini sedang berpacu menuju titik puncak asmara pertamanya. Tubuh gadis itu sedang meregang ketika Jalu melepaskan ciumannya. Kedua pahanya erat mencengkeram paha Jalu, membuat pemuda itu meringis karena merasa agak pegal. Lalu, terdengar Nagagini mengerang pelan dan panjang. Ooooh ... ! Aaaaaaggh ... ! Dan kedua kakinya kaku mengejang, menyusul guncangan di seluruh tubuh. Kakang Jalu ... jangan berhenti ... cium aku ... gadis itu mengerang di tengah guncangan tubuhnya. Nagagini tampak menikmati momen itu. Beberapa saat kemudian, Nagagini tersadar dari puncak kenikmatan asmaranya. Waaa, kok basah!? jerit Nagagini saat ia merasakan sesuatu. Lhah, emang mau kekeringan? canda Jalu sekenanya. Gemas, Nagagini mencubiti pinggang si pemuda, yang hanya bisa mengaduh. Si pemuda hanya pasrah diserang demikian rupa. Maklum, sakit-sakit nikmat! Nagagini, udahan belum? Udahan apa? Nagagini sedikit terkejut. Cubitnya!?

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mau diteruskan ke tingkat yang lebih tinggi? Nagagini bisa merasakan desiran darah di wajahnya. Ke tempat tingkat yang lebih tinggi? Jauh di lubuk hatinya, ia merasa jengah. Membayangkan dirinya, seorang gadis, yang notabene masih benar-benar gadis, main peluk-cium dengan seorang laki-laki yang memang ia kagumi sejak awal meski belum kenal begitu lama. Tapi dalam benaknya mendorong untuk menerima tawaran itu. Kapan lagi waktu yang lebih baik untuk mengenal seorang lelaki selain di rumah dan di ranjang? Nggak mau? Ya udah ... Jalu berkata selembut mungkin, pura-pura menekan nada kecewa dalam suaranya. Wah ... buaya darat juga dia! --o0o

BAGIAN 24
Nagagini terdiam beberapa saat, memikirkan apakah menerima ajakan Jalu dengan segala macam resiko atau menolak tapi kehilangan kesempatan menuntaskan hasrat jiwanya yang sudah menginginkan tindakan lanjutan yang entah bagaimana ia tidak tahu. Duh, umpan terbaikku ditolak mentah-mentah, batin Jalu Samudra gundah. Resiko perjuangan, meen!! Tetapi ... Boleh ... pada akhirnya Nagagini berteriak menyaingi deru angin di sekitar mereka. Eh? Oke ... balas Jalu juga berteriak, ... horeee! sambungnya norak dalam hati. Tapi sebelumnya, aku minta tolong boleh? ucap Nagagini. Dengan posisi berpelukan seperti sebelumnya, Jalu menunduk, mencium pipi Nagagini sekilas. Hmmm ... apaan? Jalu menatap kepada gadis itu dengan raut serius. Memang hanya dalam situasi romantis seperti itu, seluruh kesadaran si pemuda terkumpul. Tak ada ulah konyol, kekanakan, atau pun melamun kotor sendirian sambil tertawa-tawa. Ceritain dong, soal diri Kakang, yang nggak ketahui orang-orang diluar sana? Nagagini menatapnya penuh harap. Jalu tertunduk. Gadis ini cerdas, batinnya. Lebih dari gadis-gadis lain yang kukenal.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Menghirup napas dalam-dalam, Jalu membalas, Boleh. Tapi aku pengen cerita sambil tetep meluk kamu. Nagagini seketika tersenyum sambil memeluk erat si pemuda. Begini? tanya gadis itu manja. Jalu tersenyum lembut seraya mengangguk. Lengannya balas mendekap Nagagini. Aku nggak bisa cerita semua, kecuali ... Apa lagi, Kakang? Nagagini menunggu was-was. Ah tidak, nanti saja. Mau cerita yang mana dulu? Jalu melemparkan umpan pamungkasnya. Menggigit ujung bibirnya, sedikit kecewa, gadis itu berkata, Apa saja yang mau Kakang Jalu ceritakan. Si Pemuda tersenyum. Toh nanti akan datang waktunya. Lalu segala cerita mengenai dirinya, dan sejarahnya di masa lalu, mengalir dengan runtut. Nyaris semua. Gadis itu mendengarkan semuanya dengan seksama. Sesekali tertawa kecil, mengangguk serius, juga ikut tercenung, berempati pada kisah hidup pemuda itu. Hampir tiga jam, Jalu berkicau sendiri. Hebat, bisa saingan ama beo, nih!? Nagagini menikmati saat-saat ini, dengan segenap rasa. Misteri yang sempat dipikirkannya, tersingkap satu demi satu. Tentang istri Jalu yang bernama Kumala Rani, tentang gadis-gadis yang pernah bercinta dengannya, tentang gurunya yang bergelar Dewa Pengemis dan Dewi Binal Bertangan Naga pun tak luput. Kecuali satu hal terakhir, yang memang sengaja disembunyikan untuk hal-hal penting! Kakang Jalu, mau nanya lagi ... boleh? ucap Nagagini, ketika Jalu sudah menyelesaikan novel hidupnya. Jalu mengangkat sebelah alisnya. Menunggu. Kenapa tadi Kakang menghentikan ... ciuman Kakang? ada kegusaran dalam nada si gadis. Padahal saat itu aku sedang berada dalam titik yang menentukan. Jalu menggelengkan kepala pelan. Tanya aja yang lain, ya? Nagagini mengerutkan kening tak sabar. Kenapa? kejar gadis itu lagi. Sekali ini, Jalu terdiam. Ia membuang muka.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Nagagini semakin penasaran. Kang Jalu! Jawab! Ayo! kata si gadis mencengkeram lengan Jalu Smudra erat-erat. sambil jemari mungilnya

Gadis itu tersengal, egonya terusik. Bola matanya berkaca-kaca, diayun emosi. Si Pemanah Gadis menatapnya kembali. Hei, hei ... bukan itu masalahnya, tukasnya sabar. Diusapnya perlahan rambut panjang gadis itu. Terus? Apa?! Nagagini menatap penuh tantangan. Berapi-api. Akhirnya, seperti yang sudah kuduga, batin Jalu dalam hati. Tanpa pikir panjang, Jalu menjawab, Karena itu ... pasti yang pertama buatmu. Sedetik setelah mengucapkannya, Jalu sadar, tak ada kata mundur setelah ini! Kakang ... desis lirih Nagagini sambil mengangsurkan wajahnya. Si Pemanah Gadis yang berpengalaman segera paham, bahwa Nagagini telah pasrah. Dengan lembut, ia kembali mengulum bibir merah merekah gadis murid Ratu Cambuk Api Lengan Tunggal dengan penuh perasaan. Mempermainkan lidah di dalam rongga mulut Nagagini dengan liar, lalu keluar ke dagu, leher, dan belakang telinga gadis itu. Kembali ... Nagagini mengerang tertahan. Ada rasa geli yang mengalirkan listrik ke seluruh syaraf di tubuhnya. Ia menggigit bibir, menahankan desiran dalam aliran darah di sekitar kuduk yang meremangkan bulu-bulu halus di sana, berbarengan dengan jurus Tarian Lidah Kekasih Jalu di bagian belakang lehernya. Jurus ini adalah jurus pembangkit paling dahsyat untuk daya asmara yang lebih tinggi. Kali ini, si Pemanah Gadis menggunakan jurus-jurus bercinta yang berada pada taraf awal 30 Jurus Asmara Pemanah Gadis. Dengan jurus ini pula, Jalu berusaha untuk membuat Nagagini serileks dan senyaman mungkin dalam olah asmara. Karena ia tahu, Nagagini belum pernah tersentuh laki-laki selain dirinya! Sementara dengan Nagagini sendiri, ini adalah pengalaman pertama baginya. Oooohhh ... apakah begini rasanya dipeluk dan dicium laki-laki? keluhnya dalam hati, ... cara Kakang Jalu memperlakukan diriku begitu lembut dan penuh perasaan. Ada rasa getar-getar aneh-nikmat yang menelusuri seluruh aliran darahku. Kembali Nagagini tenggelam dalam desah napas kenikmatan. Jalu berbisik lirih di samping telinga gadis itu, Bajunya ... Tanpa membuka mata, gadis itu menarik lepas kancing-kancing baju biru laut yang dikenakannya dalam satu tarikan.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tarik begitu saja. Srett! Lalu melepas baju dengan cekatan. Jalu menatap sepasang bukit kembar yang kini terbuka lepas, lalu dengan pelan ia menggeserkan hidungnya bergantian pada sepasang buah dada yang tertata dengan sempurna. Menghembuskan nafasnya yang hangat. Ahhh .... Ka ... kang ... Nagagini semakin tak tahan. Di dekapnya erat kepala si pemuda, lalu menekannya kuat-kuat dalam pelukannya. Sesaat kemudian, ia menggelinjang berkepanjangan disertai desahan tertahan. Aaa ... uughhh ... hmmph ... Jalu paham artinya. Dikecupnya ujung-ujung gumpalan padat menantang serta menjilatinya dengan penuh hasrat. Tangan Nagagini yang bebas, bergerak menarik celana yang dikenakan Jalu ke bawah. Namun, baru saja celana turun sedikit, tiba-tiba saja ... Aaaaa ... kali ini bukan jeritan nikmat, tapi lebih ke arah kaget mendekati aroma ketakutan. Apa ada? tanya Jalu tak kalah kagetnya. Wajah Nagagini pucat-pasi seperti tidak pernah dialiri darah, dengan tatapan matanya melotot lebar-lebar ke arah sebentuk benda panjang di bawah perut Jalu. Itu ... apa? tanyanya dengan ngeri-ngeri pengin tahu. Gimana ga ngeri, meski baru keliatan kepalanya doang, udah jumbo begitu!? Nagagini sendiri pernah secara tidak sengaja memergoki murid ayahnya kencing di sembarang tempat dan untuk pertama kalinya ia melihat barang pribadi milik laki-laki. Waktu itu menjelang dini hari, seorang murid penjaga yang sudah tidak tahan langsung buka celana dan kencing begitu saja di bawah pohon. Tak tahunya di bagian depan pohon, anak gadis sang guru justru sedang asyik menikmati udara dini hari. Mungkin karena sudah menuh-menuhin tempat dalam perut atau malah bermimpi memeluk bidadari, pilar tunggal si murid terlihat menegang kencang dengan bentuk kecil-mungil sehingga waktu buang air seni terlihat seperti pancuran air dengan suara gemericik yang khas. Saat itulah, Nagagini langsung melotot melihat benda antik murid ayahnya. Beruntung ia segera mendekap mulut menahan jerit. Kalau tidak ... mau diletakkan dimana mukanya!? Ntar di tuduh ngintip, lagi!?

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Saat itulah, dalam otak Nagagini terbersit bagaimana bentuk pilar tunggal penyangga langit seorang laki-laki. Namun saat melihat wujud benda antik milik Jalu Samudra meski cuma ujung, sontak ia kaget bukan kepalang karena bentuk dan ukurannya jauh beda dengan murid sang ayah dahulu. Sontak, gambaran kecil-mungil langsung lenyap bagai disapu setan! Jalu yang menyadari arah pandang Nagagini, justru tertawa lirih sambil berkata, Tidak apa-apa. Lalu dengan tarikan pelan, celana hitamnya turun ke bawah. Tuiiing ... ! Sebentuk benda tumpul bulat panjang terlihat berdiri gagah. Segagah orangnya! Bentuk dan ukuran pilar tunggal penyangga langit milik Jalu Samudra yang super jumbo semakin membuat Nagagini ketakutan. Bahkan secara tidak sadar, ia menggeser tubuh polosnya ke belakang. Itu ... itu ... itu ... Hanya kata itu saja yang terdengar dari bibir indah si gadis. Jalu segera bergerak cepat. Sett! Sebentar saja, keduanya saling kini tindih, di atas kasur empuk dan hangat. Sementara, badai angin di luar sana belum juga reda. Deru angin yang kini diikuti hujan di luar, semakin menggila meski tidak sanggup menggoyahkan gubuk ajaib di tengah laut itu. Meski begitu, tetap kalah dahsyat dengan badai dalam dada masing-masing dari mereka. Jalu menatap mata gadis yang terlentang di bawahnya. Masih ingin yang lebih? Terlihat keraguan di mata si gadis. Sakit? Tentu saja, kata Jalu Samudra dengan mata menatap lurus ke bola mata Nagagini. Sambungnya, ... tapi tidak lama. Kembali Nagagini tercenung. Dengan lembut Jalu mencium bibir merah merekah yang semula terkancing. Hanya sebentar saja, Nagagini sudah bergelora kembali. Aku ingin ... lebih lagi, satu bisikan, pernyataan sebuah keinginan. Yakin? Gadis itu mengangguk yakin. Lalu pejamkan mata.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Selama Kakang Jalu tidak meninggalkan aku, aku rela ... katanya dengan terpejam. Meski aku sudah punya istri dan beberapa gadis? Aku cuma ingin ... menjadi bagian seperti mereka. Jalu mengangguk pelan. Bibirnya tersungging senyum tipis. Ia kembali menelusuri tubuh si gadis dengan bibirnya, lalu tangan yang satu lagi mulai bergerilya menyusuri paha kenyal, sedikit meremas-remas merasakan lembut dan halusnya daerah itu. Terus bergerak lambat-lambat hingga pada akhirnya sang tangan menemukan gundukan lunak dekat pintu gerbang kenikmatan dengan belahan tepat ditengah-tengahnya. Kembali, tangan si Pemanah Gadis meremas-gemas disana. Apa ... yang kakang ... oughh .. lakukan ... tanya Nagagini dengan dengus napas memburu karena merasakan nikmat di bawah sana. Sedang ... mancing. Mancing? Mancing .. alias mainin alat kencing ... bisik Jalu. Pada tahap ini, Jalu Samudra tetap menggunakan jurus-jurus dasar bercinta yang ada dalam Kitab Dewa-Dewi. Karena ia tahu, apa sebabnya harus berbuat begitu. Nagagini memejamkan matanya rapat-rapat dan menggigit bibir bawahnya. Tangan kekar itu terus menyusuri belahan tersebut dari luar, naik-turun dengan perlahan. Hsss ... oooh! Tanpa sadar, erangan halus pun keluar dari bibir murid Ratu Cambuk Api Lengan Tunggal sambil semakin melebarkan pahanya, seakan mempersilahkan tangan si pemuda bermata putih untuk menjelajahi daerah itu sepuasnya. Dan disana, Jalu melakukan jurus Menjentikkan Jari Mengulur Nadi di bagian depan pintu gerbang kenikmatan si gadis. Yang kemudian membuat Nagagini semakin melonjak-lonjak dan merintih tak karuan. Penuh kenikmatan! Ahhh ... Ahhh ... hanya suara erangan yang muncul dari bibirnya. Perlahan namun pasti, terasa cairan lembab yang menguarkan aroma khas seorang gadis perawan. Pada akhirnya ... Tangan itu merayap pelan mencari wilayah yang berada tepat di tengah pintu gerbang kenikmatan milik Nagagini. Dan ketika menemukannya, jari-jari tangan si pemuda mula-mula mengusap-usap permukaannya, terus mengusap dan ketika sudah terasa membasahi jari tangan, menyusuri belahan pada gerbang

