You are on page 1of 16

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

PENDAHULUAN

Mekanisasi pertanian memberikan kontribusi untuk menurunkan biaya produksi, meningkatnya hasil dan menurunnya susut hasil, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan usaha tani. Mekanisasi pertanian diyakini dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian jika teknologi yang digunakan tepat (appropriate technology). Perkembangan mekanisasi pertanian bukan hanya berkaitan dengan perkembangan penggunaan traktor saja tetapi juga penggunaan setiap alat yang digunakan untuk proses produksi pertanian. Dalam kegiatan pengolahan tanah, traktor merupakan sumber tenaga penggerak utamanya. Atas dasar bentuk dan ukuran traktor, maka traktor pertanian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu traktor besar, traktor mini dan traktor tangan. Traktor tangan merupakan salah satu mesin pengolah tanah yang kini mulai banyak digunakan petani dalam mengolah tanah. Sebagai mesin/alat pengolah tanah, traktor haruslah dilengkapi dengan peralatan pengolah tanahnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007(Sianipar, 2008), Kecamatan Perbaungan memiliki traktor roda dua sebanyak 309 unit dan masih layak digunakan. Dibandingkan dengan lahan sawah yang luasnya 6700 ha, maka efektivitas traktor sebesar 19,1 ha/unit. Dari 36 desa yang ada dikecamatan, yang menjadi lokasi sampel penelitian hanya empat desa. Kepemilikan traktor ada yang dimiliki oleh perorangan maupun kelompok. Dalam hal pengelolaanya, petani masih belum mampu untuk memaksimalkan pengelolaan traktor sehingga keuntungan yang diharapkan masih belum terpenuhi. Optimasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk memaksimumkan pendapatan dan dapat mengambil keputusan terhadap traktor mana yang akan dikembangkan (ditambah jumlahnya) agar dapat meningkatkan nilai keuntungan/pendapatan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengolahan tanah adalah suatu perlakuan mekanis terhadap tanah untuk suatu keperluan atau tujuan tertentu. Untuk keperluan penanaman, pengolahan tanah adalah pekerjaan dalam menyiapkan tanah agar baik bagi pertumbuhan tanaman dengan menciptakan sifat tanah yang baik untuk kehidupan tanaman (Direktorat Jenderal Perkebunan, 1982). Traktor sebagai alat pengolah tanah layak digunakan untuk mengganti penggunaan tenaga ternak atau manusia, didasarkan kenyataan bahwa pengolahan dengan traktor dapat menurunkan biaya pengolahan tanah. Penghematan biaya pengolahan tanah akan meningkatkan pendapatan usaha tani (Simatupang, dkk, 1995). Data dibawah ini merupakan data yang diperoleh dari beberapa instansi terkait seperti data tahun 2000-2004 diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, sedangkan untuk tahun 2005-2007 diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai. Data Jumlah Traktor Tahun 2000-2007 Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Jumlah Traktor Roda Dua (unit) Roda Empat (unit) 351 2 351 2 95 42 121 6 121 6 121 5 301 5 309 5

Seorang petani dalam menjalankan usaha taninya mempunyai berbagai alternatif untuk memakai sumberdaya yang terbatas guna mencapai tujuan

