Professional Documents
Culture Documents
n
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 mer
ata.
Sebaliknya ketiga faktor tersebut justru akan menimbulkan masaala
h bila
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pem
erataan pemilikan dan penguasaannya tidak diperhatikan dan tidak ditujuk
an
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 unt
uk kesejahteraan rakyat.
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-278 \par\f20 \fs21 \cf0
{\b Pendahuluan }
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-273 \par\f20 \fs21 \cf0
\fi720 Kegiatan pembangunan cesara ideal dilaksanakan guna mencapai
suatu
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 mas
yarakat adil, makmur, dan merata. Bagi sebagian rakyat buakan soal sia
pa yang
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ber
kuasa siapa yang memerintah dan siapa yang diperintah, tetapi yang penting adala
h
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 bag
aimana proses atau usaha untuk mencapai kemakmuran dijalankan sesuai ci
ota
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ras
a keadilan rakyat dan jelmaan dari cita-cita dan tujuan nasional.
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \par\f20 \fs21 \cf0
\fi720 Untuk terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera di
suatu Negara
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 har
uslah memperhatikan beberapa hal pokok yaitu sumber daya manusiasebaga
i
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ang
gota masyarakat yang akan mengelola sumber daya alam (bumi, ai
r, ruang
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ang
kasa dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya) yang disebut agraria dalam
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 art
i luas serta hubungan manusia dengan sumber-sumber daya alam t
ermasuk
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 did
alamnya mewujudkan keadilan dalam mendapatklan kesempatan memperoleh
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 man
faat dari agraria tersebut.
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \fi
720 Sumber daya manusia disuatu negara umumnya sebanding dengan kemajuan
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 neg
ara tersebut, apalagi bila ditunjang oleh sumber-sumber daya alam yang d
imiliki
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ole
h negara itu yang didistribusikan secara adil dan merata. Sebaliknya ketiga fakt
or
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ter
sebut
justru
akan
menimbulkan
masaalah
bila
pemerataan
pemi
likan
dan
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pen
guasaannya tidak diperhatikan dan ditrujukan untuk kesejahteraan rakyat.
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \fi
720 Dari
berbagai
zaman
dan
pengalaman
sejarah
dun
ia,
ternyata
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ket
idakseimbangan pemilikan tanah (Agraria) yang paling banyak menimb
ulkan
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 mas
aalah dan penyengsaraan rakyat. Sebaliknya indikasi sejahterah tidaknya rakyat d
i
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 sua
tu negara ditentukan oleh adanya pemerataan pemilikan dan penguasaan ag
raria
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 neg
ara tersebut.
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \fi
720 Istilah pembaruan agraria merupakan terjemahan dari{\i
agraria}
{\i
reporm }
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy5632\absw8731\absh8391 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 (re
forma agraria), yang dalam pengertian terbatas dikenal sebagai{\i landreform},
dimana \par
}
\sect\sectd\pard\plain
\pgwsxn11900\pghsxn16840
{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \f20 \fs21 \cf0 \f20 \fs21 \cf0
salah satu programnya yang banyak dikenal adalah dalam hal redistribisi (pembag
ian)
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ta
nah (Bonnie Setiawan, 1997 :3).
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i719 Tanah memiliki hubungan yang abadi dengan manusia. Pengaturan tenta
ng
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pe
nguasaan pemilikan tanah telah disadari dan sejak berabat-abat l
amanya oleh
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ne
gara-negara didunia. Perombakan dan pembaharuan struktur keagrarian terut
ama
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ta
nah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat terutama rakyat ta
ni yang
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 se
mula
tidak
memiliki
lahan
olahan/garapan
untuk
memiliki
tan
ah.
Oleh
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 {\
i Parlindungan} (1980:27) dikatakan bahwa negara yang ingin maju harus mengadaka
n
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 {\
i land}{\i reform}.