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kenikmatan itu. Susuran jari lembut di sepanjang belahan gerbang istana kenikmatan itu perlahan semakin dalam dan dalam, hingga akhirnya bergerak masuk setengah jari, sedikit menusuk ke dalam. Masih teramat sempit memang, bahkan jari telunjuk murid Dewa Pengemis hampir-hampir tidak bisa masuk. Namun dengan perlahan, sedikit demi sedikit, jari itu pun sedikit menembus gerbang istana kenikmatan yang masih perawan itu, merayap masuk untuk kemudian menyentuh dinding-dinding dalam liang meski hanya sedalam kuku jari telunjuk, terutama sekali pada sebentuk benda kecil sebesar kacang tanah. Itulah tempat titik puncak milik Nagagini! Ahhh ... Ahhh ... Hmmph ... Nagagini semakin liar gerakannya saat merasakan sebuah sensasi yang luar biasa. Sesaat kemudian, untuk ketiga kalinya, ia mengejang-kencang bagai gerak kuda liar. Titik puncak asmara kembali tercapai! Jeritan tertahan terlontar untuk yang kesekian kali dan akhirnya ... tergeletak lemas. Entah sejak kapan, posisi Jalu sudah dalam siaga tempur. Posisi khas lelaki penakluk! Tidak bisa langsung terjang begitu saja, pikir Jalu sambil memandang wajah merona Nagagini. Terlihat di mata Jalu, si gadis sedang mengatur napasnya yang memburu cepat-lambat sehingga sepasang bukit kembarnya yang sudah keras-mengencang terlihat turun-naik. Posisi Jalu yang berada di atas dan Nagagini di bawah memang sengaja dipilih si Pemanah Gadis, karena dengan posisi jurus yang bernama Lebah Jantan Memetik Sari Kembang memang tepat dilakukan saat itu. Jurus ini memposisikan Nagagini telentang di bawah sementara Jalu Samudra menopang pada kedua sikut dan lutut. Setelah dalam serangan awal, aku harus membantu si cantik ini mengubah posisi kaki supaya bisa tertarik sampai lutut dan mendekati telinga atau setidaknya melingkari pinggangku, kata hati Jalu Samudra membuat rencana, Jika tidak, dia tidak akan mendapatkan titik asmara yang sama dengan titik asmara awal. Hemmm ... aku harus mengajarinya dari awal. Jalu mencium lembut bibir murid Ratu Cambuk Api Lengan Tunggal. Nagagini yang telah menyerahkan jiwa raganya dengan mata terpejam dan bulu mata lentik seketika berkerejap. Jalu sendiri merasakan betapa harum sergapan nafasnya yang hangat menerpa wajah, bagai memberikan siraman air yang mampu menghapus kemarau terpanjang sekali pun. Betapa lembut-basah bibir ranum dan merekah menampakkan keindahan mulut yang selalu bisa menghasilkan kata-kata berbunga-bermanik-beruntai itu.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ah, jika begini, rasanya dunia jadi milik mereka berdua! Yang lainnya ... ngontrak! --o0o

BAGIAN 25
Nagagini merengkuh leher murid ganteng Dewa Pengemis, memiringkan sedikit kepalanya agar pemuda pujaannya bisa leluasa melumat bibir seksinya. Ia ingin menikmati ciuman pemuda yang bisa memberikannya rasa amannyaman, menghilangkan segala keraguan dan kekuatiran. Rasanya cuma Jalu Samudra yang bisa mencium begitu penuh perasaan dan lumatan bibirnya bukan cuma curahan birahi. Ada kehangatan kasih di sana, di antara gairahnya mengulum bibir. Ada semburat cinta di sana, di antara gigitan-gigitannya yang nakal. Ada penegasan pula di sana, di antara keliaran permainan lidah yang mempesona! Maka itu Nagagini mengerang manja, mempererat pelukannya, merapatkan tubuhnya ke tubuh kokoh pemuda pujaannya. Aduh! tiba-tiba Nagagini mengeluh lirih, dan Jalu Samudra tersentak kaget, terburu-buru melepaskan ciumannya. Ada apa? sergah Jalu Samudra penuh kekuatiran sambil merenggangkan jarak di antara mereka. Bagian bawah ... desis Nagagini dengan muka merah padam. Kenapa? tanya Jalu Samudra, bahkan ia hendak melihat ke bawah. Tapi dua tangan Nagagini semakin erat memeluknya sambil berbisik lirih, ... tadi sedikit kena sodok ... Sakit? Tidak! Cuma ... sedikit aneh dan ngilu-ngilu nikmat, desis Nagagini sambil kian merapatkan diri ke tubuh Jalu. Ta ... Belum lagi ia melanjutkan kata-katanya, si cantik ini menjerit kembali. Kakang ... ! jerit Nagagini seperti orang yang kaget melihat rumahnya kebakaran, tetapi selanjutnya gadis itu diam saja, bahkan membiarkan Jalu Samudra menggesek-gesekkan pilar tunggal penyangga langitnya ke depan pintu gerbang istana kenikmatan. Ohhh ... ! Nagagini mengerang keras, campuran antara kaget-senang, ketika salah satu ujung-ujung bukit kembarnya tahu-tahu sudah terasa hangat dikulum mulut si pemuda bermata putih. Si Pemanah Gadis memainkan lidah di bagian paling ujung dari sepasang bukit kembar yang tegak-kenyal-padat menggairahkan itu. Setiap gerakan lidah

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ membuat Nagagini menggelinjang gelisah. Tangan gadis itu mencengkeram rambut si pemuda pujaan itu. Tidak ada penolakan dari tangan itu, melainkan sebaliknya ada ajakan untuk lebih bergairah lagi. Mmmmh ... Nagagini mendesah, memiringkan tubuh bagian atasnya agar Jalu bisa lebih leluasa memainkan mulutnya di seluruh permukaan bukit kenyal. Serbuan kenikmatan segera menyebar di seluruh tubuh. Kali ini kenikmatan itu bahkan terasa lebih indah dari sebelumnya. Dari rasa takut yang sangat dalam, kini muncul rasa nikmat yang tak kalah dalamnya, menelusup ke sela-sela setiap bagian paling rahasia di tubuhnya. Inilah sebentuk kekontrasan yang menakjubkan. Ibaratnya ... bagai api dan es! Kekontrasan yang memberikan nuansa lebih tegas pada setiap noktah kenikmatan di tubuh Nagagini. Kekontrasan yang menyediakan ruang-relung kontemplasi untuk lebih menghargai setiap getar birahi. Tidak cuma bertemunya dua permukaan kulit. Tepatnya ... pertemuan dua hati! Sementara itu, di bawah sana, tepat dimana pilar tunggal penyangga langit Jalu Samudra berhasil sedikit menguak pintu gerbang istana kenikmatan Nagagini. Pemuda sakti pewaris tunggal Kitab Dewa-Dewi mengerahkan jurus Perjaka Murni dimana jurus ini mampu menghantarkan sebentuk hawa keperkasaan yang sanggup membuat gadis atau wanita yang bersatu raga dengannya mengalami lonjakan titik puncak asmara dengan cepat namun tetap mengesankan. Pada dasarnya hawa ini hanya sebuah saluran tenaga lembut yang berasal dari tekanan udara yang diolah dalam perut, seperti orang mengolah hawa sakti. Untuk memancarkan hawa keperkasaan membutuhkan pengaturan tenaga yang tepat, tidak lebih dan tidak kurang. Yang jelas, Jalu adalah pakarnya dalam menggunakan jurus Perjaka Murni! Akibat utama dari hawa keperkasaan tentu saja adanya rasa nyaman yang menjalari seluruh tubuh. Yang pasti, dalam tiga-empat helaan napas, raga sang pasangan seketika bagai dilambungkan di antara gumpalan awan-awan di langit. Srassh ... ! Sebentuk hawa aneh segera menerobos masuk. Sontak Nagagini berjengkit kaget! Apa ini? pikir Nagagini dalam hati, Kurasakan sebuah hawa aneh menyelusup masuk lewat pintu bawah ... oohh ... kenapa ... kenapa tubuhku menjadi terasa ringan, terasa nyaman dan ... rasanya ada sesuatu yang ingin meledak di bawah sana ... Dan ... Aahhhh ... ! Terdengar erangan keras dari mulut Nagagini.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lebih keras dari sebelumnya! Tanpa dapat dicegah, tubuhnya menggelinjang-nikmat dengan liar. Jalu sendiri sampai kewalahan menghadapi keliaran Nagagini yang berada dalam titik puncak asmara. Akibatnya, bagian kepala pilar tunggalnya secara tidak sengaja terdorong masuk begitu saja akibat gelinjangan liar yang dilakukan Nagagini. Dakk! Jalu Samudra merasakan membentur sesuatu. Sebuah pintu penghalang! Setelah beberapa saat kemudian, keadaan Nagagini sudah lumayan tenang, hanya sekarang ia mengkernyitkan alis. Kakang ... bisiknya lirih. Hemmm ... Kurasa ... ada ... ada yang mengganjal di bawah sana. Sakit? Kepala Nagagini menggeleng. Kalau begitu ... biarin aja,ya ? pinta Jalu. Kembali si pemuda menjelajahi seluruh bukit indah di dada si gadis, bagai seorang pengembara yang tersesat tetapi menyukai ketersesatan itu. Bagai seorang yang dahaga tetapi tak ingin melepas dahaga itu. Harum semerbak sepasang bukit putih membuat Jalu senang berlama-lama bermain di sana, sambil menyimak degup jantung sang gadis yang semakin lama semakin jelas terdengar. Berdentam-dentam seperti tabuhan genderang perang. Betapa asyik rasanya mendengar irama jantung kehidupan sambil memagut-magut bagian sensitif, membangkitkan gairah menjadi kobaran api. Terlebih-lebih lagi, betapa asyik rasanya memberikan begitu banyak kenikmatan kepada seseorang yang menyerahkan dirinya secara sukarela. Kembali Nagagini mengerang manja, mendesah-desah gelisah. Sekujur tubuhnya terasa penuh dengan keinginan yang mendesak-desak. Tidak hanya dadanya ... Nagagini ingin lebih dari sekedar itu. Ia memang ingin bercinta, sekarang juga, di tempat ini juga! Meski cuma di atas gubuk di tengah laut! Apa pun risikonya, ia ingin sekali. Maka ... memohonlah ia lewat erangan dan desahan! Ahhh ... shhh ... ! Dalam desah kenikmatan dari bibir Nagagini yang berkepanjangan, Jalu berniat menuntaskan pelayaran kali ini.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Hemmm ... sudah waktunya, kata Jalu dalam hati. Kembali Jalu Samudra menggunakan jurus Perjaka Murni, bukan untuk membuat Nagagini kembali menggeletar dalam kenikmatan tapi untuk mengurangi rasa sakit akibat benteng kegadisannya tertembus ujung pilar tunggal penyangga langit yang super jumbo. Tekuk sedikit lututmu, kata lembut Jalu memberikan aba-aba pada Nagagini. Meski sambil mengerang nikmat, murid Ratu Cambuk Api Lengan Tunggal menekuk sedikit lututnya sehingga daerah di sekitar gerbang istana kenikmatan semakin terkuak. Jika kau merasakan sesuatu yang menerobos masuk, nikmati saja, kembali Jalu Samudra memberikan instruksi. Jangan di lawan. Paham? Gadis cantik itu hanya mengangguk pelan. Hemm ... pintu gerbangnya yang telah kebanjiran seharusnya memudahkanku untuk menyelinap lebih ke dalam, pikir Jalu sambil tarik-ulur di bagian bawah, namun setelah berulang kali justru tidak mau masuk-masuk. Ughh ... sebenarnya punyaku yang kegedean atau punya dia yang kesempitan, sih? pikir Jalu Samudra setelah berulang kali tidak sukses. Berulang kali pula ia merasakan sebentuk dinding yang menghalangi jalan. Akhirnya, Jalu terus menyodok ... sodok lagi terus hingga Nagagini pun merintih-rintih. Ahh ... aahh ... Akhirnya si Pemanah Gadis merasakan pilar tunggalnya sedikit menekanmenerobos masuk ke dalam belahan gerbang istana kenikmatannya, tapi baru sedikit saja rintihan si gadis sudah berubah jadi jeritan tertahan. Sedikit demi sedikit Jalu mendorong maju, mundur sedikit, maju lagi, mundur, maju, mundur. Dan akhirnya ... Cress ... ! Terdengar suara robek lembut di dalam istana kenikmatan. Meski baru masuk seperempatnya namun jeritan Nagagini pun tak tertahankan. Kaanngg! Saakiiitt ... ! Meski Jalu Samudra sudah mendahului dengan hawa keperkasaan dari jurus Perjaka Murni, namun tetap saja rasa sakit menjalari ke seluruh tubuh Nagagini, terutama pada bagian yang tersobek. Si gadis yang telah terenggut kegadisannya pun meronta berusaha mengeluarkan pilar tunggal penyangga langit dari dalam gerbang istana kenikmatannya. Melihat hal itu, Jalu segera menindih tubuh indah si gadis dan memegang kedua tangannya, hingga ia tak bisa bergerak bebas. Murid Dewa Pengemis sendiri berusaha menenangkannya dan berkata, Tahan ... Nagagini ... tahan! Cuman sebentar kok ... Terlihat air mata bening meleleh dari sudut matanya.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sakit ... desis Nagagini sambil menggigit bibir bawahnya. Jalu sendiri bergegas menggunakan jurus Perjaka Murni untuk mengurangi rasa sakit yang dialami Nagagini. Srashh ... ! Hawa dingin-sejuk menjalar ke dinding-dinding nun jauh di dalam. Roman muka Nagagini yang semula meringis-ringis menahan sakit, kini sudah banyak berkurang. Akan halnya Jalu sendiri begitu menikmati sebentuk jepitan kuat-keras sehingga bagian pilar tunggalnya yang sudah masuk terlebih dahulu seperti diremas-remas rasanya di dalam sana. Bisa dibayangkan rasanya jika benda sebesar itu sanggup masuk ke dalam ruang sekecil itu. Lanjutkan lagi ... ? tanya Jalu memberi pilihan. ... atau berhenti ... ? Nagagini hanya tersenyum manis. Lalu mengangguk sambil berkata, Teruskan, Kang. Kembali Jalu bergerak. Saat menarik keluar hingga tertinggal kepalanya saja, terlihat cairan merah kental melumuri benda tumpul besar yang baru keluar dari dalam sana. Serrr ... ! Kemudian menetes keluar dari celah-celah yang ada. Darah keperawanan! Dilumatnya bibir ranum Nagagini untuk meredam rintihan yang keluar. Sejenak yang terdengar dalam gubuk aneh di tengah laut itupun hanya erangan dan rintihan yang tersumbat. Nagagini! Kaitkan kakimu ke punggungku, kata Jalu kemudian. Nagagini segera melakukan apa yang diperintahkan si pemuda bermata putih. Pelan-pelan, pilar tunggal penyangga langit Jalu Samudra yang luar biasa itu ditarik lalu majukan lagi. Tarik lagi, majukan lagi. Akan halnya Nagagini, ia merasakan sebuah sensasi luar biasa antara sakit dan nikmat. Ada kalanya ia pun mengernyit kesakitan dan mendesis keras saat sedikit demi sedikit benda bulat kenyal itu semakin lama semakin menerobos masuk ke dalam. Aahh ... ahh ... ahhkkhh ... Pilar tunggal si pemuda yang bergerak keluar-masuk dengan perlahan, terasa sangat nikmat sekali, seakan-akan Jalu sendiri terbang di antara gumpalangumpalan awan berarak. Enak? kata si pemuda. Nagagini cuma mengangguk pelan sambil tetap mengeluarkan suara-suara kenikmatan.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aahh ... aahh ... ohhh ... hsshhh ... Jalu semakin menambah daya dobrak di bawah sana, yang pelan namun pasti, semakin ia menusuk ke dalam, semakin dalam dan semakin ... dalam! Hingga akhirnya, benda bulat panjang yang sanggup membawa berjuta kenikmatan itu terbenam sepenuhnya! Benar-benar perjuangan yang luar biasa! Perjuangan dari Jalu Samudra dan juga pertahanan dari Nagagini. Begitu masuk ke dalam secara menyeluruh, Jalu menarik diri dengan sedikit cepat dan menghunjamkan dalam-dalam. Srakk! Erangan Nagagini pun berubah jadi jeritan. (Jeritan nikmat maksudnya, heheheh ... ) Jalu benar-benar penakluk seorang gadis! Kenikmatan yang tak ada duanya telah merasuki tubuh mereka masingmasing. Untuk sesaat dalam tiga-empat helaan napas, Jalu tidak melakukan gerakan apa-apa. Tidak maju juga tidak mundur! Sebentar kemudian, barulah bergerak lambat-lambat. Dengan tetap menjaga irama permainan maju-mundur dengan perlahan sekali menikmati setiap gesekan demi gesekan. Istana kenikmatan itu sempit sekali hingga setiap berdenyut membuat Jalu Samudra seperti melayang. Denyutan demi denyutan membuatnya semakin tak mampu lagi menahan luapan gelora ekaraga (persetubuhan). Terasa beberapa kali Nagagini mengejankan dinding-dinding istananya, mungkin menahan rasa sakit dan nikmat dari serbuan benda asing yang bergerak keluar masuk dengan buas itu, tapi bagi si Pemanah Gadis malah memabukkan karena bagian dalam itu jadi semakin keras menjepit pilar tunggal penyangga langitnya. Bahkan Jalu sendiri tanpa sadar juga mendesah nikmat. Aaaa ... ughh ... Erangan, rintihan, dan jeritan gadis murid Ratu Cambuk Api Lengan Tunggal terus menggema, seakan berpacu liar dengan desahan badai angin yang menerpa gubuk mereka. Rupanya ia pun menikmati setiap gerakan maju-mundur pilar tunggal milik Jalu. Rintihannya mengeras setiap kali pilar tunggal melaju cepat ke dasar gerbang istananya dan mengerang lirih ketika si pemuda menarik pilar tunggalnya. Karena sudah terasa licin, Jalu melakukannya dengan kadang cepat, kadang lambat. Cepat-lambat silih berganti!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Satu lambat, dua cepat, tiga lambat, empat cepat, lima lambat, enam cepat. Begitu seterusnya dalam hitungan-hitungan tertentu. Beberapa saat kemudian, kembali Nagagini mendapatkan titik puncak asmaranya! Aaahh ... oooohhh ... Jalu Samudra merasakan air hangat menyembur keluar dari dalam istana kenikmatan yang langsung saja mengguyur batang kenyal-keras yang terus bergerak keluar-masuk. Lalu di saat bersamaan Jalu menggerakkan hawa keperkasaan dengan jurus Perjaka Murni. Srasshh .. ! Jalu mendorong-menekan pilar tunggalnya dalam-dalam menyemburkan hawa keperkasaannya ke dinding paling terujung. Ahhh ... ooughhh ... ! Sontak, Nagagini merasakan sensasi luar biasa bersamaan dengan titik puncak asmaranya. Tuntas sudah jurus Lebah Jantan Memetik Sari Kembang! Setelah beberapa saat, Nagagini kembali ke jatidirinya. Posisi Jalu tetap menindih Nagagini dengan pilar tunggalnya masih dijepit oleh dinding-dinding kenyal di dalam istana kenikmatan si gadis meski telah memuntahkan lahar keperkasaan. Tetap kokoh bagai batu karang! Gila, Kakang! Apa begini rasanya bercinta? tanya Nagagini dengan mata berbinar-binar. Seperti yang kau rasakan, sahut Jalu dengan lembut. Tapi ... Tapi apa? Apa ... kakang tidak capek dengan posisi seperti itu? Apa kau mau posisi yang lain? Memangnya ada? tanya Nagagini, heran. Bukan hanya ada, banyak malah! Seberapa banyak? Kurang lebih ada 30 jenis posisi ... tepatnya 30 jurus yang kukuasai, kata Jalu Samudra. Dan puluhan jurus kembangan. Hah!? 30 jurus!? kata Nagagini, kaget. ... dan puluhan jurus kembangan? Tidak pernah terbersit dalam otaknya bahwa dalam bercinta pun ada jurusnya. Setahunya, jurus hanya berlaku untuk ilmu silat, tidak untuk bercinta. Jika sambil

