You are on page 1of 43

Peran Clinical Pathways dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit

Dody Firmanda Ketua Komite Medik RSUP Fatmawati Jakarta

Pendahuluan Dalam melakukan evaluasi kebijakan dan sistem layanan kesehatan (healthcare system and policies evaluation) ada 3 kriteria kunci yakni kriteria efektifitas, efisiensi, dan keberadilan/ekuiti (effectiveness, efficiency and equity) yang merupakan suatu rangkaian sistematik dalam suatu sistem. 1 Melakukan suatu analisis ekonomi dalam pelayanan kedokteran profesi adalah tidak mudah, mengingat banyak faktor yang harus dipertimbangkan dari berbagai dimensi termasuk cara pendekatan dari jenis analisis ekonomi yang akan digunakan, batasan terminologi ekonomi itu sendiri mengenai utilization, productivity, benefit, efficiency, effectiveness, value for money, kebijakan fiskal dan tingkat inflation rate yang sering kali berubah. Disamping keterbatasan sumber daya dan kebijakan ekonomi yang dipengaruhi politis, sehingga tidak jarang 'resources' tersebut telah dipagu menjadi 'fixed'.2 Pada Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2010 tentang Rumah Sakit pada pasal 33 menerangkan tentang organisasi rumah sakit yang efektif, efisien, dan akuntabel.3 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan

Disampaikan pada Acara Workshop Pembuatan Clinical Pathways di RSUP Mohammad Hoesin Palembang di Aula RSUP Mohammad Hoesin Palembang 30-31 Oktober 2012 1 Aday LA, Begley CE, Lairson DR. Evaluating the healthcare system: effectiveness, efficiency and equity. 3rd ed. Washington DC: Health Administration Press, 2004. 2 Firmanda D. Aplikasi integrasi sinergis antara Evidenve-based Medicine, Evidence-based Healthcare dan Evidence-based Policy dalam satu sistem peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi IDAI di masa mendatang.II.Cost Effectiveness Analyses (CEA) Standar Pelayanan Medis (SPM) Kesehatan Anak IDAI Disampaikan pada Acara Pertemuan Perhimpunan Organisasi Profesi dengan Ditjen Yan Medik Depkes RI di Bogor September 2005. http://www.scribd.com/doc/12827936/Dody-Firmanda-2005-042-Aplikasi-integrasi-sinergisEvidenvebased-Medicine-Evidencebased-Healthcare-dan-Evidencebased-Policy-dalam-Clinical-Gove 3 Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2010 tentang Rumah Sakit

Layanan Umum dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah pada pasal 1 ayat 1 menyebutkan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.4,5 Sedangkan di sisi dimensi lain profesi itu sendiri dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanannya dan keprofesiannya dalam koridor etik-sosio-budaya serta berbagai peraturan dan perundangan hukum.7 Dalam Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada pasal 45 menerangkan tentang kewajiban menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya.6

4 5

Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah 6 Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

Mutu Pelayanan di Rumah Sakit Sampai saat ini belum ada kata kesepakatan akan batasan/definisi dari MUTU itu sendiri, namun dapat dibagikan dalam beberapa perspektif mutu sebagaimana gambar berikut:

Gambar 1. Mutu sebagai pertemua standar tehnis pemberi layanan dan harapan pasien.

Gambar 2. Mutu adalah penerapan teknologi dan ilmu kedokteran yang memberikan manfaat layanan dari resiko cedera atau efek samping.

Gambar 3. Mutu berdasarkan hasil kinerja yang aman, terjangkau dan memberikan dampak positif dalam mortalitas, morbiditas, kecacatan dan malnutrisi.

Gambar 4. Mutu berdasarkan filosofi dari total quality melaksanakan yang seharusnya dengan benar dan segera.

