You are on page 1of 20

Penyesuaian diri remaja

D I S U S U N Oleh

Kelompok VI
Herdy yanti Telaumbanua Ray Candra Nasution Sri Kumariasih Sukmariati Br. Barutu (7102141014) (7101141028) (7103141141) (7103141144)

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2012


Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan diskusi kelompok mata kuliah filsafat pendidikan ini yang berjudul Penyesuaian Diri Remaja. makalah ini berisi pembahasan pengertian penyesuaian diri, proses penyesuaian diri, karakteristik, dan faktor-faktor penyesuaian diri pada remaja. Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini saya ingin mengucapkan syukur kepada Tuhan atas rahmat-Nya, serta ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik moril maupun materil. Juga saya Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua, para pembimbing, dosen, teman-teman dan pihak-pihak lainnya yang telah terlibat dalam penyelesaian makalah ini. Dalam penulisan makalah ini saya berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan dipahami oleh semua pembaca. Dalam makalah ini, saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi penulisan. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Medan, 12 Oktober 2012

Penulis

Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah
Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat.

Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat di sekolah dan di luar sekolah ia memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan, minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-pengalaman itu ia secara berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia miliki sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang. Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas yang berkesinambungan. Ia
Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja 3

berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Untuk lebih jelasnya marilah kita tinjau secara lebih rinci pengertian dan proses penyesuaian diri, karakteristik penyesuaian diri remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri.

1. 2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Apakah pengertian dari penyesuain diri itu? Bagaimana proses penyesuaian diri? Apa saja karakteristik penyesuaian diri? Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri?

1. 3. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Pengertian penyesuaian diri, Proses penyesuaian diri, Karakter penyesuaian diri secara positif, Karakter penyesuaian diri yang salah, Faktor yang mempengarui proses penyesuaian diri

Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

BAB II PEMBAHASAN
2. 1. Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Beberapa pengertian penyesuaian diri menurut para ahli: Davidoff (1991), mengatakan bahwa penyesuaian diri (adjustment) itu merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan. Penyesuaian diri dengan diri sendiri adalah bagaimana individu mempersepsi dirinya sendiri, potensi-potensi yang dimiliki dan tingkat kepuasan akan hasil atau pengalaman yang diperoleh. Penyesuaian diri dengan lingkungan adalah bagaimana individu mempersepsi dan bersikap terhadap realitas yang ada. Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang baik dapat mengendalikan perasaan cemas, khawatir dan marah apabila mendapat suatu tekanan dari lingkungan.

Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

Calhoun dan Acocella (1995), penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai interaksi individu yang kontinyu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain dan dengan dunia individu. Kartono (2000), penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis. Hariyadi, dkk (2003) menyatakan penyesuaian diri adalah kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau dapat pula mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri. Hurlock (dalam Gunarsa, 2003) memberikan perumusan tentang

penyesuaian diri secara lebih umum, yaitu bilamana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan berarti ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya. Dengan perkataan lain, orang itu mampu menyesuaikan sendiri dengan baik terhadap lingkungannya. Scheneiders (dalam Yusuf, 2004), juga menjelaskan penyesuaian diri sebagai suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik secara sukses serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup. Ali dan Asrori (2005) juga menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah proses mengubah diri sesuai dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal,
Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

ketegangan, frustasi dan konflik sehingga tercapainya keharmonisan pada diri sendiri serta lingkungannya dan akhirnya dapat diterima oleh kelompok dan lingkungannya. Penyesuaian diri menurut Sekneiders dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: 1. Penyesuaian diri sebagai adaptasi. Adaptasi pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradapatasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut. Penyesuaian diri cenderung hanya diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik. Akibatnya, adanya kompleksitas kepribadian individu dengan lingkungan menjadi terabaikan.

2. Penyesuaian diri sebagai bentuk konfornitas. Penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konfornitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat karena menyiratkan bahwa individu seakan-akan mendapatkan tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, social maupun emosional. Keragaman individu menyebabkan manusia tidak dapat dimaknai sebagai usaha konformitas. 3. Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan. Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan dimaknai sebagai kemampuan untuk merencanakan dari mengorganisasikan respon dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan dan frustasi tidak terjadi.