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i720 Hampir semua negara di dunia pernah melakukan reforma agraria. Ton
ggak
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pe
rtama reform agraria dimulai dari Yunani Kuno, Romawi Kuno, Inggris, Preancis,
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 hi
ngga Rusia. Pada masa itu kaum bangsawan dengan fasilitas yang dimilikinya pada
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 um
umnya
menguasai
lahan-lahan
pertanian
yang
luas.
Untuk
mencegah
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pe
mberontakan rakyat terutama petani-petani yang tidak mempunyai lah
an atau
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 me
mpunyai lahan tetapi sempit maka kaisar mengeluarkan titah tentang pemb
agian
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ke
mbali lahan-lahan pertanian kepada petani.
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i720 Dalam perkembangannya reforma agraria mengalami perkembangan da
n
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pe
rubahan dimana ada negara yang berhasil dan membawa perubahan
dalam
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pe
rkembangan pembangunan dalam negaranya namun ada pula yang gagal. Oleh
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 Wa
linsky dikatakan reforma agraria sebagai masalah yang belum selesai{\i
(Gunawan }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 {\
i Wiradi,2000:36)}. Terhadap pendistribusian tanah atau program landreform
dalam
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 se
jarahnya pertama kali dipopulerkan oleh Amerika Serikat di Jepang, Korea Selatan
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 da
n Taiwan. Ini kemudian berkembang ke negara lain di Asia, Amerika Latin maupun
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 Af
rika terutama dalam dekade 1950-an dan 1960-an.
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i720 Dilaksanakannya
konferensi
Dunia
mengenal
Reformasi
Agraria
dan
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pe
mbangunan
pedesaan
({\i World}{\i
conference}{\i
on}{\i
Agrari
an}{\i
Reform}{\i
and}{\i
Rural }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 {\
i developent}) yang diselenggarakan oleh FAO ({\i Food}{\i and}{\i Agri
culture}{\i Organisation})
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 PB
B di Roma pada bulan Juli 1979 merupakan tonggak yang penting dalam sejara
h
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pe
rjuangan yang panjang untuk melawan kemiskinan dan kelaparan. Konferensi
ini
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 be
rhasil merumuskan deklarasi prinsip-prinsip dan program kegiatan ({\i dec
leration}{\i of }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 {\
i principles}{\i
and}{\i
Programme}{\i
of}{\i
Action}) yang dike
nal dengan piagam petani{\i
(the }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 {\
i Peasants'}{\i charter}). Secara umum deklarasi ini mengakui bahwa masalah kem
iskinan
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 da
n kelaparan merupakan masalah dunia dan karenanya ditekankan bahwa prog
ram
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 re
forma agraria dan pembangunan pedesaan haruslah dilaksanakan secara sere
ntak
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 me
liputi tiga bidang di tiga tingkat yang saling berkaitan yaitu
ditingkat desa,
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 me
ngikutsertakan lembaga pedesaan, ditingkat nasional, mendorong terlaksanan
ya
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pr
insip-prinsip tata ekonomi Internasional baru.
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i720 Indonesia merupakan salah satu peserta dari konfrensi dunia itu me
lakukan
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pe
mbaruan dibidang keagrariaan pada periode 1960-an sebagai perwujudan dari Pasal
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 33
ayat (3) UUD 1945, dengan keluarnya Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 Pe
raturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (disingkat UUPA) pada tanggal 24 September
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 19
60,
yang
selanjutnya
diikuti
dengan
dikeluarkannya
Peraturan
Pemerintah
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 Pe
ngganti Undang - undang (perpu) No. 1 tahun 1960 tentang Luas batas Maksimum
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 da
n Minimum Pemilikan Tanah, pada tanggal 24 Desember 1960. Perpu ini kemudian
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 di
sahkan menjadi Undang-Undang Nomor. 1 tahun 1961 tentang Penetapan Luas
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 Ta
nah
Pertanian.
