Professional Documents
Culture Documents
berfungsi membuat beton sesui dengan bentuk yang diinginkan, dikatakan sementara karena pada akhirnya akan dibongkar apabila beton sudah selesai
Pendahuluan
A. Pengertian Formwork
Acuan dan perancah (formwork / bekisting) adalah suatu bagian dari konstruksi pembangunan yang bersifat sementara dan berfungsi membuat beton sesui dengan bentuk yang diinginkan, dikatakan sementara karena pada akhirnya akan dibongkar apabila beton sudah selesai. Acuan sendiri memiliki arti bagian dari konstruksi bekisting yang berfungsi sebagai pembentuk betonyang diinginkan atau bagian yang kontak langsung dengan beton. Perancah memiliki arti sebagai bagian dari konstruksi bekisting yang berfungsi menahan beban beban yang ada di atasnya yang bekerja pada saat pengecoran, baik beban vertikal maupun beban horizontal. Pada konstruksi bekisting, harus memungkinkan untuk dapat melakukan : Pemasangan tulangan (menahan beban tulangan) Pengecoran sekaligus pemadatan adukan Pelepasan formwork (acuan)sehingga beton tidak rusak. Bentuk bekisting kolom ada yang berbentuk bulat , persegi panjang dll, pada pekerjaan bekisting kolom ini dibuat persegi dan menggunakan semi system dengan gabungan kayu dan besi
menggunakan scaffolding sehingga lebih moderen dan praktis didalam pekerjaan dibanding kan sistem konvensional,ukuran pun dapat sesuai dengan bentuk beton yang diinginkan. Full sistem Dalam sistem ini bekisting sudah menggunakan bahan pabrikasi seutuhnya, baik acuan maupun perancahnya. Bersifat full universal, dapat digunakan pada berbagai macam bangunan dan dapat dipakai berulang kali. Bahan acuan dan perancah sudah dirangkai sedemikian rupa sehingga pada waktu pekerjaan bekisting, alat alat bisa langsung disetting
2|Page
Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2 Beban beban tersebut diatas harus dapat dipikul oleh formwork dan hanya diperbolehkan menyebabkan lendutan (deflexi) maksimal yang diijinkan. b. Gaya horizontal Gaya horizontal biasanya terjadi pada dinding bekisting pada saat pengecoran berlangsung sebagai akibat tekanan hidrostatisdari beton basah ditambah gaya getar pengaruhproses penggetaran beton oleh vibrator. Gaya horizontal dipengaruhi oleh : Mortar beton yang terdiri dari : berat volume mortar, plastisitas mortar, kecepatan penggetaran mortar. Proses penggetaran terdiri dari : temperatur lapangan, kecepatan pengecoran, metode pengecoran, cara pemadatan beton. Formwork / bekisting yang terdiri dari : tinggi formwork, jarak dinding formwork (tebal beton), bentuk formwork
F. Pembongkaran Bekisting
Seluruh acuan harus dibongkar dalam rangaka penyelesaian srtuktur bangunan dengan pertimbangan cuaca dan waktu ikat beton. Hanya boleh dibongkar, apabila beton telah kuat menahan beton sendiri dan beban lain. Dengan hati hati agar tidak menimbulkan getas pada beton, pengelupasan dan lain lain. Pembongkaran dilakukan dari tengah kepinggir agar momennya sesuai dengan rencana.
perancah. Kapur warna : berfungsi untuk membuat tanda lokasi yang akan dikerjakan atau membuat batasan yang akan dipotong. Benang : berfungsi untuk membuat as pada pembuatan kolom serta sebagai patokan pekerjaan. Meteran : berfungsi sebagai alat ukur.
Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2 Gergaji listrik atau tangan : berfungsi untuk memotong dan membelah kayu serta papan atau multiplek dalam pekerjaan bekisting. Linggis : berfungsi sebagai pencabut paku terutama untuk paku paku besar dan dalam yang sulit dicabut dengan palu. Siku : berfungsi untuk memastikan kesikuan pekerjaan serta pengukurn yang tidak terlalu panjang. Kunci pas : berfungsi untuk mengencangkan baut yang ada pada swevel clamp atau right angle clamp U head / shoring head : berfungsi sebagai dudukan kayu balok yang digunakan untuk gelagar, serta mengatur ketinggian scaffolding. Jack base : berfungsi sebagai pengatur ketinggian, memperluas bidang tekan, memudahkan pembongkaran. Joint pane : berfungsi sebagai penyambung arah vertikal. Scaffolding : digunakan sebagai tiang penyangga dinding atau sebagai pengganti perancah balok dan lantai. Swivel clamp,right angel clamp : berfungsi sebagai pengunci pipa glasvanis pada bidang diagonal dan horizontal. Right angle clamp hanya dapat digunakan pada bidang horizontal karena hanya swivel clamp yang dapt bergerak ke berbagai arah. Cross brake : berfungsi sebagai alat sambung arah memanjang, skur skur diagonal serta pengatur jarak. Tie rot : berfungsi sebagai pengunci atau penjepit. Paralon (pvc) : berfungsi sebagai tebal dinding pada pekerjaan acuan dinding. Blok beton : berfungsi untuk menahan skur skur. Bor tangan : berfungsi untuk membuat lubang pada papan panel. Lorry : berfungsi untuk mempermudah dalam membawa blok beton dan lainnya.
4|Page
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menggunakan alat alat yang di gunakan dalam pembuatan bekisting kolom secara benar. 2. Mahasiswa dapat merencanakan bekisting kolom yang akan di buat dengan benar 3. Mahasiswa dapat melakukan praktek Konstruksi kolom secara benar dan menghasilkan konstruksi yang kuat dan kokoh 4. Mahasiswa dapat menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan untuk membuat bekisting kolom secara tepat 5. Mahasiswa dapat melakukan pembongkaran bekisting kolom dengan benar
C. Pelaksanaan Bekisting
Pembuatan dan pemasangan bekisting dipengaruhi oleh berbagai faktor dan lingkungan yang ada: a. Bahan yang tersedia/ diperlukan b. Alat alat unnutk konstruksi yang tersedia c. Kualitas tenaga kerja yang tersedia d. Tuntutan kualitas yang diinginkan e. Anggaran biaya yang tersedia f. Cara atau system yang dikehendaki g. Setelah dibongkar harus tetap diberikan perawatan
D. Langkah kerja
a. Pelajari dan pahami gambar kerja, mengatur letak kolom dan menentukan dimana as kolom akan di letakan dapat di bantu dengan papan duga dan tali jika diperlukan
5|Page
Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2 b. Merangkai Panel sebagai tutupan dari beton yang disusun 4 buah dan mengikat menggunakan tie root dan kaso. c. Mengatur jarak antar tie root dari lantai panel hingga ke atas panel, Pengaturan jarak ini bias menggunakan perhitungan pembebanan yang dapat dipakai sesuai kebutuhan dalam contoh disini berjarak 30cm, dari tie root pertama ke tie root kedua berjarak 60cm, dan jarak tie root kedua ke tie root yang terakhir berjarak 80 cm d. Atur ketegakan bekisting kolom seusai dengan AS bangunan dan diratakan menggunakan unting-unting e. Tahan setiap sisi menggunakan steel proof di ke empat sisi luar panel agar bekisting kolom semakin kokoh dan kaku
E. Gambar Kerja
Tampak samping
Tampak Depan
F. Permasalahan
a. Tidak mudah mengatur ketegakan bekisting kolom menggunakan unting unting karena faktor lantai dan panel yang pecah