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memang seperti itu adanya, Nagagini justru penasaran dengan jurus-jurus yang lain! Aku mau jurus yang lain, tapi ... Apalagi? Kakang yakin benar-benar kuat!? Jalu justru tertawa lembut, lalu dengan spontan ia menarik mundur, lalu dengan cepat melesakkan dalam-dalam pilar tunggalnya. Aoowww ... Tentu saja Nagagini menjerit kaget. Pada tarikan ketiga, Jalu mencabut keluar pilar tunggalnya. Plokk! Terlihat warna merah melumuri sekujur batang kenyal yang masih tegak dengan gagah. Nagagini mengerutkan alisnya, Kok ada merah-merah, Kang? Itu darah!? Ya jelas darah, to! Emangnya saus tomat, apa? Darah darimana? Wuuuhh bego dipiara! tukas Jalu sambil tertawa-tawa. Nagagini mengerucutkan bibir! Tahu kalau gadis itu bingung, Jalu segera membisiki sesuatu ke telinga Nagagini. Hah, jadi ... Nagagini sudah ... tidak perawan lagi? sentaknya kaget. Edan! Ditabrak barang segini gedhe masih bilang perawan, kata Jalu Samudra, tapi tidak ia ungkapkan. Takut menyinggung perasaan gadis yang benar-benar polos dalam hubungan suami-istri ini. Dengan sabar, pemuda sakti dari Goa Walet ini menerangkan kepada Nagagini tentang ekaraga yang baru saja mereka lakukan. Semuanya ... dari A sampai Z! Nah ... sudah jelas, Neng!? Nagagini mengangguk pelan. Nah, sekarang kakangmu ini akan mengajarimu jurus ke dua, kata Jalu, sambungnya, ... sekarang berbaring miring. Kenapa harus miring? Udaahhh .. jangan banyak tanya! Tanpa banyak tanya lagi, gadis yang baru saja dapat pelajaran kilat ini berbaring miring sedang Jalu sendiri pun ikut berbaring miring di belakang dan

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengarahkan batang kenyal-keras dari belakang ke arah belahan gerbang istana kenikmatan yang masih terlihat bercak-bercak darah. Slepp ... slepp ... slepp ... ! Dengan beberapa kali tarik-ulur, pilar tunggal penyangga langit yang masih perkasa itu kembali menerjang dinding-dinding istana kenikmatan yang kini terasa licin akibat cairan asmara yang semakin membanjir keluar. Jalu menggerakkan pusakanya keluar masuk perlahan-lahan namun semakin lama gerakannya semakin liar, bahkan dipercepat hingga tubuh Nagagini terguncangguncang akibat terjangan Jalu dari belakang. Srakk! Srakk! Sesekali ia memutar-putar gerakan pinggul seolah-olah sedang mengadukngaduk bagian dalam dinding istana milik Nagagini. Jurus yang dilakukan murid Dewi Binal Bertangan Naga ini adalah jurus Naga Berbaring Sambil Bersalto Ke Belakang. Dimana dalam jurus ini, Nagagini -menurut ajaran si Pemanah Gadis-- harus menarik kedua kakinya, sehingga pahanya berada di sudut dan tegak lurus dengan badan. Sementara posisi Jalu sendiri tidur menyamping tepat di belakang Nagagini. Variasi pada jurus ini akan memberikan kesan rileks dengan gerakan ringan. Bila Jalu berada di sebelah kiri Nagagini, ia memberi instruksi pada si gadis untuk meletakkan kaki kiri di atas kedua kaki Jalu. Kembali pertarungan digelar! Jalu melihat bibir Nagagini terbuka disertai erangan tertahan. Errghhh ... ! Tubuhnya meliuk-liuk binal menyambut gerakan maju-mundur si pemuda bermata putih. Hingga sekitar sepenanakan nasi kemudian gadis yang pernah putus kakinya akibat gigitan Ikan Gajah Putih ini melengking panjang dan tubuhnya bergetar hebat. Gelombang asmara datang lagi! Eeergghh ... ! Dan kembali Jalu merasakan air hangat menyempot keluar dari dalam. Denyutan-denyutan yang kuat memberikan sensasi tersendiri pada pilar tunggal penyangga langit yang masih asyik keluar-masuk dengan ritme yang berbedabeda di dalam lubang hangat milik Nagagini, hingga akhirnya Jalu sendiri sudah berniat menuntaskan jurusnya kali ini. Jalu yang merasakan bahwa gelombang asmara akan datang lebih besar lagi dari sebelumnya dan ia ingin bisa saat yang bersamaan menggapai gelombang asmara yang sama dengan pasangannya. Si Jalu segera menarik mundur seluruh tenaga yang dipakai. Srepp!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Begitu tenaga ditarik, ia mengganti dengan sebuah tarikan napas lembut, mengalir cepat melewati pori-pori bawah perut dan pada akhirnya sebuah denyutan kuat berjalan cepat dari bawah pusar ke ujung pilar tunggal penyangga langit. Terima ini, sayang! kata Jalu sambil mempercepat gerakan. Nagagini sampai terguncang-guncang, tapi justru inilah yang diharapkannya. Ia pun semakin menggerakkan pinggul dan pantat lebih cepat ... lebih cepat! Aaah ... hhh .... hehh ... ssst ... ugh ... Bersamaan dengan itu pula, sebentuk denyutan cepat bergerak pada dindingdinding gua, menjalar cepat menuju ke ujung. Dan akhirnya ... Jrass ... ! Sebentuk cairan panas menggelegak tersembur keluar diiringi dengan sentakan keras pilar tunggal penyangga langit hingga melesak ke dalam, menekan erat bagian terujung dari dinding dalam gerbang istana kenikmatan. Dan bersamaan dengan itu pula, Nagagini mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya dalam jurus yang sama. Serr ... ! Cairan asmara memancar kuat, bertemu dengan lahar panas di dalam. Saling sembur dan saling semprot! Tubuh Jalu menegang sambil dua tangan mendekap-meremas kencang dada padat-kencang gadis itu semakin membusung sehingga punggung si gadis menempel erat di dada bidang Jalu yang membuat pilar tunggal penyangga langitnya semakin dalam menekan ke gerbang istana terujung, lain halnya dengan Nagagini. Tubuhnya menggeliat-melengkung indah ke depan dengan kepala mendongak ke belakang memperlihatkan sebentuk leher jenjang serta tangan kanan melingkar kuat di leher si Jalu, seakan dengan begitu, ia bisa memperdalam hunjaman pilar tunggal penyangga langit si pemuda dan kandas di dasar jurang, sebuah kenikmatan tanpa cela, sempurna. Delapan-sembilan helaan napas kemudian, tubuh mereka mulai melemas. --o0o

BAGIAN 26
Di waktu yang bersamaan ... Di Perguruan Tanah Bambu terjadi kegemparan! Kegemparan apakah? Wah, suara apa tuh, kayak bayi nangis aja dech gerutu kesal seorang pedagang buah. Maklum, dari tadi cuma laku lima dua buah semangka, dua biji nanas dan satu renteng salak hutan.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Suara bayi, mbahmu! cetus pedagang sayur, itu kan suara orang berteriak-teriak. Lho, suara teriak kok mirip suara bayi nangis, tukas pedagang buah tak mau kalah. Ga mungkin-laaahhh ... Lha emang jatah suara dari sononya dah cempreng macam kaleng rombeng, mau diapakan lagi? Wuuuh ... mbok dulu itu milih suara yang bagusan dikit ... gerutu pedagang buah sambil celingak-celinguk. Entah apa yang dicarinya. Saat melintas di depannya seorang laki-laki baju hitam, ia bertanya, Kang, memangnya ada apa, to? Pagi-pagi kok dah pada ribut!? Laki-laki baju hitam tanpa berhenti langsung saja menjawab, Ada yang mati. Di mana? Di pintu selatan agak ke utara sedikit. Memangnya yang mati siapa? Orang, jawab pendek laki-laki baju hitam sambil terus berjalan tergesa. Lho ... memangnya orang mati bisa teriak, to? kejar pedagang buah dengan muka kebodoh-bodohan. Aneh juga!? Si laki-laki baju hitam yang dikuntit terus, sontak menghentikan langkahnya. Brugh! Si pedagang buah langsung menabrak punggung orang di depannya. Hei, tolol! bentak si laki-laki baju hitam sambil tangan kanan mencengkeram kerah baju si pedagang buah. Denger, ya! Dimana-mana orang mati tidak bisa teriak, yang bisa teriak itu cuma yang hidup! Otakmu itu dimana, hah!? E-e-e-e ... kang! Damai, kang ... damai ... ucap si pedagang buah ketakutan. Jangan melotot begitu, lah! Tanpa menggubris sama sekali kata-kata pedagang buah, tangan kiri laki-laki baju hitam njulekin jidat makhluk bodoh yang masih dicengkeramnya dengan seenaknya hingga kepala si pedagang buah berulang kali terdorong ke belakang. Ga sakit sih, tapi malunya ... minta amplop, eh ... ampun! Makanya punya otak dipake! bentak si baju hitam, Jika tidak, kepalamu yang soak ini bakal aku ganti dengan buah semangka tanpa biji! Jelas!? Jelas, Kang! Jelas! Pokoknya jelas, dech! Suwer! sahutnya dengan dua jari kanan membentuk huruf V. Bagus! sahut si laki-laki baju hitam sambil melepas kerah baju pedagang buah, lalu ngeloyor pergi begitu saja. Namun, baru saja lima langkah ... Kang, emangnya yang mati

