Professional Documents
Culture Documents
THE INFLUENCE OF RETAIL MIX TO STORE IMAGE ( STUDY AT CONSUMER PERCEPTION OF MATAHARI DEPARTMENT STORE TUNJUNGAN PLAZA SURABAYA ) FARID HAMDANI ABSTRACT
Consumer in every market segment establishes impression from a few different stores based on their perception to retail mix which is important according to them. That retail mix will be consideration between both stores and will reflect strength and weakness that store. This research try to explain causality relation between retail mix elements such as: does retail consisted of store location, service, product, price, store atmosphere, store sales, and promotion method influeced to store image to Matahari Department store In this research population is citizen in Surabaya who is ever visisted to Matahari Department Store Tunjungan Plaza Surabaya with infinite population. Sample is determined by non probability sampling method with accidental sampling technique as well as multiple regression analysis to determine the influence of each variabel. From the results of the analysis note that coefficient value R square about 0,647 its mean the contribution retail mix variable is consisted of store location (X1), service (X2), product (X3), price (X4), store atmosphere (X5), store sales (X6) and promotion method (X7) influenced partially to dependent variable store image to Matahari Department store is about 0,647 or 64,7%. While its remains about 35,3% is influenced by other variable outside this research. Keyword: store location, service, product, price, store amtosphere, store sales, promotion method, store image.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan industri ritel tidak lepas dari tiga faktor utama yaitu : (1) Faktor Ekonomi, yaitu pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang semakin tinggi, (2) Faktor demografi, yaitu peningkatan jumlah penduduk dalam arti semakin banyaknya golongan menengah, (3) Faktor sosial budaya, yaitu terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan berbelanja misalnya saat ini konsumen menginginkan tempat belanja yang aman, lokasi yang mudah dicapai, ragam barang yang tinggi, nyaman sekaligus dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi, jadi tidak hanya sebagai tempat untuk menjual barang dagangan (Maruf, 2005 : 24). Untuk menghadapi persaingan ini, para peritel otomatis berlomba-lomba menciptakan srategi agar dapat bersaing dengan peritel yang lainnya. Hal ini dilakukan agar perusahaan tersebut dapat bertahan dan berkembang dimasa yang akan datang. Untuk dapat mendukung usaha peritel tersebut dibutuhkan strategi-strategi yang terpadu, agar didalam mengambil suatu keputusan tidak menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Strategi ritel ini disebut dengan istilah retailing mix (Foster, 2008 : 49). Masson, Mayor, F. ezzel dalam Bob Foster (2008:51) mengemukakan, bauran penjualan eceran adalah semua variabel yang dapat digunakan sebagai strategi pemasaran untuk berkompetisi pada pasar yang dipilih. Dalam variabel penjualan eceran termasuk produk, harga, pajangan, promosi, penjualan secara pribadi, dan pelayanan kepada konsumen (customer service). Strategi bauran ritel apabila dapat dijalankan dengan baik oleh peritel maka akan berpengaruh pada citra toko perusahaan ritel tersebut. Sehingga image perusahaan akan menjadi bagus dimata masyarakat. Menurut Sophia (2008:104) citra toko merupakan gambaran jiwa, atau kepribadian toko yang oleh pemiliknya berusaha disampaikan kepada pelanggan. Sementara bagi pelanggan, citra toko merupakan sikap individu dari toko tersebut. Citra atau imge toko dipengaruhi oleh periklanan yang dilakukan, pelayanan, kesenangan, layout toko, dan personil toko, sebagaimana halnya dengan kualitas, harga, keragaman, dan kedalaman barang dagangan. Konsumen cenderung berbelanja di toko-toko yang sesuai dengan image yang dibangunnya, dan peritel dianggap berhasil menyampaikan citra tokonya jika terdapat kesesuaian antara citra yang dibangun dengan kesan yang ada pada konsumen sasarannya. