You are on page 1of 20

Trauma tumpul atau penetrasi perlukaan pada bladder yang mungkin dapat/tidak dapat menyebabkan ruptur bladder.

Trauma bladder sering berhubungan dengan kecelakaan mobil saat sabuk pengaman menekan bladder, khususnya bladder yang penuh. Etiologi dan faktor resiko

Kandung kencing yang penuh dengan urine dapat mengalami rupture oleh tekanan yang kuat pada perut bagian bawah. Cidera ini umumnya terjadi karena pemakaian sabuk pengaman pada klitis.
Manifestasi klinik Trauma bladder selalu menimbulkan nyeri pada abdomen bawah dan hematuria. Jika klien mempunyai riwayat trauma pada abdomen, itu merupakan faktor predisposisi trauma bladder. Klien dapat menunjukkan gejala kesulitan berkemih. Test diagnostik pada trauma bladder meliputi IVP dengan lateral views atau CT scan saat bladder kosong dan penuh, atau csytogram. Jika darah keluar dari meatus, disrupsi uretral mungkin telah terjadi. Pada kasus ini, klien tidak boleh dikateterisasi sampai dilitis.

Manifestasi klinik
Trauma bladder selalu menimbulkan nyeri pada abdomen bawah dan hematuria. Jika klien mempunyai riwayat trauma pada abdomen, itu merupakan faktor predisposisi trauma bladder. Klien dapat menunjukkan gejala kesulitan berkemih. Test diagnostik pada trauma bladder meliputi IVP dengan lateral views atau CT scan saat bladder kosong dan penuh, atau csytogram. Jika darah keluar dari meatus, disrupsi uretral mungkin telah terjadi. Pada kasus ini, klien tidak boleh dikateterisasi sampai disrupsi tersebut teratasi.

Manajemen medis

Tindakan pertama pada trauma bladder adalah insersi kateter foley atau kateter suprapubik untuk memonitor hematuria dan menjaga agar bladder tetap kosong sampai sembuh. Cidera karena contusio atau perforasi kecil dapat diperbaiki dengan pembedahan.

Manajemen keperawatan
Pengkajian terhadap klien yang dicurigai mengalami trauma bladder merupakan hal yang penting. Perawat harus selalu memonitor urine output klien untuk mengetahui jumlah atau adanya hematuria. Perawat harus mencatat penurunan urine output yang berhubungan dengan intake cairan klien. Insersi kateter harus dilakukan secara hati-hati pada klien yang dicurigai mengalami trauma bladder.

Manajemen keperawatan pada klien bedah


Pada pasien post operative, perawat harus mempertahankan drainase urine untuk mencegah tekanan pada jaritan kandung kemih. Karena klien memakai cateter uretra atau suprapubik maka penting diberikan informasi kepada klien tentang perawatan kateter. Kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya harus ditingkatkan sehingga mampu merawat dirinya di rumah. Rujuk untuk perawatan setelah keteter dicabut. Berikan pula informasi mengenai latihan untuk memulihkan fungsi otot-otot kandung kemih. TRAUMA URETRA

Uretra, sama seperti bladder, dapat mengalami cidera/trauma karena fraktur pelvic. Terjatuh dengan benda membentur selangkangan (stradle injury) dapat menyebabkan contusio dan laserasi pada uretra. Misalnya saat jatuh dari sepeda. Trauma dapat juga terjadi saat intervensi bedah. Luka tusuk dapat pula menyebabkan kerusakan pada uretra. Kerusakan uretra ini diindikasikan bila pasien tidak mampu berkemih, penurunan pancaran urine, atau adanya darah pada meatus. Karena kerusakan uretra, saat urine melewati uretra, proses berkemih dapat menyebabkan ekstravasasi saluran urine yang menimbulkan pembengkakan pada scrotum atau area inguinal yang mana akan menyebabkan sepsis dan nekrosis. Darah mungkin keluar dari meatus dan mengekstravasasi jaringan sekitarnya sehingga menyebabkan ekimosis. Komplikasi dari trauma uretra adalah terjadinya striktur uretra dan resiko impotent. Impotensi terjadi karena corpora kavernosa penis, pembuluh darah, dan suplay syaraf pada area ini mengalami kerusakan. Penatalaksanaan trauma uretra meliputi pembedahan dengan pemakaian kateter uretra atau suprapubik sebelum sembuh, atau pemasangan kateter uretra/suprapubik dan membiarkan urethra sembuh sendiri