memaksimumkan keuntungan usaha taninya. Keuntungan maksimum dengan

pemakaian kendala yang terbatas dapat dihitung melalui teknik linier programming. Linier progamming (LP) merupakan metode perhitungan untuk perencanaan terbaik diantara kemungkinan-kemungkinan tindakan yang dilakukan. Penentuan rencana terbaik tersebut terdapat banyak alternatif dalam perencanaan untuk mencapai tujuan spesifik pada sumberdaya yang terbatas (Soekartawi,1995). Dalam perumusan masalah dalam linier programming, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah mengetahui tujuan penyelesaian masalah dan apa penyebab masalah tersebut. Karena itu, ada dua macam fungsi linier programming, yaitu fungsi tujuan (objective function) dan fungsi kendala/batasan (constraint). Fungsi tujuan mengarahkan analis untuk mendeteksi tujuan perumusan masalah, sedangkan fungsi kendala adalah untuk mengetahui sumberdaya yang tersedia dan permintaan atas sumberdaya tersebut (Bustani, 2005). Suatu solusi yang memuaskan semua kondisi problem dari tujuan yang telah ditetapkan dinamakan solusi optimum. Pernyataan ini dapat dituliskan secara sederhana dengan bantuan persamaan matematis sebagai berikut: Memaksimumkan atau meminimumkan a. Fungsi tujuan : Z = c1x1+c2x2+ ... +cnxn a12x12+a22x22+ ... +an2xn2 b2 a1mx1m+a2mx2m+ ... +anmxnm bm c. Asumsi : x1 , x2, ... , xn 0 Berdasarkan rumusan pernyataan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Bahwa dalam LP harus ada fungsi tujuan (f(Z)) yaitu sesuatu yang dimaksimumkan atau diminimumkan; c adalah cost coefficient dan x adalah aktivitas. 2. Bahwa dalam LP harus ada kendala yang dinyatakan dengan persamaan garis lurus; dimana a = koefisien output input dan b = jumlah sumberdaya yang tersedia 3. Bahwa semua nilai x adalah positif atau sama dengan nol (Soekartawi,1995). b. Fungsi kendala : a11x11+a21x21+ ... +an1xn1 b1

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa keuntungan maksimum yang dapat diperoleh dari pengelolaan traktor tangan pada empat desa di kecamatan Perbaungan dengan menggunakan perhitungan melalui teknik linier programming. Sedangkan manfaat penelitian adalah untuk memberikan informasi

kepada para pengambil keputusan khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan traktor roda dua bahwa masih banyak peluang yang perlu dikembangkan dari pengelolaan traktor roda dua dalam peningkatan pendapatan dan penghasilan petani pemilik, pengguna maupun penyedia jasa traktor roda dua.

METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2011 di Kecamatan Perbaungan dan di Laboratorium Teknik Pertanian. Penelitian ini menggunakan data primer berupa data survei kepemilikan traktor roda dua di Desa Kota Galuh, Melati II, Pematang Sijonam,Suka Beras dan data sekunder yang diperoleh dari beberapa literatur (buku, jurnal, skripsi maupun internet). Data-data ini kemudian akan dirangkum sesuai dengan kebutuhan analisis. Analisis data akan dilakukan dengan perhitungan menggunakan teknik linear programming dalam hal ini menggunakan software yang bernama TORA. Software ini yang digunakan sebagai alat analisis yang outputnya berupa nilai dari maksimasi keuntungan pengelolaan traktor serta analisa sensitifitas dari variabel-variabel yang digunakan.

Dasar Penggunaan Input pada Fungsi Kendala

No Fungsi Kendala 1.

X1

X2

X3

X4

X5

X6

Sumber daya

Keterangan *)luas lahan yang dikerjakan masingmasing jenis traktor

Luas lahan 23,5* 15,25* 21,12* 14,4* 19,2* 17,7* < 1721 Terkerjakan (Ha)

2.

Modal (Rp. 0000)

35,9

35,2

36,6

38,1

31,7

36,5

<*61956 *)modal yang dikeluarkan untuk mengolah tanah seluas 1721 Ha <95

3.

Jumlah Traktor (unit)

31

40

12

Keuntungan 266 Bersih (Rp.000)

273

259

244

308

260

Fungsi Tujuan :

Z(maksimum) = 266X1 + 273X2 + 259X3 + 244X4 + 308X5 + 260X6 dimana: X1 = X2 = X3 = X4 = X5 = X6 =

traktor quik G 1000 traktor dong feng K 75 A traktor yanmar TF 85 traktor kubota RD 65 traktor mikawa T 55 traktor kubota GS 300

Data pendukung

Desa Kota galuh Melati 2 Pematang Sijonam Suka Beras

X1 2 -

X2 12 15 2 2

X3 31 7 2

X4 5 1

X5 3 -

X6 9 3 1

Jumlah Traktor 15 62 12 6 95

Luas Lahan (Ha) 231 847 368 275 1721

Total

Parameter yang diharapkan adalah nilai keuntungan maksimum dari pengelolaan traktor roda dua dan analisis sensitifitas untuk memungkinkan adanya pengambilan keputusan dalam pengembangan traktor roda dua khususnya di wilayah penelitian.