2. 2. Proses Penyesuaian Diri


Proses penyesuaian diri menurut yang dikemukakan oleh Sehmenders (1984) melibatkan tiga unsur: a. Motivasi. Faktor motivasi dapat dikatakan sebagai kunci untuk memahami proses penyesuaian diri dan sama halnya dengan kebutuhan, perasaan dan emosi yang
Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

merupakan

kekuatan

internal yang tidak

yang

menyebabkan

ketegangan Ketegangan

dan dan

ketidakseimbangan

menyenangkan.

ketidakseimbangan memberikan pengaruh kepada kekacauan atau kegagalan mengenal pemuasan kebutuhan secara sehat karena mengalami frustasi dan konflik. b. Sikap terhadap realitas dan proses penyesuaian diri. Sikap yang sehat terhadap realitas dan kontak yang baik terhadap realitas sangat diperlukan bagi proses penyesuaian diri yang sehat. Berbagai tuntutan realitas, adanya pembatasan aturan dan norma-norma menuntut individu untuk terus belajar menghadapi dan mengatur suatu proses kearah hubungan yang harmonis antara tuntutan eksternal dari realitas.

c. Pola dasar proses penyesuaian diri. Seorang anak membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya yang selalu sibuk, dalam situasi ini anak akan frustasi dan berusaha menemukan pemecahan yang berguna mengurangi ketegangan antara kebutuhan dan akan kasih sayang dengan frustasi yang dinamis.

2. 3. Karakteristik Penyesuaian Diri Remaja


Adapun karakteristik penyesuaian diri remaja yang khas adalah sebagai berikut: Penyesuaian diri remaja terhadap peran dan identitasnya. Pesatnya perkembangan fisik dan psikis sering kali menyebabkan remaja mengalami krisis peran dan identitas. Sesungguhnya remaja senantiasa berjuang agar dapat memainkan peranannya agar sesuai dengan perkembangan masa peralihannya dari masa anak-anak yang bertujuan memperoleh identitas diri yang semakin jelas dan dapat dimengerti serta diterima oleh lingkungan. Penyesuaian diri remaja terhadap pendidikan. Masa krisis identitas atau masa topan dan bagai pada diri remaja seringkali menimbulkan kendala
Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja 8

dalam penyesuaian diri terhadap kegiatan belajarnya. Akibatnya yang muncul di permukaan adalah seringkali ditemui remaja yang malas dan tidak disiplin dalam belajar. Penyesuaian diri remaja terhadap kehidupan. Secara fisik, remaja telah mengalami kematangan pertumbuhan fungsi seksual sehingga

perkembangan dorongan seksual juga semakin kuat. Artinya remaja juga perlu menyesuaikan pengaturan kebutuhan seksualnya dalam batas-batas penerimaan sosialnya sehingga terbebas dari kecemasan psikoseksual, tetapi juga tidak melanggar nilai-nilai moral masyarakat dan agama. Penyesuaian diri remaja terhadap norma sosial. Remaja yang cenderung membentuk kelompok masyarakat yang tersendiri, seringkali juga membentuk dan memiliki kesepakatan aturan tersendiri yang kadangkadang kurang dapat dimengerti oleh lingkungan masyarakat di luar kelompok remaja itu sendiri. Penyesuaian diri remaja terhadap waktu luang. Dalam konteks ini, penyesuaian diri remaja adalah melakukan penyesuaian antara

dorongannya serta inisiatif dan kreativitasnya dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Dengan demikian penggunaan waktu luang akan bermanfaat menunjang pengembangan diri dan manfaat sosial. Penyesuaian diri remaja terhadap penggunaan uang. Dalam konteks ini perjuangan penyesuaian diri remaja adalah berusaha untuk mampu bertindak secara profesional, melakukan penyesuaian antara kelayakan pemenuhan kebutuhannya dengan kondisi ekonomi orangtuanya. Penyesuaian diri remaja terhadap kecemasan, konflik dan frustasi. Strategi penyesuaian diri terhadap kecemasan konflik dan frustasi tersebut biasanya melalui suatu mekanisme pertahanan diri seperti kompensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi dan fiksasi. Ditinjau karakteristik penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah. Penyesuaian Diri Secara Positif

Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

Menurut Sunarto dan Hartono (1995), dalam melakukan penyesuaian dirisecara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain: Tidak melakukan adanya ketengan emosional. Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri. Mampu dalam belajar. Menghargai pengalaman. Bersikap realistik dan objektif. Menurut Hariyadi, dkk (2003), terdapat beberapa karakteristik

penyesuaian diri yang positif, diantaranya : Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya. Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa orang yang

mempunyaipenyesuaian diri yang positif adalah orang yang sanggup menerima kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan di samping kelebihan-kelebihannya. Individu tersebut mampu menghayati kepuasan terhadap keadaan dirinya sendiri, dan membenci apalagi merusak keadaan dirinyabetapapun kurang memuaskan menurut penilaiannya. Hal ini bukan berartibersikap pasif menerima keadaan yang demikian, melainkan ada usahaaktif disertai kesanggupan mengembangkan segenap bakat, potensi, sertakemampuannya secara maksimal. Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinyasecara objektif, sesuai dengan perkembangan rasional dan perasaan.Orang yang memiliki penyesuaian diri positif memiliki ketajaman dalammemandang realita, dan mampu memperlakukan realitas atau kenyataansecara wajar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Ia dalam berperilaku selalu bersikap mau belajar dari orang lain, sehingga secara terbuka pula ia mau menerima feedback dari orang lain. Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada padadirinya dan kenyataan objektif di luar dirinya.Karakteristik ini ditandai oleh kecenderungan seseorang untuk tidak menyia-nyiakan
Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

10

kekuatan yang ada pada dirinya dan akan melakukan hal-hal yang jauh di luar jangkauan kemampuannya. Hal ini terjadiperimbangan yang rasional antara energi yang dikeluarkan dengan hasil yang diperolehnya, sehingga timbul kepercayaan terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Memiliki perasaan yang aman dan memadaiIndividu yang tidak lagi dihantui oleh rasa cemas ataupun ketakutan dalamhidupnya serta tidak mudah dikecewakan oleh keadaan sekitarnya.Perasaan aman mengandung arti pula bahwa orang tersebut mempunyai harga diri yang mantap, tidak lagi merasa terancam dirinya oleh lingkungan dimana ia berada, dapat menaruh kepercayaan terhadap lingkungan dan dapat menerima kenyataan terhadap keterbatasan maupun kekurangan-kekurangan dan

lingkungannya. Rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleranKarakteristik ini ditandai oleh adanya pengertian dan penerimaan keadaandi luar dirinya walaupun sebenarnya kurang sesuai dengan harapan ataukeinginannya.f. Terbuka dan sanggup menerima umpan balik Karakteristik ini ditandai oleh kemampuan bersikap dan berbicara atasdasar kenyataan sebenarnya, ada kemauan belajar dari keadaan sekitarnya,khususnya belajar mengenai reaksi orang lain terhadap perilakunya. Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosiHal ini tercermin dalam memelihara tata hubungan dengan orang lain,yakni tata hubungan yang hangat penuh perasaan, mempunyai pengertian yang dalam, dan sikap yang wajar Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras dengan hak dan kewajibannya.Individu mampu mematuhi dan melaksanakan norma yang berlaku tanpaadanya paksaan dalam setiap perilakunya. Sikap dan perilakunya selalu didasarkan atas kesadaran akan kebutuhan norma, dan atas keinsyafan sendiri. b. Penyesuaian Diri yang Salah Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian diri yang salah, yaitu:

Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

11

1) Reaksi

Bertahan

(Defence

Reaction).

Individu

berusaha

untuk

mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Bentuk khusus reksi ini yaitu: Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan (dalam) untuk membenarkan tindakannya. Represi, yaitu berusaha menekan pengalamannya yang dirakan kurang enak ke alam tidak sadar. Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima. Sour Grapes (anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikkan kenyataan. 2) Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction). Reaksi-reaksinya tampak pada perilaku: Selalu membenarkan diri, Mau berkuasa dalam setiap situasi, Mau memiliki segalanya, Bersilkap senang mengganggu orang lain, Menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan, Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka, Menunjukkan sikap menyerang dan merusak, Keras kepala dalam perbuatannya, Bersikap balas dendam, Memperkosa hak orang lain, Tindakan yang serampangan, dan Marah secara sadis.