Undang-undang
ini
lebih
dikenal
dengan
Undan
g-Undang
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 {\
i Landreform}. Untuk aturan pelaksanaannya dikeluarkan Peraturan Pemerinta
h (PP)
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 No
. 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Gan
ti
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8919\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 Ke
rugian. \par
}
\sect\sectd\pard\plain
\pgwsxn11900\pghsxn16840
{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \f20 \fs22 \cf0 \fi720 \f20 \fs
22 \cf0 Bila di Jepang, Taiwan dan Korea Selatan bila dikatak berhasil dalam pro
gram
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 pe
mbaruan agraria yang dilaksanakan terutama{\i landreform} dan menjadi co
ntoh bagi
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 ne
gara-negara lain terutama di Asia, maka Indonesia setelah 32 tahun ber
lakunya
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 UU
PA, program{\i landreform} yang dilaksanakan belum menampakkan hasil ba
hkan
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 pa
da pergantian pemerintahan dari Soekarno (masa Orde Baru) program{\i l
andreform }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 in
i terpinggirkan posisinya dalam kebijakan pembangunan nasional. Pergantia
n dari
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 Or
de Baru ke reformasi ternyata tidak mengubah wajah dari pelaksanaan pr
ogram
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 {\
i landreform} walaupun pemerintah baru reformasi mulai berupaya me
nggiatkan
rjadinya
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 \f
i720 pemberontakan{\i hektemor} dimana tujuan UU ini adalah membebaskan
para
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 \f
i720 "{\i hektemor}" dari hutang, dan sekaligus membebaskannya dari statu
s mereka
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 \f
i720 sebagai budak dibidang pertanian. Hektemor yaitu petani miskin yang menjadi
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 \f
i720 penyakap atau penggarap pada tanah gadaian atau bekas tanahnya sendiri yang
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 \f
i720 telah digadaikan pada orang kaya. Namun ternyata pendapatan para hektemor
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 \f
i720 ini
tidak
mampu
menebus
kembali
tanahnya
ataupun
menge
mbalikan
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 \f
i720 hutangnya sehingga hektemor ini menjadi semacam "budak" bagi sipemegang
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 \f
i720 gadai (petani kaya, pemilik uang). Usaha{\i Solon} kemudian dilanj
utkan oleh
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 \f
i720 Pisistratus yang melakukan reforma agrarian melalui program redistribusi{\i
land }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 \f
i720 {\i to}{\i
the}{\i
tiller}{\i
dan}{\i
land}{\i
to}{\i
the
}{\i
landless}. Petani kecilpun diberi fasilitas
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 \f
i720 perkreditan.
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-275 \f20 \fs22 \cf0 \f
i360 2. Romawi Kuno
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-259 \f20 \fs22 \cf0 \f
i720 {\fs20 Reforma}{\fs20
agrarian}{\fs20
yang}{\fs20
dilakukan}{\fs20
di}{\fs20
Roma}{\fs20
juga}{\fs20
untuk}{\fs20
mencegah}{\fs20
terjadinya }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-251 \f20 \fs22 \cf0 \f
i720 {\fs20 pemberontakan}{\fs20 namun}{\fs20 tujuannya}{\fs20 adalah}{\fs
20 mengangkat}{\fs20 rakyat}{\fs20 kecil,}{\fs20 dengan}{\fs20 cara }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-251 \f20 \fs22 \cf0 \f
i720 {\fs20 melakukan}{\fs20 redistribusi}{\fs20 tanah-tanah}{\fs20 milik}
{\fs20 umum.}{\i \fs20 Tiberius}{\i \fs20 Gracchus}{\fs20 (anggota}{\fs2
0 DPR }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1768\absw8873\absh12035 \sl-254 \f20 \fs22 \cf0 \f
i719 {\fs20 tahun}{\fs20 134}{\fs20 SM)}{\fs20 berhasil}{\fs20 menggolkan}{\
fs20 UU}{\fs20 Agraria}{\fs20 (}{\i \fs20 Iex}{\i \fs20 agrarian}{\fs20 )}{\
fs20 yang}{\fs20 intinya}{\fs20 berupa }\par
}
\sect\sectd\pard\plain
\pgwsxn11900\pghsxn16840
{\phpg\posx2159\pvpg\posy1488\absw8435\absh12306 \f20 \fs19 \cf0 \fi360 \f20 \fs
19 \cf0 penetapan batas maksimum penguasaan tanah. Tanah kelebihan (yaitu kelebi
han dari
\par}{\phpg\posx2159\pvpg\posy1488\absw8435\absh12306 \sl-251 \f20 \fs19 \cf0 \f
i360 batas maksimum) harus diserahkan kepada negara (dengan ganti rugi) dan kemu
dian
\par}{\phpg\posx2159\pvpg\posy1488\absw8435\absh12306 \sl-254 \f20 \fs19 \cf0 \f
i360 dibagikan kembali kepada petani kecil ataupun tunakisma.
