You are on page 1of 10

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR KONSEP ANALISIS KUANTITATIF DAN PENGUKURAN PH ARTIKEL

Oleh : Nama NRP Kelompok Meja Tanggal Praktikum Asisten : Nur Rahayu Setiawati : 113020117 :E : 1 (Satu) : 5 November 2011 : Dandy Yusuf

LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2011
KONSEP ANALISIS KUANTITATIF

DAN PENGUKURAN PH
Nur Rahayu Setiawati 113020117 Dandy Yusuf
Kimia analisis dapat dibagi dalam dua bidang yaitu kimia analisis kualitatif dan kimia analisis kuantitatif. Kimia analisis kualitatif adalah kimia analisa yang hanya membahas tentang identifikasi atau ada tidaknya zat di dalam suatu bahan. Analisis kuantitatif yaitu mengenai penentuan berapa banyak suatu zat tertentu yang terdapat dalam suatu sampel. Teknik pengukuran di laboratorium yang dilakukan mengarah ke penggolongan dari cara-cara kuantitatif ke dalam sub golongan antara lain dengan menggunakan volumetrik, gravimetrik, dan instrumental. Salah satu contohnya adalah titrasi. Analisis semacam ini, menggunakan pengukuran volume larutan suatu pereaksi yang disebut analisis volumetri. Analisis volumetric juga dikenal sebagai titrimetri dengan cara zat yang akan dianalisis direaksikan dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Sehingga konsentrasi larutan yang dititrasi dapat diketahui dengan cara perhitungan variable-variabel yang tersedia (Brady, 1999). Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan pH larutan, membuat dan membakukan larutan, menentukan konsentrasi dan dapat memilih indikator yang tepat pada larutan untuk titrasi sesuai pH indicator dari larutan tersebut. (Sutrisno, 2011). Prinsip percobaan ini adalah berdasarkan metode Asidimetri dan Alkalimetri, dimana pereaksi standard bereaksi dengan larutan yang di uji dengan dibantu oleh indicator sebagai petunjuk TAT (Titik Akhir Titrasi) sehingga bereaksi secara kuantitatif. Berdasarkan teori Arrhenius (1884), bahwa apabila suatu electron melarut, sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi partikel positif dan partikel negative yang disebut ion. (Sutrisno, 2011). Pada umumnya reaksi kimia asam basa sukar untuk diamati, oleh karena itu diperlukan indikator untuk mengamati perubahan reaksinya. Indikator diperlukan untuk dapat melihat titik ekivalen. Saat dimana terjadi perubahan warna dari indikator dinamakan titik ekivalen. (Underwood, 1996) pH suatu larutan menyatakan derajat atau tingkat keasaman dari larutan tersebut. Derajat keasaman atau pH suatu larutan dapat diubah sesuai dengan kebutuhan. Salah satu caranya dengan menambahkan senyawa basa atau asam. pH diperoleh sebagai hasil negatif logaritma 10 dari konsentrasi ion H+ atau ion OHpH = -log [H+] Adapun perhitungan pH larutan basa tidak dapat langsung ditentukan, tetapi terlebih dahulu kita menentukan nilai pOH. Setelah diketahui maka, nilai pH larutan basa bergantung pada harga kesetimbangan air(Kw). Kw = [H+] [OH-] Pada keadaan standar (suhu 25oC), harga Kw=10-14 sehingga pH larutan basa pH = 14 pOH Pengukuran pH suatu larutan asam atau basa dapat dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus dan kertas indikator universal, serta dapat digunakan pH meter. (Hiskia, 1993). Penentuan pH secara potensiometri merupakan cara yang paling maju dan tepat untuk mengukur pH berdasarkan pengukuran tegangan gerakan elektrik yaitu suatu sel elektrokimia yang mengandung larutan yang tidak diketahui pH nya sebagai elektrolit dan dua buah elektroda. Elektrodaelektroda ini dihubungkan dengan terminalterminal sebuah voltmeter elektronik, yang biasanya disebut pH meter. Jika telah dikalibrasikan baik dengan suatu buffer yang sesuai yang diketahui pH nya, pH larutan yang tidak diketahui itu dapat dibaca langsung dari skala.