Sistem Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Tata Kelola Klinis (Clinical Governance) Dalam Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) untuk Rumah Sakit dan Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2010 terdapat Peraturan Pelaksanaan Tata Kelola Klinis (clinical governance) yang menerangkan bahwa guna melaksanakan tata kelola klinis (clinical governance) di rumah sakit maka setiap staf medis berkewajiban untuk: 1. melaksanakan keprofesian medis sesuai dengan Kewenangan Klinis dan Penugasan Klinis masing masing dalam Tata Kelola Klinis (Clinical Governance) rumah sakit dan kelompok staf medis (SMF), 2. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional yang disesuaikan dengan kebutuhan medis pasien. 3. melakukan konsultasi sesuai kebutuhan pasien, 4. merujuk pasien apabila ditemukan keterbatasan kemampuan, sarana dan prasarana rumah sakit. Tata Kelola Klinis (Clinical Governance) adalah sistem peningkatan mutu rumah sakit yang terdiri dari komponen quality assurance yakni setting standards, conform to standards dan continuous quality improvement (CQI). Kebijakan Tata Kelola Klinis (Clinical Governance) di Rumah Sakit adalah: 1. Fokus pada pasien 2. Pelayanan secara terintegrasi dan berkesinambungan sesuai: a. b. c. d. Panduan Praktik Klinis (PPK) bagi staf medis Panduan Praktik Klinis (PPK) yang meruapakan Asuhan Keperawatan bagi staf keperawatan Panduan Praktik Klinis (PPK) (Sistem Unit Dosage Daily UDD) bagi staf farmasis Standar Prosedur Operasional dan Standing Orders bagi petugas laboratorium 6

e. f. a. b.

Standar Prosedur Operasional bagi jajaran manajemen struktural Standar Prosedural Operasional bagi manajemen fungsional Rawat Jalan : Instalasi Rawat Jalan Rawat Inap i. ii. iii. iv. v. Instalasi Rawat Kelas III Instalasi Rawat Kelas II Instalasi Rawat Kelas I VIP Instalasi Rawat Intensif

3. Tempat layanan meliputi:

c. d. e.

Emergensi : Instalasi Gawat Darurat Instalasi Bedah Sentral Penunjang Diagnostik: i. Instalasi Radiologi ii. Instalasi Patologi Klinik/Laboratorium Terpadu

4. Upaya Rujukan Kesehatan 5. Manajemen Risisko Klinis dan Keselamatan Pasien Konsep Tata Kelola Klinis (Clinical Governance) Rumah Sakit (Gambar 5) adalah perpaduan: 1. Kebijakan (policy) tingkat makro dan mikro sesuai kebijakan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sehingga mampu laksana untuk diimplementasikan dengan secara sistematis dalam bentuk program dan kegiatan layanan pada tingkat organisasi rumah sakit dan institusi/unit di dalamnya. 2. Provisi layanan kesehatan berdasarkan layanan berjenjang dengan pola rujukan. 3. Pembiayaan dengan strategi peningkatan upaya efisiensi, realokasi sesuai prioritas dan peningkatan pendanaan net revenue generating.

SJSN BPJS 2014

Gambar 5. Konsep Clinical Governance (Tata Kelola Klinis) Rumah Sakit

Struktur Clinical Governance (Tata Kelola Klinis) Rumah Sakit Standar Pelayanan Kedokteran7 adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter dalam menyelenggarakan praktik kedokteran8 dan salah satu tindak lanjut dari perundangan yang telah diterbitkan enam tahun yang lalu.9 Standar Pelayanan Kedokteran terdiri dari Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan Standar Prosedural Operasional

Permenkes RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran. http://www.scribd.com/doc/43070763/Dody-Firmanda-2010-Permenkes-No-1438-MENKES-PER-IX2010-Standar-Pelayanan-Kedokteran 8 Permenkes RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 1 ayat 1. 9 Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 44 ayat 3.

(SPO).10 Pelayanan di Rumah Sakit dilaksanakan secara terpadu oleh profesi medis, perawat, farmasis dan penunjang lainnya di instalasi layanan dibawah manajemen Kepala Instalasi terkait maka dengan demikian semua profesi terkait di atas di wajibkan untuk membuat Panduan Praktik Klinis masing masing sesuai bidang keprofesiannya (medis, perawat dan farmasi) serta penunjang dan manajemen instalasi dalam bentuk Standar Prosedur Operasional (SPO). Maka strukur Clinical Governance Rumah Sakit adalah sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut. Tabel 1. Struktur Clinical Governance Rumah Sakit Medis Standar Audit CQI PPK Medis Audit Medis Revisi PPK Keperawatan Manajemen Penunjang PPK PPK SPO SPO Keperawatan Kefarmasian SO Audit Audit Audit Audit Keperawatan Farmasi Manajemen Revisi Revisi Revisi Revisi SPO PPK PPK SPO dan Keperawatan Kefarmasian SO Farmasi Integrasi Clinical Pathways Analisis Varians Revisi Clinical Pathways

Untuk penyusunan Panduan Praktik Klinis (PPK) staf medis11 dibuat mengacu kepada Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) yang dibuat oleh organisasi profesi12 dan disahkan oleh Menteri Kesehatan7.

10

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 3 ayat 1. 11 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 11. 12 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 3 dan Pasal 6.