3) Reaksi Melarikan Diri (Escape Reaction). Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, reaksinya tampak dalam tingkah laku sebagai berikut: berfantasi, banyak tidur,

Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

12

minum-minuman keras bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika, dan regresi.

2. 4. Factor-faktor yang Mepengaruhi Proses Penyesuaian Diri Remaja


Menurut Schneiders setidaknya ada lima faktor yang dapat mepengaruhi proses penyesuaian diri (khusus remaja) adalah sebagai berikut: a. Kondisi fisik Seringkali kondisi fisik berpengaruh kuat terhadap proses penyesuaian diri remaja. Aspek-aspek yang berkaitan dengan kondisi fisik yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri remaja adalah sebagai berikut: Hereditas dan kondisi fisik, Dalam mengidentifikasi pengaruh hereditas terhadap penyesuaian diri, lebih digunakan pendekatan fisik karena hereditas dipandang lebih dekat dan tak terpisahkan dari mekanisme fisik. Dari sini berkembang prinsip umum bahwa semakin dekat kapasitas pribadi, sifat atau kecenderungan berkaiatan dengan konstitusi fisik maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap penyesuaian diri. Bahkan dalam hal tertentu, kecenderungan kearah malasuai (maladjusment) diturunkan secara genetis khusus nya melalui media temperamen. Temperamen merupakan komponen utama karena dari temparamen itu muncul karakteristik yang paling dasar dari kepribadian, khususnya dalam memandang hubungan emosi dengan penyesuaian diri. Sistem utama tubuh, Termasuk ke dalam sistem utama tubuh yang memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri adalah sistem syaraf, kelenjar dan otot. Sistem syaraf yang berkembang dengan normal dan sehat merupakan syarat mutlak bagi fungsi-fungsi psikologis agar dapat berfungsi secara maksimal yang akhirnya berpengaruh secara baik pula kepada penyesuaian diri. Dengan kata lain, fungsi yang memadai dari sistem syaraf merupakan kondisi umum yang diperlukan bagi penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya penyimpangan didalam system syaraf akan

Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

13

berpengaruh terhadap kondisi mental yang penyesuaian dirinya kurang baik. Kesehatan fisik, Penyesuaian diri seseorang akan lebih mudah dilakukan dan dipelihara dalam kondisi fisik yang sehat daripada yang tidak sehat. Kondisi fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri, kepercayaan diri, harga diri dan sejenisnya yang akan menjadi kondisi yang sangat menguntungkan bagi proses penyesuian diri. Sebaliknya kondisi fisik yang tidak sehat dapat mengakibatkan perasaan rendah diri, kurang percaya diri, atau bahkan menyalahkan diri sehingga akan berpengaruh kurang baik bagi proses penyesuaian diri. b. Kepribadian Unsur unsur kepribadian yang penting pengaruhinya terhadap

penyesuaian diri adalah sebagai berikut: Kemauan dan kemampuan untuk berubah (modifiability), Kemauan dan kemampuan untuk berubah merupakan karakteristik kepribadian yang pengaruhnya sangat menonjol terhadap proses pentyesuaian diri. Sebagai suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan, penyesuaian diri membutuhkan kecenderungan untuk berubah dalam bentuk kemauan, prilaku, sikap, dan karakteristik sejenis lainnya. Oleh sebab itu semakin kaku dan tidak ada kemauan serta kemampuan untuk merespon lingkungan, semakin besar kemungkinanya untuk mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri. Pengaturan diri (self regulation), Pengaturan diri sama pentingnya dengan penyesuaian diri dan pemeliharaan stabilitas mental, kemampuan untuk mengatur diri, dan mengarahkan diri. Kemapuan mengatur diri dapat mencegah individu dari keadaan malasuai dan penyimpangan kepribadian. Kemampuan pengatauran diri dapat ,mengarahkan kepribadian normal mencapai pengendalian diri dan realisasi diri. Relisasi diri (self relization), Telah dikatakan bahwa pengaturan kemampuan diri mengimplikasiakan potensi dan kemampuan kearah realisasi diri. Proses penyesuaian diri dan pencapaian hasilnya secara bertahap sangat erat kaitanya dengan perkembangan kepribadian. Jika
Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