Suatu analisis terdiri dari 4 (empat) tahapan pokok, yaitu : 1. Pengambilan atau pencuplikan contoh (sampling), yakni memilih suatu contoh yang mewakili dari bahan yang akan dianalisis. 2. Mengubah analitnya menjadi suatu bentuk yang sesuai untuk pengukuran. 3. Pengukuran 4. Perhitungan dan penafsiran pengukuran (Purba, 1995). Kertas lakmus hanya berfungsi menentukan apakah suatu zat bersifat asam atau basa dan ketelitiannyapun kurang. Lakmus merah dan lakmus biru tidak dapat menunjukan berapa harga pH secara tepat. (Anonim, 2007) Indikator adalah suatu zat yang warnanya berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi ion hydrogen dalam keadaan asam dan basa berlainan. Misalnya lakmus biru dalam keadaan asam akan berwarna merah, dan lakmus merah dalam keadaan basa akan berwarna biru. Sifat inilah yang dimanfaatkan untuk mengetahui nilai pH suatu larutan. Perubahan warna zat atau larutan indikator memiliki rentang tertentu yang disebut trayek indikator. (Anonim, 2007) Titrasi adalah metode analisis kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan kadar suatu larutan. Biasanya larutan yang akan dititrasi ditempatkan dalam labu erlemeyer dan larutan penitrasi ditempatkan dalam buret. Larutan penitrasi diteteskan perlahan-lahan kedalam lautan yang akan dititrasi. Proses ini dihentikan jika titik akhir titrasi telah teercapai. Dalam titrasi asam basa suatu larutan asam dititrasi oleh suatu zat penitrasi yang berupa larutan basa yang volume dan konsentrasinya telah diketahui. Begitu juga sebaliknya, suatu larutan basa dititrasi oleh larutan asam yang volume dan konsentrasinya telah diketahui. (Anonim, 2007). Larutan baku adalah larutan yang dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi dari larutan lain. Terdapat dua macam larutan baku, yaitu zat baku primer yang berarti zat yang dapat dipakai langsung untuk menentukan kadar atau konsentrasi larutan yang lain. Selain itu ada zat baku sekunder

yang berarti zat yang dipakai untuk menentukan konsentrasi larutan lain tetapi harus distandarisasikan dulu pada larutan primer. (Sutrisno, 2011). Tahap terakhir dalam suatu analisis adalah perhitungan persentase analitik. Asaasas yang terlibat dalam perhitungan semacam itu biasanya langsung dan sederhana. Misalnya metode titrimetri dan gravimetri yang berdasarkan pada hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia. Dalam metode spektrofotometri resapan [absorbance], sifat yang diukur, berbanding lurus dengan konsentrasi analit dalam larutan. Di pihak lain penafsiran hasil yang diperoleh melalui metode-metode analitis tidaklah selalu sederhana, karena dalam pengukuran apa saja dapat terjadi kesalahan. (Anonim, 2007) Volume pada jumlah reagen yang ditambahkan tepat sama dengan yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis disebut sebagai titik ekivalen. Misalkan dalam titrasi AgNO3 dengan NaCl, titik ekivalen tercapai bila 1 mol AgNO3 bereaksi dengan 1 mol NaCl sebagai berikut : Ag+ + Cl- AgCl Metode titrimetri tergantung pada larutan standar yang mengandung sejumlah reagen persatuan volume larutan dengan ketetapan yang tinggi. Konsentrasi dinyatakan dengan normalitas. Larutan standar disiapkan dengan menimbang reagen murni. Oleh karena itu dikenal sebagai standar primer yaitu zat yang etrsedia dalam komposisis kimia yang jelas dan murni. Garam berhidrat tidak baik untuk larutan standar primer. Berat ekivalen sebaiknya besar untuk menghindarkan kesalahan akibat penimbangan. Bila suatu asam atau basa maka hendaknya mempunyai suatu tetapan ionisasi yang besar. Standar primer yang biasa digunakan dalam titrasi volumetri adalah:

1. Asam: C6H4 (COOK) (COOH),


C6H5COOH, HCl, asam sulfat, SO2(NH2)OH, K asam iodat KHIO3 2. Basa: Na2CO3, MgO dan Na2B4O7 3. Oksidator: K2Cr2O7, (NH4)2, Ce(NO3)6, KbrO3, KIO3, KH(IO3)2, I2