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Belum lagi suaranya lenyap, laki-laki baju hitam langsung menyambar buah semangka di dekatnya. Wutt! Lalu dengan gaya manis seperti orang memasukkan bola ke dalam keranjang (inget gaya Michael Jordan waktu mau dunk!), ia mengayunkan semangka besar di tangan ke bawah. Bluss! Buah semangka yang ternyata benar-benar tanpa biji langsung melesak masuk ke kepala pedagang buah dengan sukses. Tentu saja pedagang buah langsung kaget karena tiba-tiba kepalanya berubah bentuk! Emmm ... emmhhh ... (maksudnya : tolong ... tolong ... ) Beberapa pedagang --terutama pedagang sayur-- tertawa geli melihat kejadian sebabak tadi. Bukannya kasihan, tapi malah ngetawain temannya yang sedang sial! Makanya, kalau tanya-tanya lihat-liat orang dong! serunya sambil tetap ketawa keras. Tapi, lama-lama kasihan juga si Karjo, ujar pedagang kain. Cepat, bantuin. Ntar kehabisan napas, tuh. Si pedagang sayur berjalan mendekat, lalu dengan seenaknya ia kemplang si Kepala Semangka dengan keras. Prakk! Tentu saja buah semangka yang lunak itu, langsung pecah berantakan. Terlihat roman muka Karjo yang pucat pasi belepotan daging semangka. Apa yang terjadi? katanya heran. Ga terjadi apa-apa, cuma tadi ada semangka jatuh dari langit dan tepat menimpa kepalamu, jawab pedagang sayur sambil senyum-senyum geli campur kasihan. Tapi ... besok lagi hati-hati, ya. Hati-hati kenapa? tanya Karjo, heran sambil mulutnya pulang-balik masukin buah semangka ke dalam mulut. Mungkin saking kagetnya sampai ia lupa dengan kejadian yang barusan terjadi menimpa dirinya. Ya ... hati-hati aja! sahut si pedagang sayur sambil membalikkan badan. Lha, iya ... hati-hati kenapa? kejar Karjo. Ya ... hati-hati supaya tidak kejatuhan semangka lagi. Untung semangkanya cuma kecil, sahut pedagang sayur sambil membenahi barang dagangannya, sambung. ... coba kalau sebesar rumah, tubuhmu langsung hilang di telan bumi. Wah, kalau begitu aku jadi orang sakti, dong! celoteh Karjo makin ngelantur.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mungkin otaknya terbuat dari kuaci kali ya!? Masa kejatuhan semangka segedhe rumah dianggap sakti? Maksudku, kau langsung ... modar! ucap pedagang sayur, kemudian tertawa terbahak-bahak. Bahkan beberapa orang yang ada di tempat itu, sontak tersenyum melihat roman muka pucat bin bego si pedagang buah. Huh ... dasar kepala semangka! Sementara itu ... Seorang perempuan usia sekitar enam puluhan tahun berjalan mendekat. Meski terlihat ringkih dengan usia yang terus menanjak, tapi roman mukanya terlihat muda belia seperti gadis usia dua puluh tahun. Jarang-jarang ditemui nenek muka segar kayak gitu. Terhitung barang langka, tuh!? Meski tidak terlalu cantik, tapi raut mukanya cukup sedap di pandang, apalagi dengan roman terlihat santun. Orang-orang Kepulauan Tanah Bambu mengenalnya dengan nama Nyai Gugur Gunung. Julukannya Dewi Kecapi Hitam. Dewi Kecapi Hitam bertanya dengan lembut, Ada apa? Beberapa orang berseragam hitam yang mengerumuni sesuatu, terkuak membuka jalan saat mengenali sosok perempuan ini. Oh, Nyai Gugur Gunung! kata salah seorang baju hitam mengenali siapa sosok perempuan baju hitam garis-garis putih yang menyandang kecapi di punggungnya. Ternyata laki-laki yang tadi mengerjai Karjo di pasar. Ada yang tewas. Tepatnya ... terbunuh. Nyai Gugur Gunung sekilas memandang sosok mayat tanpa kepala yang tergeletak di pinggir jalan. Belum lagi ia mengatakan sesuatu, terdengar lagi teriakan. Ada mayat! Ada mayat! Namun belum lagi suara pertama hilang, kembali terdengar teriakan dimanamana. Ada lagi ... ! Di sini juga ada ... ! Kadar teriakan bukannya surut, justru sekarang malah tambah banyak. Orang-orang saling berlarian ke arah suara yang saling sahut menyahut. Namun, intinya cuma satu. Ditemukan sesosok mayat! Wah, disini juga ada. Tapi lumayan kecil, seru orang yang berada di paling timur. Cuma ...

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Orang-orang kembali berlarian mendekat sambil berteriak keras, Mana? Mana!? Dengan muka tak bersalah, orang tadi menunjuk sesosok mahkluk kecil di depannya dengan sebatang ranting. Ini. Saat melihat sosok yang ditunjuk, sontak orang langsung jengkel bukan main! Ternyata cuma ... bangkai kucing! Brengsek kau! sentak salah seorang temannya. Bangkai kucing aja pakai acara teriak-teriak segala! Dasar kurang kerjaan! seru beberapa orang dengan kesal. Nyai Gugur Gunung dengan sigap memberikan perintah. Kau! Cepat lapor ke Penguasa Tapal Batas Selatan! katanya dengan nada cepat namun masih menunjukkan kesantunan seorang perempuan lanjut usia. Dan kau! Panggil Bandar Mayat kemari, kembali Nyai Gugur Gunung memberi perintah. Dan lainnya, cari mayat-mayat yang kemungkinan masih ada di sekitar tempat ini dan kumpulkan mayat-mayat menjadi satu. Siap, Nyi! Tanpa diperintah dua kali, satu orang langsung melesat pergi ke tempat kediaman Dewa Periang karena dialah penguasa wilayah Tapal Batas Selatan. Satunya lagi segera menghubungi si Bandar Mayat. Sedang sisanya mengumpulkan mayat-mayat yang bertebaran dimana-mana. Hemm ... gumam Nyai Gugur Gunung dengan mata mengedar ke sekitar. Terlihat beberapa orang menggotong sosok-sosok tanpa nyawa dari tempat yang berbeda. Lumayan banyak ... gumamnya lagi setelah melihat sejumlah mayat yang terjajar rapi di depannya. Sesaat Nyai Gugur Gunung memeriksa mayat satu per satu. Tidak ada luka dalam atau pun luka luar selain sebuah luka lebar pada leher yang menyebabkan kepala bisa terlepas dari tempatnya bertugas sehari-hari. Kesamaan semua mayat cuma satu : selain kehilangan nyawa, semuanya tanpa batok kepala! Penggalan yang rapi ... gumam Dewi Kecapi Hitam. ... atau jurus serangannya yang terlalu cepat? Total mayat yang berhasil dikumpulkan oleh orang-orang baju hitam ternyata cukup banyak. Jumlahnya mencapai puluhan, tepatnya dua puluh sembilan mayat telah terkumpul menjadi satu. Jadi tiga puluh jika di tambah dengan bangkai kucing. Beberapa saat kemudian, orang yang diminta memanggil Bandar Mayat telah kembali. Mukanya pucat pasi plus napas terengah-engah.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dewi Kecapi Hitam mengkerutkan keningnya. Mana si Bandar Mayat? Sambil mengatur napas yang masih memburu, ia menjawab, Maaf ... Nyi ... si Ban ... dar Mayat ... telah jadi ... mayat ... Apa? terdengar suara Nyai Gugur Gunung agak meninggi. Kepalanya hi ... lang ... Untuk kedua kalinya, Nyai Gugur Gunung terkaget-kaget. Kepalanya juga hilang, desisnya sambil memandangi mayat-mayat tanpa kepala yang berjajar rapi. Gumamnya lagi. Bandar Mayat juga telah pensiun jadi orang. Sekelebat bayangan datang mendekat dari arah selatan. Kecepatannya laksana angin puyuh, karena setiap ia tempat yang dilewatinya pasti dibelakangnya terlihat debu mengepul tebal. Jelas tenaga peringan tubuhnya tidak bisa dianggap enteng. Wutt! Jleegg ... ! Roman muka yang kemerah-merahan seperti bayi baru lahir sedikit terkejut, namun cuma sesaat saja sudah berganti dengan roman riang tanpa beban. Sosok kakek rambut putih yang baru datang adalah Dewa Periang adanya. Dewi Kecapi Hitam! Siapa yang punya pekerjaan seperti ini!? Dewa Periang bertanya. Weleeh-weleeh-weleeh! Ni kepala pada kemana? Mata-matanya berputar-putar lucu memelototi sosok-sosok terbujur kaku dekat kakinya. Mana aku tahu? jawab Dewi Kecapi Hitam. Kepalanya dimana? tanya kembali Dewa Periang. Aku juga tidak tahu, masih di cari orang-orang disana, kata Dewi Kecapi Hitam. Kenapa kau tidak memanggil si Bandar Mayat? kejar Dewa Periang. Dia kan paling ahli dalam urusan kayak gini. Heh, si Bandar Mayat tidak bisa datang. Lho, kok bisa? sentak Dewa Periang kaget. ... ini kan sudah jadi bagian dari tugasnya. Karena si Bandar Mayat sudah malas jadi orang. Malas? Dia juga ikut-ikutan mati tanpa kepala, jawab Dewi Kecapi Hitam, enteng. Dewa Periang tersenyum manyun. Lalu ia memanggil salah seorang yang ada di dekatnya. Kau! Ke sini sebentar, katanya.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Saya, Tuan? Iya, kau kesini. Yang dipanggil tergopoh-gopoh mendekat. Ada apa, Tuan. Aku mau minta tolong. Bisa? Bisa, Tuan. Bisa! Tolong kau hubungi Galah Mayat dan Ratu Kuburan. Suruh mereka kemari. Ada pekerjaan buat mereka. Jelas!? Jelas sekali, Tuan. Sip, kalau gitu, ucap Dewa Periang sambil menepuk-nepuk pundak tebal si gemuk. Si gemuk langsung putar badan. Eh, tunggu dulu! Siapa namamu? Si gemuk membalik badan. Jenggrik. Tapi orang-orang disini sering memanggil saya ... Mata Maling, Tuan. terang orang berbadan bongsor bermata bundar kecil yang bernama Jenggrik ini. Selebar muka Dewa Periang sontak langsung menahan tawa. Pikirnya, Pantes aja di panggil Mata Maling. Matanya bundar kecil kayak gitu, mirip mata maling jemuran. Baiklah, Ki Jenggrik. Kami tunggu disini, kali ini yang bersuara Dewi Kecapi Hitam karena melihat dari tadi Dewa Periang mukanya merah-padam menahan tawa. Mata Maling langsung bergegas pergi. Jangan dilihat postur tubuhnya yang besar macam gajah beranak lima, tapi ilmu lari cepatnya bisa dibilang luar biasa. Blasssh ... ! Dalam empat helaan napas, sosok bundarnya sudah lenyap di tikungan jalan. Kenapa kau ini? Telat buang hajat? ucap Dewi Kecapi Hitam. Akhirnya ... Huahahahahaha ... hahahahaha ... ! Meledaklah tawa keras Dewa Periang yang membuat semua orang yang berkumpul di tempat ini jadi terlonjak kaget. Bahkan laki-laki bermuka kemerahan ini sampai terbatuk-batuk saking keras dan panjangnya ia tertawa. Huahahah ... uhukk ... uuhukkk ... Kau ini kenapa? Kesambet!? Huahha ... dia .... huhuh ... matanya ... hahah ... lucu ... sekali ...

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dewa Periang tertawa terus, hingga akhirnya ia jatuh kelelahan. Saat itulah, dari kejauhan terlihat dua sosok tubuh beda tinggi beda jenis. Yang sebelah kiri terlalu tinggi untuk ukuran laki-laki pada umumnya. Mengenakan rompi buntung hitam kusam yang dikancingkan sehingga kulit pucatnya terlihat jelas. Wajahnya biasa-biasa saja, tidak ganteng-ganteng amat juga tidak jelek-jelek amat. Sedang-sedang sajalah. Kalau urusan tua, jelas. Karena warna rambut sudah dua warna pastilah berusia lima puluh tahun ke atas. Di pinggangnya terdapat galah bambu sepanjang dua tombak sebesar jari kelingking. Fungsi galah bambu ini selain sebagai alat ukur panjang mayat juga sebagai senjata yang memiliki daya bunuh hebat. Konon kabarnya benda antik ini di dapat dari mendiang kakaknya yang tewas terbunuh oleh lawan. Selain tinggi tubuh menjulai laksana bambu kering tanpa daun, ada yang lebih luar biasa di bagian wajah. Tepatnya ... di hidung! Hidungnya terlalu besar untuk ukuran hidung manusia, mirip-mirip paruh burung betet gitulah, warnanya kuning kecoklatan. --o0o

BAGIAN 27
Sedang yang sebelah kanan, justru tinggi tubuhnya tidak lebih dari bocah usia tiga tahun. Wajahnya terlihat tua dan keriput macam siput minta diurut agar tidak kisut. Mulutnya tidak pernah berhenti bergerak-gerak. Entah apa yang ada dalam mulut nenek berbadan sekelumit ini. Mereka berdua adalah pasangan tidak serasi yang biasa dipanggil Galah Mayat dan Ratu Kuburan. Ketua, dimana Bandar Mayat? tanya Ratu Kuburan. Kenapa tidak kelihatan!? Dewa Periang hanya menggerakkan tangan kanan sejajar leher dengan pelan. Ratu Kuburan terlihat menundukkan muka sedih. Sementara itu, tanpa banyak cakap, Galah Mayat langsung mendekati sosok yang paling kiri. Hidungnya mengendus-endus sesaat, lalu tangan kanan menjulur menekan ke arah urat nadi. Ni orang goblok apa tolol, sih! Sudah jadi mayat begitu mana ada denyut nadinya? pikir Dewi Kecapi Hitam. Ratu Kuburan! Sudah jangan sedih! kata Galah Mayat dengan suara yang tidak sedap di dengar. Mayat-mayat ini terbunuh menjelang fajar menyingsing. Denyut nadinya masih terasa bergetar. Gunakan Ilmu Membalik Sukma!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dengan sigap, Ratu Kuburan mengikuti perintah Galah Mayat. Dia terlihat jingkrak-jingkrak macam nenek sinting kesurupan dengan suara meracau tak karuan (mungkin merapal mantra kali, ya!?). Belum lagi semua heran dengan tingkah lakunya, si nenek berbadan secuil ini melompati semua mayat dalam satu sentakan. Wutt! Jleg! Begitu kaki Ratu Kuburan menyentuh tanah, tiba-tiba saja mayat yang paling kanan menggeliat cepat berdiri. Tentu saja semua orang yang ada di tempat itu terlonjak kaget! Bagaimana mungkin orang yang sudah tidak punya nyawa dan tidak punya kepala masih bisa bangun dan sekarang berdiri tegak? Tentu saja ini adalah ulah dari Ratu Kuburan yang mengerahkan ilmu gaib andalannya yang bernama Ilmu Membalik Sukma dimana ilmu ini sanggup mengembalikan sukma orang meski untuk beberapa saat. Yang menguasai ilmu ini selain Bandar Mayat adalah dirinya. Namun orang-orang tahunya hanya mendiang Bandar Mayat saja yang menguasainya. Orang-orang baju hitam kontan lari serabutan sambil berteriak-teriak ketakutan. Ada mayat hidup ... !! Ada setan kesiangan ... ! Benar-benar kacau-balau. Sedang Dewi Kecapi Hitam sendiri yang notabene memiliki ketabahan tinggi merasa ngeri juga, bahkan tanpa sadar kakinya mundur dua langkah. Ilmu setan, desisnya tanpa sadar. Si mayat terlihat membungkuk hormat pada Ratu Kuburan, orang yang membangkitkannya. Tanpa peduli dengan sekitarnya, Ratu Kuburan bertanya, Kau tahu yang membunuhmu? Karena tidak punya kepala, si mayat hanya menggoyang-goyangkan dua tangan yang artinya tidak tahu. Kau bisa jelaskan bagaimana kau kehilangan kepala? tanya kembali Ratu Kuburan. Si mayat tiba-tiba menggenggam tangan kiri seperti orang memegang senjata, lalu digerakkan dalam posisi menebas lurus dari kiri kanan. Ada yang lain? kembali si nenek bertanya. Kembali si mayat menggoyang-goyangkan tangan pertanda tidak tahu. Satu lagi pertanyaanku. Ada berapa orang yang melakukan pembunuhan, terutama yang membunuhmu?

