You are on page 1of 11

PEREODESASI SEJARAH ISLAM {Ali Farhan ibn Ahmadi} A.

PENDAHULUAN Keberadaan beberapa aliran dalam sejarah perkembangan Islam, baik secara global maupun lokal tidak bisa terlepas dari fen omena sejarah yang melatarbelakanginya. Hal ini, setidaknya disebabkan oleh fakt or kondisi yang sangat berpengaruh pada kelahiran maupun keberlangsungan suatu a liran. Sejauh ini, kronologi sejarah Islam secara global mengalami metamorfosa y ang cukup fluktuatif. Masa klasik sebagai cikal bakal perkembangan Islam ditanda i dengan upaya pembangunan peradaban yang dimotori oleh Rasulullah hingga raja-r aja Abbasiyah. Upaya yang memakan waktu tidak sebentar ini sempat `dihentikan` o leh serangan Holago Khan di Baghdad yang menjadi tanda dimulainya zaman pertenga han. Sebagian sejarawan lebih suka menamai periode ini dengan masa kemunduran ya ng kemudian dilanjutkan dengan masa kebangkitan kembali pada awal abad 20. Di In donesia, Islam baru masuk serta tumbuh sekitar abad ke-7. Kendati begitu, hal in i bukanlah suatu halangan berarti bagi perkembangan Islam. Buktinya hingga saat ini, perkembangan Islam di Indonesia mengalami progresivitas yang cukup signifik an. Sebagai agama yang dianut mayoritas penduduk, Islam `dianggap` mampu untuk m engubah paradigma berpikir masyarakat Indonesia melalui beberapa tahapan. Lalu s eberapa eratkah relevansi antar fenomena sejarah dengan perkembangan ilmu penget ahuan dalam Islam? Benarkah ilmu pengetahuan Islam benar-benar terpuruk ketika d alam masa pertengahan? B.PERIODISASI SEJARAH ISLAM GLOBAL Sebagai agama yang mel ingkupi seluruh dimensi kehidupan manusia, dinamika dan progresifitas menjadi su atu keniscayaan yang tak terbantahkan. Awal perjalanan sejarah Islam dimulai di kota Mekkah yang saat itu menjadi pusat dakwah Nabi Muhammad saw. Beberapa peris tiwa yang bergulir setelah itu, bahkan hingga saat ini menunjukkan suatu fluktua si yang cukup signifikan. Karena itulah, sejarawan kemudian mengkonsep sebuah pe riodisasi yang mengklasifikasi sejarah umat Islam. Periodisasi menjadi suatu hal yang penting mengingat perjalanan sejarah Islam telah 1

mengalami beragam proses dan waktu yang cukup panjang. Untuk itu, klasifikasi se jarah Islam dibutuhkan agar ia dapat difahami dengan cara singkat serta dapat me mudahkan pemahaman awal para pemerhati sejarah. Hal ini selanjutnya akan memudah kan pemahaman terhadap sejarah Islam secara keseluruhan. Periodisasi sejarah uma t Islam ini disusun berdasarkan keadaan (politik, sosia, ekonomi, serta ilmu pen getahuan) umat Islam secara umum dan beberapa peristiwa yang berpengaruh cukup l uas terhadap dunia Islam secara keseluruhan. Akan tetapi karena kajian ini lebih terkhusus pada ranah aliran (keilmuan), maka aspek yang paling banyak disoroti adalah aspek keilmuan (aliran). Secara umum, ada tiga periode dalam periodisasi yang diakui sejarawan, yakni masa klasik, pertengahan, serta modern. Berikut pen jabarannya secara lebih spesifik. B.1 Islam Masa Klasik (650-1250) Masa ini merupakan masa awal pertumbuhan serta perkembangan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Sebagai pemimpin agama, saat itu Rasulullah masih berada dalam masa dakwah dan penyebarluasan agama Islam. Karena dakwah di Mekkah mendapat tan tangan yang cukup berarti, maka Nabi Muhammad saat itu `banting setir` dan hijra h ke Yastrib (Madinah). Pada masa ini, Nabi Muhammad tidak lagi hanya menjadi pe mimpin dan pemuka agama, akan tetapi juga memangku jabatan sebagai pemimpin poli tik atau pemerintahan. Di sinilah peran Nabi Muhammad menjadi semakin luas karen a beliau juga menangani masalah ekonomi, sosial, serta ilmu pengetahuan umat. Se jarah mencatat bahwa Nabi Muhammad kerap kali berkumpul dalam suatu majlis untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dengan sesama muslim. Metode ini diakui sebagai metode paling efektif dalam upaya internalisasi ilmu pengetahuan Islam. Setelah wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 634 M, tampuk kekuasaan dipegang oleh Khulafa ` Rasyidin. Bisa dikatakan, akar-akar ilmu pengetahuan yang diajarkan Rasulullah masih tertanam erat di kalangan muslimin karena masih banyak para sahabat yang mendapatkan pelajaran langsung dari Nabi Muhammad. Dengan demikian, sandi-sandi Islam yang diajarkan Rasulullah secara umum masih `survive` di kalangan umat Isl am. Penentu kejayaan Islam selanjutnya dipegang oleh Bani Umayyah. Perpindahan t ampuk kekuasaan ini diawali oleh peristiwa tahkim antar kubu Ali dan Muawiyah ya ng menimbulkan perpecahan besar-besaran dalam umat Islam.