14

perkembangan kepribadain berjalan normal sepanjang masa kanak-kanak dan remaja, di dalamnya tersirat portensi laten dalam bentuk sikap, tanggung jawab, penghayatan nilai- nilai, penghargaan diri dan lingkungan, serta karakteristik lainnya menuju pembentukan kepribadian dewasa. Semua itu unsur-unsur penting yang mendasari relaitas diri. Intelegensi, Kemampuan pengaturan diri sesungguhnya muncul tergantung pada kualitas dasar lainnya yang penting peranannya dalam pemyesuaian diri, yaitu kualitas intelegensi. Tidak sedikit, baik buruknya penyesuaian diri seseorang ditentukan oleh kapasitas intelektualnya atau

intelegensinnya. Intelegensi sangat penting bagi perolehan gagasan, prinsip, dan tujuan yang memainkan peranan penting dalam proses penyesuain diri. Misalnya kualitas pemikiran seseorang dapat

memungkinkan orang tersebut melakukan pemilihan dan mengambil keputusan penyesuain diri secara intelegensi dan akurat. c. Proses belajar (Education) Termasuk unsur-unsur penting dalam education atau pendidikan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri individu antara lain: Belajar, Kemauan belajar merupakan unsur tepenting dalam penyesuaian diri individu karena pada umumnya respon-respon dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan bagi penyesuaian diri diperoleh dan menyerap kedalam diri individu melalui proses belajar. Oleh karena itu kemauan untuk belajar dan sangat penting karena proses belajar akan terjadi dan berlangsung dengan baik dan berkelanjutan manakalah individu yang bersangkutan memiliki kemauan yang kuat untuk belajar. Bersamasama dengan kematangan, belajar akan muncul dalam bentuk kapasitas dari dalam atau disposisi terhadap respon. Oleh sebab itu, perbedaan polapola penyesuaian diri sejak dari yang normal sampai dengan yang malasuai, sebagain besar merupakan hasil perbuatan yang dipengaruhi oleh belajar dan kematangan. Pengalaman, Ada dua jenis pengalaman yang memiliki nilai signifikan terhadap pross penyesuaian diri, yaitu (1) pengalaman yang menyehatkan (salutary experiences) dan (2) pengalaman traumatic (traumatic

Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

15

experinces). Pengalaman yang menyatakan adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai suatu yang mengenakkan, mengasyikakan, dan bahkan di rasa ingin mengulangnya kembali. Pengalaman seperti ini akan dijadikan dasar untuk ditansfer oleh individu ketika harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Adapun pengalaman trauma adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat tidak mengenakkan, menyedihkan, atau bahkan sangat menyakitkan sehingga individu tersebut sangat tidak ingin peristiwa itu terulang lagi. Latihan, Latihan merupakan proses belajar yang diorientasikan kepada perolehan keterampilan atau kebiasaan. Penyesuain diri sebagai suatu proses yang kompleks yang mencakup didalamnya proses psikologis dan sosiologis maka memerlukan latihan yang sungguh-sungguh agar mencapai hasil penyesuaian diri yang baik. Tidak jarang seseorang yang sebelumnya memiliki kemampuan penyesuaian diri yang kurang baik dan kaku, tetapi melakukan latihan secara sungguh-sungguh, akhirnya lambat laun menjadi bagus dalam setiap penyesuaian diri dengan lingkungan baru. Deteminasi diri, Berkaitan erat dengan penyesuaian diri adalah sesungguhnya individu itu sendiri untuk melakukan proses penyesuaian diri. d. Lingkungan sebagai Penentu Penyesuaian Diri Berbagai lingkungan anak seperti keluaga dan pola hubungan didalamnya, sekolah, masyarakat, kultur dan agama berpengaruh terhadap penyesuaian diri anak. Berbagai lingkungan anak seperti keluarga dan pola hubungan di dalamnya, sekolah, masyarakat, kultur, dan agama berpengaruh dalam penyesuaian diri. Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan mempunyai pengaruh terhadap proses penyesuaian diri, seperti hubungan dimana orang tua menerima anaknya secara hangat sehingga anak merasa nyaman, atau dalam bentuk proses pendisiplinan yang berpengaruh terhadap pola pengaturan waktu bagi anak. Pengaruh rumah dan keluarga. Dari sekian banyak faktor yang memengaruhi penyesuaian diri remaja, faktor rumah dan keluarga merupakan faktor yang sangat penting, karena keluarga merupakan satuan
Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