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Si mayat hanya menunjukkan jari telunjuk yang artinya cuma satu orang. Terima kasih. Kau boleh kembali. Begitu kata kembali terucap, si mayat langsung menggelosoh begitu saja di tanah. Ratu Kuburan tiba-tiba menghentakkan tanah tiga kali berturut-turut. Dugh! Dugh! Dugh! Aneh bin ajaib, si mayat yang tadi nglumpruk begitu saja di tanah, seperti di angkat oleh tangan-tangan gaib, berpindah ke posisi semula. Dewa Periang dan Dewi Kecapi Hitam dibuat kagum oleh demonstrasi ilmu gaib milik Ratu Kuburan. Galah Mayat! kata Ratu Kuburan dengan muka sedikit mendongak. Sekarang bagianmu! Galah Mayat yang sedari awal hanya terdiam, segera merangkap tangan di dada sambil bertanya, Ketua, semua mayat ini mau dikuburkan dimana? Ke pemakaman umum saja, sahut Dewa Periang. Baik. Mulutnya berkomat-kamit sebentar, lalu tangan kanan menarik galah bambu sepanjang dua tombak dari pinggang. Sett! Bersamaan dengan itu, keluar larikan-larikan benang abu-abu kusam berjumlah hingga ratusan dan yang langsung membelit mayat-mayat yang berjajar. Sratt! Sratt! Cepat sekali cara kerja benang-benang abu-abu kusam itu, sebab sebentar saja seluruh mayat sudah terbungkus rapi seperti ulat dalam kepompong. Begitu melihat hasil kerjanya selesai, Galah Mayat menghentakkan kakinya ke tanah. Dugh! Dugh! Pada hentakan yang kedua, tanah di sekitar mayat terlihat bergelombang seperti riak air tersapu angin. Dan tiba-tiba saja ... Bless ... ! Dalam waktu bersamaan, mayat-mayat itu langsung tenggelam begitu saja ke dalam tanah. Sontak, keterkejutan semakin melanda semua orang yang ada di tempat itu. Bahkan orang-orang baju hitam ada yang terkencing-kencing kala para mayat amblas ke dalam tanah. Edan! Ilmu macam apa itu? desis Dewi Kecapi Hitam.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun belum lagi keterkejutan semua orang yang ada di tempat itu lenyap, Galah Mayat melanjutkan hentakan kaki ke tanah untuk ketiga kalinya. Dugh! Belum lagi lenyap suara hentakan, justru kini Galah Mayat yang amblas masuk ke dalam tanah. Dewi Kecapi Hitam! Kau tidak perlu khawatir tentang Galah Mayat. Dia sendiri yang mengirim mayat-mayat itu ke pemakaman, suara Ratu Kuburan terdengar. Galah Mayat menggunakan jurus Alam Gaib Di Tengah Bumi untuk masuk ke dalam tanah. Dewa Periang tidak begitu terkejut melihat jurus Alam Gaib Di Tengah Bumi yang digunakan Galah Mayat, karena mendiang Bandar Mayat sendiri pernah menggunakan jurus itu, hanya waktu itu Bandar Mayat tidak sempat mengatakan apa nama dari jurusnya. Sudahlah! tukas Dewa Periang. Lebih baik kita temui Empat Tua Raja Tanah Bambu yang masih di Balairung Ranting Bambu untuk membicarakan masalah ini. Dewi Kecapi Hitam mengangguk. Ratu kuburan! Kau ikut kami atau menyusul Galah Mayat!? tanya Dewa Periang. Saya ikut Ketua saja. Baiklah. Tanpa banyak kata lagi, ketiganya segera melesat pergi. Sepenanakan nasi kemudian, ketiganya sampai di Balairung Ranting Bambu. Dan benar dugaan saja, di tempat itu masih terdapat Tua Raja Pedang Bintang dan Tua Raja Tabir Mentari yang sedang bercakap-cakap santai dengan Nini Cemara Putih. Melihat kedatangan Dewa Periang, Dewi Kecapi Hitam dan Ratu Kuburan, ketiga petinggi Perguruan Tanah Bambu saling berkerut kening. Ada apa, Dewa Periang!? tanya Tua Raja Tabir Mentari. Mohon maaf jika kedatangan kami bertiga mengganggu, jawab sopan Dewa Periang. Katakan. Telah terjadi pembunuhan massal di wilayah selatan, ujar Dewa Periang kembali. Nini Cemara Putih, Bramageni dan Barka Satya saling pandang satu sama lain. Tepat sekali dugaanmu, Nini Cemara Putih, desis Tua Raja Pedang Bintang. Rupanya wilayah kita ingin dibuat banjir darah.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Belum lagi suara desis hilang dari pendengaran, dari arah timur dua sosok bayangan hitam dan kuning bergerak cepat mendatangi. Dan tujuannya adalah dimana orang-orang itu berkumpul. Ternyata mereka berdua adalah guru-murid Kakek Kocak dari Gunung Tugel yang bernama asli Gayam Dompo dan murid cantiknya Kaswari. Celaka, celaka, celaka! begitu datang, suara keluh-kesah Gayam Dompo langsung terdengar. Lima puluh anak buahku mati tanpa kepala. Apa!? bentak Barka Satya dengan keras. Tua Raja Pedang Bintang kaget. Dewa Periang dan Dewi Kecapi Hitam juga kaget. Semua kaget! Bahkan Gayam Dompo sampai terlonjak kaget sambil mengelus-elus dadanya. Buju buneng! Bikin kaget saja, kata Gayam Dompo sambil mengatur napas. Cuma Barka Satya yang tidak kaget, karena memang dia yang bikin kaget. Dewa Periang ... Belum lagi kata-kata Barka Satya berlanjut, Dewa Periang langsung memotong, Tiga puluh orangku juga kehilangan kepala. Kembali keterkejutan melanda. Keadaan mendadak terpenggal karena di sebelah timur terlihat luncuran panah api dan meledak di angkasa. Duaaarr!! Celaka! Tapal Batas Timur diserang, desis Tua Raja Pedang Bintang. Tanpa banyak kata, semua orang yang ada di tempat itu langsung melesat pergi kecuali Nini Cemara Putih. Kalian bantu Contreng Nyawa! Aku mau melihat daerah terlarang perguruan kita, seru Nini Cemara Putih dengan mengirimkan suara jarak jauh. Perasaanku mengatakan akan terjadi sesuatu disana. Sementara itu, di wilayah Tapal Batas Timur, terlihat puluhan orang tergeletak tanpa kepala. Sedang di sudut tenggara terlihat empat laki-laki berbaju hitamhitam dengan penutup kepala hitam pula sedang berdiri menonton pertarungan yang terjadi. Yang luar biasa, di punggung masing-masing terlihat menggelantung potongan-potongan kepala manusia yang diikat dengan benang putih. Rupanya mereka berlimalah para penjagal kepala! Terlihat salah seorang manusia baju hitam berpedang lebar sedang adu nyawa dengan seorang laki-laki baju kuning bersenjata aneh. Sulit sekali mengatakan kalau benda ditangannya adalah senjata tajam karena meski lurus sepanjang setengah tombak, namun bentuknya bulat memanjang bersegi enam

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dengan ujung runcing hitam mengkilat. Mirip dengan pensil yang telah diraut tajam. Benda itulah yang dikenal dengan nama Pedang Pensil. Siapa lagi pemilik benda langka itu jika bukan Contreng Nyawa adanya? Werr! Werr! Srattt! Ujung pedang tajam si baju hitam menggores lengan kiri Contreng Nyawa. Hahaha! Lebih baik kau serahkan saja kepalamu sebagai tumbal, Orang Tua! bentak si baju hitam, Kami ... Lima Penjagal Kepala akan dengan senang hati melakukannya! Heh, cuma luka kecil mana bisa membunuhku dengan semudah itu! dengus Contreng Nyawa sambil menudingkan pedang di tangan kanan. Justru kalian semua yang harus menyerahkan kepala busuk kalian! Tiba-tiba, salah seorang dari Lima Penjagal Kepala berteriak, Jagal Empat! Cepat selesaikan pekerjaanmu! Waktu kita tidak banyak lagi. Tenang, Kakang! Dalam dua jurus dimuka, kepala orang tua usil ini akan menjadi kepala ke seratus! seru orang yang dipanggil Jagal Empat, lalu sambil mendengus bengis, ia berkata pada Contreng Nyawa, Orang Tua! Bersiaplah kau menjumpai raja neraka! Justru kau yang harus menjumpai raja neraka! balas bentak Contreng Nyawa sambil mengayunkan pedang dari bawah ke atas. Werr! Sebentuk hamparan angin tajam yang sanggup membelah batu menerjang ke arah Jagal Empat yang sambil mengumpat panjang-pendek bergegas menghindar dengan melenting ke atas. Wutt! Dari arah ketinggian, pedang lebar di tangan jagal empat bergerak cepat. Dalam satu tarikan napas saja, bayangan pedang telah memenuhi angkasa dan semaunya meluruk tajam ke arah Contreng Nyawa. Kurang ajar! Membunuh satu bangsat saja harus mengerahkan jurus Pedang Memenuhi Delapan Penjuru! desis yang paling pojok. Akan tetapi Contreng Nyawa bukanlah tokoh kemarin sore. Hampir dari tiga puluh tahun malang melintang di rimba persilatan dengan mengukir nama besar si Pedang Pensil. Tentu saja tidak bakalan mudah mempecundangi apalagi membunuhnya. Begitu melihat bayangan pedang tajam yang mengincar nyawanya, Pedang Pensil di tangannya kembali bergerak cepat memutar membentuk kubah. Wutt! Wutt! Sebentuk hawa padat kekuningan melingkupi tubuh Contreng Nyawa.. Cring! Criing ... criing ... !

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Suara dentingan nyaring terdengar. Kurang ajar! Luka beracun di lengan kiriku seperti ulat menggerogoti tulang, kata hati Contreng Nyawa. Jika begini terus, jurus Kubah Pedang Pelindung Jiwa-ku rasa-rasanya tidak akan mampu bertahan lebih dari dua helaan napas ... atau memang inilah saaat-saat terakhirku di tempat ini!? Cring! Criing ... criing ... ! Kembali terjadi benturan nyaring dan terlihat kubah yang melindungi Contreng Nyawa retak-retak di beberapa bagian. Dan akhirnya ... Blarrr ... ! Kubah pelindung hancur berkeping-keping. Terlihat disana, Contreng Nyawa tergeletak dengan napas kembang-kempis. Sedang lawan terlihat berdiri angkuh dengan pedang menempel di leher kanan Contreng Nyawa. Bagaimana? Ada permintaan terakhir!? ejek Jagal Empat. Jika bukan karena luka sayat beracun di lengan kiri, tak bakalan Contreng Nyawa bisa takluk secepat itu. Apalagi ketika ia menggunakan jurus Kubah Pedang Pelindung Jiwa yang justru membuat racun cepat sekali menjalari aliran darah. Bunuh ... saja ... aku ... tapi aku tidak ... rela ... kata Contreng Nyawa terbata-bata, Rohku ... akan mengejar-ngejarmu ... seumur hidupmu ... Jagal Empat sedikit terhenyak mendengarnya. Ada rasa aneh menggelayuti di dalam dirinya, namun dalam dua kedipan mata ia menepiskan rasa aneh itu. Jika itu permintaanmu ... berangkatlah sekarang ... Orang Tua! desis Jagal Empat. Pedang lebar direnggangkan sejarak satu jengkal, lalu dalam satu tarikan saja, kepala Contreng Nyawa menggelinding di tanah. Sett! Crass! Blugh! Sebentuk kepala menggelinding di tanah. Contreng Nyawa sendiri yang sudah pasrah memang berniat tidak menutup mata saat pedang tajam lawan menebas lehernya. Di saat terakhirnya ia memang berniat menantang kematian dengan mata terbuka. Benar-benar lakilaki yang tabah. Namun bagaimana pun juga, penentu hidup mati seseorang adalah hak Yang Maha Kuasa, bukan hak manusia mencabut nyawa seseorang. Yang menggelinding di tanah bukan kepala Contreng Nyawa tapi justru kepala Jagal Empat! Lho, kok bisa!?

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ --o0o

BAGIAN 28
Satu sosok tubuh gemuk dengan seluruh kulit kuning emas berdiri gagah. Tangan kirinya yang mengencang rapat terlihat diselimuti bara api berpijar. Tangan itulah yang tadi memenggal kepala Jagal Empat dalam satu kali tebas. Jagal Empat tidak menyangka kalau justru kepalanya sendiri tertebas dan jatuh menggelinding di tanah sejauh empat langkah. Sosok ini menatap tajam ke arah empat orang baju hitam yang berdiri sejarak dua belas langkah dari hadapannya. Rupanya kalian yang membuat wilayah Tanah Bambu menjadi tidak tenang akhir-akhir ini, desisnya geram. Kakinya melangkah dengan berdebam. Bummm .... bummm ... ! Jelas sekali hawa kemarahan telah menyungkup dalam jiwa si laki-laki gemuk kuning emas yang tidak lain Tua Raja Tabir Mentari. Seluruh tubuhnya memancarkan api berkobar-kobar sehingga hawa di sekitar tempat itu bagaikan matahari diturunkan di atas kepala. Kepala Jagal Empat diinjak begitu saja. Kress! Blub! Langsung hancur lumat di sertai bau daging terbakar. Kalian mau kepala? desis kembali Tua Raja Tabir Mentari. Ini ... ambil kepalaku. Empat orang itu terpana tidak bisa bergerak untuk beberapa saat. Mereka semua melihat bagaimana kepala Jagal Empat di tebas tangan gemuk seperti orang menebas rumput. Kita harus lari, gumam laki-laki yang tengah. Bersiaplah kalian. Memangnya kalian mau lari kemana? Terdengar teguran halus di belakang mereka berempat. Ke empatnya dengan gerak refleks segera berloncatan kesana-kemari. Wutt! Terlihat satu sosok tubuh seperti baru saja keluar dari alam gaib. Jelas sekali, ilmu ringan tubuh yang dimiliki sosok tinggi kurus berjenggot putih dan berpakaian serba putih tidak bisa dianggap sebelah mata. Buktinya, empat dari Lima Penjagal Kepala tidak menyadari kalau di belakang mereka telah berdiri sosok agung ini. Terlihat tangan kiri disembunyikan di belakang punggung namun tidak bisa menutupi gagang pedang yang tergenggam. Sosok tua penuh wibawa memakai

