You are on page 1of 9

ANALISIS ESTIMASI BIAYA PROYEK

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK

Author

M. Rosyidi (10728)1, Lutfi Rachman (10800)2


1,2
Ilmu Komputer UGM
1
rosyidi@mail.ugm.ac.id, 2 fie@yahoo.com

Abstract

Paper ini disusun dengan maksud memberikan gambaran tentang analisis estimasi biaya
pada proyek pengembangan perangkat lunak. Metode yang disajikan adalah metode analisis.
Analisis dilakukan dengan menjelaskan dan menganalisis informasi proyek perangkat lunak yang
telah didapat, mencakup estimasi biaya. Metode ini menggunakan fungsi analisis poin. Estimasi
biaya dimaksudkan agar kebutuhan sumber daya dapat diorganisir sehingga mengoptimalkan
penyelesaian sebuah proyek. Estimasi biaya ini merupakan rangkuman dari Project Cost
Management (PCM) yang aktifitasnya meliputi cost estimating, cos budgeting, cost control. Tiga
hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan model pembiayaan yang tepat dalam pengembangan
perangkat lunak.

Kata kunci:
Estimasi, Usaha, Fungsi analisis poin, Analisis proyek perangkat lunak , model pembiayaan.
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proyek fisik seperti pembangunan jalan atau yang lainnya, estimasi
biaya dapat dilakukan dengan lebih nyata karena semua komponen proyek dapat
diestimasi dengan perkiraan secara fisik. Dalam proyek software estimasi biaya
mempunyai kesulitan tersendiri karena karakteristik-karakteristik software yang lain
dengan proyek fisik. Kesulitan-kesulitan yang sering dihadapi dalam estimasi proyek
software sangat berkaitan dengan sifat alami software khususnya kompleksitas dan
invisibilitas. Selain itu pengembangan software merupakan kegiatan yang lebih
banyak dilakukan secara intensif oleh manusia sehingga tidak dapat diperlakukan
secara mekanis murni. Selain kesulitan di atas masih banyak lagi yang lainnya, antara
lain :

1. Novel application of software artinya dalam rekayasa proyek tradisional, suatu


system dapat dikontruksi dengan system sebelumnya yang serupa tetapi dalam
lokasi dan customer yang berbeda. Sehingga dapat dilakukan estimasi proyek
berdasarkan pengalaman sebelumnya. Dalam proyek software akan
mempunyai produk yang unik sehingga akan menimbulkan ketidakpastian
estimasi.
2. Changing technology, Untuk mengikuti perkembangan teknologi, maka suatu
software aplikasi yang sama dapat diimplementasikan dalam lingkungan yang
berbeda sehingga akan mempunyai estimasi proyek yang berbeda.
3. Lack of homogeneity of project experience, untuk mendapatkan estimasi
proyek yang efektif harus didasarkan pada informasi bagaimana proyek-
proyek sebelumnya dilakukan.

Estimasi biaya dan usaha proyek merupakan suatu kegiatan pengaturan sumber
daya dalam mencapai tujuan dan sasaran dari proyek, sehingga proyek dapat berjalan
sesuai dengan tahapan dan target yang dikehendaki. Dalam usaha estimasi sering
menghadapi dua permasalahan yaitu over-estimates dan underestimates. Over-
estimates atau estimasi berlebihan akan menimbulkan penambahan alokasi
sumberdaya dari yang dibutuhkan sehingga akan meningkatkan penanganan
managerial. Sedangkan estimasi yang kurang atau underestimates akan mengurangi
kualitas dari produk karena tidak sesuai dengan standar. Untuk itu perlu dilakukan
langkah yang hati hati dalam melakukan estimasi suatu proyek software sehingga
dapat dicapai keberhasilan proyek yaitu tepat waktu, sesuai budget dan terpenuhinya
standar kualitas produk.
Barry Boehm, telah mengidentifikasi beberapa metode estimasi biaya dan usaha
proyek pengembangan software sebagai berikut : Model algoritmik, Analogi,
Pendapat pakar, Parkinson, Top-down, dan Bottom-up. Estimasi parametric
berdasarkan karakteristikkarakteristik dari software ukuran proyek software yaitu
function point dan object point serta KLOC (Kilo line of Code). Metode estimasi
parametric yang sering digunakan saat ini adalah dengan mengunakan metode
COCOMO yang tidak sesuai jika diterapkan untuk estimasi proyek software di
Indonesia. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dikembangkan metode tersebut
yang disesuaikan dengan data-data dan informasi pengembangan software dalam
negri, sehingga diharapkan dapat diperoleh parameter yang mempunyai tingkat
validitas estimasi yanglebih tinggi.