G. Solusi
a. Gunakanlah as pinjaman untuk menentukan as kolom b. Dapat menggunakan tulangan besi cadangan sebagai alat untuk mengunci tie root, dan steel proof
H. Kesimpulan
a. Bekisting kolom dilapangan harus sesuai perencanaan pembebanan dan kokoh sesuai letak di as bangunan agar kolom dapat menahan gaya gaya horizontal
7|Page
Jadi lendutannya adalah dan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu 0,3 b. Kaso Kaso 5/10 menjadi 5/9 (ketam) dan jarak 40cm Karena lebih keci dari
B. Dasar Teori
Struktur beton yang menghubungkan suatu kolom dengan kolom lainnya untuk menopang beban yang ada di atasnya , Balok umum nya berbentuk persegi panjang. Plat lantai adalah bagian konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai lantai pijakan diatas lantai dibawahnya 8|Page
C. Langkah Kerja
a. Ukur jarak antara frame bekisting sesuai yang diinginkan lalu pasang landasan pada titik tersebut b. Dirikan jack base dilandasan tersebut, lalu scaffolding (frame) diatas landasan dan jack base, kuatkan dengan menggunakan cross brace c. Pasang join pin untuk menyambung frame dan pasang juga U head pada bagian paling atas frame d. Pasang skur horizontal dan diagonal pada scaffolding dengan pipa galvanis dan kencangkan dengan suifel clamp minimal 3 d setiap scaffolding e. Letakan balok tumpuan atas di U head sebagai gelagar dengan ukuran yang di tentukan lalu buat cetakan balok diatas gelagar f. Pasang skur skur dan kasau di cetakan balok tadi lalu letakan papan panel sebagai acuan lantai dan pastikan acuan dan perancah kuat dengan mengikuti perhitungan pembebanan scaffolding untuk memastikan tidak bocor dan roboh saat di cor
D. Gambar Kerja
Gelagar balok
Tampak samping
9|Page
E. Permasalahan Sulit karena banyak panel yang kurang layak pakai Menaikkan rangakaian panel ke atas scaffolding Balok dan kaso kurang lurus dan tegak F. Solusi
Gunakan Stager untuk menaikan rangkaian panel dan juga dibutuhkan kekompakan pada tim kerja Gunakan panel yang masi bagus dan tidak cacat atau dapat membuat panel yang baru Carilah balok dan kaso yang tidak melendut dan tegak, agar cetakan tersebut kuat saat pengecoran
G. Kesimpulan
Dalam pembuatan cetakan balok dan lantai, dibutuhkan kekuatan untuk melakukan pemasang agar kuat pada cetakan dan kokoh agar pengecoran nanti bias mendapatkan hasil yang maksimal
W = W1 + W2 + W3 = .d + 1/2..d + 150 kg/cm2 = 1,5. .d + 150 kg/cm2 = 1,5(2400kg/m3)(0,15m) + 150kg/cm2 = 690 kg/cm2
1. Multiplek
Tebal 1,2 cm panjang l = 0,4 m Karena lebih keci dari
2. KASO Diketahui: kaso 5/10 menjadi 5/9 (karena diketam) dan jarak 40cm (L2) 10 | P a g e
b. BALOK
Diketahui jika balok 6/12 (kayu kelas III) jarak 60 cm(L3)
Ini terjadi beban terpusat, jadi: Karena lebih keci dari (kelas III)
Maka lendutannya adalah: Jadi lendutannya adalah dan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu 0,3 Karena lebih kecil maka diizinkan. Jadi diizinkan /memenuhi persyaratan. Pembebanan pada balok (80/40) jika tebal multipleks 1,2cm dengan jarak antar kaso adalah 20cm
11 | P a g e
Diketahui: kaso 5/10 menjadi 5/9 (karena diketam) dan jarak 80cm adalah L2
12 | P a g e
Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2 Karena lebih keci dari (kelas III)
Maka lendutannya adalah: Jadi lendutannya adalah dan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu 0,3 Karena lebih kecil maka diizinkan. Pada balok kedua (diatas U-Head). Dengan L4 = 120cm dan dimensi balok 6/12 (beban terbagi rata) Karena lebih besar dari (tidak diizinkan).