Model Clinical Governance (Tata Kelola Klinis) Rumah Sakit Setelah Konsep dan Struktur diatas maka Model Tata Kelola Klinis (Clinical Governance) Rumah Sakit yang berfokus pada paien (patient centrednes), terintegrasi, berkesinambungan (continuity of care) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 6 berikut yang terdiri dari: 1. Sistem Manajemen dengan subsistem Pelayanan, subsistem Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan subsistem Pembiayaan dan Keuangan 2. Sistem Staf Medis Fungsional (SMF) 3. Sistem Instalasi

1. Sistem Manajemen RS 2. Sistem SMF 3. Sistem Instalasi

Direktur Rumah Sakit

Gambar 6. Model Tata Kelola Klinis (Clinical Governance) Rumah Sakit

10

Kendali Biaya - Manfaat Clinical Pathways dalam Efisiensi Pembiayaan, Efektifitas Pelayanan dan Keberadilan/Ekuiti Clinical Pathways (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.13,14,15 Berikut hasil penelitian penerapan Clinical Pathways Pneumonia (Gambar 7 dan 8) yang dilakukan dalam rangka membuktikan adanya efisiensi biaya, efektifitas layanan dan keberadilan/ekuiti bagi semua pasien tanpa memandang latar belakang keadaan sosial ekonomi, pendidikan maupun gender. Dari Gambar 7 dan 8 di bawah untuk kasus pneumonia biaya perawatan sampai sembuh (dengan tarif rumah sakit) mempergunakan Clinical Pathways Pneumonia adalah sekitar Rp 495 000,- untuk kelas III, Rp 1 120 000,untuk kelas II, Rp 1 480 000,- untuk kelas I dan Rp 2 150 000,- untuk kelas VIP. Sedangkan bila dihitung berdasarkan klaim Jamkesmas untuk kasus yang sama adalah Rp 2 707 663,-. Maka secara matematik dengan mempergunakan Clinical Pathways untuk kasus pneumonia tersebut menghemat (2 707 663 495 000 = Rp 2 212 663,-). Dengan demikian terlihat jelas dari segi ekonomi/pembiayaan rumah sakit tersebut sangat efisien dan menguntungkan bila menggunakan Clinical Pathways. Dengan mempergunakan Clinical Pathways dapat menghitung Cost Weight setiap

kelompok kasus, contoh untuk kasus pneumonia di atas rerata sumberdaya (resources) rumah sakit (obat obatan, bahan dan alat dll) yang terpakai adalah Rp 250 000,- maka Cost-Weight nya adalah (450 000/250 000 = 1.8).

13

Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite Medik RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober 2005. 14 Firmanda D. Clinical Pathways: Peran profesi medis dalam rangka menyusun Sistem DRGs Casemix di rumah sakit. Disampakan pada kunjungan lapangan ke RSUP Adam Malik Medan 22 Desember 2005, RSUP Hasan Sadikin Bandung 23 Desember 2005 dan Evaluasi Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka penyempurnaan Pedoman DRGs Casemix Depkes RI, Hotel Grand Cempaka Jakarta 29 Desember 2005. 15 Firmanda D, Pratiwi Andayani, Nuraini Irma Susanti, Srie Enggar KD dkk. Clinical Pathways Kesehatan Anak dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di RS Fatmawati, Jakarta 2006.

11

Gambar 7. Contoh hasil penelitian implementasi salah satu Clinical Pathways untuk kasus pneumonia

12

Gambar 8. Contoh analisis hasil implementasi salah satu Clinical Pathways pada tahun 2006 untuk kasus pneumonia

13

Tentang cara langkah langkah perhitungan cost weight, casemix index, base rate rumah sakit dan alokasi anggaran dapat dilihat dalam Gambar 9 berikut.

Gambar 9. Contoh perhitungan berdasarkan data hasil implementasi Clinical Pathways dalam mencari Relative Weight (cost weight), Case Mix Index dan Base Rate.

14

Manfaat Clinical Pathways Implementasi Clinical Pathways sangat bermanfaat bagi profesi dalam memberikan pelayanan, pendidikan maupun penelitian di rumah sakit sebagaimana dapat dilihat dalam gambar 10 sampai 12 berikut.

Gambar 10. Implementasi Clinical Pathways dalam bidang pelayanan di rumah sakit.

15

Gambar 11. Implementasi Clinical Pathways untuk penelitian di rumah sakit.

16

Gambar 12. Implementasi Clinical Pathways dikaitan dengan asesmen penilaian untuk peserta didik mahasiswa dan peserta program dokter spesialis di rumah sakit maupun rumah sakit jejaring pendidikan.

