You are on page 1of 8

1.

Beberapa pengertian dari factor risiko adalah sebagai berikut : faktor resiko itu adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu yang mana secara statistic berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat). Dari factor resiko inilah yang kemudian dijadikan dasar penentuan tindakan pencegahan dan penanggulangan. (Arsad Rahim Ali, 2010) Faktor risiko adalah karakteristik, tanda dan gejala pada individu yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan insiden penyakit. Faktor risiko merupakan faktorfaktor yang ada sebelum terjadinya penyakit (M. N. Bustan, 2000 dalam taharuddin). Faktor risiko ialah faktor-faktor atau keadaan-keadaan yang mempengaruhi mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status kesehatan tertentu. Ada dua macam faktor risiko (epidemiologi lingkungan , 2009) Factor resiko adalah Faktor penyebab dalam penyakit tidak menular (handout epidemiologi tahun 2008) Factor resiko adalah Atribut individu (seperti riwayat, usia, jenis kelamin dan keluarga) dan kebiasaan (seperti aktivitas seksual, merokok dan penyalahgunaan narkoba) yang lebih umum di antara orang yang terkena penyakit tertentu dibandingkan orang yang tidak terjangkit penyakit itu. Faktor risiko biasanya tidak menyebabkan penyakit tetapi hanya mengubah probabilitas seseorang (atau risiko) untuk mendapatkan penyakit. (kamus kesehatan , 2011) 2. Beberapa pengertian dari morbiditas adalah : Morbiditas adalah derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi morbiditas juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan dari suatu kondisi sakit, biasanya dinyatakan dalam angka prevalensi atau insidensi yang umum sedangkan mortalitas adalah jumlah kematian yang terjadi dalam suatu populasi. (www.ojimori.com , 2011) Morbiditas adalah keadaan sakit; terjadinya penyakit atau kondisi yang mengubah kesehatan dan kualitas hidup. (kamus kesehatan , 2011) Angka Kesakitan (Morbiditas)Adalah angka insidensi (q.v) yang dipakai untuk menyatakan jumlah keseluruhan orang yang menderita penyakit yangmenimpa sekelompok penduduk pada periode waktu tertentu. Sekelompok penduduk bisa mengacu pada jenis kelamin tertentu, umur tertentu atau yang mempunyai cirri-ciri tertentu. (ukuran dalam kesehatan dan epidemiologi , 2011) Sedangkan pengertian dari mortalitas adalah : Mortalitas adalah angka perhitungan kematian dilakukan secara menyeluruh tanpa memperhatikan kelompok-kelompok tertentu di dalam populasi dengan tingkat kematian yang berbeda-beda. (www.ojimori.com , 2011) Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara komponen emografis yang mempengaruhi perubahan penduduk. (ukuran dalam kesehatan dan epidemiologi , 2011) Mortalitas adalah sebuah akibat fatal atau, dalam satu kata, kematian. Kata mortalitas berasal dari mortal yang berasal dari kata Latin mors (kematian). Kebalikan dari