Disintegrasi ini tidak banyak berengaruh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Umayah. Bahkan bias dibilang, perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini mengalami suatu pencerahan dan pembaharuan besar. Jika pada masa sebelumnya, yakni masa pemerintahan Nabi Muhammad hingga Khulafa` Rasyidin bidang kajian Is lam hanya terbatas pada bidang penafsiran al-Qur`an dan Hadist, maka pada masa i ni bidang kajian umat Islam sudah meluas pada ranah eksak, kedokteran, sejarah, bahasa, serta filsafat. Kendati begitu, hal yang perlu menjadi catatan adalah ba hwa kemajuan bidang ilmu lain tidak seketika menyurutkan semangat muslim untuk t erus mengkaji bidang keIslaman, khususnya alQur`an dan Hadist. Perkembangan ilmu pengetahuan dunia Islam yang cukup diakui dunia (bahkan disebut golden age) ter jadi pada masa pemerinatahan daulah Bani Abbasiyah. Musyrifah Sunanto menggambar kan bahwa penerjemahan pada masa ini sudah mulai digalakkan. Sebelumnya pada mas a Umayah, penerjemahan konon pertama kali dilakukan untuk memahami buku-buku ked okteran. Literatur yang diterjemah umumnya merupakan literatur yang berasal dari Yunani . Selain itu ia juga menegaskan bahwa selain perkembangan yang cukup mas if dalam bidang ilmu aqli (pengetahuan yang berdasarkan logika, akal), perkemban gan ilmu naqli juga mengalami kemajuan yang cukup pesat. 1 Bukti kesuksesan daul ah Umayah dalam bidang ilmu pengetahuan adalah lahirnya beberapa ilmuwan yang be rpengaruh besar terhadap ilmu pengetahuan dunia, khususnya ilmu kedokteran, astr onomi, eksakta, ilmu bumi, dan ilmu filsafat. Beberapa ilmuwan tersebut di antar anya adalah ar-Razi, al-Fazari, al-Khawarizmi, alIdrisy.serta al-Ghazali. Hal ya ng menarik dari masa ini adalah kemajuan dalam bidang keilmuan justru terjadi ke tika suhu politik Abbasiyah mulai memanas. Ini menunjukkan bahwa ilmuwan pada ma sa itu memiliki konsistensi yang tinggi terhadap komitmen keilmuan mereka. Lahir nya beberapa ilmuwan dalam disiplin ilmu yang bermacam-macam ini cukup membuktik an adanya insentifitas yang cukup intens dari pihak pemerintah guna memacu umat Islam untuk serius mempelajari ilmu, misalnya dengan tingginya apresiasi terhada p karya dan penemuan maupun pembenahan fasilitas perpustakaan. Bisa dipastikan, tata letak kota secara fisik juga terbenahi seiring konstruksi keilmuan 1 Lih. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Islam Klasik, (Jaka rta: Prenada Media, 2003), hlm. 78-89. 3