PEMBAHASAN Nilai Optimum Dari hasil analisis dengan program TORA dapat dilihat bahwa variabel X1 merupakan satu-satunya variabel penentu memiliki nilai untuk memberikan nilai optimum pada persamaan tujuan. Dalam persamaan tujuan, variabel X1 mewakili penggunaan traktor Quick G1000 untuk mengolah lahan, koefisien yang bernilai 266 merupakan margin keuntungan dalam ribuan rupiah yang akan didapatkan apabila pengolahan lahan menggunakan traktor yang bersangkutan. Hasil analisis juga memberikan nilai variabel X1 sebesar 47,5 hektar, dimana setiap hektarnya diperkirakan akan memberikan keuntungan Rp.266.000, dengan demikian keuntungan optimum yang didapatkan bila pengolahan lahan sebesar 47,5 hektar dilakukan dengan menggunakan traktor quick G1000 akan adalah sebesar Rp.12.103.000, nilai yang dihasilkan oleh TORA besarnya sedikit berbeda yaitu Rp.12.634.999, hal ini mungkin sekali disebabkan oleh faktor pembulatan. Meskipun keuntungan yang didapatkan merupakan nilai optimum, dari hasil perhitungan TORA juga dapat dilihat bahwa ada sumber daya (resource) yang

terbuang, hal ini dapat dilihat dari nilai slack/slek untuk masing-masing pembatas (constraint). Nilai slek dari masing-masing pembatas dapat dilihat dalam tabel berikut:

Nilai Slack masing-masing Pembatas Pembatas/ Constraint 1 2 3 Nilai Sebelah Kanan (NSK) / Right Hand Side (RHS) / sumberdaya 1721 61956 95 Slack(-)/Surplus(+) -604,7501 -60250,7500 0,0000

Tabel diatas menjelaskan bahwa dalam pembatas 1, luas lahan maksimum yang dapat dikerjakan per musim tanam adalah 1.721 hektar, nilai slek adalah sebesar -604,75, hal ini menunjukkan bahwa ada lahan yang tidak terolah seluas 604,75 hektar per musim tanam apabila lahan diolah dengan menggunakan traktor Quick G1000. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa dalam pembatas 2, modal yang tersedia untuk mengolah lahan adalah sebesar 61.956 (nilai ini setara dengan

Rp.619.560.000), nilai slek adalah sebesar 60.250,75, hal ini menunjukkan bahwa dari nilai modal yang tersedia untuk mengolah seluruh lahan, ada modal yang tidak digunakan sebesar Rp.602.507.500 per musim tanam apabila lahan diolah dengan menggunakan traktor Quick G1000. Satu-satunya pembatas yang tidak memiliki nilai slek adalah pembatas 3, hal ini berarti bahwa seluruhnya sumber daya yang tersedia pada pembatas 3 terpakai habis, hal ini juga dapat diartikan bahwa dalam mencapai keuntungan yang optimum, dari batas 95 buah traktor yang boleh digunakan per musim tanam, seluruhnya digunakan traktor quick G1000.

Analisis Sensitifitas Analisis sensitifitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan TORA. Untuk permasalahan Programa Linier dalam penelitian ini, TORA menghasilkan nilai-nilai untuk analisis sensitifitas dalam tabel berikut :

Nilai Analisis Sensitifitas Variabel Koefisien Nilai koefisien minimum X1 X2 X3 X4 X5 X6 266 273 259 244 308 260 205,33 -infinit -infinit -infinit -infinit -infinit Nilai koefisien maksimum Infinit 4122,99 5319,99 798 399 1596