4. Reduktor: Na2C2O4, Fe(N2H4N2H6),


(SO4)2, 4H2Ofe, K4Fe(CN)6 5. lain-lain: NaCl, KCl Metode volumetric secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu: 1. Titrasi asam-basa yang meliputi reaksi asam dan basa baik kuat maupun lemah. 2. Titrasi redoks adalah titrasi yang meliputi hampir semua reaksi oksidasi reduksi 3. Titrasi pengendapan adalah titrasi yang meliputi pembentukkan endapan, seperti titrasi Ag atau Zn denag K4Fe(CN)6 dengan indicator pengadsorbsi. Titrasi kompleksometri sebagian besar meliputi titrasi EDTA seperti titrasi spesifik dan juga dapat digunakan untuk melihat perbedaan pH pada pengompleksan. Titrasi asam basa adalah titrasi yang yang memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan untuk pengamatan dengan indicator bila pH pada titik ekivalen antara 4 10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika pentitrasian asam atau basa kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104. Selama titrasi asam basa pH larutan berubah secara khas, pH berubah secara drastic bila volume titrannya mencapai titik ekivalen. Kesalahan titik akhir dan pH pada titik ekivalen merupakan tujuan pembuatan kurva titrasi. Kurva ini dapat dimodifikasi dengan menggunakan pelarut bukan air. (Anonim, 2007). Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret, labu erlenmeyer, pipet seukuran, pipet tetes, statif, gelas ukur, gelas kimia, corong, batang pengaduk, botol semprot, kertas lakmus, pH universal, dan pH meter. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan NaOH XN, HCl XN, CH3COOH (A), CH3COOH (B), borax, oxalat, aquades, phenophtalein, metal merah, larutan sabun mandi, larutan susu Dancow, CMC, larutan garam, dan larutan gula.

Sebelum melakukan percobaan, bersihkan terlebih dahulu semua peralatan yang akan digunakan. Alkalimetri 1. Larutan HCl XN 50 ml dimasukkan ke dalam buret. Sebanyak 25 ml Na2B4O7 dan ditambah dua tetes metil merah dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Lalu larutan borax dan metil merah itu dititrasi oleh larutan HCl tetes demi tetes sampai larutan berwarna merah muda. Volume akhir titrasi HCl dicatat dan normalitas HCl dicari sesuai dengan rumus yang ditentukan. Percobaan dilakukan duplo.

2. Larutan HCl XN 50 ml dimasukkan ke dalam buret. Sebanyak 25 ml NaOH dan ditambah dua tetes metil merah dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Lalu larutan NaOH dan metil merah itu dititrasi oleh larutan NaOH tetes demi tetes sampai larutan berwarna merah muda. Volume akhir titrasi NaOH dicatat dan normalitas NaOH dicari sesuai dengan rumus yang ditentukan. Percobaan dilakukan duplo.

3. Larutan NaOH XN 50 ml dimasukkan ke dalam buret. Sebanyak 25 ml CH3COOH

(A) dan ditambah dua tetes phenophtalein dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Lalu larutan cuka dan phenophtalein itu dititrasi oleh larutan NaOH tetes demi tetes sampai larutan berwarna merah muda. Volume akhir titrasi NaOH dicatat dan persentase cuka dicari sesuai dengan rumus yang ditentukan. 3. Larutan NaOH XN 50 ml dimasukkan ke dalam buret. Sebanyak 25 ml CH3COOH (B) dan ditambah dua tetes phenophtalein dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Lalu larutan oxalat dan pp itu dititrasi oleh NaOH sampai berwarna merah muda. Volume akhir titrasi NaOH dicatat dan persentase cuka dicari sesuai dengan rumus yang diberikan. Percobaan ini dilakukan duplo.

Asidimetri 1. Larutan NaOH XN 50 ml dimasukkan ke dalam buret. Sebanyak 25 ml H2C2O4 dan ditambah dua tetes phenophtalein dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Lalu larutan oxalat dan pp itu dititrasi oleh NaOH sampai berwarna merah muda. Volume akhir titrasi NaOH dicatat dan normalitas NaOH dicari sesuai dengan rumus yang diberikan. Percobaan ini dilakukan duplo.