e. Antar Scaffolding
Maka arak antar scaffolding harus diperkecil. Jika ditambahkan scaffolding lagi maka jarak L4 adalah 60cm. Karena lebih besar dari
Jadi
13 | P a g e
2. Dasar teori
Pembuatan dinding nonstructural telah mengalami kemajuan dalam segi metode pelaksanaannya. Pada metode konventional, pembuatan atau pemasang bekisting dinding dilakukan secara tradisional dengan pasangan bata namun sekarang dapat menggunakan semi system yaitu digunakan papan atau panel yang permukaannya rata dan halus kemudia untuk pengatur jaraknya menggunakan tie rod sekaligus penahan beban panel
3. Langkah Kerja
a. Tentukan lokasi pembuatan dinding dengan benar , sediakan pula alat dan bahan yang akan digunakan b. Buatlah as bekisting dinding, susun balok dan panel dengan memaku di setiap bagian panel atau sesuai ukuran dan dirikan di daerah yang telah ditentukan c. Pasang tie rod yang sebelumnya telah dipasang paralon diantara sambungan panel dengan jarak sekitar 30cm hingga tembus dan kencangkan d. Sambung dengan bekisting dinding yang lain hingga membentuk sudut siku siku sempurna e. Pasang steel proof sebagai penahan bekisting dinding agar kokoh dan tidak jatuh
4. Gambar Kerja
Dinding samping
14 | P a g e
5. Permasalahan
Kesulitan dalam merangkai panel karena ada yang kurang panjang dan cacat kayu Gunakan paku ukuran 7cm Panel yang digunakan tidak cacat pasang balok yang tidak melengkung dan bengkok
6. Solusi
7. Kesimpulan
Dibutuhkan keterampilan memaku dalam melakukan job bekisting dinding serta kekohan pada cetakan. Agar pada saat pengecoran dapat menahan semua beban
8. Perhitungan
1. Multiplek
Tebal 1,2cm dan panjang 20cm Jawab : Karena lebih keci dari
Maka lendutannya adalah: Jadi multiplek ini bias menahan beban (0.3cm)
cm
15 | P a g e
2. KASO
Kaso 5/6 Panjang 25 cm Karena lebih keci dari
Balok yang selanjutnya mengukur lendut atau tidaknya dengan perhitungan Dimensi 6/12 Kelas 3 dan jarak 80 cm Karena Sehingga: lebih kecil dari
. Jadi lendutannya
adalah 0,074 dan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu 0,3. Balok yang ke-2 melendut atau tidak, maka perlu dihitung tegangan lentur dan lendutannya. Dengan dimensi balok 8/15 dan jarak tierod(L4) adalah 30 cm. Karena Sehingga: lebih kecil dari
16 | P a g e
Maka lendutannya adalah: 0,0277 dan lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu 0,3. Sehingga:
17 | P a g e
2. Dasar teori
Tangga merupakan sarana lalu lintas pejalan kaki yang menghubungkan suatu daerah lantai dengan daerah lantai lainnya a. Syarat tangga : Harus mampu menopang beban yang bekerja pada tangga Letaknya harus mudah dan tidak dipersulit ketika digunakan Mendapat sarana pendukung disetiap kondisi Mudah atau nyaman untuk dilewat, kemiringan lebih dari 45 dan lebar minimum 10 orang b. Macam macam tangga Tangga lurus Tangga lurus bordes Tangga bordes berbalik Tangga berbentuk t Tangga bordes siku Tangga llingkaran
4. Langkah Kerja
a. Susun 6 buah panel atau sesuai kebutuhan lalu paku hingga 4 lapis sebagai dinding dari tangga
18 | P a g e
Politeknik Negeri Jakarta Acuan Perancah 2 b. Setelah dibuat sebagai dinding atur menjadi siku di setiap sisi dengan lebar 90cm, agar kuat dan kokoh lapisan dinding tadi dapat di tahan menggunakan kaso dan balok beton c. Buat mal acuan tangga dilantai dengan skala sebenarnya menggunakan kapur tulis ditepi dinding dan potong sebagian papan sesuai dengan mal yang telah di gambar d. Gambar optride dan antride ditepi bagian dalam dinding lapisan siku , pasang papan sesuai potongan yang dibuat dari mal acuan tangga jika tidak cocok bias diganti dengan papan yang baru e. Sebelum selesai menuju lantai selanjutnya, cobalah untuk mengecek apakah sambungan papan tadi sesuai dan cocok sampai ke atas
5. Permasalahan
Saat pemasangan papan dalam pengukuran di mal dinding tangga sangat sulit menentukan Panjang dari stiap papan
6. Solusi
Teliti sebelum memotong papan sebagai penahan mortar lakukan penggambaran di mal dinding tangga secara benar sehingga meminimalisir kesalahan
7. Kesimpulan
Sebelum melakukan rencana bekisting tangga sebaiknya mengerti dalam melakukan penggambaran simulasi dari tangga dan perhitungan secara matang agar pertemuan lantai satu dan lantai dua bisa cocok
8. Gambar Kerja
Karena pekerjaan bengkel membuat bekisting tangga tidak selesai gambar tidak dapat dimuat
9. Perhitungan
Dengan melakukan pekerjaan bengkel tangga kelompok tidak bisa menyelesaikan hingga akhir rencana bekisting tangga tersebut sehingga perhitungan jumlah optride dan antride berdasarkan perhitungan saja 2 Optride + antride = 60 64 Antride = 64 (2.20) = 24
19 | P a g e