selama 2 3 minggu tanpa pembedahan. Selama periode tersebut pasien dimonitor untuk terjadinya infeksi atau ekstravasasi urine. TRAUMA URETER Lokasi ureter berada jauh di dalam rongga abdomen dan dilindungi oleh tulang dan otot, sehingga cidera ureter karena trauma tidak umum terjadi. Cidera pada ureter kebanyakan terjadi karena pembedahan. Perforasi dapat terjadi karena insersi intraureteral kateter atau instrumen medis lainnya. Luka tusuk dan tembak juga dapat juga membuat ureter mengalami trauma. Dan meskipun tidak umum, tumbukan atau decelerasi tiba-tiba seperti pada kecelakaan mobil dapat merusak struktur ureter. Tindakan kateterisasi ureter yang menembus dinding ureter atau pemasukan zat asam atau alkali yang terlalu keras dapat juga menimbulkan trauma ureter. Trauma ini kadang tidak ditemukan sebelum manifestasi klinik muncul. Hematuria dapat terjadi, tapi indikasi umum adalah nyeri pinggang atau manifestasi ekstravasasi urine. Saat urine merembes masuk ke jaringan, nyeri dapat terjadi pada abdomen bagian bawah dan pinggang. Jika ekstravasasi berlanjut, mungkin terjadi sepsis, ileus paralitik, adanya massa intraperitoneal yang dapat diraba, dan adanya urine pada luka terbuka. IVP dan ultrasound diperlukan untuk mendiagnose trauma ureter ini. Pembedahan merupakan tindakan utama untuk memperbaiki kerusakan, mungkin dengan membuat anastomosis. Kadang-kadang prosedur radikal seperti uterostomy cutaneus, transureterotomy, dan reimplantasi mungkin dilakukan. DIAGNOSA PERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL (Post operatif) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya stoma, aliran/rembesan urine dari stoma, reaksi terhadap produk kimia urine. Gangguan body image berhubungan dengan adanya stoma, kehilangan kontrol eliminasi urine, kerusakan struktur tubuh ditandai dengan menyatakan perubahan terhadap body imagenya, kecemasan dan negative feeling terhadap badannya. Nyeri berhubungan dengan disrupsi kulit/incisi/drains, proses penyakit (cancer/trauma), ketakutan atau kecemasan ditandai dengan menyatakan nyeri, kelelahan, perubahan dalam vital signs. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inadekuatnya pertahanan tubuh primer (karena kerusakan kulit/incisi, refluk urine). Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma jaringan, edema postoperative ditandai dengan urine output sedikit, perubahan karakter urine, retensi urine. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur body dan fungsinya, response pasangan yang tidak adekuat, disrupsi respon seksual misalnya kesulitan ereksi. Deficit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menangkap informasi, misinterpretasi terhadap informasi ditandai dengan menyatakan miskonsepsi/misinterpretasi, tidak mampu mengikuti intruksi secara adekuat.