masyarakat yang mulai menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sejarawan tidak sembarangan memberi nama masa i ni dengan masa klasik, yakni masa lampau yang memberi pengaruh yang cukup berart i pada masa selanjutnya. Sendi-sendi Islam dalam segala aspek mulai dibangun ser ta diperbaiki dalam masa ini. Dan hasilnya, dalam kurun waktu abad, Islam mampu men jadi agama yang terkemuka di hadapan dunia. B.2 Islam Pertengahan (1250-1800) Setelah beberapa abad umat Islam mengusai dunia, di awal abad ke tiga belas keku asaan Islam mulai terguncang. Banyak kerajaan-kerajaan kecil yang mulai berani m elakukan serangan-serangan karena merasa tidak lagi diperhatikan dan juga ingin bebas dari kekuasaan kekhalifahan pada saat itu. Dan puncak dari keruntuhan kekh alifahan Islam pada masa itu adalah kehancuran Bagdad sebagai pusat pemerintahan oleh serangan Hulaghu khan (cucu Jengis Khan). Ia adalah pemimpin bangsa Mongol yang disegani pada saat itu. Perpustakaan Islam dibakar dan buku-buku banyak ya ng dilarikan ke perpustakaan mereka. Sehingga banyak karya-karya cendikia muslim yang tak dapat lagi ditemukan jejaknya. Periode ini terbagi menjadi dua fase, y aitu fase kemunduran (1250-1500) dan fase tiga kerajaan yang dimulai dengan kema juan (1500-1700) lalu kemunduran (1700-1800). Pada fase pertama, disentralisasi dan disintegrasi mulai meningkat. Perbedaan antara sekte pun meningkat terutama antara Sunni dan Syi ah, demikian juga antara Arab dan Persia bertambah nyata dan ke lihatan. Dunia Islam pada saat itu terbagi dua yakni bagian Arab yang terdiri da ri Arabia, Irak, Suriah, Palestina, Mesir, dan Afrika Utara dengan Mesir; serta bagian Persia yang terdiri dari Balkan, Asia kecil, Persia, dan Asia tengah deng an Iran sebagai pusat. Kebudayaan Persia mengambil bentuk internasional dan deng an demikian mendesak lapangan kebudayaan Arab. Pendapat bahwa pintu ijtihad tert utup makin meluas di kalangan umat islam. Demikian juga tarekat dengan pengaruh negatifnya. Perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali. Umat islam di Spanyol dipaksa masuk Kristen atau keluar daerah itu. Pada fase kedua -tiga kerajaan-, dimulai dengan kemajuan. Yang dimaksud dengan tiga kerajaan disini adalah keraja an Usmani (ottoman empire) di Turki, kerajaan Safawi di persia, dan kerajaan Mug hal di India. Di masa kemajuan, ketiga kerajaan besar ini mempunyai kejayaan mas ing-masing terutama dalam bentuk literatur dan arsitek. Mesjidmesjid dan gedunggedung indah yang didirikan di zaman ini masih dapat dilihat di Istambul, di Tib riz, Isfahan serta kota-kota lain di Iran dan di Delhi. Kemajuan umat Islam di z aman ini lebih banyak merupakan kemajuan di periode klasik. Perhatian pada ilmu pengetahuan masih kurang sekali.