17

Clinical Pathways dalam Keselamatan Pasien (Patient Safety) dan Akreditasi Rumah Sakit Implementasi Clinical Pathways secara tidak langsung sebagaimana diutarakan diatas bahwa: Clinical Pathways sebagai instrumen pelayanan berfokus kepada pasien (patient-focused care), terintegrasi, berkesinambungan dari pasien masuk dirawat sampai pulang sembuh (continuous care), jelas akan dokter/perawat penanggung jawab pasien (duty of care), utilitas pemeriksaan penunjang, penggunaan obat obatan termasuk antibiotika, prosedur tindakan operasi, antisipasi kemungkinan terjadinya medical errors (laten dan aktif, nyaris terjadi maupun kejadian tidak diharapkan/KTD) dan pencegahan kemungkinan cedera (harms) serta infeksi nosokomial dalam rangka keselamatan pasien (patient safety), mendeteksi dini titik titik potensial berisiko selama proses layanan perawatan pasien (tracers methodology) dalam rangka manajemen risiko (risks management), rencana pemulangan pasien (patient discharge) , upaya peningkatan mutu layanan berkesinambungan (continuous quality improvement) baik dengan pendekatan tehnik TOC (Theory of Constraints) untuk sistem maupun individu profesi, penulusuran kinerja (performance) individu profesi maupun kelompok (team-work). Merupakan suatu rangkaian sistem yang dapat dipergunakan sebagai instrumen untuk memenuhi persyaratan penilaian Akreditasi dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi baru maupun dari Joint Commission International for Hospital (JCI) versi 2011 untuk standar standar dalam Section I. Patient Centered Standard maupun dalam Section II. Healthcare Organization Management Standard sebagaimana ilustrasi Gambar 13 sampai 15 berikut.

18

Gambar 13. Clinical Pathways dan JCI 2011 Accreditation Standards 19

Not Met

Gambar 14. Sistematika dalam JCI 2011 Hospital Standards dan Penilaiannya

20

Gambar 15. Clinical Pathways dan tehnik Tracer Methodology yang digunakan oleh surveyor dalam rangka Akreditasi JCI 2011

Terima kasih, semoga bermanfaat Palembang, 31 Oktober 2012 Dody Firmanda Ketua Komite Medik, RSUP Fatmawati, Jakarta http://www.scribd.com/Komite%20Medik 21

Lampiran: 1. 2. 3. 4. Format Umum Panduan Praktik Klinis (PPK) Rumah Sakit Format Umum Clinical Pathways Instrumen Monitoring dan Evaluasi Format Monitoring, Evaluasi dan Tindak Lanjut Penyusunan Clinical Pathways

22

LAMPIRAN:

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF : RSUP dr MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG 2012 2014
........................

1. Pengertian (Definisi) 2. Anamnesis

.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . 1. 2. 3. 4. 5. . .. .........................

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis

5. Diagnosis 6. Diagnosis Banding

.
1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. . .

7. Pemeriksaan Penunjang

23

8. Terapi

1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5.

........ ........

9. Edukasi

10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis

Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam I/II/III/IV A/B/C
1. 2. 3. 4.

14. Indikator Medis 15. Kepustakaan

.. .. 1. 2. 3. 4. 5. ........

Palembang, .2012 Ketua Komite Medik .................................... Ketua SMF............................................... ......................................

Direktur RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

....................................................... 24

CLINICAL PATHWAYS RSUP dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG ..


Nama Pasien: Diagnosis Awal: . Aktivitas Pelayanan Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis: ..kg ..cm . Kode ICD 10 : Rencana rawat : hari Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp) . . ... hari .. . HR 3 HR 4 HR 5 HR 6 HR 7 HR 8 HR 9 HR HR HR 10 11 12 HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS ..

R. Rawat
. HR 1 HR 2 HS .. HS ..

Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta Komplikasi Asessmen Klinis: Pemeriksaan dokter Konsultasi Pemeriksaan Penunjang: Tindakan: Obat obatan: .. Nutrisi: Mobilisasi: Hasil (Outcome): .. .. .. Pendidikan/Rencana Pemulangan: Varians: Perawat (PPJP) DPJP: DPJP Operasi: DPJP Anestesi ....................... Verifikator: Diagnosis Akhir: Utama Penyerta . Kode ICD 10 .. .. .. .. .. .. Jenis Tindakan:

.. .. .. ..

.. ..

Jumlah Biaya .. Kode ICD 9 CM . . . . . .