NEOPLASMA PADA SISTEM PERKEMIHAN

RENAL KARSINOMA

Tumor renal karsinoma maligna terutama adenocarcinoma menduduki 2% dari semua kanker. Tumor renal maligna yang kecil (adenoma) bisa timbul tanpa membawa kerusakan yang jelas atau menimbulkan berbagai gejala. Carcinoma sel-sel ginjal jarang timbul sebelum orang berusia 40 tahun, lebih sering berjangkit pada usia 50 tahun samapi 70 tahun, terjadi lebih banyak pada pria daripada wanita. Hematuria merupakan gejala yang paling lumrah pada carcinoma sel-sel renal. Hematuri yang intermitten mengurangi kepedulian orang untuk mencari pertolongan. Setiap orang yang mengalami hematuria harus menjalani pemeriksaan urologi yang lengkap, karena lebih dini diketahui maka peluang sembuh akan lebih bersih. Gejala-gejala lain terdiri dari rasa nyeri tumpul pada bagian pinggir badan, berat badan turun, demam, polycytemia. Mungkin timbul hipertensi karena dampak stimulasi sistem renin angiotensin. IVP akan memperlihatkan ketidakserasian tepi-tepi ginjal dan memberi gambaran adanya dugaan tumor ginjal. Tumor kecil pada parenkhim tidak akan jelas, tapi bisa diperjelas dengan CT scan. Ct scan juga penting untuk membuat diferensiasi carcinoma sel-sel ginjal dan kista renal. Angiografi juga bisa dikerjakan untuk diferensiasi kista dengan tumor. Kecuali pada orang yang berisiko jelek untuk bedah atau telah timbul metastase hebat, ginjal dapat diangkat (nefrektomi) dengan cara transabdominal, thoraco abdominal atau retroperitoneal. Yang pertama merupakan yang paling sering dipilih agar menjamin arteri dan vena renal tetap aman dan sebagai pencegahan penyebaran sel kanker ganas. Setelah bedah tumor maligna diteruskan dengan sensitifitas radigrafi, biasanya pasien mendapatkan serangkaian therapi sinar X. Untuk pengobatan ini tidak perlu hospitalisasi. Radiasi juga dilakukan untuk daerah metastase sebagai pengobatan paliatif bagi mereka yang tidak mungkin bisa dibedah. Kemotherapi belum memperlihatkan mutu pada pengobatan carcinoma sel-sel kanker. Angka pasien yang bisa tertolong setelah pengobatan tergantung kepada gawatnya metastase. Angka pulih kembali setelah 10 tahun sangat rendah, terutama karena kebanyakan orang tidak berobat pada tingkat dini dan menunggu sampai penyakit sudah sangat lanjut. KARSINOMA KANDUNG KEMIH

Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah kandung kemih. Kanker kandung kemih terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan dengan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% pasien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.

Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria meningkat lebih dari 20 % sedangkan kasus pada wanita berkurang 25%. Faktor predisposisi yang diketahui dari kanker kandung kemih adalah karena bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi schistosoma haematobium dan merokok. Tumor dari kandung kemih berurutan dari papiloma benigna sampai ke carcinoma maligna yang invasif. Kebanyakan neoplasma adalah jenis sel-sel transisi, karena saluran kemih dilapisi epithelium transisi. Neoplasma bermula seperti papiloma, karena itu setiap papiloma dari kandung kemih dianggap pramalignansi dan diangkat bila diketahui. Karsinoma sel-sel squamosa jarang timbul dan prognosanya lebih buruk. Neoplasma yang lain adalah adenocarcinoma. Kanker kandung kemih dibagi tingkatannya berdasarkan kedalaman tingkat invasifnya yaitu : tingkat O Mukosa, tingkat A Sub Mukosa, Tingkat B Otot, Tingkat C Lemak Perivisial, Tingkat D Kelenjar Limfe. Hematuria yang tidak disertai rasa nyeri adalah gejala pertamanya pada kebiasaan tumor kandung kemih. Biasanya intermitten dan biasanya individu gagal untuk minta pertolongan. Hematuria yang tidak disertai rasa nyeri terjadi juga pada penyakit saluran kemih yang non malignant dan kanker ginjal karena itu tiap terjadi hematuri harus diteliti. Cystitis merupakan gejala dari tumor kandung kemih, karena tumor merupakan benda asing di dalam kandung kemih. Pemeriksaan cytologi urine dapat memperkenalkan sel-sel maligna sebelum lesi dapat divisualisasikan dengan cystoscopy yang disertai biopsi. Penentuan klinis mengenai tingkatan invasif dari tumor penting dalam menentukan regimen terapi dan dalam pembuatan prakiraan prognose. Tiap orang yang pernah menjalani pengangkatan papilomma harus menjalani pemeriksaan cystoscopy tiap tiga bulan untuk selama dua tahun dan kemudian intervalnya sedikit dijarangkan bila tidak ada tanda-tanda lesi yang baru. Keperluan pemeriksaan yang sering harus dijelaskan oleh ahli urologi dan harus diperkuat oleh perawat. Tumor-tumor kecil yang sedikit menjangkiti lapisan jaringan dapat ditolong dengan sempurna dengan fulgurisasi transuretra atau dieksisi. Foley kateter biasanya dipasang setelah pembedahan. Air kemih berwarna kemerahan tetapi tidak terjadi perdarahan gross. Rasa panas saat berkemih dapat diatasi dengan minum yang banyak dan buli-buli hangat pada daerah kandung kemih atau berendam air hangat. Pasien boleh pulang beberapa hari kemudian setelah bedah. Bila tumor tumbuh pada kubah kandung kemih harus dilaksanakan reseksi segmental dari kandung kemih. Sistektomi atau pengangkatan seluruh kandung kemih harus dilaksanakan bila penyakit sudah benart-benar ganas. Radiasi kobalt eksternal terhadap tumor yang invasif sering dilakukan sebelum bedah untuk memperlambat pertumbuhan. Radiasi supervoltase dapat diberikan kepada pasien yang fisikinya tidak kuat menghadapai bedah. Radiasi bukan kuratif dan mutunya hanya sedikit dalam pengelolaan bila tumor tidak mungkin bisa dioperasi. Radiasi internal jarang dipakai karena efeknya yang berbahaya.