kematian, tentu saja, adalah keabadian. Kematian berbeda dari morbiditas (kesakitan). (kamus kesehatan , 2011) Sedangkan pengertian prevalen yaitu : Prevalenadalah jumlah orang yang sakit yang menggambarkan kondisi tertentu yang menimpa sekelompok penduduk tertentu pada titik waktu tertentu (Point Prevalence), atau pada periode waktu tertentu (Period Prevalence), tanpa melihat kapan penyakit itu mulai dibagi dengan jumlah penduduk yang mempunyai resiko tertimpa penyakit pada titik waktu tertentu atau periode waktu tertentu. (http://kadri-blog.blogspot.com , 2010) Prevalen adalah seberapa sering suatu penyakit atau kondisi terjadi pada sekelompok orang. Prevalensi dihitung dengan membagi jumlah orang yang memiliki penyakit atau kondisi dengan jumlah total orang dalam kelompok. (kamus kesehatan , 2011) Prevalen adalah Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada jangka waktu tertentu disekelompok masyarakat tertentu. (kamus kesehatan , 2011) Insiden yaitu : Insiden adalah jumlah kasus penyakit dimulai, atau kematian terjadi, selama suatu periode tertentu pada populasi tertentu. (kamus kesehatan , 2011) Insiden Adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dalam persen/permil. (konsep epidemiologi , 2011) Insiden jumlah kasus baru yang timbul pada suatu periode waktu dalam Populasi tertentu (ukuran dalam kesehatan dan epidemiologi , 2011) 3. Lima level preventive terdiri dari : a. Peningkatan kesehatan (health promotion) : Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan proses bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan manusia dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat. Contoh : Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misalnya untuk kalangan menengah ke atas di negara berkembang terhadap resiko jantung koroner. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu. Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial. Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab. Rekreasi atau hiburan untuk perkembangan mental dan social b. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and specific protection) : Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit, menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap

prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko terkena penyakit tertentu. Contoh : Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit dengan adanya kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN ) Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misalnya yang terkena flu burung ditempatkan di ruang isolasi. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja dengan menggunakan alat perlindungan diri. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun maupun alergi. Pengendalian sumber-sumber pencemaran, misalnya dengan kegiatan jumsih jumat bersih untuk mebersihkan sungai atau selokan bersama sama. Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS c. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early diagnosis and prompt treatment) : Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat. Contoh : Pada ibu hamil yang sudah terdapat tanda tanda anemia diberikan tablet Fe dan dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung zat besi Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan . Misalnya pemeriksaan darah, rontgent paru. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan. Melaksanakan skrining untuk mendeteksi dini kanker d. Pembatasan kecacatan (dissability limitation) : Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien, serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul. Contoh : Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi, misalnya menggunakan tongkat untuk kaki yang cacat Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan cara tidak melakukan gerakan gerakan yang berat atau gerakan yang dipaksakan pada kaki yang cacat. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif. e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation) : Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang lain. Contoh :

Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat. Misalnya, lembaga untuk rehabilitasi mantan PSK, mantan pemakai NAPZA dan lain-lain. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan. Misalnya dengan tidak mengucilkan mantan PSK di lingkungan masyarakat tempat ia tinggal. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.

4. Jenis penelitian pada epidemiologi yaitu ada lima : a. STUDI CROSS SECTIONAL :Survey cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamikakorelasi antara factor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,observasional atau pengumpukan data sekaligus pada suatu saat (point timeapproach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja danpengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saatpemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktuyang sama.Penelitian cross sectional ini sering juga disebut penelitian transversal, dansering digunakan dalam penelitian-penelitian epidemiologi. Dibandingkan denganpenelitian-penelitan yang lain, metode penelitian ini merupakan yang paling lemahkarena penelitian ini paling mudah dilakukan dan sangat sederhana.(epidemiologi lingkungan , 2009)

Langkah-langkah Crosectional :
Seperti halnya pada berbagai penelitian lain, penelitian crosectional harus mempunyai tujuan yang jelas, dana, dan fasilitas yang tersedia serta bagaimana hasil penelitian akan mempunyai daya guna. Kemudian ditentukan penduduk yg memungkinkan untuk diteliti sesuai dengan tujuan penelitian. Selanjutnya ditentukan pula jenis data yg akan dikumpulkan, termasuk penentuan variabel sebagai faktor resiko, maupun faktor lainnya. (http://coratcoretkesmas.blogspot.com , 2012) Kelebihannya yaitu : o Keuntungan yang utama dari desain Cross Sectional adalah memungkinkanpenggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya yang mancaripengobatan, hingga generaliasinya cukup memadai. Desain ini relative mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh. Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variabel. Tidak terancam loss follow-up (drop out). Dapat dimasukkan kedalam tahapan pertama suatu penelitian kohort ataueksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya. Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian berikutnya yang lebih konklusif. Kekurangan yaitu :

Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efekdilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas).Akibatnya sering tidak mungkin ditentukan mana yang sebab dan mana akibat. b.Studi prevalens lebih banyak menjaring subjek yang mempunyai masa sakit yangpanjang dari pada mereka yang mempunyai masa sakit yng pendek. Hal inidisebabkan karena individu yang cepat sembu atau cepat meniggal akanmempunyai kesempatan yang relative kecil untuk terjaring dalam studi ini. Bilakarakteristik pasien yang cepat sembuh atau cepat meninggal itu berbeda denganmereka yang mempunyai masa sakit yang panjang, maka akan terdapat terjadisalah interpretasi dari hasil temuan studi tersebut. Dibutuhkan subjek yang cukup besar, terutama bila variabel yang dipelajaribanyak. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya kanker lambung. Mungkin terjadi bias prevales atau bias insiden karena efek suatu faktor risikoselama selang waktu tertentu disalah tafsirkan sebagai efek penyakit. (epidemiologi lingkungan , 2009) b. STUDI KASUS KONTROL :Penelitian Case Control adalah suatu penelitian (survey) analitik yangmenyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatanretrospektif. Dengan kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasipada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktuyang lalu. Tahap-tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut: Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor risiko dan efek) Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel) Identifikasi kasus Pemilihan subjek sebagai kontrol Melakukan pengukuran retrospektif untuk melihat faktor risiko. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel-variabelobjek penelitian dengan variabel-variabel kontrol. Kelebihannya yaitu : Menguntungkan untuk mempelajari masalah kesehatan yang jarang terjadi. Menguntungkan untuk mempelajari penyakit yang masa latennya lama. Lebih murah dibandingkan kohort karena masa studi yang relative pendek. Memerlukan subyek yang lebih sedikit. Hasil dapat diperoleh dengan cepat Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus. Kekurangannya adalah : Sulit memastikan apakah kasus dan kontrol sebanding dalam hal faktor resiko. Bias mungkin terjadi karena data paparan diperoleh dari catatan atau ingatan darisampel diteliti. Tidak dapat digunakan untuk menentukan inciden rate penyakit secara langsungpada kelompok terpapar, kecuali jika studi berbasis populasi.

Tidak dapat digunakan untuk menentukan kemungkinan efek paparan yang lain(lebih dari satu variabel dependent) tetapi hanya memperhatikan satu kesudahan. Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh. (epidemiologi lingkungan , 2009)

c. STUDI KOHORT :Penelitian cohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah suatupenelitian survey (non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubunganantara risiko dengan efek (penyakit). Seperti telah diuraikan sebelumnya penelitiancohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasiantara faktor risiko dengan efek melalui pendekatan longitudinal ke depan atauprospektif. Artinya, faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi penyakit salahsatu indicator status kesehatan.Kesimpulan hasil penelitian ini akan membandingkan proporsi subjek yangmenjadi sakit (efek positif) antara kelompokmsubjek yang diteliti dengan faktor risikopositif dengan kelompok subjek dengan faktor risiko negative (kelompok kontrol). Langkah-langkah pelaksanaan penelitian cohort antara lain sebagai berikut : Identifikasi faktor-faktor rasio dan efek. Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan sampel) Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dari subjek dengan efek negative. Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan,selanjutnya timbul tidaknya efek pada kedua kelompok. Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efeknegative baik pada kelompok risiko positif maupun kelompok kontrol. Kelebihannya adalah : Merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insiden dan perjalananpenyakit atau efek yang diteliti. Memungkinkan uraian secara lengkap mengenai pengalaman seseorang setelahterkena aparan termasuk perjalanan alamiah penyakit. Memberikan urut-urutan waktu yang jelas antara paparan dan penyakit. Memberikan peluang bagus untuk mempelajari paparan yang jarang. Memungkan penilaian kesudahan yang majemuk (risiko dan manfaat) yangmungkin terkait dengan paparan tertentu. Memungkinkan estimasi angka kejadian masalah kesehatan secara langsung danresiko relative yang ada hubungannya dengan paparan yang diteliti. Menyajikan informasi yang umumnya lebih mudah dimengerti oleh mereka yangbukan ahli epidemiologi. Tidak perlu menahan perlakuan seperti pada randomized clinical trial. Kekurangannya yaitu : Dibutuhkan subyek yang besar untuk penyakit yang jarang. Relative lebih mahal.

