You are on page 1of 10

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

KOEFISIEN LIFT VI. PEMBAHASAN A. Pembahasan Umum Analisa Gaya Lift Pada Bola Golf Pada bola golf berlaku gaya-gaya antara lainLift dan drag adalah dua kekuatan aerodinamis yang mempengaruhi jalannya bola golf dalam penerbangan. Pada bola golf terdapat lekukan atau lesung yang

memungkinkan aliran udara menjadi lancar atas bola golf sehingga fraksi adalah minimum. Lesung-lesung membantu mengurangi efek drag dan juga meningkatkan efek angkat, akibatnya bola bergerak lebih cepat dan lebih jauh berkat lesung-lesung tersebut.

Gambar bentuk bola golf Jumlah normal lekukan pada bola golf di Amerika adalah sekitar tiga ratus dan lima ratus seluruh dunia. Kita sering mendengar dari pro memesan satu set bola dengan jumlah lesung yang tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa bola golf yang sempurna dengan jumlah lesung yang tepat dari bola golf sekitar tiga ratus dan dapat menempuh perjalanan sekitar dua kali jarak

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

KOEFISIEN LIFT sebagai bola mulus tanpa lekukan di permukaan. Jumlah lesung serta kedalaman yang mempengaruhi bola dalam penerbangan. Contoh perhitungan gaya lift pada bola golf : Seorang pemain golf memukul bola golf dengan kecepatan 25 m/s, dalam hal ini menyebabkan bola pada frekuensi 10 putaran/s dengan jarak tempuh bolah 25 m Dengan mengandaikan kerapatan udara 1,2 kg/m3 dan diameter bola 0,01 m, dengan mengasumsi koefisien lift sebesar 1,23 maka gaya angkat (lift) atau gaya magnus dapat dihitung sebagai berikut. FL = CLD3fv = 1,23 x 1,2 x 0,012 x 10 x 25 = 1,476 x 0,00012 x 250 = 0.04428 N

http://seputarbola2012.wordpress.com/2012/09/10/fakta-bola-golf-alasanballs-golf-memiliki-dimples/

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

KOEFISIEN LIFT B. Pembahasan Khusus Analisa Grafik 1. Analisa grafik hubungan antara gaya angkat dengan sudut serang 3

Dari gambar grafik diatas menunjukan bahwa pada pembukaan katup 4% dan sudut serang yang diberikan 3, maka dapat disimpulkan bahwa tekanan di atas airfoil lebih besar dibanding tekanan di bawah airfoil. Untuk daerah di atas permukaan airfoil yang mengalami tekanan terbesar berada pada titik 3 dengan tinggi 3,2 cm. Dan titik terendah yaitu titik 17 dengan tinggi 2 cm. Dapat disimpulkan titik 3 mengalami tekanan terbesar dikarenakan posisinya lebih banyak memperoleh tekanan yang datang. Untuk daerah di bawah permukaan airfoil yang mengalami tekanan terbesar berada pada titik 8, 10, 14, 16, dan 18 dengan tinggi 1,8 cm. Dan titik terendah yaitu titik 4 dengan tinggi 0,1 cm. Dapat disimpulkan titik 8, 10, 14, 16, dan 18 mengalami tekanan terbesar untuk daerah di bawah airfoil dikarenakan posisinya lebih kedepan untuk memperoleh tekanan yang datang.

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

KOEFISIEN LIFT 2. Analisa grafik hubungan antara gaya angkat dengan sudut serang 0

Dari gambar grafik diatas menunjukan bahwa pada pembukaan katup 5% dan sudut serang yang diberikan 0, maka dapat disimpulkan bahwa tekanan di bawah airfoil lebih besar dibanding tekanan di atas airfoil. Untuk daerah di atas permukaan airfoil yang mengalami tekanan terbesar berada pada titik 3 dan 7 dengan tinggi 7 cm. Dan titik terendah yaitu titik 17 dengan tinggi 5 cm. Dapat disimpulkan titik 3 dan 7 mengalami tekanan terbesar dikarenakan posisinya lebih banyak memperoleh tekanan yang datang. Untuk daerah di bawah permukaan airfoil yang mengalami tekanan terbesar berada pada titik 8 dengan tinggi 4,8 cm. Dan titik terendah yaitu titik 2 dengan tinggi 1,6 cm. Dapat disimpulkan titik 8 mengalami tekanan terbesar untuk daerah di bawah airfoil dikarenakan posisinya lebih kedepan untuk memperoleh tekanan yang datang.