Chemotherapy merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam kandung kemih sebagai pengobatan topikal. Pasien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam kandung kemih selama dua jam. KARSINOMA PROSTAT

Karsinoma prostat ditemukan secara kebetulan pada waktu prostatektomi, sesudah dilakukan pemerikasaan patologi anatomik. Karsinoma prostat perlu dicurigai bila pada rectal toucher teraba benjolan-benjolan yang keras (indurasi pada satu atau beberapa tempat). Biasanya di lobus posterior. Seringkali penderita datang karena adanya hematuria gross. Hal ini mungkin karena proses penjalaran karsinoma ke arah lumen uretra dan menimbulkan ulcerasi disitu sehingga terjadi perdararahan. Diagnosis diferensialnya adalag batu prostat, TBC prostat, prostatitis kronik. Untuk membedakannya perlu dilakukan biopsi jarum. Therapi yang umum digunakan adalah triple therapy yaitu prostatektomy, orkidektomy sub kapsuler dan pemberian hormon estrogen. Kelenjar prostat merupakan tempat yang kedua pada pria untuk pertumbuhan kanker. Terdapat faktor keluarga untuk pertumbuhan penyakit ini. Kanker prostat bertanggung jawab atas 10% dari seluruh jumlah angka kematian pria. Jarang terjadi sebelum usia 50 tahun dan angka semakin meningkat seiring peningkatan usia. Lebih muda penderita terserang, lebih lethal penyakit ini. Walaupun kanker bisa dimulai dimana saja pada kelenjar prostat dan bermulti fokal sumbernya biasanya timbul pada lobus perifer sehingga timbul pada lobus perifer sehingga timbul nodul yang dapat diraba. Deteksi dini pada waktu palpasi memungkinkan pengobatan yang dini juga dan dapat memperbaiki prognosa. Karena alasan tersebut semua pria harus menjalani pemeriksaan rektal tiap tahun. Kanker prostat biasanya dimulai dengan perubahan pola berkemih, frekuensi, desakan, nokturia akibat membesarnya ukuran kelenjar yang mendesak uretra. Obstruksi uretra yang lengkap dapat terjadi. Hematuria dapat berkembang menjadi anemia. DIAGNOSA KEPERAWATAN & TINDAKAN PADA PASIEN DENGAN KANKER SALURAN KEMIH 1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.

Tujuan : Pasien dapat mengurangi rasa cemasnya

Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan

Tindakan : Tentukan pengalaman pasien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya Berikan informasi tentang prognosis secara akurat Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi

dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu pasien mempersiapkan diri dalam

pengobatan 1. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman Pertahankan kontak dengan pasien, bicara dan sentuhlah dengan wajar. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan pasien mngatakan nyeri, pasien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.

Tujuan : Pasien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas Melaporkan nyeri yang dialaminya Mengikuti program pengobatan Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin

Tindakan : Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas

Evaluasi therapi : pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan pasien dan keluarga

tentang cara menghadapinya Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau

nonton TV Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan

berikan sentuhan therapeutik. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.

Kolaboratif 1. Disusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan pasien Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narcotik dll Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan pasien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.

Tujuan : Pasien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya

Tindakan : Monitor intake makanan setiap hari, apakah pasien makan sesuai dengan kebutuhannya Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat.