\par}{\phpg\posx2159\pvpg\posy1488\absw8435\absh12306 \sl-268 \f20 \fs19 \cf0 {\
i719 aspek
ekonomi,
aspek
sosial
budaya,
kelembagaan,
lingkung
an
dan
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i719 kemanusiaan. Sasaran dan strategi untuk mencapai itu haruslah dipus
atkan
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i719 pada penghapusan kemiskinan dan haruslah dikendalikan oleh kebijaksa
naan
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i719 yang berusaha mencapai pertumbuhan dan pemerataan, redistribusi kuas
a\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i719 kuasa ekonomi daqn politik,
serta partisipasi rakyat. Inti dari
piagam itu
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i719 bahwa
program
reforma
agraria
dan
pembangunan
pedesaan
haruslah
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i719 dilaksanakan secara serentak meliputi tiga bidang dan tiga tingkat yang sal
ing
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i719 berkaitan yaitu :
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i1079 a.
di tingkat desa, mengikutsertakan lembaga pedesaan ;
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i1079 b. di tingkat nasional, rieoriantasi kebijakan pembangunan ;
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i1080 c.
di tingkat internasional, mendorong terlaksananya prinsip-prins
ip tata
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i1440 ekonomi internasional baru;
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i720 Isi piagam ini nampaknya berorientasi kepada lapisan masyarakat ped
esaan.
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i720 Dengan piagam petani maka telah ada pengangkutan dunia mengenai perlunya
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i720 program reforma agraria sebagai dasar pembangunan.
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \par\f20 \fs21 \cf
0 {\b Reforma}{\b Agraria}{\b Indonesia}.
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i720 Dari berbagai zaman dan pengalaman sejarah dunia ternyata k
etidak
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 se
imbangan pemilikan tanah (agraria) yang paling banyak menimbulkan masaal
ah
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 da
n penyengsaraan rakyat. Sebaliknya indikasi sejahtera tidaknya rakyat di
suatu
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ne
gara sangat ditentukan oleh adanya pemerataan pemilikan dan penguasaan
agraria
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 te
rsebut.
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i720 Secara
spesifik
lagi
Iman
Soetijkno
(kompas
cyber,
13
Mei
2002)
\par}{\phpg\posx1800\pvpg\posy1492\absw8874\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 me
ngungkapkan bahwa majunya suatu negara selalu (umumnya) didahului
atau
i719 Pada saat Indonesia masih terdiri dari kerajaan kecil maupun besar, umumnya
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ya
ng paling banyak menikmati hasil agraria adalah raja, keluarga raja da
n kroni\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 kr
oninya. Kepentingan rakyat nampak disepelekan dan kepentingan rajalah ya
ng
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 di
utamakan. Yang terjadi kemudian kerajaan muda disusupi dan diadu
domba
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 se
hingga terjadi perang antar kerajaan (perang saudara). Salah sat
u penyebab
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ut
amanya dapat dikatakan karena kerajaan tidak berakar oada kepentingan rakyat.
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i719 Pada masa penjajahan, yang paling banyak menikmati hasil agraria p
astilah
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pe
njajah dan orang-orang yang dekat dengan pemerintahan penjajah sebab po
litik
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ag
raria yang ditetapkan memang politik yang tidak berpihak pada kesejahte
raan
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ra
kyat jajahan.