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

KOEFISIEN LIFT 3. Analisa Hubungan Antara Sudut Serang () VS Gaya angkat (FL)

Pembukaan Katup 4 % Vb (m/s) 2.9317 15 4.33448 10 3.31283 7 0.56924 3 -0.3139 0 -1.12755 -3 -2.7451 -7

Pembukaan Katup 5 % Vb (m/s) 6.30699 15 8.46553 10 9.41264 7 -4.1265 3 0.84483 0 -2.5648 -3 -3.7053 -7

Pada grafik di atas menunjukkan bahwa pada katup udara yang terbuka sebesar 4% dan sudut serang yang terjadi tidak terlalu besar dikarenakan tekanan yang dihasilkan tidak terlalu besar di bawah sayap sehingga gaya angkat sayap tidak terlalu tinggi. Bila sudut serang yang diberikan besar (misal 0,1) maka gaya angkat yang dihasilkan terangkat walaupun kecil (misal -5) Pada katup udara yang terbuka sebesar 5%, apabila sudut serangnya kecil (misalnya 0,05) maka gaya angkat yang dihasilkan tinggi walaupun masih di daerah minus. Ini menandakan bahwa sayap akan terangkat dengan sudut serang yang kecil. Hal ini dikarenakan bahwa sudut serang akan fokus pada sayap bagian bawah.

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

KOEFISIEN LIFT B. Pembahasan Khusus Hubungan Antara Sudut Airfoil ( ) dengan Wind Tunnel (Vb)

Pembukaan Katup 4 % Vb (m/s) 16.0536 15 15.6013 10 15.6013 7 15.6013 3 15.6013 0 15.6013 -3 16.0536 -7

Pembukaan Katup 5 % Vb (m/s) 11.9656 15 10.7024 10 11.3516 7 11.3516 3 10.7024 0 11.3516 -3 11.3516 -7

Grafik diatas memperlihatkan hubungan antara sudut aliran udara pada Airfoil (

) dengan kecepatan udara dalam wind tunnel (Vb), pada titik satu

terlihat nilai (16.0536 dan 11.9556) kecepatan tertinggi dan jika dihubungkan dengan pembukaan katub (5 % dan 4%) maka semakin besar pembukaan katub maka semakin tinggi pula kecepatan aliran udara pada tunnel. Sedangkan hubungan Sudut aliran udara pada airfoil (

) berbanding lurus dengan kecepatan

udara dalam wind tunnel (Vb). Dilihat dari garis sejajar pada grafik.

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

KOEFISIEN LIFT 2. Hubungan Sudut Serang ( dan Gaya Angkat (FL) Airfoil

= -7, dan pembukaan katub 4 %

Dari gambar grafik diatas, pada titik 1 (3.7) dan 12 (2.0) hubungan antara sudut serang dan gaya angkat berbanding lurus dimana ketika sudut serang kecil maka gaya angkat dari airfoil semakin kecil pula dan jika sudut serang bernilai min maka akan memberi gaya hambat yang semakin besar sehingga menyebabkan tidak adanya gaya angkat pada air foil ketika sudut serang bernilai min.

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

KOEFISIEN LIFT 3. Hubungan Sudut Serang ( dan Gaya Angkat (FL) Airfoil

= -7, dan pembukaan katub 5 %

Dari gambar grafik diatas, pada titik 1 dan 12 hubungan antara sudut serang dan gaya angkat berbanding lurus dimana ketika sudut serang kecil maka gaya angkat dari airfoil semakin kecil pula dan jika sudut serang bernilai min maka akan memberi gaya hambat yang semakin besar sehingga menyebabkan tidak adanya gaya angkat pada air foil ketika sudut serang bernilai min.

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

KOEFISIEN LIFT B. Pembahasan Khusus Hubungan Antara Sudut Airfoil ( ) dengan Wind Tunnel (Vb)

Pembukaan Katup 4 % Vb (m/s) 16.0536 15 15.6013 10 15.6013 7 15.6013 3 15.6013 0 15.6013 -3 16.0536 -7

Pembukaan Katup 5 % Vb (m/s) 11.9656 15 10.7024 10 11.3516 7 11.3516 3 10.7024 0 11.3516 -3 11.3516 -7

Pada grafik diatas menunjukan bahwa kecepatan udara dalam wind tunnel. pada grafik, terlihat airfoil akan meningkat dengan bertambahnya sudut serang (). Seperti pada pembukaan katup 4 % dengan sudut serang -7 berada pada posisi sebesar 16.536. Nilai posisi ini bertambah seiring

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

KOEFISIEN LIFT bertambahnya sudut serang. Hingga sudut serang 15 berada pada posisi sebesar 10.7024. Dan untuk sudut maksimal berada pada 15 dengan menghasilkan posisi 16.0536 sedangkan sudut minimal berada pada -7 dengan nilai posisi 10.7024. Namun saat berada pada posisi tertentu (sudah mencapai sudut serang maksimun) maka nilai tekanan statis dan stagnasinya pada airfoil akan menurun. Karena aliran fluida yang mengalir pada bagian atas airfoil lebih cepat dibanding bagian bawahnya sehingga terjadi perbedaan tekanan. Tentunya hal tersebut diakibatkan separasi atau pemisahan aliran fluda yang mengenai airfoil. Karena udara yang mengalir itu bergerak mengikuti alur airfoil, namun ketika sudut serang telah mencapai lebih daripada sudut serang, maka terjadi turbulensi yang mengakibatkan tekanan yang diterima airfoil berbeda.

You might also like