Tabel diatas menunjukkan batas-batas nilai koefisien persamaan tujuan dimana bila perubahan nilai koefisien masih ada dalam rentang nilai antara nilai minimum dan maksimum, perubahan nilai yang dilakukan tidak akan nilai optimum. Maka dengan itu, untuk melakukan analisis sensitifitas dapat diambil nilai untuk masing-masing variabel diluar dari rentang nilai minimum dan maksimum diatas. Untuk variabel X1, dapat dilihat bahwa nilai koefisien minimumnya ada pada nilai 205,33 dan maksimumnya ada pada nilai infinit atau tak hingga. Hal ini berarti, dalam analisis sensitifitas, koefisien variabel X1 hanya dapat ditentukan dibawah nilai 205,33 untuk dapat memberikan nilai optimum yang berbeda. Untuk variabel X2, dapat dilihat bahwa nilai koefisien minimumnya ada pada nilai infinit atau tak hingga dan maksimumnya ada pada nilai 4122,99. Hal ini berarti, dalam analisis sensitifitas, koefisien variabel X2 hanya dapat ditentukan diatas nilai 4122,99 untuk dapat memberikan nilai optimum yang berbeda. Untuk variabel X3, dapat dilihat bahwa nilai koefisien minimumnya ada pada nilai infinit atau tak hingga dan maksimumnya ada pada nilai 5319,99. Hal ini berarti,

10

dalam analisis sensitifitas, koefisien variabel X3 hanya dapat ditentukan diatas nilai 5319,99 untuk dapat memberikan nilai optimum yang berbeda. Untuk variabel X4, dapat dilihat bahwa nilai koefisien minimumnya ada pada nilai infinit atau tak hingga dan maksimumnya ada pada nilai 798. Hal ini berarti, dalam analisis sensitifitas, koefisien variabel X4 hanya dapat ditentukan diatas nilai 798 untuk dapat memberikan nilai optimum yang berbeda. Untuk variabel X5, dapat dilihat bahwa nilai koefisien minimumnya ada pada nilai infinit atau tak hingga dan maksimumnya ada pada nilai 399. Hal ini berarti, dalam analisis sensitifitas, koefisien variabel X5 hanya dapat ditentukan diatas nilai 399 untuk dapat memberikan nilai optimum yang berbeda. Untuk variabel X6, dapat dilihat bahwa nilai koefisien minimumnya ada pada nilai infinit atau tak hingga dan maksimumnya ada pada nilai 798. Hal ini berarti, dalam analisis sensitifitas, koefisien variabel X6 hanya dapat ditentukan diatas nilai 1596 untuk dapat memberikan nilai optimum yang berbeda. Selain itu, persamaan tujuan juga dapat digunakan untuk melakukan analisis sensitifitas dengan mengubah RHS (NSK) pada persamaan pembatas yang mewakili nilai resource atau sumber daya yang tersedia. Nilai maksimal dan minimal untuk RHS dapat dilihat pada tabel berikut.

Nilai RHS Maksimal dan Minimal Pembatas/ Constraint 1 2 3 Nilai RHS Minimum 1116,24 1705,25 00,00 Nilai RHS Maksimum Infinit Infinit 146,46

Dalam melakukan analisis sensitifitas pada pembatas, nilai RHS pada pembatas 1 harus di bawah 1.116,24 karena nilai maksimumnya ada pada nilai infinit atau tak hingga. Untuk pembatas 2, nilai RHS harus di bawah 1.705,25 karena nilai maksimumnya ada pada nilai infinit atau tak hingga. Untuk pembatas 3, nilai RHS

11

harus di atas 146,46 karena nilai minimumnya bernilai 0. Ketentuan di atas harus dilakukan untuk mendapatkan nilai optimum yang berbeda. Untuk melihat faktor teknologi atau constraint mana yang berpengaruh atau berkontribusi besar kepada keseluruhan masalah programa linier, dapat dilihat dari analisis dualnya. Pada dasarnya, dari hasil analisis dual dapat dilihat sumber daya mana yang jika tersedia dalam jumlah yang lebih banyak akan dapat memberikan nilai keuntungan atau kerugian lebih optimal. Hal ini dapat dilihat pada dual price dari sumber daya yang tersedia. Nilai dari sumber daya yang tersedia ini tergambar pada nilai RHS pada pembatas. Hasil analisis dual pada problem awal adalah sebagai berikut :