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ topi tinggi keperakan seperti pejabat istana ini sulit sekali diterka berapa usianya, karena meski bersosok tua namun paras wajah tampannya seperti pemuda usia puluhan tahun. Dialah ... Tua Raja Pedang Bintang! Belum lagi ke empatnya berpikir bagaimana cara meloloskan diri dari tempat itu, dalam waktu yang hampir bersamaan telah mengepung rapat Dewa Periang, Dewi Kecapi Hitam, Ratu Kuburan dan Galah Mayat. Menyusul kemudian Kakek Kocak dari Gunung Tugel dan Kaswari. Jadi ini keparat-keparatnya!? sentak Kakek Kocak dari Gunung Tugel. Bagus! Kalau begitu aku bisa berpesta pora sekarang. Guru, lebih baik kita tolong Paman Contreng Nyawa dulu, bisik Kaswari. Kelihatannya dia terluka parah. Tapi ... Aaahh ... tidak ada tapi-tapian! tukas Kaswari sambil menyeret tangan gurunya. Ayo ... ! Iya deh ... iya ... kata si kakek sambil bersungut-sungut. Huh ... tidak bisa unjuk gigi di hadapan Nyai Gugur Gunung, nih. Lagi-lagi Kakek Kocak dari Gunung Tugel memang paling tidak bisa menolak kemauan dari si murid tunggal yang sudah dianggapnya seperti cucunya sendiri ini. Tua Raja Tabir Mentari! Aku ambil bagian lebih dulu! seru Dewa Periang sambil mengebutkan selendang kuning panjang yang semula tersampir di lehernya. Wutt! Dalam waktu sepersekian detik, sebentuk tongkat tercipta kala tenaga dalam mengalir lepas. Begitu terbentuk sempurna, senjata aneh yang disebut dengan Tongkat Gulungan Kain di tangan Dewa Periang segera menerjang orang paling kiri. Srazz! Tongkat Gulungan Kain!? Kau pasti ... Dewa Periang! seru orang yang diserang sambil memapaki serangan dengan ayunan pedang. Jagal Lima siap melayanimu! Trang! Crang! Orang yang menyebut dirinya Jagal Lima segera mengerahkan jurus-jurus pedang tingkat tinggi. Bagus kalau kau sudah tahu siapa diriku! bentak Dewa Periang sambil memutar tubuh setengah lingkaran dan bersamaan dengan itu tongkat di tangannya bergerak cepat ke arah punggung lawan. Werr!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sebentar saja, Dewa Periang dengan jurus dan senjata Tongkat Gulungan Kainnya saling terjang dengan lawan. Bisa dikatakan Dewa Periang menemui lawan yang seimbang, baik tenaga sakti mau pun jurus-jurus silat bisa dikatakan setara. Akan halnya Dewi Kecapi Hitam sendiri langsung menyergap salah seorang dari Lima Penjagal Kepala. Namun baru bentrok beberapa jurus, terlihat kalau Dewi Kecapi Hitam berada di bawah angin. Barulah ketika Ratu Kuburan dan Galah Mayat datang membantu, keadaan terlihat seimbang. Perpaduan jurus ketiga penyerangnya membuat Jagal Tiga lintang-pukang menyelamatkan diri. Tua Raja Tabir Mentari sendiri yang sejak tadi siap mengumbar amarah, justru menatap lawannya dengan tajam. Aku menginginkanmu ... menginginkan nyawa busukmu, keparat! desis Tua Raja Tabir Mentari. Tidak segampang itu kau mengambil nyawa milik Jagal Satu, Tua Raja Tabir Mentari! dengus orang baju hitam yang menyebut diri: Jagal Satu. Tidak segampang itu! Kita buktikan, siapa yang benar! Tubuh Tua Raja Tabir Mentari mendadak berkobar-kobar diselimuti api. Swoshhh ... ! Jurus Sinar Matahari Menembus Bumi adalah jurus ke tiga dari Ilmu Iblis Matahari dimana jurus ini sanggup membumihanguskan area sejarak empat tombak bahkan lebih. Semua area yang dirambati hawa sepanas matahari akan langsung terbakar hangus. Kali ini, jurus pembawa maut langsung dikerahkan. Tua Raja Tabir Mentari paling tidak suka bertele-tele, mengumbar segala macam jurus yang tidak berguna adalah hal paling tidak disukainya. Barka Satya yakin kalau tokoh berselubung hitam di hadapannya berbeda dengan para Penjagal Kepala yang lain. Entah mengapa, dari lubuk hatinya yang paling dalam, ia merasa bahwa laki-laki yang menjuluki diri Jagal Satu merupakan lawan tangguh. Dua tangan yang dikobari menyala segera mendorong ke depan. Wuttt! Sebongkah bola api menerabas udara. Jagal Satu mendengus pelan, lalu di saat berikutnya dua tangan di tarik dari atas ke bawah seperti orang meninju bumi. Berikutnya dengan gerakan seperti mencongkel tanah, kedua tangannya yang telah diselimuti butiran-butiran hitam bernuansa dingin segera di dorong ke depan. Wesss ... ! Jegerrr ... ! Terdengar benturan keras memekakkan telinga.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Barka Satya terkejut bukan alang kepalang melihat lawan sangguh memapaki jurus pukulan Sinar Matahari Menembus Bumi. Bahkan yang membuatnya lebih terkejut lagi, tangannya yang masih memendarkan hawa panas api justru terasa dingin membeku. Kau ... kau ... !? bentaknya keras. Kau memiliki Ilmu Baju Es Hitam! Apa hubunganmu Penghuni Gerbang Surga!? Huh! Memangnya yang bisa jurus seperti itu hanya orang-orang sok suci itu!? ejek Jagal Satu. Jurus picisan seperti itu apa hebatnya!? Anak kecil saja juga bisa! Tua Raja Tabir Mentari yakin sekali bahwa hawa dingin yang menyengat tangannya adalah salah satu rangkaian dari Ilmu Baju Es Hitam yang hanya dimiliki orang-orang dari Gerbang Surga. Dia berbohong, pikir Tua Raja Tabir Mentari, Jika begitu, aku harus membuktikan kalau dugaanku benar. Seiring dengan naiknya porsi kemarahan, hawa panas yang melingkupi Tua Raja Tabir Mentari semakin meningkat tajam. Bahkan dua orang terdekat dari Tua Raja Tabir Mentari harus menjauh beberapa tombak. Swoshhh ... ! Sekilas, tubuh Tua Raja Tabir Mentari bagai di bakar api menyala-nyala yang kadang menjilat-jilat udara di sekitarnya. Meski begitu, tak satu pun bagian dari bulu rambut Barka Satya terbakar. Itulah hawa sakti tingkat dua dari Ilmu Sakti Iblis Matahari yang bernama jurus Matahari Tunggal Tanpa Tanding. Untuk menguasai jurus ini, Barka Satya harus berlatih keras di dalam perut kawah gunung berapi selama satu tahun penuh. Salah sedikit dalam berlatih ... nyawa taruhannya! Namun hasilnya memang tidak mengecewakan. Setelah setahun penuh menyabung nyawa demi meningkatkan ilmu kesaktian, Tua Raja Tabir Mentari berhasil menguasai ilmu ini. Lima tahun kemudian, barulah Barka Satya mencoba masuk ke tahap akhir dari Ilmu Sakti Iblis Matahari yang bernama Kekuasaan Sang Matahari. Jurus ini cara melatihnya justru bertolak belakang dengan jurus Matahari Tunggal Tanpa Tanding. Jika jurus Matahari Tunggal Tanpa Tanding harus berada dalam perut kawah api maka jurus Kekuasaan Sang Matahari semakin dalam lagi. Tepatnya ... di inti kawah gunung berapi! Benar-benar ilmu sakti yang mempertaruhkan nyawa untuk menguasainya. Meski waktunya tidak selama mempelajari jurus Matahari Tunggal Tanpa Tanding, toh tetap saja berbahaya. Tiga kali sudah Barka Satya hampir gagal. Pada kali ke empat, barulah jurus Kekuasaan Sang Matahari bisa dikuasai sepenuhnya.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Selama ini, belum satu kali pun jurus Matahari Tunggal Tanpa Tanding kugunakan selain untuk latihan. Hemm .. ada baiknya manusia busuk ini sebagai tikus percobaan, pikir Tua Raja Tabir Mentari sambil terus mengempos kekuatan terpendam dari jurus Matahari Tunggal Tanpa Tanding-nya. Begitu mencapai hampir delapan bagian, Tua Raja Tabir Mentari melesat cepat laksana peluru meriam lepas dari sarang. Wuuung ... ! Suara mengaung laksana lebah menggebah. Jagal Satu sedikit terhenyak. Bangsat! Jurus apa yang digunakan manusia buntal ini!? Panasnya bagaikan matahari di atas kepala! desis Jagal Satu sambil melangkah mundur dua tindak ke belakang tanpa disadarinya. Brengsek! Satu-satunya ilmu tandingan yang kumiliki cuma Ilmu Baju Es Hitam tingkat delapan. Andai saja tingkat sepuluh sudah berhasil kutembus, tak bakalan aku gentar seperti ini. Kegentaran melanda hati Jagal Satu, namun sebagai salah seorang tokoh persilatan yang disegani tak membuatnya patah arang. Meski ia tahu kemampuannya tidak sebanding dengan lawan, tapi harga dirinya sebagai seorang tokoh silat yang mengharuskannya menghadapi setiap kenyataan yang ada. Ilmu Baju Es Hitam tingkat delapan dikerahkan hingga melebihi batas kemampuannya. Sraaakk! Srakk! Dalam waktu satu kedip saja, seluruh tubuh Jagal Satu terbungkus lapisanlapisan es hitam pekat. Inilah Ilmu Baju Es Hitam tingkat delapan yang disebut dengan nama jurus Bongkahan Es Abadi. Sepasang telapak tangan terpentang lebar digerakkan beruntun dalam gerakan mendorong. Wutt! Wutt! Wuss! Tujuh-delapan bayangan tapak es hitam melesat cepat, menyongsong arah kedatangan Tua Raja Tabir Mentari! Duarrr ... duarr ... jduarrr ... ! Tiga letusan beruntun terdengar saling susul-menyusul di sertai sengatan panas-dingin silih berganti. Benar-benar sebentuk pertarungan tingkat tinggi yang jarang sekali terjadi. Sosok bola api terpental sejauh enam tombak lebih, menggelinding bagai bola sepak dan akhirnya berhenti setelah melindas hancur sebongkah batu sebesar gajah. Begitu kobaran api padam, terlihat sosok Tua Raja Tabir Mentari dalam posisi berjongkok. Terlihat jelas kalau dirinya baik-baik saja. Akan halnya nasib Jagal Satu, sudah bisa di tebak. Begitu benturan pertama terjadi, tubuh yang diselimuti oleh lapisan es hitam seketika hancur menyerpih lembut. Bahkan saking lembutnya, menjadi debu-

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ debu kuning-hitam yang menyebar ke mana-mana. Jelas sudah, jurus Matahari Tunggal Tanpa Tanding lebih unggul dari jurus Bongkahan Es Abadi! Pertarungan yang singkat memang, tapi sudah menunjukkan kelasnya sendiri! Sementara itu, sisa dari Penjagal Kepala masih tarik-ulur dengan masingmasing lawannya. Namun, mengetahui Jagal Satu tewas, bukannya membuat nyali mereka kendor, justru Tiga Jagal yang tersisa semakin gencar membangun serangan. Sebab mereka yakin, kesempatan untuk lolos dari tempat itu sangat kecil. Apalagi yang menjadi lawan mereka bisa dikatakan tokoh silat kelas atas Perguruan Tanah Bambu. Jagal Dua yang adu tanding dengan Tua Raja Pedang Bintang pun tidak bisa berbuat banyak. Bagaimana pun juga tingkat ilmu kesaktiannya masih dua tingkat di bawah Jagal Satu, sedangkan Jagal Satu saja tewas di tangan Tua Raja Tabir Mentari. Bisa dipastikan nyawanya juga di ujung tanduk! Cara bertarung Tua Raja Pedang Bintang pun cukup aneh. Tidak ada gerakan sama sekali dari tubuhnya yang berdiri tenang dengan pedang tetap berada di belakang punggung. Namun setiap kali Jagal Dua menerjang dengan ayunan kapak kembarnya, sebentuk hawa pedang tanpa ujud menghadang. Crang! Crang! Gila! Orang macam apa yang ada didepanku ini!? desis Jagal Dua sambil matanya mengamati lawan. Dia tidak bergerak sedikit pun, tapi sanggup menyerang balik. Kenapa kau bengong, Jagal Dua!? kata lembut Bramageni. Bukankah kau menginginkan kepala manusia. Ini kepalaku, silahkan kau ambil. Tua Raja Pedang Bintang! Jangan dikira dengan ilmu picisanmu membuatku gentar! bentak Jagal Dua. Yang tadi aku lakukan barulah pemanasan! Ooo ... baru pemanasan? ejek Tua Raja Pedang Bintang. Lalu kenapa kau lintang-pukang macam monyet buduk menari? Bangsat! Jagal Dua segera melemparkan dua kapaknya ke arah Tua Raja Pedang Bintang. Wutt! Craaang! Traang! Lagi-lagi sebentuk hawa pedang melesat dan saling tabrak dengan dua kapak hingga terdengar suara nyaring. Tentu saja Jagal Dua tahu kalau lemparan kapaknya tidak akan sanggup menembus benteng pertahanan lawan. Namun bukan itu tujuannya. Begitu tidak ada senjata di tangan, Jagal Dua memasang kuda-kuda kokoh. Sepasang tangannya di tangkupkan di depan dada dengan mulut berkomat-kamit seperti membaca sesuatu.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Apa yang dilakukan oleh Jagal Dua hanya dipandang saja oleh Tua Raja Pedang Bintang. Ilmu apalagi yang digunakan manusia satu ini, kata hati Bramageni. Belum lagi kecamuk dalam hati bramageni terjawab, dari bawah kaki Jagal Dua tiba-tiba menyembur asap tebal bergulung-gulung dan membungkus sosok lagi-lagi berpakaian hitam-hitam ini. Blubb ... bluubb ... ! Duh ... pake main asap pula ... gumam Tua Raja Pedang Bintang tanpa sadar. Kayak anak kecil aja. Tiga-empat helaan napas, asap pun buyar. Dan satu sosok yang diluar perkiraan siapa pun --termasuk Bramageni tentunya-- telah berdiri kokoh menggantikan sosok Jagal Dua. Bramageni secara tidak sadar mundur dua langkah. Sosok yang sekarang berdiri kokoh dihadapannya bukanlah sosok yang bisa disebut dengan istilah : MANUSIA, tapi lebih tepat disebut dengan istilah : BINATANG LANGKA! --o0o