Anjurkan pula makanan kecil untuk pasien.

Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis,

berlemak dan pedas. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami pasien

Kolaboratif Amati study laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin Berikan pengobatan sesuai indikasi

Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida 1. Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan infus. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.

Tujuan : Pasien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada tingkatan siap Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan Bekerjasama dengan pemberi informasi

Tindakan : Review pengertian pasien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya Tentukan persepsi pasien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada pasien tentang

pengalaman pasien lain yang menderita kanker Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang

tidak diperlukan

Berikan bimbingan kepada pasien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang

lama, komplikasi. Jujurlah pada pasien. Anjurkan pasien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang

penyakitnya ulcerasi 1. Anjurkan pasien memelihara kebersihan kulit dan rambut Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi Review pasien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal Anjurkan pasien untuk mengkaji membran mukosa mulut secara rutin, perhatikan adanya eritema,

Tujuan : Membrana mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi Pasien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal Pasien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan rongga mulut

Tindakan : Kaji kesehatan gigi dan mulut pada saat pertemuan dengan pasien dan secara periodik Kaji rongga mulut setiap hari, amati perubahan mukosa membran. Amati tanda terbakar di mulut,

perubahan suara, rasa kecap, kekentalan ludah Diskusikan dengan pasien tentang metode pemeliharan oral hygine Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan panas, pedas, asam, hindarkan makanan

yang keras Amati dan jelaskan pada pasien tentang tanda superinfeksi oral

Kolaboratif Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi Berikan obat sesuai indikasi

Anagetik, topikal lidocaine, antimikrobial mouthwash preparation. 1. Kultur lesi oral Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake

Tujuan : Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal. Tindakan : Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare, drainse luka.

Hitung keseimbangan selama 24 jam. Timbang berat badan jika diperlukan Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada pasien Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya

ekimosis dan pethekie Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah

Kolaboratif 1. Berikan cairan IV bila diperlukan Berikan therapy antiemetik Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif

Tujuan : Pasien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi

Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal

Tindakan : Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama Jaga personal hygine pasien secara baik Monitor temperatur Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur

Kolaboratif 1. Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets Berikan antibiotik bila diindikasikan Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan deficit pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.

Tujuan : Pasien dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek kanker dan therapi terhadap seksualitas Mempertahankan aktivitas seksual dalam batas kemampuan

Tindakan : Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang proses seksualitas dan reaksi serta hubungannya

dengan penyakitnya 1. Berikan advise tentang akibat pengobatan terhadap seksualitas Berikan privacy kepada pasien dan pasangannya. Ketuk pintu sebelum masuk. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.

Tujuan : Pasien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik

Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan

Tindakan : Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati penyembuhan luka. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal Ubah posisi pasien secara teratur Berikan advise pada pasien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa

rekomendasi dokter HIPERTROPI PROSTAT Istilah ini sebenarnya salah, karena kelenjar prostat tidak mengalami hipertrofi. Yang didapat sebenarnya hiperplasia dari kelenjar periuretral. Kelenjar ini mendesak kelenjar prostat sehingga lama-lama menjadi gepeng dan disebut sebagai kapsul prostat. Untuk mengukur besarnya hipertrofi prostat dapat dipakai pengukuran rectal grading, clinical grading dan intra uretral grading. Biasanya penyakit ini ditemukan pada pria berusia diatas 50 tahun, dan penyakit ini menyebabkan berbagai macam gangguan obstruksi uretra dan rstriksi aliran urine. Pada fase awal umumnya pasien akan mengeluh kencing terasa tidak puas, pancarannya melemah, nokturia. Pada fase selanjutnya pasien akan merasa panas saat berkemih, dysuria, nokturia tambah hebat dan kemudian pada fase lanjut buli-buli akan penuh, over flow incontinence, pasien menggigil kadang-kadang sampai koma. Diagnosa Keperawatan & Tindakan 1. Retensi urine (akut/kronik) berhubungan dengan obstruksi mekanik : pembesaran prostat, dekompensasi otot destrusor, ketidakmampuan bladder berkontraksi ditandai dengan frequency, hesistansi, ketidakmampuan mengosongkan bladder, inkontinensia, distensi bladder, adanya residu urine.

Tujuan : Berkemih lancar tanpa terjadi distensi bladder Residu urine kurang dari 50 ml tanpa adanya overflow.