Tidak lanjut mungkin sulit dan kehilangan pada tindak lanjut dapatmempengaruhi hasil penelitian. Status paparan mungkin berubah selama pelaksanaan penelitian. Terancam adanya drop out atau terjadi perubahan intensitas pajanan atau factor risiko dapat mengganggu analisis hasil. (epidemiologi lingkungan , 2009) d. PENELITIAN EKSPERIMEN :Penelitian eksperimen atau percobaan (experiment research) adalah kegiatanpercobaan (eksperiment), yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruhyang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Ciri khusus dari penelitian eksperimen adalah adanya trial. Percobaan itu berupa perlakuan atau intervensiterhadap variabel. Dari perlakuan tersebut diharapkan terjadi perubahan atau pengaruhterhadap variabel yang lain. Tujuan utama penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki kemungkinansaling sebab akibat dengan cara mengadakan inervensi atau mengenakan perlakuankepada satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil (akibat) dari intervensitersebut dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenakan perlakuan (kelompokkontrol). (epidemiologi lingkungan , 2009) Langkah-langkah dalam melakukan penelitian eksperimen yaitu : Melakukan tinjauan literature, terutama yang berhubungan dengan masalah yangakan diteliti. Mengidentifikasi dan membatasi masalah penelitian. Merumuskan hipotesis-hipotesis penelitian. Menyusun rencana eksperimen, yang biasanya mencakup : Menetukan variabel bebas dan variabel terikat Memilih desain eksperimen yang akan digunakan Menentukan sampel Menyusun alat eksperimen dan alat ukur Menyusun outline prosedur pengumpulan data Menyusun hipotesis Melakukan pengumpulan data tahap pertama (pretest) Melakukan eksperimen. Mengumpulkan data tahap kedua (posttest) Mengolah dan menganalisis data. Menyusun laporan. e. Studi ekologikal atau studi korelasi populasi adalah studi epidemiologi dengan populasi sebagai unit analisis, yang bertujuan mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dan faktor-faktor yang diminati penelitian. Faktor-faktor tersebut misalnya, umur, bulan, obat-obatan, dll. Unit observasi dan unit analis pada studi ini adalah kelompok (agregat) individu, komunitas atau populasi yang lebih besar. Agregat tersebut biasanya dibatasi oleh scara geografik, misalnya penduduk provinsi, penduduk kotamaadya, penduduk negara, dan sebagainya.

Kekuatan pada studi ekologikal adalah dapat menggunkan data insidensi, prevalensi maupun mortalitas. Rancangan ini tepat sekali digunkan pada peneyelidikan awal hubungan penyakit, sebab mudah dilakukan dan murah dengan memanfatkan informasi yang tersedia. Mislanya, Biro Pusat Statistik secara teratur mengumpulkan data demografi dan data konsumsi yang dapat dikorelasikan dengan morbiditas, mortalitas dan penggunaan sumber sumberdaya keehatan yang dikumpulkan Depatemen Kesehatan. Kelemahan pada studi ini adalah studi ekologi tak dapat dipakai untuk menganalisis hubungan sebab akibat karena dua alasan. Alasan pertama adalah, ketidakmampuan menjembatani kesenjangan status paparan dan status penyakit pada tingkat populasi dan individu. Sedangkan alasan kedua adalah studi ekologi tak mampu untuk mengontrol faktor perancu potensial. Agung Supriyadi, 2009 studi epidemiologi

You might also like