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa bauran ritel berpengaruh terhadap citra toko. Hal ini didukung dengan teori Gosh (1990) dalam Josee Bloemer and Ko de Ruyter bahwa citra toko dipengaruhi oleh delapan elemen dari bauran ritel yaitu location, merchandise, store atmosphere, customer service, price, advertising, personal selling dan sales programs. Perkembangan perilaku konsumen yang semakin kompleks menuntut dunia ritel agar semakin kreatif merumuskan strategi. Oleh karena itu Matahari department store harus memiliki strategi jitu dalam mempertahankan dan meningkatkan pelayanannya sehingga citra toko Matahari department store yang baik dapat tercapai secara optimal. Citra toko dapat mengubah evaluasi konsumen yang obyektif menjadi subyektif. Peluang inilah yang diambil pemain bisnis dalam mengembangkan konsep tokonya sehingga menciptakan image yang positif. Diharapkan, melalui mekanisme ini pencapaian citra toko akan berjalan dengan baik dan lancar. Proses inilah yang membuat peneliti tertarik pada masalah pengaruh bauran ritel terhadap citra toko Matahari department store. Rumusan Masalah
TINJAUAN PUSTAKA
Retailing Definisi retailing menurut Kotler (2000:592) sebagai berikut, retailing sebagai kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi bukan untuk bisnis. Menurut Levy dan Weitz (2004), retailing merupakan semua kegiatan bisnis yang bertujuan menambah nilai produk dan jasa yang dijual kepada konsumen untuk penggunaan pribadi atau rumah tangga. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa retailing merupakan aktivitas bisnis untuk menambah nilai produk atau jasa yang dijual secara langsung kepada konsumen akhir. Dengan demikian, peran retailing disini adalah sebagai saluran bisnis terakhir distribusi dari mata rantai pabrik kepada konsumen akhir. Dari definisi tersebut terlihat bahwa pada hakikatnya aktivitas bisns retail tidak sekedar penjualan barang dalam arti fisik, namun juga meliputi penjualan jasa. Berkaitan dengan tempat dilakukannya aktivitas penjualan, pengetian binsis retail tidak hanya yang dilakukan pada sebuah retail (shop/store) tetapi juga mancakup aktivitas serupa yang tidak menggunakan tempat khusus dalam proses jual beli, misalnya mail 0rder (layanan pesan barang melalui surat atau telepon) dan direct selling (penjualan dari rumah ke rumah atatu berdasarkan keanggotaan multilevel marketing). Berdasarkan pengetian bisnis retail tersebut, mail order dan direct selling juga merupakan bentuk lain dari entitas bisnis retail. Bauran Ritel Menurut Masson, Mayor, F. ezzel dalam Bob Foster (2008:51) mengemukakan, bauran penjualan eceran adalah semua variabel yang dapat digunakan sebagai strategi pemasaran untuk berkompetisi pada pasar yang dipilih. Menurut Berman dan Evans (2004:105), untuk bentuk toko yang berdasarkan store based retail terdapat strategi bauran penjualan eceran yang terdiri dari lokasi department store (store location), prosedur pembelian/pelayanan (operating producers), produk/barang yang ditawarkan (merchandise), harga barang (price), suasana department store (store atmosphere), karyawan (customer service), dan metode promosi (promotional methods). Citra Toko Citra toko dapat didefinisikan sebagai berikut : the complex of cusromers perception of store on different (salient) attributes yaitu persepsi konsumen yang kompleks dari berbagai atribut penting yang berbeda dari suatu toko (Bloemer dan Ko de ruyter, 2001:501). Citra toko juga ditunjukkan pada bagaimana seorang retailer dipersepsikan oleh pelanggan dan pihak lainnya (Berman dan Evan, 2001 : 599). Menurut Berman dan Evans (2002:452) image refers to how a retailer is perceived by customers and others. Jadi image adalah suatu bentuk representasi konsumen tentang suatu retail. Semua yang berhubungan dengan retailer tersebut maka secara tidak langsung akan menciptakan suatu image yang akan terbentuk oleh konsumen.