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i719 Pada saat merdekapun ternyata tidak serta merta politik agraria na
sional,
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 me
merlukan belasan tahun untuk mewujudkan suatu UU sebagai jelmaan politi
k
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ag
raria nasional yaitu tanggal 24 September 1960 yang dikenal dengan UU
No.5
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 Ta
hun 1960 tentang peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Disingkat UUPA) ,
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ba
hkan lebih awal dari dilaksanakannya konfrensi Dunia di Roma tahun 197
9 yang
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 me
nghasilkan piagam petani dimana Indonesia merupakan salah satu negara y
ang
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 me
ngirimkan delegasi besar ke konfrensi tersebut.
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i719 Diundangkannya UUPA merupakan tonggak penting dalam hukum Nasional
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 In
donesia terutama dalam pembaruan agraria yaitu ketentuan-ketentuan Landre
form
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 se
perti ketentuan-ketentuan mengenai luas maksimun-minimum hak milik atas tanah
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 (p
asal 7 dan 17ayat (1) UUPA) dan pembagian tanah kepada petani tak be
rtanah
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 (P
asal 17 ayat (3) UUPA). Pengaturannya terdapat dalam UU No.56 Prp 1960 tentang
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8726\absh12365 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 Pe
rategis
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pe
mbangunan sehingga pelaksanaan
UUPA sering terhambat secara pol
itis \par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ps
ikologis (Media Transparansi Indonesia Cyber, 2001).
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i719 Pergantian rezim pemerintahan tidak membawa banyak perubahan
pada
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 wi
layah pelaksanaan landreform Indonesia. Walaupun Pemerintah dimasa reform
asi
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 in
i
berupaya
untuk
menggiatkan
kembali
landreform
dengan
meng
eluarkan
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 Ke
presNo.48 tahun 1999 tentang tim Pengkajian Kebijaksanaan dan Peraturan
Per
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 Un
dang-Undangan Dalam Rangka Pelaksanaan landreform. Tim Landreform
ini
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 me
mpunyai tugas (pasal 3) yaitu :a) melakukan pengkajian terhadap
peraturan
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pe
rundang-undangan dibidang pertanahan ; b) melakukan pengkajian dan penel
ahan
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 te
rhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang berkai
tan
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 de
ngan landreform; c) menyusun dan merumuskan kebijaksanaan dan rancangan
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pe
raturan perundang-undangan yang diperlukan untuk terlaksananya landr
eform.
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 Na
mun belum kita lihatadanya hasil dari pembentukan tim tersebut.
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 \f
i719 Semakin menumpuknya masaalah pertanahan tidak bisa dilepas dari macetnya
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pe
laksanaan
landreform
di
Indonesia.
Mencermati
perkembangan
mas
yarakat
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 se
karang dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang begitu tinggi maka
kiranya
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ke
bijakan pertanahan dalam rangka landreform perlu ditinjau ulang. Kebijak
an ini
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pe
rlu untuk disesuaikan dengan konsep pembaharuan agraria dan paeadigma b
aru
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ya
ng mendukung ekonomi kerakyatan, demokratis dan partisipatif, namun hal
ini
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ti
dak bisa dilepaskan dari keseriusan pemerintah. Sebab berhasil tidaknya
suatu
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 pr
ogram tergantung dari kemauan politik pemerintah berkuasa.