Pada uji pH meter, pH universal, dan kertas lakmus, terdapat lima sample berbeda yang akan di uji. Sampel A larutan sabun mandi, sample B larutan susu Dancaw, sample 1 CMC, sample 2 larutan garam, dan sample 3 larutan gula. Masing-masing larutan tersebut di simpan di dalam gelas kimia yang berbeda. 2. Larutan NaOH XN 50 ml dimasukkan ke dalam buret. Sebanyak 25 ml H2C2O4 dan ditambah dua tetes phenophtalein dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Lalu larutan oxalat dan pp itu dititrasi oleh NaOH sampai berwarna merah muda. Volume akhir titrasi NaOH dicatat dan normalitas HCl dicari sesuai dengan rumus yang diberikan. Percobaan ini dilakukan duplo. Kertas Lakmus

Masukkan kertas lakmus biru kedalam sampel A, B, 1, 2, dan 3. Lihat perubahan warna pada kertas lakmus.

Berdasarkan hasil pengamatan konsep analisis kuantitatif dan pengukuran pH didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Pengamatan Percobaan Analisis Kuantitatif dan Pengukuran pH No Percobaan Hasil

V Na2B4O7 = 25 ml N Na2B4O7 = 0,05 N V HCl = 20,4 ml N HCl = 0,06 N Masukkan kertas lakmus merah kedalam sampel A, B, 1, 2, dan 3. Lihat perubahan warna pada kertas lakmus. 1. Alkalimetri V HCl = 21 ml N HCl = 0,06 N V NaOH = 25 ml N NaOH = 0,05 N % Cuka = 3%

Indikator Universal

No

Percobaan

Hasil V H2C2O4 = 20 ml N H2C2O4 = 0,1 N V NaOH = 27,95 ml N NaOH = 0,07 N V NaOH = 25,55 ml N NaOH = 0,07 N V HCl = 25 ml N HCl = 0,07 N

Masukkan indikator universal kedalam sampel A, B, 1, 2, dan 3. Lihat perubahan warna pada indikator universal tersebut. Kemudian bandingkan warnanya untuk menentukan pH larutan tersebut. pH Meter

2.

Asidimetri

Masukkan elektroda kedalam sampel A, B, 1, 2, dan 3. Sebelumnya elektroda tersebut diberi deionaized water dan dibasahi dengan larutan buffer solution. Lihat pH masing masing larutan pada layar pH meter.

% Cuka = 4,77% Sampel A = Basa Sampel B = Asam Kertas 3. Sampel 1 = Netral Lakmus Sampel 2 = Netral Sampel 3 = Asam Sampel A = 9-10 Sampel B = 6 Indikator 4. Sampel 1 = 6 Universal Sampel 2 = 6 Sampel 3 = 6 Sampel A = 9,87 Sampel B = 6,29 5. pH Meter Sampel 1 = 6,2 Sampel 2 = 5,35 Sampel 3 = 6,08 (Sumber: Nur Rahayu.S, Meja 1, 2011)

Percobaan ini dapat dipakai untuk menentukan sifat-sifat larutan yang berguna dalam menentukan reaksi yang terjadi dan hal-hal lain yang diperlukan dalam suatu penelitian serta dapat menentukan pH, membuat larutan baku, menentukan konsentrasi larutan dengan volumetri, memilih indikator yang tepat, menghitung normalitas, molaritas, dan konsentrasi. Pada percobaan ini didapatkan hasil pada alkalimetri, yaitu : N HCl = 0,06N ; N NaOH = 0,05 N ; % Cuka = 3%. Pada percobaan asidimetri, yaitu : N NaOH = 0,07 N ; N HCl = 0,07 N ; % Cuka = 4,77 %. Pada percobaan kertas lakmus didapatkanhasil : sampel A adalah basa, sampel B adalah asam, sampel 1 adalah netral, sampel 2 adalah netral, dan sampel 3 adalah asam. Pada percobaan indikator universal didapatkan hasil : sampel A pH 910, sampel B pH 6, sampel 1 pH 6, sampel 2 pH 6, dan sampel 3 pH 6. Pada percobaan pH meter didapatkan hasil ; sampel A pH 9,87; sampel B pH 6,29; sampel 1 pH 6,2; sampel 2 pH 5,35; dan sampel 3 pH 6,02. Pembahasan dalam percobaan ini adalah praktikan harus menentukan pH suatu larutan, mengukur volume NaOH, HCl, dan CH3COOH, normalitas NaOH, HCl, dan CH3COOH serta menghitung persen cuka. Pada pencarian data mengenai hal tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara alkalimetri dan asidimetri. Alkalimetri adalah mengukur konsentrasi larutan berkadar asam dalam keadaan standard suasana basa. Sedangkan asidimetri adalah mengukur konsentrasi larutan berkadar basa dalam keadaan standard suasana asam. Pada saat percobaan alkalimetri dan asidimetri, praktikan harus melakukan percobaan duplo. Duplo artinya percobaan yang dilakukan dua kali. Dengan adanya duplo, praktikan akan lebih tepat serta mudah membandingkan hasil dari titrasi dan hasilnya pun akan lebih akurat. Beberapa kesalahan yang terjadi pada saat proses titrasi, yaitu pada saat titrasi kran pada buret tidak diputar secara perlahan akibatnya larutan hasil titrasi tidak sesuai dengan yang diinginkan sehingga warnanya terlalu tua dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, pemberian PP atau