Komplikasi

25

CLINICAL PATHWAYS RSUP dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG ..


Nama Pasien: Diagnosis Awal: . Aktivitas Pelayanan Umur: Berat Badan: ..kg Kode ICD 10 : Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: R. Rawat . . . HR HR HR HR HR HR HR HR 1 2 3 4 5 6 7 8 HS HS HS HS HS HS HS HS Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis: ..cm . Rencana rawat : hari Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp) ... hari .. . HR HR HR HR HR HR 9 10 11 12 13 14 HS HS HS HS HS HS

Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta Komplikasi Asessmen Klinis: Pemeriksaan dokter Konsultasi Pemeriksaan Penunjang: Tindakan: Obat obatan: .. Nutrisi: Mobilisasi: Hasil (Outcome): .. .. .. Pendidikan/Rencana Pemulangan: Varians: Perawat (PPJP) DPJP: DPJP Operasi: DPJP Anestesi ....................... Verifikator: Diagnosis Akhir: Utama Penyerta . Kode ICD 10 .. .. .. .. .. .. Jenis Tindakan:

.. .. .. ..

.. ..

Jumlah Biaya .. Kode ICD 9 CM . . . . . .

Komplikasi

26

CLINICAL PATHWAYS RSUP dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG ..


Nama Pasien: Diagnosis Awal: . Aktivitas Pelayanan Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis: ..kg ..cm . Kode ICD 10 : Rencana rawat : hari Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp) R. Rawat . . ... hari .. . . Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5 Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit:

Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta Komplikasi Asessmen Klinis: Pemeriksaan dokter Konsultasi Pemeriksaan Penunjang: Tindakan: Obat obatan: .. Nutrisi: Mobilisasi: Hasil (Outcome): .. .. .. Pendidikan/Rencana Pemulangan: Varians:

. . . . . . . . . . . . . . . . .
Diagnosis Akhir:


.. .. ..


.. .. ..


.. .. ..


.. .. ..

.. .. .. ..

.. ..

Perawat (PPJP) DPJP: DPJP Operasi: DPJP Anestesi ....................... Verifikator:

Kode ICD 10 .. .. .. .. .. ..

Jumlah Biaya .. Jenis Tindakan: Kode ICD 9 CM . . . . . .

Utama Penyerta

Komplikasi

27

CLINICAL PATHWAYS RSUP dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG ..


Nama Pasien: Diagnosis Awal: . Aktivitas Pelayanan Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis: ..kg ..cm . Kode ICD 10 : Rencana rawat : hari Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp) . . ... hari .. . Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5 Hari Rawat 6 Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit:

R. Rawat
. Hari Rawat 1 Hari Sakit:

Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta Komplikasi Asessmen Klinis: Pemeriksaan dokter Konsultasi Pemeriksaan Penunjang: Tindakan: Obat obatan: .. Nutrisi: Mobilisasi: Hasil (Outcome): .. .. .. Pendidikan/Rencana Pemulangan: Varians: Perawat (PPJP) DPJP: DPJP Operasi: DPJP Anestesi ....................... Verifikator .. Diagnosis Akhir: Utama Penyerta . Kode ICD 10 .. .. .. .. .. ..

.. .. .. ..
. .

.. ..

Jumlah Biaya .. Jenis Tindakan: Kode ICD 9 CM . . . . . .

Komplikasi

28

CLINICAL PATHWAYS RSUP dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG ..


Nama Pasien: Diagnosis Awal: . Aktivitas Pelayanan Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis: ..kg ..cm . Kode ICD 10 : Rencana rawat : hari Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp) R. Rawat . . ... hari .. . . Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat 1 2 3 4 5 6 7 Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit..

Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta Komplikasi Asessmen Klinis: Pemeriksaan dokter Konsultasi Pemeriksaan Penunjang: Tindakan: Obat obatan: .. Nutrisi: Mobilisasi: Hasil (Outcome): .. .. .. Pendidikan/Rencana Pemulangan: Varians: Perawat (PPJP) DPJP:: DPJP Operarasi: DPJP Anestesi: ............................. Verifikator: Diagnosis Akhir: Utama Penyerta . Komplikasi . Kode ICD 10 .. .. .. .. .. Jenis Tindakan:

.. .. .. .. .. .. ...... .. ..

Jumlah Biaya Kode ICD 9 CM . . . . .