Perlu ditegaskan bahwa pada masa ini sudah muncul usaha pembaharuan, terutama di kerajaan Usmani. Ini berawal ketika kerajaan Usmani mengalami beberapa kekalaha n dalam peperangan melawan Negara-negara Eropa. Sehingga para raja merasa gelisa h dan takut akan keruntuhan kekuasaannya. Hal inilah yang mendorong mereka untuk meyelidiki sebab-sebab kekalahan dan mulai memperhatikan kemajuan Eropa, teruta ma Perancis yang pada saat itu berada pada puncak kejayaan. Pengiriman duta-duta pun mulai dilakukan. Mereka yang dikirim sebagai duta bertugas mengunjungi dan menyelidiki pabrikpabrik, benteng-benteng pertahanan, dan institusi institusi da ri dekat lalu kemudian memberikan laporan. Laporan-laporan yang diberikan menari k perhatian sultan untuk melakukan pembaharuan. Karena Eropa sudah mencapai keja yaan dan bahkan suatu saat nanti dapat menguasai dunia. Pengiriman duta ke Eropa ditanggapi positif. Para ahli-ahli Eropa pun mulai berkunjung ke daerah-daerah kekuasaan Islam dan melatih para tentara muslim. Sampaisampai ada dari mereka ya ng masuk Islam dan bergabung bersama pasukan muslim. Tidak hanya dalam bidang mi liter, dalam bidang non-militer pun ada usaha pembaharuan yang dilakukan para sa rjana muslim. Barbagai macam cabang ilmu dipelajari lalu kemudian ditulis dalam bentuk buku dan selajutnya dijadikan bahan bacaan di Turki. Penerjemahan buku ba rat pun mulai digalakkan. Terdapat beberapa tempat penerjemahaan yang dibangun p ada masa ini. Namun demikian usaha-usaha ini belum membawa hasil yang dikehendak i. Ada beberapa faktor diataranya, adanya sultan-sultan yang lemah dan mudah dit aklukan oleh musuh dan adanya penentangan dari pihak ulama-ulama tradisional. Me reka menentang segala sesuatu yang berasal dari barat. Inilah sedikit gambaran b agaimana usaha pembaharuan yang dilakukan pada zaman ini. Walaupun pada akhirnya tidak membawa hasil yang diharapkan, tapi sudah ada usaha yang gigih untuk menc apai kembali kejayaan islam di masa lampau. 2 Pada masa kemunduran, kerajaan Usm ani terpukul di Eropa, kerajaan Safawi dihancurkan oleh serangan-searngan suku b angsa Afghan, dan daerah kekuasaan kerajaan Mughal dipekecil oleh pukulan-pukula n raja-raja India. Kekuatan militer dan kekuatan politik umat isalam berkurang d an mengalami penurunan. Umat isalam dalam keadaan statis dan mundur. Dalam pada itu, Eropa dengan kekayaannya yang diambil dari Amerika dan Timur jauh, bertamba h kaya dan maju. Penetrasi barat yang kekuatannya meningkat ke dunia Islam, yang kekuatannya menurun, kian mendalam dan kian meluas. Yang pada akhirnya pada tah un 2 Lih. Harun Nasution. Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan, ( Jakarta: Bulan Bintang, 2003), hlm. 8 5

1798 Napoleon dapat menduduki mesir sebagai salah satu pusat isalm yang terpenti ng. B.3 Periode Modern (1800-sekarang) Periode ini merupakan zaman kebangkitan u mat islam. Jatuhnya mesir ke tangan barat menginsafkan dunia islam akan kelemaha nnya dan menyadarkan umat islam bahwa di barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaaman bagi bagi islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang memperkenalkan ide-ide baru seperti system Negara republic yang kepala neg aranya dipilih untuk jangka waktu tertentu, persamaan (egalitarian), dan kebangs aan (nation) membuat kalangan Cendikia muslim gelisah. Raja-raja dan pemuka Isla m mulai memikirkan mutu dan kekuatan Islam kembali. Mereka berusaha untuk mengem balikan balance of power yang membahayakan Islam. Maka dari itu, pada periode in ilah muncul ide-ide pembaharuan dalam islam sebagai suatu usaha untuk kembali pa da kejayaan.3 Muncullah gerakan pembaharuan yang dilakukan di berbagai Negara, t erutama Turki Usmani dan Mesir. Para pembaharu di Turki melahirkan berbagai alir an pembaharuan, seperti Usmani Muda yang di pelopori oleh Ziya pasha (1825-1880) dan Namik Kemal (1840-1888), Turki Muda yang dimotori oleh Ahmed Reza (1859-193 1), Mahmed Murad (1853-1912), dan Sabahuddin (1877-1948). Dari Mesir juga ada be berapa pembaharu diantaranya Muhammad Ali Pasha, Al Tahawi (1801-1873), Jamaludd in Al Afghani (1839-1897), Muhammad Abduh (1849-1905), dan muridnya Rasyid Ridha (1865-1935). Dari Pakistan juga dikenal Muhammad Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah. 4 Masing-masing mereka melakukan pembaharuan dan bergerak pada bidang yang berb eda-beda. Ada yang melakukan gerakan pembaharuan dalam bidang teologis dan ada j uga yang masuk dalam bidang perpolitikan dan pemerintahan. Sehingga usaha pembah aruan dilakukan dalam berbagai aspek. Demikian sejarah Islam singkat yang pada k ontak Islam dan Barat menampilkan keunggulan peradaban Islam atas Barat. Sedangk an pada kontak selanjutnya, menampilkan keunggulan peradaban Barat atas Islam be rlangsung sampai sekarang. dan samapi sekarang peradaban Islam masih tertinggal. Akan tetapi usaha-usaha untuk mencapai kembali kejayaan peradaban Islam masih 3 Lih. Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 19 95), hlm. 54. 4 A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 19 93), hlm. 320.