Nilai Dual Price Pembatas Nilai dual / harga bayangan/ shadow price 1 0,0 2 0,0 3 133,0 Dari Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa pada pembatas 1 (luasan lahan) dan 2 (modal yang tersedia) nilai harga bayangannya adalah 0, sedangkan pada pembatas 3 (jumlah traktor yang tersedia), nilai harga bayangannya adalah 133,0. Pada hakikatnya, menurut Taha (1993), nilai harga bayangan menunjukkan seberapa berharganya sebuah sumber daya (dalam bentuk nilai RHS pembatas), besarnya nilai sendiri menunjukkan biaya yang pantas untuk mendapatkan sumber daya yang bersangkutan lebih banyak. Berdasarkan analisis dual, maka analisis sensitifitas pertama dilakukan dengan menaikkan nilai RHS pada pembatas ke-3 sebanyak 10% dari harga maksimum sehingga nilainya menjadi sebesar 161,11. Hasil optimisasi setelah nilai RHS dari pembatas 3 diubah menunjukkan nilai optimum yang berbeda. Hasil optimisasi menunjukkan variabel X1 memiliki nilai sebesar 64,47 dan nilai variabel X5 memiliki nilai 10,72 sehingga nilai keuntungan optimal dari persamaan tujuan adalah sebesar

12

20.542,19. Nilai ini lebih tinggi daripada keuntungan optimal dari problem awal yaitu sebesar 12.634. Dilihat dari nilai slek dan surplusnya, dapat dilihat bahwa setelah perubahan dilakukan, nilai slek yang ada hanya pada pembatas 2, yaitu sebesar 59.301,51, sedangkan pembatas yang lain memiliki nilai slek 0. Dari hasil analisis dual dapat dilihat bahwa pembatas 1 yang tadinya memiliki harga bayangan 0, kini memiliki nilai 5,67, sedangkan pembatas 3, yang tadinya memiliki harga bayangan 133, kini memiliki nilai yang lebih kecil yaitu sebesar 66,38. Dari hasil analisis sensitifitas diatas dapat disimpulkan bahwa dengan perubahan pada jumlah traktor yang tersedia, maka traktor yang dapat menguntungkan bertambah 1 jenis traktor lagi, yaitu jenis Mikawa T55 selain traktor Quick G1000. Potensial kenaikan keuntungan yang dapat diperoleh adalah sebesar Rp. 78.171.900 sedangkan dari nilai slek yang menurun dari 60250,75 menjadi 59301,51 dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan perubahan yang dilakukan dapat dikurangi jumlah modal yang tidak terpakai sebanyak 949,24 atau Rp.9.492.400 sehingga penggunaan modal dapat lebih optimum. Berdasarkan nilai harga bayangan dari pembatas-pembatas, dapat dilihat bahwa pembatas 3 masih cukup berharga untuk dinaikkan nilai RHS-nya. Maka dengan demikian dapat dilakukan analisis sensitifitas lebih lanjut dengan menaikkan nilai RHS pembatas ke-3 sebesar 10% dari nilai maksimumnya yaitu 268,91 menjadi 295,79. Setelah perubahan dilakukan, hasil optimisasi menunjukkan perubahan yang cukup mencolok. Hasil optimisasi menunjukkan bahwa variabel X1 tidak lagi memiliki nilai untuk solusi, variabel X5 nilainya meningkat menjadi 84,26. Sebagai ganti dari variabel X1, variabel X4 kini memiliki nilai, yaitu sebesar 7,17 sedangkan variabel lainnya tetap memiliki nilai 0. Dengan perubahan nilai variabel maka nilai dari persamaan tujuan juga ikut berubah menjadi sebesar 27.700,94, nilai ini lebih tinggi daripada nilai objektif sebelumnya, yaitu sebesar 20.452,18. Dari nilai slek dan surplus juga dapat dilihat bahwa satu-satunya pembatas yang memiliki nilai slek adalah pembatas 2, dengan nilai sebesar 59.011,86. Dari hasil analisis dual dapat dilihat bahwa nilai harga bayangan pembatas 1 kini memiliki nilai yang lebih tinggi,