MM yang terlalu banyak mengakibatkan hasil akhir titrasi salah. Kemudian alat yang digunakan untuk titrasi harus dalam keadaan bersih. Maka dari itu, sebelum praktikum dimulai, praktikan harus membersihkan alatalat yang akan digunakan dengan cara dibersihkan oleh air dan sabun cuci, selain itu bisa menggunakan aquades. Pembacaan buret pun harus benar, yang dilihat adalah meniskus bawahnya atau meniskus yang cekungnya. Pengenceran yaitu adanya proses mengencerkan larutan dengan menggunakan aquades. Pada rumus pengenceran yaitu 1000/25 yang artinya 1000 berasal dari larutan baku primer yang dibuat pada labu ukur berukuran 1000 ml, sedangkan 25 berasal saat mengambil larutan dengan volume 25 ml. Pada metode Asidimetri tidak dapat menggunakan indicator selain PP karena metode ini menggunakan suatu larutan baku berupa asam yaitu dengan pH pada titik ekivalensi 4-5 dan pH 1-2. Pada metode Alkalimetri tidak dapat menggunakan indicator selain MM karena metode ini menggunakan suatu larutan baku berupa basa yaitu dengan pH pada titik ekivalensi 9-10 dan pH 1-2. Titik Akhir Titrasi (TAT) adalah saat timbulnya perubahan warna pada larutan yang dititrasi dan tidak hilang lagi warna tersebut (tetap) kecuali larutan penitrasinya berlebih. Volume TAT adalah jumlah volume zat yang dititrasi dengan zat penitrasi yang digunakan. Titik Ekivalen Titrasi (TET) adalah larutan yang dititrasi dan larutan penitrasi tepat bereaksi, warna larutan masih berubah-ubah. Volume TET adalah volume awal larutan yang di titrasi. Larutan baku adalah larutan yang dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi dari larutan lain. Terdapat dua macam larutan baku, yaitu zat baku primer yang berarti zat yang dapat dipakai langsung untuk menentukan kadar atau konsentrasi larutan yang lain. Selain itu ada zat baku sekunder yang berarti zat yang dipakai untuk menentukan konsentrasi larutan lain tetapi harus distandarisasikan dulu pada larutan primer. Indikator adalah zat-zat warna yang mampu menunjukkan warna berbeda dalam

larutan asam dan basa. Macam-macam indikator adalah kertas lakmus, indikator universal, pH meter dan lain lain. Perbedaan kertas lakmus, indikator universal dan pH meter adalah kertas lakmus merupakan indikator paling sederhana, kertas lakmus hanya menunjukkan perubahan warna. Bila asam maka lakmus biru berubah menjadi merah sedangkan basa lakmus merah akan berubah menjadi biru. Biasanya pengukuran pH dengan menggunakan kertas lakmus disebut cara kuantitatif. Pada indikator universal memiliki caranya sama seperti pada kertas lakmus, tetapi pada indikator universal yang telah dicelupkan pada larutan. Bisa dilihat tingkat keasaman, netral dan kebasaan larutan tersebut dengan melihat kertas tingkat keasaman, netral dan kebasaan pada tempat indikator universal. Nilai-nilai pH pada indikator universal adalah 1-6 menunjukkan asam, 7 menunjukkan netral, dan 8-14 menunjukkan basa. Biasanya pengukuran pH dengan menggunakan pH indikator disebut cara kualitatif. Pada pH meter pengukurannya memiliki ketelitian yang tinggi (0,01). Penggunaanya pun cukup sulit yaitu sebelum elektroda dimasukkan kedalam larutan, elektroda tersebut harus diberi deionaized water yang berfungsi untuk mensensitifkan elektroda yang ada di bawahnya. Setelah itu, ujung elektroda dibilas dengan menggunakan larutan buffer solution yang berfungsi untuk mempertahankan, memperkuat, serta memperjelas pH pada larutan. Buffer solution terdapat 2 macam, yaitu buffer solution asam yang digunakan untuk mengukur pH larutan asam dan buffer solution basa yang digunakan untuk mengukur pH larutan basa. pH universal disebut juga voltmeter elektronik. Larutan buffer atau penyangga adalah suatu larutan yang mengandung pasangan asam basa konjugasi. Larutan semacam itu menolak perubahan pH yang besar ketika ditambahi ion H3+O atau OH dan ketika larutan itu diencerkan. Fungsi larutan ini adalah sebagai penyangga maksudnya untuk menyeimbangkan konsentrasi yang ada pada larutan. Dalam melakukan praktikum, praktikan diharapkan lebih berhati-hati dalam