2. Analisis

2.1 Metrik Software

Metrik proyek digunakan oleh manajer proyek dan tim pengembang untuk
dapat beradaptasi dengan alur kerja dan aktifitas-aktivitas yang bersifat teknis. Metrik
proyek ini pertama kali digunakan pada saat perencanaan proyek. Metrik-metrik
yang dikumpulkan dari proyek-proyek di masa lalu digunakan sebagai acuan untuk
melakukan estimasi pada proyek yang sedang dikerjakan. Manajer proyek
menggunakan data-data tersebut untuk melakukan pengawasan dan kendali proyek.
Metrik beorientasi ukuran diperoleh dengan cara melakukan normalisasi
ukuran kualitas dan produktivitas dengan menghitung ukuran dari perangkat lunak
yang dibuat. Ukuran yang biasanya dijadikan sebagai acuan normalisasi adalah LOC
(lines of code) adan Function points. Metrik berorientasi ukuran tidak dapat diterima
secara universal sebagai cara terbaik untuk mengukur proses rekayasa perangkat
lunak [Jones, 1986]. Alasan yang dikemukakan adalah kadang-kadang fungsionalitas
program dapat dicapai dengan baris program yang lebih sedikit. Selain itu, untuk
melakukan estimasi LOC dan function point harus digunakan analisis desain tingkat
tinggi.
Ukuran merupakan factor utama untuk menentukan biaya, penjadwalan, dan
usaha. Kegagalan dari perkiraan ukuran yang tepat akan mengakibatkan penggunaan
biaya yang berlebih atau keterlambatan penyelesaian proyek. Estimasi ukuran
software merupakan suatu aktifitas yang komplek dan sukar berdasarkan pada
beberapa alas an seperti kemampuan programmer, factor lingkungan dan sebagainya.
Tetapi karena tindakan ini harusdilakukan dan untuk mendapatkannya dengan
mengukur ukuran proyek menggunakan ukuran dua buah acuan normalisasi tersebut.
2.1.1 Ukuran jumlah baris program (SLOC)

SLOC merupakan ukuran yang kurang akurat dan merupakan sebuah topik
yang menimbulkan perdebatan selama bertahuntahun, dipandang sebagai sebuah
ukuran untuk mengestimasi biaya dan waktu, tidak dapat dipastikan bahwa dua
program yang mempunyai SLOC sama akan membutuhkan waktu implementasi yang
sama walaupun keduanya diimplemenatsikan dengan kondisi pemrograman yang
standard. Meskipun metode ini kurang akurat dan merupakan metodologi yang belum
diterima secara luas, tetapi metrik dengan orientasi ukuran ini merupakan kunci
pengukuran dan banyak estimasi software yang menggunakan model ini.

Secara virtual tidak mungkin untuk menghitung SLOC dari dokumen


requirement awal. SLOC pengukurannya didasarkan pada bahasa pemrograman
tertentu, oleh karena itu muncul banyak masalah dalam membuat standard
pengukuran dengan teknik SLOC.Ukuran lain yang ada untuk mengukur besaran
software adalah ukuran yang berorientasi fungsi dan ukuran yang berorientasi object.
Metode ini merupakan metode yang lebih konsisten dan diterima secara luas.

