You are on page 1of 2

RINGKASAN ABDUL AZIZ ZAQQI 09.3.02.001.

Pengelolaan Kualitas Air Pada Pemeliharaan Larva Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Di PT. Central Pertiwi Bahari Dusun Pecaron Desa Klatakan Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur Dibawah Bimbingan Bapak Ir. Moh Zainal Arifin, MP dan Ibu Anna Fauziah S.Si, M.Si, Kualitas air yang baik memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan di pembenihan. Penyakit yang ditimbulkan oleh komponen bakteri, fungal, parasiter dapat bersumber dari air. Penerapan sistem filtrasi air, perlakuan ozonisasi, penyinaran ultraviolet dapat menjadi komponen penunjang yang dapat menghindari wabah penyakit pada kegiatan pembenihan. Melalui pengelolaan kualitas air secara benar, maka kebutuhan akan obat-obatan dan antibiotika dapat dikurangi (Kordi dan Andi, 2007). Tujuan dari Kerja Praktek Akhir ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta memperoleh data teknis dan ekonomis tentang pengelolaan kualitas air pada pemeliharaan larva udang vannamei di PT. Central Pertiwi Bahari Situbondo. Kegiatan Kerja Praktek Akhir ini telah dilaksanakan dari tanggal 12 Maret 2012 sampai 12 Mei 2012 di PT. Central Pertiwi Bahari, Dusun Pecaron, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur. PT. Central Pertiwi Bahari Situbondo berdiri pada bulan Oktober tahun 2005. Perusahaan ini dibagi menjadi empat departemen atau divisi, yaitu divisi maturasi (induk), divisi fry (larva udang), divisi laboratorium alga dan quality control, dan divisi general affair (HRD). Sumber air tawar berasal dari sumur dengan kedalaman 100 meter, sedangkan Sumber air laut diambil dari selat Madura berjarak 200 m dengan kedalaman 10 - 14 m. Treatment sumber air dengan bahan kimia (kaporit 25 ppm, natrium thiosulfat 25 ppm, EDTA 10 ppm) secara fisik (berupa sand filter, pressure filter, dan ozon). Persiapan bak pemeliharaan yang dilakukan meliputi pencucian tahap I dan tahap II. Pada pencucian tahap I, dicuci menggunakan detergen 5000 ppm dan digosok dengan scouring pad lalu dibilas air tawar. Selang waktu satu hari, ruang pemeliharaan larva dilakukan fungigasi lalu dilanjutkan dengan pencucian tahap II dengan perlakuan yang sama seperti tahap I. Setelah itu membilas dinding bak dengan iodine 1 ppm dan formalin 1000 ppm lalu dipasang aerasi serta bak ditutup menggunakan plastik selama 3 - 4 jam. Air media disterilisasi menggunakan klorin 6,5 ppm, EDTA 20 ppm dan dinetralisasi dengan natrium thiosulfat 5 ppm. Lalu diberi vitamin C 5 ppm dan probiotik Pro Z dengan dosis 10 ppm. Penebaran nauplius dilakukan pada pagi hari dengan cara aklimatisasi selama 30 menit. Padat penebaran naupli berkisar antara 150 - 250 ekor/liter. Pada PL5 dilakukan transfer larva ke dalam bak baru. Selang waktu 1 jam air media diberi Praise VS 100 dengan dosis 4 ppm. Jenis pakan yang diberikan pakan alami (algae dan artemia) dan pakan buatan. terdiri dari pakan cair, powder, dan serbuk. Pemberian pakan alami sebanyak dua kali. Chaetoceros Ceratos diberikan pada fase zoea-post larva. Tetraselmis Chui baru diberikan pada stadia Z3. Artemia mulai diberikan pada stadia Z3 sampai panen sebanyak 8 kali dalam sehari. Jenis pakan buatan yaitu LHF-1, flake, SP, CP-00, CP-01, CP-02, dan CP-03. Pengelolaan kualitas air pada masa pemeliharaan larva udang vannamei dilakukan dengan beberapa cara, treatment (sand filter, pressure filter, ozonisasi), water exchange, pemberian probiotik, pengukuran, dan pengecekan kualitas air. Pergantian air dilakukan setelah mencapai stadia zoea mysis berkisar 10 - 100 % dari volume wadah yang terisi. Probiotik yang digunakan yaitu Pro-Z diberikan mulai stadia N1 - M3 dosis 10 ppm dan Epicin D diberikan mulai stadia ZM - PL3 dosis 6 ppm. Pengukuran kualitas air larva dilakukan pada pagi hari dilaboratorium kualitas air meliputi intake air laut, intake air tawar, intake sand filter awal, intake sand filter akhir, reservoir, pada stadia N6, Z2, M2, PL2, PL5, PL7, dan PL9. Hasil pengukuran kualitas air pada bak pemeliharaan larva pada bak A1 dan A2 bulan Maret-April menunjukkan nilai rata-rata : suhu berkisar antara 29 - 320C, salinitas, DO berkisar antara 5,1 - 6,6 ppm, pH berkisar antara 7,3 - 8,1, Alkalinitas berkisar antara 121,9 - 240,0 mg/l, ammonia berkisar antara 0,0 - 2,1 mg/l, nitrit berkisar antara 0,0 - 1,1 mg/l.

Suhu rendah terjadi pada saat awal penebaran, dikarenakan suhunya masih menyesuaikan pada suhu pemeliharaan naupli yaitu 27 0C. Lalu pada stadia PL7 sampai menjelang panen suhu diturunkan kembali agar dapat menyesuaikan aklimatisasi pada suhu panen. Salinitas di PT. CPB sudah sesuai dengan SOP yang ditentukan. pH pada awal penebaran rata-rata menunjukkan nilai yang tinggi dan akan berkurang dengan bertambahnya stadia larva. DO pada awal penebaran menunjukkan nilai yang tinggi, ini dikarenakan belum terjadi proses perombakan dan akan menurun pada PL5. Alkalinitas pada bak larva A1 stadia PL5 Bulan April 2012 menunjukkan angka 240,0 mg/l. Pengukuran ammonia sudah sesuai dengan SOP yang ditentukan. Sedangkan kandungan nitrit saat pengukuran selama dua bulan terdapat nilai yang cukup tinggi yaitu pada bak A1 stadia PL5 bulan Maret 2012 dengan hasil pengukuran sebesar 1,12 mg/l. Pada saat stadia PL5 rata-rata bak pemeliharaan larva menunjukkan hasil yang tinggi dikarenakan banyak terdapat sisa pakan yang mengendap didasar bak. Untuk mengatasi masalah tersebut di PT.CPB Situbondo menerapkan sistem pergantian air total atau transfer larva ke dalam bak baru. Pemanenan benur dilakukan pada PL4 - PL12 atau tergantung dari keinginan pembeli. Kriteria benur yang dapat dipanen, yaitu PL10 panjang tubuh 8 cm, lulus uji stres test dengan salinitas 8 ppt (2 jam) dan formalin 270 l (2 jam) dengan tingkat kehidupan 95%. Isi benur per kantong 2.500 - 3.000 ekor. Dalam 1 siklus bulan April 2012 diperoleh jumlah naupli 152.239.263 ekor dan menghasilkan benur PL4 - PL12 sebanyak 75.936.460 ekor dengan Survival Rate (SR) 50 %. Berdasarkan analisis performance diperoleh R/C >1 yaitu 2,5 dengan keuntungan sebesar Rp 1.601.526.044,07/siklus.

DAFTAR PUSTAKA Kordi, K dan Andi B. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta.

You might also like