melakukan titrasi karena kesalahan sedikit saja dapat mempengaruhi hasil reaksi. Praktikan harus memperhatikan lagi faktorfaktor yang dapat mempengaruhi jalannya suatu reaksi seperti faktor lingkungan dan sistem. Praktikan juga hendaknya teliti dalam melakukan proses titrasi dan dalam pengukuran suatu larutan, baik itu volume maupun pH larutan tersebut karena pengukuran pH maupun analisis kuantitatif menggunakan satuan angka yang sangat penting dan segala sesuatunya harus dilakukan sesuai prosedur yang berlaku. DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2007), Titrasi Asam Basa, http://id.wikipedia.org. Diakses : 2 November 2011

Brady, J.E., (1999), Kimia Universitas: Asas dan Struktur. Binarupa Aksara, Jakarta. Hiskia, Ahmad, (1993), Dasar-dasar Praktikum Kimia untuk Universitas, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama

Purba. M. Drs, (1995), Ilmu Kimia Umum, Erlangga, Jakarta Sutrisno, E. T, dkk. (2011), Penuntun Praktikum Kimia Dasar, Jurusan Teknologi Pangan Universitas Pasundan : Bandung Underwood, A.L, (1996), Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta

2500 % Cuka = 0,03x100% = 3 %

Asidimetri 1). VH2C2O4 = 20 ml NH2C2O4 = 0,1 N VNaOH = 25,9+30 = 27,9 ml 2 NNaOH = V1N1=V2N2 20x0,1= 27,95x N2 2 = 27,95x N2 N2 = 0,07 N 2). VNaOH = 25,55 ml NNaOH = 0,07 N VHCl = 25 ml NHCl = V1N1=V2N2 25,55x0,07 = 25x N2 1,78 = 25x N2 N2 = 0,07 N LAMPIRAN Alkalimetri 1). VNa2B407 = 25 ml NNa2B407 = 0,05 N VHCl = 22,6+18,2 = 20,4 ml 2 NHCl = V1N1=V2N2 25x0,05 = 20,4x N2 1,25 = 20,4x N2 N2 = 0,06 N 2). VHCl = 20,2+21,8= 21ml 2 NHCl = 0,06 N VNaOH = 25 ml NNaOH = V1N1=V2N2 21x0,06 = 25x N2 1,26 = 25x N2 N2 = 0,05 N 3). %Cuka= FpxV.NNaOHxNNaOHxMr Cuka VCuka x 1000 x 100% = 1000/25x(58x0,05)x60 x100% 25 x 1000 = 40x0,29x60 x 100 % 25000 = 696 x 100% 3). %Cuka= FpxV.NNaOHxNNaOHxMr Cuka VCuka x 1000 x 100% = 1000/25x(7,1x0,07)x60 x100% 25 x 1000 = 1192,8 x 100 % 25000 % Cuka = 0,0477 x 100% = 4,77% Cara membuat larutan baku Na2B4O7 (boraks) Mr Na2B4O7 = 23(2)+11(4)+16(7) = 46+44+112 = 202 m = 0,05 m = gram/Mr x 1000/V 0,05 = gram/Mr x 1000/250 0,05 = gr/202 x 4 gram= 2,525 gram Cara membuat larutan baku H2C2O4 (oxalat) Mr H2C2O4 = 1(2)+12(2)+16(4) = 2+24+64 = 90 m = 0,01 m = gram/Mr x 1000/V 0,1 = gram/90 x 1000/250 0,1 = gram/90 x 4 gram= 2,25 gram

You might also like