29

INSTRUMEN PENILAIAN MONITORING DAN EVALUASI DALAM PENYUSUNAN DAN IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAYS (CP) RSUP dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

30

DAFTAR ISTILAH

Clinical Pathways adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit. Sistem DRG Casemix adalah sistem pembiayaan berdasarkan pengelompokan dan pembauran penatalaksanaan pasien dalam hal diagnosis (utama, pnyakit penyerta/komorbid dan komplikasi) dan prosedur tindakan dengan menggunakan kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM serta penghitungan biaya secara pendekatan top-down, activity based atau kombinasi keduanya dari setiap langkah dalam Clinical Pathways (CP). Clinical Governance (CG) adalah satu kerangka konsep sistem mutu dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu di sarana/fasilitas pelayanan kesehatan yang terdiri dari: 1. pengelolaan secara transparan, adil dan akauntabel 2. clinical effectiveness 3. manajemen risiko klinis 4. audit medis 5. pendidikan, pengembangan dan penelitian profesi Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah proses pelayanan pasien yang aman, terdiri dari: 1. Asesmen risiko 2. Identifikasi dan manajemen risiko 3. Pelaporan dan analisis insiden 4. Tindak lanjut dan solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

31

S1 Profesi Medis S1 P1 Komite Medik dan Kelompok Staf Medis (SMF) Nilai Kriteria

0 Belum ada organisasi profesi dalam bentuk Komite Medik dan Kelompok Staf Medis (SMF) 1 Telah ada organisasi profesi dalam bentuk Komite Medik dan Kelompok Staf Medis (SMF), akan tetapi belum/tidak sesuai dengan yang dianjurkan sebagaimana dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit. 2 Telah ada organisasi dan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011, akan tetapi belum disahkan oleh pimpinan rumah sakit dalam bentuk Surat Keputusan (SK). 3 Organisasi tersebut telah ada SK pimpinan rumah sakit, akan tetapi belum melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawabnya. 4 Telah melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawabnya dari organisasi tersebut dan ada bukti tertulis akan kegiatan tersebut. 5 Telah melakukan evaluasi dan revisi dari organisasi Komite Medik dan SMF.

32

S1 P2 Standar Pelayanan Kedokteran (SPK), Standar Prosedur Operasional (SPO) dan Panduan Praktik Klinis (PPK) dari profesi medis Nilai Kriteria

0 Belum ada Format SPK/SPO/PPK dari Komite Medik untuk seluruh Kelompok Staf Medis (SM F) 1 Telah ada Format SPM/SPO dari Komite Medik untuk seluruh Staf Medis Fungsional (SMF), akan tetapi belum seluruh SMF membuat SPK/SPO/PPK sesuai profesinya masing masing. 2 Telah ada SPK/SPO/PPK, akan tetapi belum disahkan penggunaanya oleh pimpinan rumah sakit dalam bentuk Surat Keputusan (SK). SPK/SPO/PPK tersebut telah disahkan penggunaannya dalam bentuk SK pimpinan rumah sakit, akan tetapi belum sosialisasikan kepada seluruh staf medis sesuai dengan bidang profesinya masing masing.

4 Telah melakukan implementasi SPK/SPO/PPK tersebut dan ada bukti tertulis telah melakukan audit medis. 5 Telah melakukan evaluasi dan revisi dari SPK/SPO/PPK tersebut.

33

S2 Profesi Keperawatan S2 P1 Asuhan Keperawatan Nilai Kriteria

0 Belum ada Format Asuhan Keperawatan dari Komite/Bidang Keperawatan untuk seluruh Kelompok Staf Keperawatan dan Penata sesuai dengan bidangnya masing masing 1 Telah ada Format Asuhan Keperawatan dari Komite/Bidang Keperawatan, akan tetapi belum seluruh Kelompok Staf Keperawatan dan Penata Asuhan Keperawatan sesuai bidang masing masing. 2 Telah ada Asuhan Keperawatan, akan tetapi belum disahkan penggunaanya oleh pimpinan rumah sakit dalam bentuk Surat Keputusan (SK). 3 Asuhan Keperawatan tersebut telah disahkan penggunaannya dalam bentuk SK pimpinan rumah sakit, akan tetapi belum sosialisasikan kepada seluruh staf perawat dan penata sesuai dengan bidangnya masing masing. 4 Telah melakukan implementasi Asuhan Keperawatan tersebut dan ada bukti tertulis telah melakukan PSBH. 5 Telah melakukan evaluasi dan revisi dari Asuhan Keperawatan tersebut.