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian
Sumber: data diolah Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa semua butir pernyataan yang mengukur variabel lokasi toko (X1), pelayanan (X2), produk (X3), harga (X4), suasana toko (X5), karyawan toko (X6), metode promosi (X7) dan citra toko (Y) adalah valid karena total pearson correlation > nilai r kritis sebesar 0,1204.
b. Uji Reliabilitas
Sumber: data diolah Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa semua variabel yaitu variabel lokasi toko (X1), pelayanan (X2), produk (X3), harga (X4), suasana toko (X5), karyawan toko (X6), metode promosi (X7) dan citra toko (Y)adalah reliabel karena cronbach alphanya lebih besar dari 0,6. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel bebas dan variabel terikat keduanya memiliki distribusi normal ataukah tidak. Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan bantuan program SPSS. 12.0. for windows diperoleh hasil : Tabel 3 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz ed Residual 111 ,2603702 ,18413061 ,119 ,119 -,089 1,253 ,087
a,b
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Lampiran
Sumber: data diolah Berdasarkan pada tabel 4 di atas menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas multikolinieritas, sehingga seluruh variabel bebas (X) tersebut dapat digunakan dalam penelitian. c. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil Uji Heteroskedastisitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 12.0. diperoleh hasil: Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error -,280 ,255 ,025 ,046 ,061 ,038 -,060 ,045 ,009 ,027 ,011 ,048 ,047 ,038 ,037 ,042 Standardized Coefficients Beta ,058 ,173 -,179 ,034 ,027 ,124 ,115
Model 1
Dari bentuk persamaan regresi linier berganda di atas, dapat diketahui bahwa variabel bebas yaitu lokasi toko (X1), pelayanan (X2), produk (X3), harga (X4), suasana toko (X5), karyawan toko (X6) dan metode promosi (X7) mempunyai pengaruh yang positif terhadap citra toko pada Matahari Department store (Y). Pembuktian Hipotesis Uji F ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama. Tabel 7 Hasil Uji F Nilai 26,941
Keterangan F hitung
Sig. 0,000
Sumber: data diolah Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa F hitung sebesar 26,941 didukung pula dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil dari 0,05 atau 5%. Sehingga lokasi toko (X1), pelayanan (X2), merchandising (X3), harga (X4), suasana toko (X5), karyawan toko (X6) dan metode promosi (X7) mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap citra toko pada Matahari Department store.
Model 1
(Constant) x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7
a. Dependent Variable: y
Sumber: data diolah Dari tabel di atas dapaty diketahui bahwa seluruh variabel bebas yaitu yang terdiri dari lokasi toko (X1), pelayanan (X2), produk (X3), harga (X4), suasana toko (X5), karyawan toko (X6) dan metode promosi (X7) mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap citra toko pada Matahari Department Store Tunjungan Plaza Surabaya. Pembahasan Dari analisis di atas diketahui bahwa besarnya kontribusi pengaruh variabel bauran ritel yang terdiri dari lokasi toko, pelayanan, produk, harga, suasana toko, karyawan toko, dan metode promosi secara bersama-sama terhadap variabel terikat citra toko pada Matahari Department Store Tunjungan Plaza Surabaya adalah sebesar 0,647 atau 64,7%. Sedangkan sisanya sebesar 35,3% dipengaruh oleh variabel lain diluar model penelitian ini dan menurut Sophia (2008) SDM adalah salah satunya. Ini menunjukkan bahwa 64,7% perubahan citra toko pada Matahari Department Store Tunjungan Plaza Surabaya dipengaruhi oleh variabel dari bauran ritel. Maka dengan demikian model Regresi dapat dipakai untuk memprediksikan citra toko pada Matahari Department Store Tunjungan Plaza Surabaya. Apabila melihat dari aspek lokasi sangat memegang peranan yang sangat penting. Lokasi toko sangat mempengaruhi tingkat profitabilitas dan keberhasilan usaha dalam jangka panjang. Menurut Kotler dalam Bob Foster (2008:51) menjelaskan bahwa tiga kunci sukses bagi pedagang eceran adalah lokasi, lokasi, dan lokasi. Hal ini menyiratkan arti bahwa pentingnya lokasi bagi usaha eceran. Dalam realitanya, lokasi Matahari Department Store Tunjungan Plaza berada di tempat yang strategis, dimana akses ke Matahari sangat mudah dijangkau baik dengan alat transportasi pribadi atau umum. Hal ini sesuai dengan jawaban responden mengenai