BAGIAN 29
Satu sosok binatang berkaki empat dengan sepasang mata kecil dan ekor belakang yang kecil pula berdiri garang. Mata kecilnya terlihat beringas dengan napas sedikit mendengus. Kulit hitam terlipat dan kasar menunjukkan ketebalannya. Badannya cukup besar untuk ukuran binatang aslinya dimana memiliki ukuran mendekati dua kali dari sosok asli binatang berkaki empat. Dengan melihat cula putih besar di atas hidungnya, bisa dipastikan dia adalah binatang langka yang disebut orang sebagai ... badak! Badak? desis Tua Raja Tabir Mentari yang tertarik melihat kepulan asap membungkus tubuh Jagal Dua. Saat dirinya sampai dekat Bramageni, barulah sosok badak ini tercipta sempurna. Rupanya kau tahu tentang binatang jelek ini, Adi Barka Satya!? Tentu saja, Kakang Bramageni. potong Barka Satya. Untung saja dia berubah jadi badak, coba kalau jadi tikus sawah. Kutampar moncongnya ... pasti langsung celeng. Hahahahah! Silakan kalian tertawa sepuasnya, toh sebentar lagi nyawa kalian akan berpindah tempat, terdengar satu suara menggema. Ternyata ini badak ajaib. Buktinya bisa ngomong! Baru kali ini aku ngomong sama binatang, ucap Bramageni sambil tetap tertawa tanpa suara.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kakang, apa kau sesuatu tentang hewan sial ini! Jeleknya, maksudmu!? Bukan! Apa Kakang Bramageni masih ingat dengan Sepuluh Ilmu Terlarang Rimba Persilatan? tanya Barka Satya alias Tua Raja Tabir Mentari. Ya. Aku ingat. Manusia sinting ini telah bersekutu dengan Setan Badak untuk mendapatkan Ilmu Raga Badak yang konon katanya kebal dari senjata apa pun. Pukulan sakti juga tidak bisa membunuhnya, tutur Bramageni sambil mengamati sosok badak ajaib di depannya. Belum lagi ia melanjutkan ucapannya, terdengar seruan tertahan. Terlihat Dewa Periang, Nyai Gugur Gunung, Ratu Kuburan dan Galah Mayat berloncatan menghindari lawan. Saat itu, ajang tarung hampir mencapai puncak dengan terdesaknya Jagal Tiga dan Jagal Lima oleh lawan masing-masing. Dan di saat kritis, keduanya tiba-tiba diselimuti asap tebal dan begitu asap buyar, terlihat dua sosok binatang yang luar biasa besarnya. Seekor gajah dan seekor kerbau! Dua binatang jelmaan ini mendengus keras hampir bersamaan sambil berjalan mendekati si badak dan bergabung dengannya. Rriiieeeeng ... ! Nggoooekkk ... ! Dewa Periang dan kawan-kawannya berloncatan mendekati Tua Raja Tabir Mentari dan Tua Raja Pedang Bintang. Waduh, bagaimana ini? kata khawatir Nyai Gugur Gunung. Apanya yang bagaimana? tukas Gayam Dompo yang berjalan beriringan dengan Contreng Nyawa yang keadaannya sudah lebih baik. Tinggal kemplang satu-satu, kan beres? Kemplang kepalamu! kata Dewa Periang sambil jari telunjuknya mendorong jidat Gayam Dompo. Apa kau tidak tahu ilmu apa yang dipakai oleh mereka!? Tidak, kata Kakek Kocak dari Gunung Tugel dengan wajah bego. Paling juga ilmu sihir. Celaka! Tiga dari Sepuluh Ilmu Terlarang Rimba Persilatan ada di depan mata kita! desis Tua Raja Pedang Bintang. Entah cobaan apa yang diberikan Yang Kuasa pada wilayah Tanah Bambu ini. Tua Raja Pedang Bintang! Cobaan atau bukan, kita tetap harus menghadapinya, kata sopan Dewi Kecapi Hitam. Benar. Kita hadapi bersama-sama! kata tegas Dewa Periang. Andaikata Adi Dahana Lungit ada disini ...

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku sudah datang dari tadi. Satu sosok suara terdengar jelas, namun tidak kelihatan batang hidungnya. Selain Dua Tua Raja, semua orang celingak-celinguk kesana-kemari tapi orang yang dicari tidak kelihatan. Sudahlah ... kalian tidak perlu mencari, ujar Tua Raja Pedang Bintang. Dia sudah ada di belakang tiga makhluk jelek itu. Benar saja! Satu sosok tubuh tinggi tegap melesat keluar dari dalam tanah dan sebentar kemudian, sosok tinggi besar yang tinggi tubuhnya di atas manusia normal ini telah berdiri kokoh. Baju balutan rompi dari kulit beruang putih tidak kotor sama sekali meski ia baru saja keluar dari dalam tanah. Tanpa banyak kata, sepasang tangan yang mengepal memancarkan cahaya merah terang dan langsung dihantamkan ke arah tiga binatang jelmaan itu. Bukk! Bukk! Bugh! Hantaman Tua Raja Bedah Bumi bukan sembarang hantaman biasa, tapi sanggup membuat kubangan besar untuk mengubur empat gajah sekaligus. Namun luar biasanya, tiga binatang itu hanya bergetar saja, tidak terluka parah sedikit pun. Benar-benar aneh! Begitu selesai menghantam, sosok Tua Raja Bedah Bumi langsung amblas bumi begitu saja dan belum sampai satu kedip, sudah muncul begitu saja di samping Tua Raja Pedang Bintang. Guru! sapa Ratu Kuburan dan Galah Mayat hampir bersamaan. Weit, apa lagi ini!? Usia Ratu Kuburan dan Galah Mayat bisa dikatakan dua puluh tahun lebih tua dari Tua Raja Bedah Bumi, tapi mereka berdua menyebut Guru pada laki-laki tinggi besar ini. Kok bisa!? Masalahnya cuma satu! Mereka berdua pernah kalah bertarung dengan Tua Raja Bedah Bumi dan jurus Alam Gaib Di Tengah Bumi milik Galah Mayat dan mendiang Bandar Mayat adalah ilmu yang diajarkan Tua Raja Bedah Bumi. Meski tidak mau mengakui ke dua orang itu menjadi murid, tapi untuk melegakan hati keduanya (habisnya waktu itu ngancem bunuh diri, sih ... ), laki-laki dengan baju kulit beruang ini hanya ikut saja bahkan dengan senang hati mengajarkan jurus Alam Gaib Di Tengah Bumi. Tua Raja Bedah Bumi hanya mengangguk sekilas dan itu lebih dari cukup untuk sekedar sapaan. Kalian bisa lihat, bukan!? Aku hantam dengan Ilmu Tinju Bumi saja mereka cuma bergoyang saja. Terluka saja tidak, tutur Tua Raja Bedah Bumi.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Hahaha! Kalian semua tidak akan bisa mengalahkan kami! seru Jagal Dua yang menjelma menjadi badak. Betul! Kami bertiga menguasai tiga ilmu sesat paling hebat dan paling sesat yang ada di muka bumi ini! sambung Jagal Tiga yang menjelma menjadi seekor gajah. Cuma mimpi saja kalian bisa membunuh kami bertiga. Mana bisa kalian membunuh kami? bentak si kerbau jelmaan Jagal Lima. Ilmu sesat Raga Badak, Ilmu Sukma Gajah dan Ilmu Setan Kerbau kembali muncul di rimba persilatan, tutur Tua Raja Bedah Bumi. Jika benar dugaanku, pastilah tujuh ilmu sesat yang lain telah memiliki penerusnya. Jika benar seperti yang Kakang Dahana katakan, maka rimba persilatan akan dilanda prahara besar, sambung Tua Raja Tabir Mentari. Benar. Kakang Dahana! Jika mereka kubakar hidup-hidup, apa mereka bisa mati!? Tidak. Jika menggunakan Pedang Raja Tujuh Langit? Juga percuma. Dengan ... Gelang Hitam Belenggu Hawa? usul Gayam Dompo. Apa gelang pusakamu sanggup menahan gempuran Ilmu Tinju Bumi? Jelas tidak. Kalau begitu ... bagaimana cara mengatasinya, Guru? sela Galah Mayat. Aku tidak yakin dengan pemikiranku ini ... tapi ini patut dicoba. Katakan saja, siapa tahu kami bisa melakukannya. Kalian tidak akan bisa ... cuma Galah Mayat dan aku yang bisa. Semua yang ada di tempat itu tahu seberapa tinggi kesaktian Galah Mayat. Hanya lebih tinggi empat tingkat dari murid Gayam Dompo. Guru ... tidak main-main!? Tidak. Galah Mayat semakin bingung. Di antara kita semua yang ada di sini, hanya saya dan Kaswari yang rendah ilmunya, kenapa ... Tua Raja Bedah Bumi membisikkan sesuatu ke telinga Galah Mayat. Benarkah!? Bukankah itu patut dicoba!? Betul. Kalau begitu ... lakukan! lalu bisiknya pada yang lain. Tolong kalian rapatkan tubuh untuk menutupi Galah Mayat.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Meski bingung dengan perkataan Dahana Lungit, namun toh melakukan apa diperintahkan oleh laki-laki berbaju kulit beruang putih itu. Galah Mayat segera berpindah tempat ke belakang, lalu tubuh mendadak lenyap amblas bumi. Sementara itu ... Jagal Lima, bagaimana sekarang? bisik Jagal Tiga. Kita serang mereka. Mumpung mereka belum siap. Lihat, mereka membentuk barisan, ujar Jagal Dua pada dua kawannya. Mungkinkah mereka hendak menyatukan ilmu kesaktian untuk menggempur kita bertiga? Sesakti apapun mereka, tidak akan sanggup membunuh kita. Pokoknya kalian tenang saja, tandas Jagal Lima. Lagi pula, dengan mereka saling menghimpun kesaktian, justru memudahkan kita untuk membantainya. Kalau begitu ... serang! perintah Jagal Dua. Dua belas kaki melangkah berdebam menggetarkan bumi. Badak menerjang cepat dengan cula besar. Kepala gajah sedikit merunduk, mengedepankan sepasang gading besar berkilau. Sedangkan kerbau? Tentu saja setelah menguak panjang dengan kepala digelengkan kanan-kiri, mengikuti langkah gajah dan badak menerjang ke arah tokoh silat dari Perguruan Tanah Bambu. Posisi penyerangan yang dilakukan ketiga binatang jelmaan ini bisa dikatakan teratur. Badak di posisi paling depan sebagai ujung tombak, akan halnya gajah dan kerbau berlari sejajar sejarak tiga jengkal. Jelas bahwa ketiga tokoh sesat ini telah cukup lama berlatih formasi penyerangan seperti ini. Namun, belum lagi ketiganya mendekati sasaran, tiba-tiba saja ... tanah yang diinjak kerbau mendadak bergelombang seperti air. Dan akibatnya ... Blass ... ! Blasss ... ! Dalam sedetik saja, sepasang kaki belakang binatang jelmaan ini telah masuk sebatas paha, dan pelan namun pasti semakin terhisap ke dalam tanah. Sontak, kerbau jelmaan Jagal Lima meronta-ronta, berusaha keluar dari lubang tanah yang tiba-tiba saja ada begitu saja. Kawan-kawan! Tolong! teriaknya disertai dengusan kuat. Gajah dan badak yang baru sebentar lagi menerjang ke arah para tokoh-tokoh silat tingkat atas Perguruan Tanah Bambu langsung balik badan. Keduanya kaget melihat keadaan si kerbau. Keparat! Kenapa bisa seperti ini? terdengar suara gema dari mulut badak. Gajah dengan sigap menggunakan belalainya, melilit badan kerbau dan berusaha menarik keluar. Namun tubuh kerbau justru sedikit demi sedikit

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ semakin tenggelam, bahkan kini dua pertiga tubuh hitamnya sudah masuk ke dalam tanah. Gajah dan badak sedikit demi sedikit juga terseret. Di bawah tanah, Galah Mayat menarik kaki kerbau dengan tenaga luar-dalam hingga mukanya sampai pucat kehijauan. Edan! Kerbau sial ini kuat sekali! pikir Galah Mayat. Tapi jika kulepas, nasib Guru dan kawan-kawan jadi taruhan. Aku tidak boleh menyerah. Harus bisa! Harus bisa! Kata-kata semangat itulah yang membuat Galah Mayat semakin kesetanan hingga kekuatan yang melebihi batas kemampuannya tercurah hingga urat-urat kehijauan di tangan bersembulan keluar. Di permukaan tanah ... Galah Mayat sudah beraksi! ucap Dewa Periang. Tua Raja Bedah Bumi, tampaknya Galah Mayat sedikit kesulitan. Aku tahu! Baiknya kalian coba serang pada titik-titik lemah yang barusan kuberikan! Kemungkinan salah satunya bisa berhasil, bisik Tua Raja Bedah Bumi. Belum lagi suaranya lenyap, tubuhnya sudah amblas di telan bumi. Hem, enak juga jadi dia, cetus Gayam Dompo tanpa sadar. Emangnya apa enaknya? tanya Dewa Periang. Ya enak dong! Coba kalau pas jalan-jalan sore di bawah tanah lalu ketemu janda cantik lagi mandi. Khan rejeki tuh! Kata Gayam Dompo sambil terkekeh. Bisa dilihat dari bawah, komplit lagi! Dasar tua bangka berotak mesum! bentak Dewi Kecapi Hitam, Sudah bau tanah, otakmu masih ngeres saja. Sambil mengendus-endus tubuhnya, Gayam Dompo berkata, Hidung pesek! Aku tidak mencium bau tanah, tapi kalau bau kecut ... i-ya! lalu katanya dengan nada menggoda, Tapi kau suka, kan!? Cih! Emang gue pikirin! Kalian kalau sudah pentang bacot, bisa seharian penuh! bentak Tua Raja Pedang Bintang. Kita selesaikan dulu dua siluman keparat ini, setelah itu ... Kalian adu mulut berhari-hari pun tidak ada yang bakal ngurus! Tubuh Tua Raja Pedang Bintang segera berkelebat cepat ke arah badak. Lalu sepasang tapak tangannya tepat menghajar ke arah batok kepala si badak. Bugh! Bugh! Plakk! Derr! Justru tubuh Tua Raja Pedang Bintang terpental. Gila! Delapan bagian hawa saktiku tidak bisa menembusnya! desis Tua Raja Pedang Bintang sambil mengibas-ngibaskan tangannnya yang ngilu sesaat. Jurus Tapak Bintang Menggusur Awan kandas begitu saja? Tampaknya saran Tua Raja Bedah Bumi ada benarnya juga.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lainnya, dengan serta merta menerjang ke gajah dan juga badak yang baru saja menerima terjangan dari Tua Raja Pedang Bintang. Bugh! Bugh! Criing! Criing! Pukulan bertenaga dalam tinggi, hantaman tongkat dan sabetan pedang tidak sanggup menerobos tebalnya hawa pelindung gajah dan badak yang sedari awal cuma cuek bebek sambil sesekali merem-melek meski dihantam begitu rupa. Keduanya masih asyik membantu kerbau untuk keluar dari jebakan tanah yang dibuat Galah Mayat. Sekarang ini, tubuh kerbau tinggal sebatas leher dan dua kaki depan di luar, sisanya sudah dimakan tanah. Bagaimana ini? ucap Jagal Tiga khawatir. Brengsek! Siapa keparat yang berbuat seperti ini? sentak Jagal Dua. Kita tarik terus! Di bawah tanah ... Begitu Tua Raja Bedah Bumi datang membantu, Galah Mayat bisa bernapas lega. Kita tarik sama-sama! Siap! Dalam hitungan ketiga! Galah Mayat tidak menjawab tapi justru mempererat pegangan pada dua kaki belakang, sedang Tua Raja Bedang Bumi memegang kencang ekor kerbau. Satu ... dua ... tigaaa ... ! Pada hitungan ketiga, kerbau merasakan sentakan kuat dari bawah. Karuan saja libatan belalai gajah dan kaitan cula badak tidak sanggup menahan hentakan keras dari bawah tanah dan akibatnya ... Bluuub! --o0o

BAGIAN 30
Tubuh kerbau amblas ke dalam tanah. Anehnya, tanah bekas tempat kerbau berkutat kembali merapat seperti sedia kala, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Setan! maki badak sembari cula badaknya didongkelkan ke tanah yang membuat tanah berhamburan ke mana-mana. Sementara itu, tubuh kerbau meronta-ronta kuat, namun apalah arti kekuatan seekor kerbau jika sudah berada di dalam tanah karena gerakan di dalam tanah