34

S3 Profesi Apoteker/Farmasis S3 P1 Daftar Formularium Rumah Sakit Nilai 0 1 Kriteria Belum ada Format Daftar Formularium Rumah Sakit dari Panitia/Komite/Tim Farmasi dan Terapi. Telah ada Format Daftar Formularium Rumah Sakit, akan tetapi tidak melibatkan seluruh perwakilan dari SMF dan profesi apoteker/farmasis dalam penyusunan Daftar Formularium Rumah Sakit. Telah ada Daftar Formularium Rumah Sakit, akan tetapi belum disahkan penggunaanya oleh pimpinan rumah sakit dalam bentuk Surat Keputusan (SK). Daftar Formularium Rumah Sakit tersebut telah disahkan penggunaannya dalam bentuk SK pimpinan rumah sakit, akan tetapi belum sosialisasikan kepada seluruh staf profesi medis dan apoteker/farmasis. Ada bukti tertulis telah melakukan monitoring penggunaan dan laporan (feed back) Daftar Formularium Rumah Sakit . Telah melakukan evaluasi dan revisi Daftar Formularium Rumah Sakit .

4 5

35

S3 P2

Unit Dose Daily (UDD) Nilai 0 1 Kriteria Belum ada format Unit Dose Daily (UDD) Rumah Sakit dari Panitia/Komite/Tim Farmasi dan Terapi. Telah ada Unit Dose Daily (UDD), akan tetapi tidak melibatkan seluruh perwakilan dari SMF dan profesi apoteker/farmasis dalam penyusunan format Unit Dose Daily (UDD). Telah ada Unit Dose Daily (UDD), akan tetapi belum disahkan penggunaanya oleh pimpinan rumah sakit dalam bentuk Surat Keputusan (SK). Unit Dose Daily (UDD) telah disahkan penggunaannya dalam bentuk SK pimpinan rumah sakit, akan tetapi belum sosialisasikan kepada seluruh staf profesi medis dan apoteker/fa rmasis. Ada bukti tertulis telah melakukan monitoring penggunaan dan laporan (feed back) Unit Dose Daily (UDD) . Telah melakukan evaluasi dan revisi Unit Dose Daily (UDD).

4 5

36

S3 P3 Stop Ordering (SO) Nilai 0 1 Kriteria Belum ada format Stop Ordering (SO) dari Panitia/Komite/Tim Farmasi dan Terapi. Telah ada Stop Ordering (SO), akan tetapi tidak melibatkan seluruh perwakilan dari KSM/SMF dan profesi apoteker/farmasis dalam penyusu nan format Stop Ordering (SO). Telah ada Stop Ordering (SO), akan tetapi belum disahkan implementasinya oleh pimpinan rumah sakit dalam bentuk Surat Keputusan (SK). Stop Ordering (SO)telah disahkan implementasinya dalam bentuk SK pimpinan rumah sakit, akan tetapi belum sosialisasikan kepada seluruh staf profesi medis dan a pote ke r/f a rmas is. Ada bukti tertulis telah melakukan monitoring implementasi Stop Ordering (SO) . Telah melakukan evaluasi dan revisi format Stop Ordering (SO).

4 5

37

S4 Clinical Pathways (ICP) S4 P1 Format Integrated Clinical Pathways (ICP) tingkat Rumah Sakit Nilai 0 1 Kriteria Belum ada Format Clinical Pathways (CP) dari Komite Medik Telah ada Format Clinical Pathways (CP) Rumah Sakit, akan tetapi tidak melibatkan seluruh perwakilan dari SMF, Komite/Bidang Keperawatan dan profesi apoteker/farmasis dalam penyusunan format tersebut. Telah ada Format Clinical Pathways (CP), akan tetapi belum disahkan penggunaanya oleh pimpinan rumah sakit dalam bentuk Surat Keputusan (SK). Format Clinical Pathways (CP) tersebut telah disahkan penggunaannya dalam bentuk SK pimpinan rumah sakit, akan tetapi belum sosialisasikan kepada seluruh staf profesi medis, staf perawat/penata dan apoteker/farmasis. Ada bukti tertulis telah membuat sekurangnya 5 (lima) jenis Clinical Pathways (CP) yang berbeda berdasarkan prioritas dan disusun sesuai dengan SPK/SPO/PPK dan Asuhan Keperawatan serta Daftar Formularium Rumah Sakit. Telah melakukan uji coba pelaksaan sekurangnya 5 (lima) jenis Clinical Pathways (CP) akan tetapi belum melaksanakan evaluasi/audit.. Ada bukti tertulis telah melaksanakan evaluasi/audit uji coba pelaksaan sekurangnya 5 (lima) jenis Clinical Pathways (CP). Ada bukti tertulis telah melakukan revisi atas uji coba format Clinical Pathways (CP).