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-278 \par\f20 \fs21 \cf
0 {\b Kesimpulan }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-273 \par\f20 \fs21 \cf
0 \fi719 Melihat perkembangan program landreform di Indonesia yang ternyat
a dapat
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 di
katakan sama sekali macet dalam pelaksanaannya, Indonesia nampaknya kura
ng
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 da
pat belajar dari sejarah pembaharuan agraria, terutama landreform yang dilak
ukan
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 ol
eh negara-negara lain didunia guna mendukung pelaksanaan landrefor
m di
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 In
donesia, hal ini terutama disebabkan oleh kurangnya kemauan politik pem
erintah
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8712\absh12117 \sl-275 \f20 \fs21 \cf0 se
rta
kebijakan
pembangunan
yang
lebih
mengarah
pada
upaya
mengejar \par
}
\sect\sectd\pard\plain
\pgwsxn11900\pghsxn16840
{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8604\absh442 \f20 \fs23 \cf0 \f20 \fs23 \cf0 p
ertumbuhan tanpa memperhatikan pemerataan ekonomi, akibatnya dirasakan ol
eh
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1492\absw8604\absh442 \sl-275 \f20 \fs23 \cf0 raky
at terutama yang tidak memiliki tanah yang semakin terpuruk pada kemiskinan. \pa
r
}
\sect\sectd\pard\plain
\pgwsxn11900\pghsxn16840
{\phpg\posx1799\pvpg\posy1500\absw8638\absh3913 \b \f20 \fs22 \cf0 \fi3048 \b \f
20 \fs22 \cf0 DAFTAR PUSTAKA
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1500\absw8638\absh3913 \sl-273 \par\b \f20 \fs22 \
cf0 {\b0 Anonim,}{\b0 13}{\b0 Mei}{\b0 2002,}{\b0 Pengalaman}{\b0 dan}{\b0
Hikmah}{\b0 Sejarah}{\b0 UUPA,}{\b0 kompas}{\b0 Cyber. }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1500\absw8638\absh3913 \sl-275 \b \f20 \fs22 \cf0
{\b0 A.P.Perlindungan,}{\b0 1980,}{\b0 Komentar}{\b0 Atas}{\b0 Undang-Un
dang}{\b0 Pokok}{\b0 Agraria,}{\b0 alumni }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1500\absw8638\absh3913 \sl-275 \b \f20 \fs22 \cf0
\fi720 {\b0 Bandung. }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1500\absw8638\absh3913 \sl-275 \b \f20 \fs22 \cf0
{\b0 Bonnei}{\b0
Setiawan,}{\b0
1997,}{\b0
Reformasi}{\b0
Agrari
a,}{\b0
Perubahan}{\b0
Politik,}{\b0
dan}{\b0
Agenda }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1500\absw8638\absh3913 \sl-275 \b \f20 \fs22 \cf0
\fi719 {\b0 Pembaharuan}{\b0
Agraria}{\b0
di}{\b0
Indonesia,}{\b0
Ko
nsorsium}{\b0
Pembaruan}{\b0
Agraria}{\b0
dan }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1500\absw8638\absh3913 \sl-275 \b \f20 \fs22 \cf0
\fi719 {\b0 lembaga}{\b0 Penerbit}{\b0 FEUI,}{\b0 Jakarta. }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1500\absw8638\absh3913 \sl-275 \b \f20 \fs22 \cf0
{\b0 Erma}{\b0 Rejagukguk,}{\b0 1985,}{\b0 landreform}{\b0 :}{\b0 Suat
u}{\b0 Tinjauan}{\b0 kebelakang}{\b0 dari}{\b0 pandangan }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1500\absw8638\absh3913 \sl-275 \b \f20 \fs22 \cf0
\fi720 {\b0 kedepan,}{\b0 Majalah}{\b0 Hukum}{\b0 dan}{\b0 Pembangunan}{\b0
No.4}{\b0 Tahun}{\b0 XV,}{\b0 FHUI,}{\b0 Jakarta. }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1500\absw8638\absh3913 \sl-275 \b \f20 \fs22 \cf0
{\b0 Gunawan}{\b0 Wiradi,}{\b0 2000,}{\b0 Reforma}{\b0 Agraria}{\b0 Pe
rjalanan}{\b0 Yang}{\b0 Belum}{\b0 Berakhir,}{\b0 Lapera }
\par}{\phpg\posx1799\pvpg\posy1500\absw8638\absh3913 \sl-275 \b \f20 \fs22 \cf0
\fi720 {\b0 Pustaka}{\b0 Utama,}{\b0 Yogyakarta. }