Tindakan : Anjurkan pasien untuk berkemih setiap 2 4 jam dan bila sudah penuh

Informasikan kepada pasien tentang stress inkontinensia Observasi pancaran urine, amati ukuran dan kekuatannya Monitor dan catat waktu serta jumlah saat berkemih. Amati menurunnya output urine dan

perubahan pancaran Perkusi/palpasi area suprapubik Anjurkan minum sampai 3000 ml setiap hari bila tidak terdapat intolenransi jantung Monitor vital signs. Observasi hipertensi, peripheral/dependen oedema. Berat badan diukur setiap

hari dan pertahankan intake dan output secara akurat Berikan perawatan cateter dan perineal Berikan rendaman duduk sesuai indikasi

Kolaboratif Berikan pengobatan sesuai indikasi

Antispasmodik misalnya oxybutynin chloride, rectal suppositoria, antibiotik dan antimikrobial, phenoxybenzamine. 1. Kateterisasi urine atau pasang kateter foley sesuai indikasi Monitor hasil laboratorium sperti BUN, Creatinine, Elektrolite, urinalisis dan kultur. Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa : distensi bladder, renal colic, infeksi saluran kemih, therapi radiasi ditandai dengan pasien menyatakan nyeri (bladder/rectal), penurunan tonus otot, grimase, distraksi, kelelahan, respon otonomik.

Tujuan : Nyeri berkurang atau terkontrol Pasien merasa rileks Pasien dapat tidur dan beristirahat dengan tenang

Tindakan : Kaji nyeri, amati lokasi dan intensitasnya (skala 0 10), durasi

Pertahankan bedrest jika diindikasikan Pertahankan rasa nyaman pada pasien misalnya menolong pasien mencari posisi yang nyaman,

menganjurkan tehnik relaksasi/nafas dalam serta aktivitas diversional Anjurkan rendaman duduk

Kolaboratif Lakukan kateterisasi untuk drainase urine Lakukan masase prostat Berikan pengobatan sesuai indikasi

Narkotik (meperidine), antibakterial (methenamine hippurate), antispasmodik dan sedative bladder. 1. Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan diuresis postobstruktive dari drainase, endokrin, ketidakseimbangan elektrolit (disfungsi renal)

Tujuan : Mempertahankan hidrasi secara adekuat yang ditandai vital signs stabil, pulse periferal teraba, capilary refill baik, dan mukosa membran yang normal. Tindakan : mulut. Berikan bedrest dengan kepala ditinggikan Monitor output secara hati-hati, setiap jam bila diindikasikan. Anjurkan pasien meningkatkan intake oral sesuai kebutuhan individual Monitor tekanan darah dan denyut nadi secara teratur. Evaluasi kapilary refill dan membran mukosa

Kolaboratif Monitor elektrolit, khususnya sodium Berikan cairan IV (hipertonik saline) jika diperlukan

1.

Cemas / Takut berhubungan dengan perubahan status kesehatan : pada prosedur bedah, kehilangan kepercayaan diri terhadap kemampuan seksual ditandai dengan peningkatan ketegangan, keragu-raguan, mencemaskan konsekwensi yang tidak logis.

Tujuan : Pasien dapat rileks Mengungkapkan informasi yang akurat tentang keadaannya Menunjukkan penurunan kecemasan & ketakutan

Tindakan : person. Berikan informasi tentang prosedur spesifik, kateterisasi, urine berdarah, iritasi bladder. Berikan Berikan perhatian kepada pasien, ciptakan hubungan saling percaya dengan pasien dan support

informasi sesuai kebutuhan pasien. 1. Informasikan sebelum melakukan prosedur dan pertahankan privacy pasien Anjurkan pasien dan keluarga mengungkapkan perasaannya Deficit pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya kemampuan menangkap informasi, misinterpretasi, tidak terbiasa dengan sumber informasi ditandai dengan pasien bertanya-tanya, mengungkapkan problemnya secara verbal/nonverbal, tidak akurat dalam mengikuti intruksi.