2.1.2 Metrik yang berorientasi fungsi(Function Point)

Pendekatan yang berorientasi fungsi mengukur fungsionalitas aplikasi untuk


mengestimasi ukuran software dan selanjutnya digunakan untuk estimasi biaya dan
usaha yang diperlukan untuk mengembangkan system. Pendekatan ini diusulkan oleh
Albrecht yang disebut sebagai metrik Function Points. Metrik ini diperoleh dari
keterhubungan dasar antara domain informasi software dan kompleksitas software
(Gambar 1). Function Points biasanya digunakan dalam mengukur system informasi
manajemen (SIM).

Gbr 1. Analisis Function points


Pada metodologi ini software dapat diklasifikasikan menjadi 5 domain yaitu:
• Jumlah data input pengguna
• Jumlah data output pengguna
• Jumlah data permintaan pengguna
• Jumlah file
• Jumlah file interface luar
Kemudian hitung nilai fungsi proyek yang mungkin pada setiap katagori dan
kemudian setiap nilai perhitungan dikalikan dengan factor kompleksitas sebagai
berikut :
• Sederhana (simple)
• Rata-rata (average)
• Komplek (complex)
Untuk menghitung Unadjusted Function Points digunakan tabel berikut berdasarkan
kriteria dari setiap kategori.

Untuk menghitung function point digunakan persamaan berikut:


FP = count total * [0.65 * 0.01 * sum(Fj)]
Dimana count total adalah total yang diperoleh dari table function point analisis
sum(Fj) adalah jumlah dari 14 faktor kompleksitas yang bernilai 0 s/d 5.

2.2 Pendekatan Model

Pendekatan model yang digunakan dalam menghitung besaran proyek adalah


model function point (FP). Dibandingkan dengan pendekatan berbasis ukuran baris
(LOC/Line Of Code). Pendekatan FP lebih independen terhadap bahasa
pemrograman sehingga bisa diterapkan pada jenis aplikasi yang berbeda baik aplikasi
database yang non-procedural, sistem informasi berbasis web, maupun aplikasi
penghitungan, misalnya payroll. Pendekatan ini juga lebih mudah diprediksi daripada
LOC karena parameternya dihitung berdasarkan data yang lebih diketahui, misalnya
prediksi jumlah input dan ouput. Meskipun FP dianggap memiliki kelemahan dalam
subyektifitas data yang dimasukkan tetapi beberapa kriteria, misalnya untuk
menentukan kategori sederhana atau kompleks, telah ditetapkan secara numerik untuk
lebih memastikan obyektivitas data. Disamping itu, hasil perhitungan FP juga sering
dianggap tidak memiliki arti yang mudah dipahami dibandingkan dengan LOC yang
besarannya menunjukkan jumlah ukuran coding. Akan tetapi, hasil akhir FP dapat
dikonversikan ke dalam LOC berdasarkan jenis bahasa pemrograman yang dipakai.
Untuk mendapatkan model estimasi dilakukan analisa regresi linierterhadap sample
hasil survey yang menghasilkan jumlah FP dan jumlah usaha dari suatu proyek
pengembangan software yang dilakukan oleh beberapa software house. Kuesioner
diisi dengan cara in-depth interview maupun dengan menyediakan fasilitas pengisian
secara online. Dari kuesioner tersebut didapatkan jumlah function point dan jumlah
usaha untuk mengerjakan suatu proyek software.

3. Pemodelan Estimasi Biaya (Cost Estimating)


S e c a r a G a r i s B e s a r A l u r p r o s e s e s t i m a s i b i a y a d i t u n j u k k a n s e p e r t i g a m b a r d i b a w a h i n i :
3.1 Cost Estimating Input

Point-point yang sangat penting dalam cost estimating input ini, yaitu :

1. Faktor Perubahan Lingkungan


Meliputi produk/ model software yang dibutuhkan serta standar tarif yang
ditetapkan.
2. Proses Pengaturan Aset
Meliputi Cost estimating policies, cost estimating templates, informasi masa
lalu, dan file project.
3. Ruang Lingkup Project
Meliputi spesifikasi kebutuhan pembuatan software, batasan agar tidak
melebihi sesuai kebutuhan dan model software yang akan dikembangkan
4. Struktur Kerja dan Perencanaan project
Rencana pengembangan meliputi ekskusi, monitoring, dan proses
pengontrolan project serta tambahan rencana lainnya misalnya jeda atau masa
istirahat yang akan memudahkan dalam estimasi biaya proyek.