C. ISLAM INDONESIA (MITOS, IDEOLOGI, DAN ILMU) Membincang sejarah Islam di Indon esia tak dapat dilepaskan dari sejarah panjang perjuangan kemerdekaan yang berla ngsung selama 3,5 abad. Lamanya waktu ini mau tidak mau membekas dalam kerangka pikir masyarakat pribumi secara luas. Apalagi, bangsa kolonial yang menjajah Ind onesia memiliki tujuan yang lebih kompleks, yakni gold (uang, harta), glory (mah kota, kekuasaan), serta gospel (mahkota, kekuasaan). Sejarah mencatat bahwa Isla m masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M. Saat itu, menurut catatan beberapa sejara wan, Islam diinternalisasikan melalui berbagai jalur, seperti lewat pelajaran, k esenian, dakwah, serta perkawinan. Hal ini menjadi logis karena dalam keberadaaa nnya sebagai agama baru di tengah masyarakat yang telah memiliki kepercayaan aga ma, Islam dituntut untuk bisa berdialektika dengan adat dan kebiasaan setempat s elama hal yang demikian tidak mengotori sendi-sendi Islam. Salah satu upaya dial ektika ini adalah kesenian wayang yang dijadikan daya tarik kepada masyrakat pri bumi dengan menjadikan pembacaan syahadat sebagai tiket masuk pertunjukan seni w ayang tersebut. Dengan demikian, tidaklah mengherankan jika kerangka berpikir ma upun kepercayaan masyarakat Indonesia mengalami metamorfosa yang cukup berliku. Hasil dari proses panjang ini pun tidaklah mengecewakan. Paling tidak secara kas at mata, Indonesia hingga saat ini masih tercatat sebagai negara dengan populasi muslim terbanyak sedunia. Berikut dijabarkan secara lebih spesifik mengenai met amorfosa kerangka berpikir masyarakat Indonesia yang berpengaruh secara langsung terhadap kerangka dasar suatu aliran atau organisasi. C.1 Masa Mitos Kuntowijoy o mengemukakan bahwa ciri utama dari masa ini adalah cara berpikir pralogis (mis tik) berbentuk magi. 5 Hal ini agaknya merupakan suatu warisan nenek moyang yang turun-temurun hingga masa itu. Sebelum mengenal Hindu-Budha, Nenek moyang bangs a Indonesia menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Kendati kepercayaan yan g demikian tidak lagi dapat `survive` di Indonesia, akan tetapi ia tetap memberi kan pengaruh yang cukup kuat terhadap pola pikir masyarakat 5 Lih. Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hlm. 7 7 7

Indonesia, seperti yang tampak pada mengakarnya kepercayaan terhadap hal-hal mag is. Pola pikir yang demikian tampak dalam semua tingkah laku masyarakat pribumi yang saat itu tengah menghadai penjajahan kolonialisme Belanda yang tak kunjung usai. Kendatipun bangsa Indonesia menyadari bahwa mereka harus segera bangkit da n menghentikan penjajahan, akan tetapi tindakan tersebut hanya terbatas pada per lawanan yang bersifat fisik, tidak mencapai ranah diplomatis. Bangsa Indonesia m asih mengandalkan `kekuatan di luar diri` tanpa berupaya untuk mencari alternati f terbaik menyingkirkan Belanda. Pemberontakan di manamana terus saja meletup de ngan senjata dan prajurit yang tidak seimbang. Tidak ada upaya untuk membenahi S DM maupun perlengakapn tempur. C. 2 Masa Ideologi Sebelumnya telah dijelaskan masa mitos dimana masyarakat bany ak yang mempercayai halhal yang berbau mistik dan ghaib. Pada masa berikutnya ma syarakat berpindah menjadi masa ideologi yang cara berfikirnya bersifat nonlogis dan bentuknya abtrak/apriori. Periode ini ditandai dengan berdirinya organisasi politik massa Serikat Islam (SI). Organisasi ini pada awalnya bernama SDI (Seri kat Dagang Islam). Namun oleh HOS Tjokrominoto diubah menjadi SI dan memperluas ruang geraknya yang pada awalnya hanya berkisar di wilayah Bogor. Pada tahun-tah un berikutnya organisasi-organisasi dengan ideologi yang berbedabeda pun mulai b erdiri. Dari tubuh SI sendiri, setelah beberapa puluh tahun berjalan, terpecah m enjadi dua yaitu ideologi islam dan komunis. Dan terdapat satu ideologi lagi yai tu ideologi nasionalis yang yang dibentuk oleh lulusan sekolah Belanda. Ciri org anisai-organisasi ini adalah cara berpikir yang nonlogis dan berbentuk pengetahu an apriori tentang nilai-nilai abstrak, solidaritas organis, perkumpulan nasiona l, dan kepemimpinan intelektual. Metode pergerakan organisasi ini tidak lagi men ggunakan penyerangan dan pemberontakan terhadap colonial, akan tetapi lebih meng arah pada tujuantujuan perdamaian. Pada masa ini sudah dijalankan hubungan diplo matis antara pemerintahan kolonial dan para pengerak organisasi. Pada masa ini j uga sudah sering diadakan rapat-rapat, aksi-aksi solidaritas, penerbitan, pemogo kan, dan gerakan ekonomi. Reaksi kolonial ketika itu adalah membatasi pergerakan dengan hanya mengizinkan