13

yaitu sebesar 15,5 sedangkan nilai harga bayangan pembatas 3 menjadi lebih kecil, yaitu sebesar 3,47. Dari hasil analisis sensitifitas dapat dilihat bahwa traktor Quick G1000 tidak lagi menjadi solusi dalam persamaan tujuan, sebagai gantinya, traktor Kubota RD65 menjadi pilihan yang lebih baik. Hasil optimasi menunjukkan dengan nilai variabel yang baru untuk penggunaan traktor Kubota RD65 dan Mikawa T55, persamaan tujuan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada nilai sebelumnya sehingga memiliki potensi keuntungan tambahan sebesar Rp. 7.248.760. Dari nilai slek dan surplus, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai slek pada pembatas ke-3 dari 59.301,51 menjadi 59.011,86 sehingga dengan selisih sebesar 289,65, atau setara Rp. 2.896.500 dapat disimpulkan bahwa modal yang tidak tergunakan dapat dikurangi sehingga modal yang tersedia dapat digunakan lebih optimal. Dari hasil analisis dual dapat dilihat adanya penurunan pada nilai harga bayangan pembatas 3, hal ini menunjukkan bahwa penambahan berikutnya pada jumlah traktor yang dapat digunakan akan memiliki dampak yang lebih kecil terhadap perubahan nilai objektif, sehingga penambahan jumlah traktor yang tersedia lebih lanjut akan menjadi tidak efektif. Sedangkan dari nilai harga bayangan pembatas 1 yang meningkat, dapat disimpulkan bahwa penambahan luas lahan yang dapat diolah akan lebih berharga daripada penambahan jumlah traktor yang tersedia. Tetapi, mengingat penambahan luas olahan lahan adalah hal yang relatif tidak mudah dibandingkan menambah jumlah traktor untuk digunakan, sehingga analisis sensitifitas dengan meningkatkan luasan lahan yang dapat diolah menjadi tidak optimal untuk dilakukan. Dari perubahan nilai harga bayangan kedua pembatas diatas dapat disimpulkan bahwa analisis sensitifitas lebih lanjut tidak perlu untuk dilakukan.

14

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Nilai optimum dari Pengelolaan Traktor Roda Dua pada Pengolahan Tanah di Kecamatan Perbaungan Kabhupaten Serdang Bedagai adalah Rp. 12.634.999 untuk satu kali musim tanam 2. Variabel yang paling menentukan besar kecilnya nilai optimum adalah X5 hal ini dapat dilihat dari ketika dilakukan analisis sensitifitas lebih lanjut, variabel X5 ternyata menjadi variabel yang memiliki nilai paling besar dalam solusi optimal. 3. Jika akan diadakan penambahan traktor, maka dari hasil analisis sebaiknya dipilih traktor Mikawa T55 sebab dalam hasil analisis sensitifitas akhir, traktor Mikawa T55 (X5) adalah jenis traktor yang berpotensi memberikan keuntungan terbesar dengan nilai variabel terbesar. 4. Berdasarkan jumlah traktor yang ada saat ini dengan jumlah ideal traktor yang harus tersedia maka perlu diadakan penambahan traktor lagi dengan demikian nilai dari pendapatan masih dapat ditingkatkan lagi dengan mengubah nilai dari sumberdaya traktor.

Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pengelolaan beberapa alat dan mesin pertanian, mulai dari pra panen sampai pasca panen.

DAFTAR PUSTAKA

Bustani H., 2005. Fundamental Operation Research, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan, 1982. Penggunaan dan Pemeliharaan Alat dan Mesin Budidaya Perkebunan, Jakarta

15

Sianipar, A.E.P., 2008. Analisis Kebutuhan Bahan Bakar Traktor Roda Dua dan Roda Empat di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Simatupang P., A. Purwoto, B. Santoso, Hendiarto, Supriyati, S.H. Susilowati, V. Siagian, B. Prasetyo, E. Ariningsih, E.E. Ananto, J. Situmorang, 1995. Pola Pengembangan Mekanisasi Pertanian di Indonesia PPSEP, Balitbangtan, Departemen Pertanian, Jakarta. Soekartawi,1995. Linear Programming Teori dan Aplikasinya Khususnya dalam Bidang Pertanian, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Taha, H.A, 1993, Operation Research : An Introduction 3rd edition, MacMillan Publishing Co.Inc, New York, USA

16

You might also like