3.2 Cost Estimating Tools and techniques

Point-point yang sangat penting dalam cost estimating input ini, yaitu :

1. Melihat jalannya proyek dan estimasinya terutama di sisni perkiraan


pembiayaannya.
2. Menetapkan biaya masing-masing bagian resource, hal ini sangat penting
karena dengan penetapan ini akan jelas berapa cost secara keseluruhan yang
akan dikeluarkan, walaupun belum mencapai final.
3. Kontrol estimasi biaya sejak proyek dimulai hingga penentuan kualitas
estimasi biaya.
4. parametrik estimasi, seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan di atas.
5. Memanage proyek pengembangan perangkat lunak lebih optimal.
6. Analisis per vendor
7. Analisis nilai kesalahan, kerugian secara keseluruhan
8. Kualitas dari pembiayaan itu sendiri.
3.3 Cost Estimating Outputs

yang sangat
o i n t - p o i n t p e n t i n g d a l a m c o s t e s t i m a t i n g i n p u t i n i , y a i t u :
P

1. Aktivitas estimasi pembiayaan secara garis besar.


2. Aktivitas estimasi pembiayaan detail dengan sebaran tiap-tiap bagian dari
keseluruhan proyek.
3. Pembagian biaya berdasarkan penghitungan nilai estimasi yang telah
dilakukan.
4. Rencana pembiayaan selanjutnya berupa update rencana untuk proyek
selanjutnya.

4. PENUTUP

Dari hasil analisa sebelumnya dalam proyek pengembangan software dapat disimpulkan hal
hal sebagai berikut:

1. Proyek software hasil observasi mempunyai tingkat komplesitas yang relatif tinggi
serta
2. menggunakan ukuran metrik function point yang cenderung besar dibandingkan
dengan biaya yang dialokasikan.
3. Proyek software hasil observasi menggunakan dana atau biaya penyelesaian proyek
yang relatif kecil atau cenderung kecil jika dibandingkan dengan besaran ukuran
software yang dikembangkan, hal ini menunjukan bahwa software house hasil
observasi belum mengestimasi biaya pengembangan software secara real sesuai
ukuran software.
4. Model estimasi biaya pengembangan software yang diperoleh dari hasil observasi
mempunyai bentuk model eksponensial
5. Sistem estimasi biaya proyek dapat digunakan bagi para pengembang software
(software developer), manajer proyek, dan staf IT lainnya.
6. Estimasi biaya meliputi tiga tahapan umum cost estimating input, cost
estimating tools and techniques, dan cost estimating outputs. Di dalam tiap
bagian mempunyai subbagian lagi yang mencerminkan proyek sejak
perencanaan sampai dengan eveluasi akhir.
5. DAFTAR PUSTAKA

[ 1 ] Devnani, S., Clark, B., Boehm B., “Calibratingthe COCOMO II Post-


Architecture Model”, http://sunset.usc.edu/publications/TECHRPT
S/1998/usccse98-502/CalPostArch.pdf
[ 2 ] J.E. Matson, 1994, B.E. Barret, and J.M. Mellichamp, Software Development
Cost Estimation Using Function Points, IEEE Trans. Software Eng., vol. 20, no.
4, pp. 275–287, April 1994
[ 3 ] Levy, H, and Samat, M, (1978), Capital Investment and Financial Decisions,
Prentice Hall International, Inc.
[ 4 ] M. Jorgensen, “A Review of Studies on Expert Estimation of Software
Development Effort”, http://www.simula.no/photo/expertsubmitnov
ember2002_copy.pdf
[ 5 ] Mendes, E., Mosley, N. and Counsell, S. “Web Metrics - Estimating Design and
Authoring Effort”, http://csdl.computer.org/comp/mags/mu/200
1/01/u1050abs.htm
[ 6 ] Suharjito, “Sistem Estimasi Biaya Dan Usaha Proyek Pengembangan Software
Sistem Informasi Bisnis” …./ suhardjito.pdf

You might also like