berdirinya organisasi SI. Kalangan kolonial juga sering menolak ajakan dialog da ri kalangan SI sehingga rencana-rencana yang telah diatur sering gagal dan tidak menemui titik penyelesaian. C. 3 Masa Ilmu Masa ini dimulai pada tahun 1985 yan g ditandai dengan perubahan orsospol. Pada masa ini deislamisasi juga mulai keli hatan. Seolah-olah Islam sudah terhapus jejaknya dari perpolitikan Islam. Islam dianggap sudah mandek dan tidak dapat mengatasi persoalan bangsa. Banyak orang y ang mengira bahwa Islam hanya dapat diterjemahkan dalam bentuk ideologi. Tapi se benarnya tidak, ini hanya asumsi dari orang-orang yang putus asa dan nalarnya pe ndek. Ini terjadi karena Islam mulai memasuki masa baru yaitu masa Ilmu. Masa Il mu ini memiliki ciri tersendiri. Cirinya adalah cara berpikir yang logis dan ber bentuk konkret (empiris). Sehingga diharapkan tidak akan terjadi kesalah pahaman di kalangan birokrasi dan umat. Kesempatan untuk menciptakan objektifitas pada saat ini sangat terbuka. Karena objektifitas memerlukan cara berpikir yang logis dan sesuai dengan faktafakta yang konkret. Sejak inilah Islam mulai mendapat so rotan kembali. Di harapkan dengan perubahan dari masa Ideologi menjadi masa Ilmu ini dapat menjadikan Negara dan bangsa menjadi lebih baik dan terkendali. Dan I slamlah yang berperan di dalamnya. D.PENUTUP Setelah membentuk periodesi sejarah Islam (aliran) yang terbagi pada tiga yaitu periode klasik, pertengahan, dan mo dern, dapat dilihat bagaimana perkembangan peradaban Islam khususnya dalam beida ng ilmu pengetahuan. Puncak kejayaan Islam terjadi sebelum abad ke tiga belas. N amun setelah itu, ketika Baghdad hancur akibat serangan Hulagu Khan maka runtuhl ah peradaban Islam. Sejak ini pula periode pertengahan dimulai hingga abad ke de lapan belas. Dalam periode ini pada masa awalnya terjadi kemajuan. Namun pada ab ad ke tujuh belas kembali jatuh hingga abad ke delapan belas. Dan kemudian muncu llah para pembaharu untuk mengembalikan kekuatan Islam seperti zaman dahulu. Zam an ini dikenal dengan periode modern yang berlangsung hingga saat ini. Di Indone sia juga dibentuk periodesasi perkembangan sejarah Islam. Periode ini dimulai de ngan masa Mitos yang corak berpikirnya adalah pralogis (mistik) dan berbentuk gh aib. Pada tahap berikutnya berubah menjadi masa ideologi. Pada masa ini cara ber pikir yang digunakan adalah nonlogis dan berbentuk apriori/abstak. Pada masa ini juga mulai berpunculan organisasi-organisasi masa. Periode selanjutnya adalah m asa Ilmu dimana cara berpikirnya logis dan berbentuk konkret/empiris. 9

Satu hal yang dapat selalu diingat adalah ungkapan legendaris Ibnu Khaldun yang menyatakan bahwa proses pembelajaran sejarah adalah dimaksudakan untuk tidak jat uh ke dalam jurang yang sama. Wallahu a`lam.

You might also like