Tujuan : Pasien dapat mengungkapkan pengertian terhadap proses penyakit dan prognosa Mengidentifikasi tanda dan gejala yang berhubungan dengan penyakitnya Mempunyai inisiatif perubahan gaya hidup yang menunjang penyembuhan penyakitnya Berpartisipasi dalam pengobatan dan perawatan

Tindakan : Review proses penyakit, prognosa, tanda dan gejala serta pengobatannya Anjurkan pasien untuk mengungkapkan kecemasan dan tingkat perhatian terhadap penyakitnya

Beri informasi bahwa penyakitnya tidak menular melalui hubungan seksual Rekomendasikan kepada pasien untuk menghindari makanan pedas, kopi, alkohol, mengendarai

sepeda motor dalam jangka waktu lama. kronik. Dukung pasien untuk mengikuti pengobatan secara teratur termasuk latihan rectal dan urinalisis. Berikan informasi tentang hubungan seks, hindari pada fase akut tetapi akan lebih baik pada fase

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3.

Doenges, Marilyn E, et all, Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia, 1993 Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1, Yayasan IAPK Pajajaran, Bandung 1996 Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs, Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of Care, Edisi 5, W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1997

Definisi
Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra) dapat mengalami trauma karena luka tembus (tusuk), trauma tumpul, terapi penyinaran maupun pembedahan. Gejala yang paling banyak ditemukan adalah terdapatnya darah di urin (hematuria), berkurangnya proses berkemih dan nyeri. Beberapa trauma dapat menyebabkan nyeri tumpul, pembengkakan, memar, dan jika cukup berat, dapat menurunkan tekanan darah (syok). Limbah metabolik harus disaring dari darah oleh ginjal dan dibuang melalui saluran kemih, karena itu setiap cedera yang mempengaruhi proses tersebut bisa berakibat fatal. Mencegah kerusakan menetap pada saluran kemih dan mencegah kematian tergantung kepada diagnosis dan pengobatan yang tepat.

TRAUMA GINJAL Trauma tumpul sering menyebabkan luka pada ginjal, misalnya karena kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh atau trauma pada saat berolah raga. Luka tusuk pada ginjal dapat karena tembakan atau tikaman. Kerusakan yang terjadi bervariasi. Cedera ringan menyebabkan hematuria yang hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopis, sedangkan cedera berat bisa menyebabkan hematuria yang tampak sebagai air kemih yang berwarna kemerahan. Jika ginjal mengalami luka berat, bisa terjadi perdarahan hebat dan air kemih bisa merembes ke jaringan di sekitarnya. Jika ginjal sampai terpisah dari tangkainya yang mengandung vena dan arteri, maka bisa terjadi perdarahan hebat, syok dan kematian.

Trauma yang akibat ESWL (extracorporeal shock wave lithotripsy, suatu prosedur rutin untuk menghancurkan batu ginjal) bisa menyebabkan ditemukannya darah dalam air kemih yang sifatnya sementara, tidak terlalu jelas dan akan membaik dengan sendirinya, tanpa pengobatan khusus. Pemeriksaan sinar X untuk ginjal dan saluran kemih, misalnya urografi intravena dan CT scan, dapat secara akurat menentukan lokasi dan luasnya cedera. Pengobatan diawali dengan langkah untuk mengendalikan kehilangan darah dan mencegah syok. Diberikan cairan intravena untuk menormalkan tekanan darah dan merangsang pembentukan air kemih. Untuk cedera ringan (misalnya akibat terapi ESWL), dilakukan pengawasan ketat terhadap asupan cairan dan penderita menjalani tirah baring. Cedera berat yang menyebabkan perdarahan hebat atau kebocoran air kemih ke jaringan di sekitarnya seringkali harus diatasi dengan pembedahan. Jika aliran darah ke ginjal berkurang, maka jaringan ginjal yang normal bisa mati dan digantikan oleh jaringan parut. Hal ini bisa menyebabkan tekanan darah tinggi yang terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan setelah terjadinya trauma. Biasanya jika terdiagnosis dan diobati secara tepat dan cepat, maka sebagian besar trauma ginjal memiliki prognosis yang baik.