16

kelompok sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan dikembangkan di masyarakat. Hubungan Orang Tua dan Anak. Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan mempunyai pengaruh terhadap proses penyesuaian diri anak anak. Beberapa pola hubungan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri antara lain :

Menerima (acceptance) ;dimana orang tua menerima anaknya dengan baik yang menimbulkan suasana hangat dan rasa nyaman bagi anak

Menghukum dan disiplin yang berlebihan ; Orang tua dan anak samasama keras dan disiplin yang ditanamkan orang tua terlalu kaku dan berlebihan sehingga menimbulkan psikologis anak terganggu

Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan ; Memanjakan anak secara berlebihan dapat menimbulkan rasa tidak

aman,cemburu,rendah diri pada diri anak

Penolakan; dimana orang tua menolak kehadiran anaknya dimana situasi ini dapat menghambat penyesuaian diri anak.

Hubungan saudara. Suasana hubungan saudara yang penuh persahabatan, kooperatif, saling menghormati, penuh kasih sayang, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian yang lebih baik. Sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri. Masyarakat. Keadaan lingkungan masyarakat dimana individu berada merupakan kondisi yang menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Kondisi studi menunjukkan bahwa banyak gejala tingkah laku salah bersumber dari keadaan masyarakat. Pergaulan yang salah di kalangan remaja dapat memengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya. Sekolah. Sekolah mempunyai peranan sebagai media untuk memengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan moral para siswa. Suasana di sekolah baik sosial maupun psikologis menentukan proses dan pola penyesuaian
Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

17

diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima anak disekolah akan merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat. e. Kultural dan Agama Lingkungan kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola penyesuaian dirinya. Contohnya tatacara kehidupan di sekolah, masjid, gereja, dan semacamnya akan mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya. Agama juga memberikan suasana damai dan tenang bagi anak. Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia. Agama memegang peranan penting sebagai penentu dalam proses penyesuaian diri.

BAB III PENUTUP


3. 1. Kesimpulan
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri, maka penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan dan

perkembangan memerlukan proses yamg cukup unik. Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi, konformitas, penguasaan, dan kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian keharmonisan antara faktor internal dan eksternal anak sering menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan. Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau salah. Selain faktor lingkungan, faktor psikologis,

Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

18

kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan juga mempengaruhi proses penyesuaian diri. Permasalahn-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan keluarga. Selain itu permasalahan-permasalahan penyesuaian akan muncul bagi remaja yang sering pindah tempat tinggal. Lingkungan sekolah juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain megemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Di sekolah, guru hendaknya dapat bersikap yang lebih efektif, seperti adil, jujur, menyenangkan dan sebagainya sehingga siswanya akan merasa senang dan aman bersamanya.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta : PT Bumi Aksar Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia Hariyadi, Sugeng dkk. (1998). Perkembangan peserta didik. Cetakan ke 3. Semarang: IKIP Semarang Press Kartono, Kartini. (2000). Hygiene mental. Bandung: Mandar Maju Sunarto & Hartono, B. Agung. (1995). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta Wahjosumidjo Yusuf,S. (2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset

Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

19

http://www.sariyanta.com/kuliah/faktor-faktor-yang-memengaruhi-penyesuaiandiri-remaja/ http://unjakreatif.blogspot.com/2011/04/penyesuaian-diri-remaja.html http://windasyafriza.blogspot.com/2010/03/penyesuaian-diri-dan-faktor-faktoryang.html

Kelompok VI Penyesuaian Diri Remaja

20

You might also like