You are on page 1of 1

Semenjak Sekolah Dasar tentunya kita semua sudah mendapat mata pelajaran PPKN, P endidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

atau yang sekarang mungkin lebih dikenal sebagai pelajaran Kewarganegaraan. Dari situlah kita mengenal bahwa negara kita ini (INDONESIA TERCINTA) adalah negara hukum. Negara yang bebas berdemokrasi as al tidak menyalahi aturan hukum, negara yang mengayomi semua warga negara sesuai asas hukum yang berlaku tanpa dibeda-bedakan menurut apapun. Saya pernah mendengar sebuah lagu yang liriknya: "Maling-maling kecil dihakimi, maling besar dilindungi, hukum adalah lembah hitam tak mencerminkan keadilan". S empat tertawa mendengar lagu itu, tapi dalam pikiran berfikir ada benarnya juga, sungguh ironis. Kenapa saya mengatakan ironis? karena disaat negeri ini sedang gencar-gencarnya menyuarakan "KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI", justru masalah itu yang akhir-akhir in i sering terjadi di negeri ini. Kita tentunya tahu siapa Gayus Tambunan, Angelina Sondakh, Musyafak Rouf, dll ya ng notabene adalah koruptor kelas kakap. Ya, mereka korupsi uang yang bernilai besar. Sebagai contoh, Musyafak Rouf misal nya, hukuman 1,5 tahun penjara & denda Rp.50 juta subsider 5 bulan kurungan, kar ena terbukti korupsi dana jasa pungut Pemkot Surabaya sebesar Rp.720 juta. Bandi ngkan dengan maling ayam, maling helm, maling buah, maling ubi, atau maling-mali ng benda kecil lainnya, jika tertangkap mereka pasti akan dihakimi massa sebelum akhirnya dihukum penjara. Pernakah kalian tahu ada koruptor dihakimi massa? pas ti kalian lebih sering tahu maling kecil yang dihakimi massa. Adilkah? (Lebih ba ik kalian menilai sendiri) Seandainya saya adalah Gayus, Angelina atau yang lainnya, mungkin yang ada diben ak saya adalah: "Ahh mending saya korupsi aja, daripada maling ayam atau maling benda-benda kecil lainnya, toh kalo seandainya tertangkap hukumannya tidak jauh beda dangan maling ayam, tidak dihakimi massa, malah saya bisa terkenal karena m enjadi headline di media, bisa mendapatkan untung yang banyak dari sekedar malin g ayam, dan mungkin saya bisa mendapatkan perlakuan istimewa di penjara seperti koruptor-koruptor terdahulu". Bisa saja hal tersebut benar-benar ada dalam pikiran para koruptor. Keuntungan d ari uang yang didapatkan jauh lebih banyak dari sekedar maling ayam atau maling benda-benda kecil, tapi soal jeratan hukum "hanya" berbeda sedikit. Tapi bayangkan bagaimana seandainya koruptor & maling sama-sama mendapat hukuman "potong tangan"? cukup adil kan? dan bukan mustahil siapapun yang akan melakuka n kejahatan koruptor atau mencuri berfikir ribuan kali untuk beraksi. Dan seanda inya itu terjadi kemungkinan kriminalitas di negeri ini akan menurun sangat dras tis. Tapi itu semua hanya berandai-andai, cukup tegakkan hukum dengan adil & seb enar-benarnya tanpa pandang bulu, itu saja mungkin sudah cukup harapan dari kita kaum minoritas. Berurusan dengan uang jumlah besar, juga besar kemungkinan godaan untuk korupsi. Tapi jika kekurangan atau bahkan tidak punya uang sama sekali, besar godaan unt uk mencuri, jadi lebih berhati-hatilah dalam bertindak. Dan setelah membaca tuli san ini semoga kita bisa menjadi orang yang bijak dalam hal kebenaran ataupun ke adilan, mari bersama-sama mewujudkan INDONESIA TERCINTA ini sebagai negara hukum yang benar, bukan sebagai negara "hukum rimba", perubahan besar tentunya dimula i dengan perubahan-perubahan kecil. AYO, INDONESIA BISA !

You might also like