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tidak sebebas di atas tanah. Sanggup menggerakkan kaki saja sudah bisa dianggap hebat. Tarik terus ke bawah, Guru!? Yup! Keduanya semakin dalam menarik tubuh kerbau yang semakin lama semakin lemas. Jika kerbau sulit bergerak dan bernapas, justru Galah Mayat dan Tua Raja Bedah Bumi dengan seenaknya bergerak kemana saja mereka mau dan bernapas sebanyak yang mereka butuhkan. Begitu mencapai DBPB alias Di Bawah Permukaan Bumi sedalam dua puluhan tombak, keduanya mendengar suara meletus. Bluub! Pashh! Asap hitam berbuntal-buntal keluar. Tubuh kerbau diselimuti asap dan pada akhirnya ... jadi orang dech! Begitu sempurna berubah wujud menjadi manusia, keduanya terkejut! Eh!? Yang dipegang Galah Mayat yang awalnya kaki belakang berubah menjadi sepasang tangan dan ekor kerbau yang dipegang Tua Raja Bedah Bumi menjadi hidung Jagal Lima! Apa dia sudah ... mati, Guru!? Coba kau pastikan. Galah Mayat memegang leher. Tidak ada denyut nadinya. Dia ... Benar-benar sudah berhenti menjadi setan, kata Galah Mayat. Kita ke atas. Baik, sahut Galah Mayat cepat, tapi mendadak ia berhenti. Tunggu sebentar, Guru. Apa lagi!? Saya mau melakukan ini ... Tangan Galah Mayat bersinar terang, lalu berkelebat cepat ke arah leher, tangan dan kaki si mayat Jagal Lima. Cras! Crass! Tubuh Jagal Lima terpotong menjadi lima bagian! Lalu potongan kaki, tangan dan kepala di lempar ke lima arah yang berbeda. Kenapa kau lakukan hal itu? tanya Tua Raja Bedah Bumi melihat aksi sadis Galah Mayat. Bukankah dia ... Galah Mayat segera memotong, Saya takut dia memiliki ilmu setan yang lain. Jadi ular misalnya.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lalu? Cuma antisipasi saja, Guru. Tua Raja Bedah Bumi menggeleng lemah sambil berkata, Seharusnya kau tidak boleh berbuat seperti itu ... ... Maaf guru, saya cuma ... ... Tapi seperti ini ... Jari telunjuk Tua Raja Bedah Bumi menunjuk ke arah tubuh buntung itu, lalu dari telunjuk melesat sinar perak terang, dan ... Buuummm ... ! Hancur deh berkeping-keping! Harusnya begini! kata Tua Raja Bedah Bumi sambil tertawa. Ah ... Guru bisa aja, kata Galah Mayat sambil tertawa lepas. Antisipasi ... antisipasi ... tiru Tua Raja Bedah Bumi pada ucapan Galah Mayat sebelumnya. Perlu diketahui, Galah Mayat adalah jenis manusia langka --langka tertawa maksudnya--. Cuma Tua Raja Bedah Bumi saja yang tahu bagaimana cara membuat Galah Mayat tertawa yaitu dengan membiarkannya berbuat kejam dan diikuti oleh orang terdekatnya, barulah bisa tertawa. Benar-benar aneh! Sepuluh Ilmu Terlarang Rimba Persilatan memang bukan sembarang ilmu sesat biasa! Dahulu kala, sepuluh tokoh kosen aliran sesat yang menggelari diri sebagai Sepuluh Iblis Dasar Neraka bersekutu dengan para penghuni alam gaib Lembah Dasar Neraka untuk menciptakan sebuah ilmu kesaktian paling mengerikan yang belum pernah ada. Meski bersekutu pada alam kegelapan Lembah Dasar Neraka, dalam artian bahwa pengamal harus bersekutu dengan taruhan nyawa dengan para penghuni alam gaib Lembah Dasar Neraka, tetap saja menjadi incaran para pemburu ilmu sesat. Dan sekarang ini ... Tiga dari Sepuluh Ilmu Terlarang Rimba Persilatan yaitu Ilmu sesat Raga Badak, Ilmu Sukma Gajah dan Ilmu Setan Kerbau yang kini digelar oleh tiga orang dari sisa para Penjagal Kepala --yang entah dari mana asal mereka dan dari mana mereka masuk-- tahu-tahu sudah bikin onar di wilayah Perguruan Tanah Bambu yang selalu diselimuti kabut gaib yang tidak sembarang orang sanggup menembusnya. Kerbau atau jelmaan dari Jagal Lima tewas terkubur dalam tanah, sedang gajah atau jelmaan Jagal Tiga dan badak jelmaan Jagal Dua masih terlihat santai menerima setiap hantaman yang mampir ke tubuh kebal keduanya.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Akan tetapi, kematian Jagal Lima tidak membuat mereka kecut, bahkan cenderung masa bodo! Sobat gajah! Ternyata apa yang digembar-gemborkan selama ini, ternyata cuma tong kosong! Benar, sobat badak! Garukan di tubuhku semakin lama semakin nikmat saja, ejek gajah sambil sesekali memekik nyaring. Mungkin ... habis makan satu bakul, jadi tenaga mereka berlebih. Kalau nasinya sudah jadi kotoran, tentu tenaganya juga jadi angin. Benar! Tepatnya angin busuk alias ... kentut! Hahahaha!! Hahahahah! Dalam bentuk jelmaan Ilmu Raga Badak dan Ilmu Sukma Gajah keduanya masih bisa tertawa santai. Apa kita tetap membiarkan tubuh kita digaruk seperti ini? tanya pemilik Ilmu Sukma Gajah. Lama-lama jadi geli, nih. Biarkan saja! Toh sebentar lagi kita juga membalas perbuatan mereka, sahut pemilik Ilmu Raga Badak, sambungnya, ... setelah itu gantian kita yang menggaruk mereka ... menggaruk nyawa! Para tokoh silat yang menyerang dua penyusup ini tidak habis pikir, bagaimana mungkin seantero tubuh lawan bisa menahan segala macam sergapan maut yang mereka lancarkan, bahkan dengan jurus paling mematikan sekali pun. Tua Raja Tabir Mentari-lah yang berada dalam posisi paling sulit. Jika ia mengerahkan Ilmu Sakti Iblis Matahari jelas-jelas akan membahayakan orang terdekat darinya. Peluh membasah, berlomba dengan hawa panas. Tua Raja Tabir Mentari yang tidak bisa mengumbar Ilmu Iblis Matahari terlihat marah dengan muka merah padam. Sebentar menguning tembaga, sebentar kemudian memerah saga. Ilmu setan ini benar-benar hebat, desisnya dengan napas sedikit terengahengah. Sementara di samping kanan terlihat Pedang Pensil terduduk di tanah dengan napas kembang-kempis. Akan halnya Gayam Dompo sudah terkapar tanpa daya dengan napas megap-megap mirip ikan emas terlempar keluar dari air. Sedang Kaswari berdiri bersandar pada sebatang pohon yang sudah sulit disebut pohon karena sudah gosong dan gompal disana-sini. Dewi Kecapi Hitam pun tergeletak dengan napas senin-kemis saking capeknya, Hanya Tua Raja Pedang Bintang dan Dewa Periang yang masih ngotot mencari titik lemah lawan.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Huh ... huh ... ! Dasar setan sialan! maki Gayam Dompo dengan terengahengah. Apa mereka ... benar-benar ... tidak bisa mampus!? Brengsek ... betul! Aku ... aku ... lelah sekali, desis Dewi Kecapi Hitam, Tidur ... Pengin tidur? potong Gayam Dompo cepat. He'eh. Gayam Dompo sedikit menggeser tubuh dengan susah payah. Apa yang ... kau lakukan? Menemanimu tidur, tentu saja. Cih! Minggir sana, tukas Dewi Kecapi Hitam sambil bangkit berdiri. Tanpa sengaja matanya menatap ke arah pertarungan aneh di depan sana. Mendadak, matanya melebar selebar-lebarnya! Apa itu? gumamnya, lalu diteruskannya ia bangkit berdiri. Gumamnya lagi tanpa sadar, Aneh, saat jongkok tadi aku lihat sosok bayangan samar sejarak lima tombak dari badak sial itu. Tapi ... kenapa saat berdiri, aku tidak bisa melihatnya lagi. Tanpa disadari, Dewi Kecapi Hitam kembali berjongkok, lalu berdiri lagi. Berjongkok-berdiri, berjongkok-berdiri, berjongkok-berdiri. Begitu terus berulang-ulang. Gayam Dompo yang melihat tingkah Dewi Kecapi Hitam --yang tanpa sadar pula-- malah ikut-ikutan ritual jongkok-berdiri Dewi Kecapi Hitam. Tua bangka! Apa yang kau lihat!? Aku hanya melihat bidadari cantik sedang jongkok-berdiri. Makanya aku juga ikut-ikutan ... Brengsek kau! sentak Nyai Gugur Gunung sembari mengacungkan kecapi hitamnya. Lalu sambungnya dengan nada bisik. Coba kau jongkok dan lihat ke belakang dua siluman sial itu. Hanya itu!? Ikuti saja perintahku! bisik Dewi Kecapi Hitam sedikit keras. Gayam Dompo mengikut juga saran sang kawan. Mendadak, matanya yang sebesar jengkol jadi semakin melebar besar. Dewi Kecapi Hitam sampai ngeri melihatnya. E-e-e ... Lhadalah... ! Kok bisa begitu? Mana kutahu, ucap Dewi Kecapi Hitam sambil berjongkok. Begitu Dewi Kecapi Hitam berjongkok, justru Gayam Dompo malah berdiri tegak. Begitu juga sebaliknya. Hingga akhirnya, cuma Gayam Dompo sendiri yang jongkok-berdiri, sedang Dewi Kecapi Hitam hanya berdiri dengan dahi berkerut. Entah apa yang ada dalam pikirannya.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tentu saja acara jongkok-berdiri yang dilakukan Gayam Dompo membuat si Pedang Pensil yang melihatnya jadi terheran-heran. Tingkah sinting apa lagi yang dilakukan manusia brengsek ini? desisnya seraya bangkit berdiri. Meski harus bertelekan pada pedangnya, si Pedang Pensil bisa juga bangkit berdiri dan dengan langkah diseret seperti halnya ia menyeret pedangnya, beranjak mendekat ke arah Kaswari. Gurumu ... sedang main .. gila ... rupanya ... Heh! Tingkah Guru kadang memang suka aneh-aneh, celetuk Kaswari sambil memandang jauh ke langit. Mungkin Guru lagi stress hingga berbuat begitu. Maksudmu ... rada begini, sahut Pedang Pensil sambil membuat garis melintang di dahi. Kaswari cuma tersenyum tanpa suara. Malu juga gadis baju kuning itu punya guru setengah waras separo gendeng. Tapi bagaimana pun juga, Kakek Kocak dari Gunung Tugel adalah gurunya. Guru yang dikasihinya. Karena jasa Gayam Dompo-lah yang merawat dirinya sejak ia masih bayi merah. Tua bangka! Apa kau tidak capek jongkok-berdiri terus seperti itu? tukas Dewi Kecapi Hitam. Capek juga sih ... tapi asyik ... hehehe ... Huh, dasar orang aneh, ujar Dewi Kecapi Hitam, lalu sambungnya. Apa kau bisa menyimpulkan sesuatu. Sambil terus melakukan jongkok-berdiri, Gayam Dompo berkata, Emmm ... tidak ada ... Sudah kuduga. Apa yang kau duga? Kalau isi kepalamu emang ga pernah terpakai. Siapa yang bilang? Aku yang bilang! Itu artinya kau sirik dengan kecerdasan otakku, kata Gayam Dompo sambil menunjuk hidungnya. Bah! Cerdas apanya? cibir Dewi Kecapi Hitam. Ga percaya? Engga! Aku juga engga, heheheh ... Selesai berkata, Gayam Dompo --dengan masih jongkok-berdiri-- segera melesat cepat. Wutt!

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tentu kelihatan lucu sekali, orang melesat dengan masih tetap jongkok-berdiri seperti itu. Larinya bukan ke arah Tua Raja Pedang Bintang dan Dewa Periang tapi justru menerobos begitu saja di tengah-tengah pertarungan. Dan hampir saja kepalanya tersambar ayunan Tongkat Gulungan Kain milik Dewa Periang. Brengsek kau! maki Gayam Dompo sambil bergulingan di tanah. Kau yang brengsek! balas memaki Dewa Periang sambil menarik cepat ayunan tongkat ke atas. Wutt! Sambil terus memaki panjang-pendek, Gayam Dompo melesat cepat, kali ini dengan sambil berjongkok menyamping. Sekilas mirip kepiting mau beranak. Begitu sejarak setengah tombak dari bayangan samar, tangan kanannya menggerakkan Gelang Hitam Belenggu Hawa. Werr ... ! Bayangan hitam tersentak kaget, namun ia terlambat menghindar! Crass! Dari pangkal lengan kiri hingga leher kanan terpenggal putus! Crass... crasss ... ! Gelang Hitam Belenggu Hawa kembali beraksi setelah berputar cepat di udara. Kali ini, pinggang dan sepasang kaki bayangan samar hitam menjadi target lanjutan. Blugh! Blugh! Tapp! Gelang Hitam Belenggu Hawa kembali ke pemiliknya dan berikutnya ... terdengar suara berdebam meninju bumi. Bersamaan dengan itu pula, badak jelmaan tiba-tiba terpenggal begitu saja menjadi 3 bagian. Blugh, bukk! Bluuub ... ! Asap hitam menggumpal keluar dan ... sosok badak besar lenyap tanpa bekas. Dan kini ... di dekat kaki Gayam Dompo berdiri, tergeletak sosok samar yang ternyata perubahan wujud Jagal Dua yang tubuhnya terpotong menjadi 3 bagian. Tua Raja Pedang Bintang kaget. Dewa Periang juga kaget. Tapi ... si Gajah jelmaan justru lebih kaget! Matanya liar menatap potongan tubuh yang tergeletak dalam potongan besar.

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Apa yang terjadi? ucapnya tanpa sadar. Matanya kembali jelalatan, Apa yang terjadi? Mengulang kata yang sama, tentu saja. Kelemahan Jagal Dua telah diketahui, pikirnya Jagal Tiga. Ada kemungkinan rahasia ilmuku juga telah terkuak. Hemm ... aku harus lari dari sini. Persetan dengan Tumbal Seratus Kepala yang dibutuhkan Ketua. Rrriiieeeng ... rriiienggg ... ! Gajah mengangkat belalainya tinggi-tinggi diikuti teriakan keras. Untuk pertama kalinya, Gajah melakukan penyerangan. Arah yang dituju adalah ... Kaswari! Kaswari, awas ... ! teriak Gayam Dompo, kaget. Tanpa pikir panjang lagi, Kakek Kocak dari Gunung Tugel melemparkan Gelang Hitam Belenggu Hawa. Werr!! Werr! Karena didasari kekhawatiran keselamatan murid cantiknya, membuat lemparan gelang tajam melingkar melesat cepat bagai lejitan cahaya kilat. Brakk! --o0o

31

You might also like