6 7

38

S4 P2

Clinical Pathways (ICP) tingkat SMF Nilai 0 1 Kriteria Belum ada SMF Departemen/Bagian yang membuat Clinical Pathways (CP) sesuai format dari Komite Medik RS. Telah ada sekurangnya setengah dari jumlah SMF dengan minimal 3 Clinical Pathways (CP) yang berbeda sesuai prioritas dan disusun sesuai dengan SPK/SPO/PPK dan Asuhan Keperawatan serta Daftar Formularium Rumah Sakit. Telah melakukan Clinical Pathways (CP) tersebut di atas akan tetapi belum melaksanakan evaluasi/audit. Ada bukti tertulis telah melaksanakan evaluasi/audit terhadap Clinical Pathways (CP) di atas. Ada bukti tertulis telah melakukan revisi atas Clinical Pathways (CP) di atas. Seluruh SMF dengan minimal 3 Clinical Pathways (CP) yang berbeda sesuai prioritas dan disusun sesuai dengan SPK/SPO/ PPK dan Asuhan Keperawatan serta Daftar Formularium RS. Seluruh SMF telah melakukan audit terhadap 3 Clinical Pathways (CP) masing masing. Ada bukti tertulis Seluruh SMF telah melakukan revisi terhadap 3 Clinical Pathways (CP) masing masing.

2 3 4 5

6 7

39

S4 P3

Kodefikasi Clinical Pathways (CP) tingkat SMF berdasarkan ICD 10 dan ICD 9 CM. Nilai 0 Kriteria Belum ada KSM/SMF/Departemen/Bagian yang membuat kodefikasi sesuai ICD 10 dan ICD 9 CM dalam Clinical Pathways (CP) sesuai format dari Komite Medis RS. Telah ada kodefikasi sekurangnya setengah dari jumlah SMF dengan minimal 3 Clinical Pathways (CP) yang berbeda sesuai prioritas dan disusun sesuai dengan SPK/SPO/PPK dan Asuhan Keperawatan serta Daftar Formularium Rumah Sakit. Telah melakukan kodefikasi Clinical Pathways (CP) tersebut di atas akan tetapi belum melaksanakan evaluasi/audit. Ada bukti tertulis telah melaksanakan monitoring kodefikasi terhadap Clinical Pathways (CP) di atas. Ada bukti tertulis telah melakukan feed back tentang kodefikasi Clinical Pathways (CP) di atas. Seluruh SMF dengan minimal 3 Clinical Pathways (CP) yang berbeda sesuai prioritas dan disusun sesuai dengan SPK/SPO/PPK dan Asuhan Keperawatan serta Daftar Formularium Rumah Sakit telah melaksanakan kodefikasi sesuai ICD 10 dan ICD 9 - CM. Bagian Rekam Medik telah melakukan monitoring dan Memberikan feed back kepada seluruh SM F

2 3 4 5

40

S4 P5

Varians Clinical Pathways (CP) tingkat SMF . Nilai 0 1 2 3 4 Kriteria Tidak ada catatan tentang varians dalam Clinical Pathways sesuai format dari Komite Medik RS. Ada catatan dan pelaporan tenatng varians Ada tindak lanjut atas varians yang ditemukan/dilaporkan. Ada bukti tertulis telah melakukan feed back tentang varians dalam Clinical Pathways (CP) di atas. Ada bukti tertulis telah melaksanakan revisi Clinical Pathways (CP) atas varians di atas.

41

FORMAT PENILAIAN SELF-ASSESSMENT: MONITORING DAN EVALUASI PENYUSUNAN DAN IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAYS RSUP dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG Tahun : Nilai Standar dan Parameter Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jun Ags Sep Okt Nov Des

S1 Profesi Medis
S1P1 Komite Medik/SMF S1P2 SPM/PPK/SPO S2P1 Asuhan Keperawatan S3P1 Formularium RS

.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
42

S2 Profesi Keperawatan S3 Profesi Apoteker .. .. .. .. S3P2 Unit Dose Daily (UDD) .. .. .. .. S3P3 Stop Ordering (S0) .. .. .. .. S4 Clinical Pathways S4P1 Tingkat RS .. .. .. .. S4P2 Tingkat SMF .. .. .. .. S4P3 Kodefikasi .. .. .. .. S4P4 Varians .. .. .. .. Jumlah Clinical Pathways disusun: .. .. .. .. Jumlah Clinical Pathways .. .. .. ..
diimplementasikan: Jumlah Clinical Pathways direvisi:

.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..

43

You might also like