TRAUMA URETER Sebagian besar trauma ureter (saluran dari ginjal yang menuju ke kandung kemih) terjadi selama pembedahan organ panggul atau perut, seperti histerektomi, reseksi kolon atau uteroskopi. Seringkali terjadi kebocoran air kemih dari luka yang terbentuk atau berkurangnya produksi air kemih. Gejala biasanya tidak spesifik dan bisa timbul demam atau nyeri. Penyebab lain trauma ureter adalah luka tembus, biasanya karena luka tembak. Jarang terjadi trauma ureter akibat pukulan maupun luka tumpul. Pemeriksaan diagnostik yang biasanya dilakukan adalah urografi intravena, CT scan dan urografi retrograd. Jika trauma ureter terjadi akibat pembedahan, maka dilakukan pembedahan lainnya untuk memperbaiki ureter. Ureter bisa disambungkan kembali ke tempat asalnya atau di bagian kandung kemih yang lainnya. Pada trauma yang tidak terlalu berat, dipasang kateter ke dalam ureter dan dibiarkan selama 2-6 minggu sehingga tidak perlu dilakukan pembedahan. Pengobatan terbaik untuk trauma ureter akibat luka tembak atau luka tusuk adalah pembedahan.

TRAUMA KANDUNG KEMIH Trauma benturan pada panggul yang menyebabkan patah tulang (fraktur) seringkali terjadi pada kecelakaan sepeda motor dan bisa menyebabkan robekan pada kandung kemih. Luka tembus, biasanya akibat tembakan, juga bisa mencederai kandung kemih. Gejala utama adalah adanya darah dalam air kemih atau kesulitan untuk berkemih. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan sistografi. Robekan kecil (laserasi) bisa diatasi dengan memasukkan kateter ke dalam uretra untuk mengeluarkan air kemih

selama 7-10 hari dan kandung kemih akan membaik dengan sendirinya. Untuk luka yang lebih berat, biasanya dilakukan pembedahan untuk menentukan luasnya cedera dan untuk memperbaiki setiap robekan. Selanjutnya air kemih dibuang dari kandung kemih dengan menggunakan 2 kateter, 1 terpasang melalui uretra (kateter trans-uretra) dan yang lainnya terpasang langsung ke dalam kandung kemih melalui perut bagian bawah (kateter suprapubik). Kateter tersebut dipasang selama 7-10 hari atau diangkat setelah kandung kemih mengalami penyembuhan yang sempurna.

TRAUMA URETRA Penyebab utama dari trauma uretra adalah patah tulang panggul dan karena kedua kaki mengangkang (pada pria). Prosedur pembedahan pada uretra atau alat yang dimasukkan ke dalam uretra juga bisa melukai uretra, tetapi lukanya relatif ringan. Gejalanya adalah ditemukannya darah di ujung penis, hematuria dan gangguan berkemih. Kadang air kemih merembes ke dalam jaringan di dinding perut, kantung zakar atau perineum (daerah antara anus dan vulva atau kantung zakar). Penyempitan ureter (striktur) di daerah yang terkena biasanya merupakan komplikasi yang bisa terjadi di kemudian hari. Hal ini bisa menyebabkan impotensi akibat kerusakan arteri dan saraf penis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan uretrogram retrograd. Pengobatan untuk memar ringan adalah memasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih selama beberapa hari untuk mengeluarkan air kemih dan uretra akan membaik dengan sendirinya. Untuk cedera lainnya, pengeluaran air kemih dari uretra dilakukan dengan cara memasang kateter langsung ke dalam kandung kemih. Untuk struktur uretra dilakukan perbaikan melalui pembedahan.

I. Pengertian Trauma kandung kemih adalah suatu keadaan dimana terjadinya ruda paksa pada area vesika urianaria baik saat vesika urinaria dalam keadaan penuh ataupun tidak. II. Penyebab (etiologi) a) Fraktur pelvis b) Trauma multiple c) Dorongan abdomen bawah bila kandung kemih penuh d) Kecelakaan e) Terjatuh III. Manifestasi Klinis Trauma tumpul dapat menyebabkan kontusio (memar berwarna pucat yang besar atau ekimosis akibat masuknya darah kejaringan. Ruptur kandung kemih secara ektraperitoneal, intraperitoneal atau kombinasi keduanya.

IV. Pemeriksaan Diagnostik Uretrogram retrogade (Mengevaluasi cedera uretra) V. Komplikasi Perdarahan Shock Sepsis Ekstravasasi (penyebaran darah ke jariangan

You might also like