You are on page 1of 23

MAKALAH

ZOOLOGI AMPHIBI

KELOMPOK :4 ANGGOTA: BOFA THEODOLID DWI YUNAR AZHAR LINA ROSMAWATI NABILA DWI PENDIDIKAN BIOLOGI BILINGUAL 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Amfibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya 3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi memerlukan matahari untuk menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali hidup di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan. Amfibia bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah. Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernafas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di tempattempat yang lebih kering dan bernafas dengan paru-paru. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat. (Zug, 1993) Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke

air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb, 1986). Amfibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub. Mereka menempati sejumlah habitat yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, dan danau. Mereka juga ada di daerah berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di gurun. Meskipun amfibi dewasa dapat bertahan hidup selama periode kemarau panjang, umumnya mereka membutuhkan tempattempat lembab seperti sungai dan kolam. Di wilayah hutan hujan tropis yang lembab, banyak katak dapat bertahan hidup tanpa memiliki sumber air tetap. Sebagai hewan yang berdarah dingin, amfibi tidak aktif dalam kondisi dingin. Pada kondisi ini mereka melakukan hibernasi, biasanya dalam lumpur di dasar kolam. Musim kawin amfibi sering berlangsung kacau. Amfibi jantan dan betina berkumpul bersama dalam jumlah besar. Setelah membuahi telur, biasanya amfibi tidak lagi mempedulikan telurnya. Hanya sedikit jenis amfibi yang melindungi telur. Umumnya spesies amfibi kecil mengandalkan penyamaran atau melarikan diri saat terancam pemangsa. Ada pula amfibi yang mengandalkan kulit yang mencolok untuk menakuti musuh. Ada jenis amfibi yang mempunyai racun. Katak beracun dari Amerika Selatan memiliki warna yang mencolok sebagai tanda bahaya pemangsanya. Racun katak sangat kuat racun emas yang dimiliki kodok dart dari kolombia misalnya, dapat menewaskan sekitar 1.000 orang sekaligus. Kebanyakan orang kesulitan dalam membedakan anggota dari kelas amphibia yaitu antara katak dan kodok. Maka dari itulah kita perlu mengenal kelas amphibia lebih jauh lagi.

BAB II PEMBAHASAN 1. ORDO URODELA (CAUDATA) Caudata disebut juga urodela. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa. Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae. ( Pough et. al., 1998) Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies akuatik jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa) (Pough et al., 1998). Sangat mengherankan jika suatu hewan terestrial dapat bertahan hidup tanpa adanya paru-paru akan tetapi pada family terbesar Salamander yaitu Plethodontidae memiliki karakteristik tidak adanya paru-paru. Tidak adanya paru-paru mungkin terjadi pada Salamander karena kulit Salamander memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Beberapa penjelasan telah disusun untuk menunjukkan keuntungan dari hilangnya paru-paru pada Plethodontidae, hipotesis yang paling mudah diterima berkaitan dengan evolusi hilangnya paru-paru adalah spesialisasi dari apparatus hyoideus yang terdapat di dalam tenggorokan sebagai suatu mekanisme dalam menjulurkan lidah untuk menangkap mangsa. Kartilago hyoideus merupakan bagian dari alat bantu pernapasan pada Salamander yang memiliki paru-paru. Jadi pada Plethodontidae, apparatus hyoideus yang seharusnya berperan sebagai alat bantu pernapasan jika dia memiliki paru-paru mengalami modifikasi menjadi mekanisme penjuluran lidah untuk menangkap

mangsa dikarenakan paru-paru mereduksi. Anggota dari Pletodhontidae yang mampu menjulurkan lidah lebih jauh daripada panjang kepala dan tubuh dikelompokkan dalam Bolitoglossine (Pough et al., 1998). Paedomorphosis adalah salah satu contoh dari fenomena evolusi yang disebut dengan heterochrony. Herterochorny terkait dengan perubahan waktu dan tingkat dari proses perkembangan (terutama dalam masa embryonik) yang merubah bentuk tubuh hewan dewasanya. Hewan dewasa yang paedomorphic biasanya memiliki habitat aquatic dan memiliki karakteristik larva seperti adanya insang luar, hilangnya kelopak mata serta perubahan pola gigi dewasanya. Paedomorphosis merupakan karakteristik pada beberapa Salamander aquatic seperti Proteidae. Pada family lain, seperti Ambystomatidae, beberapa spesies paedomorphic tetap bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa yang terrestrial (Pough et al., 1998). Caudata atau Urodela mempunya anggota sekitar 350 spesies, tersebar terbatas di belahan bumi utara; Amerika Utara, Amerika Tengah, Asia Tengah (Cina, Jepang) dan Eropa. Bentuk tubuh setiap anggota Salamander sangat berbeda, sehingga mudah untuk mengidentifikasi. Kebanyakan family-family dari urodela terdapat di amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa hidupnya di darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang internal. Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu tidak memiliki tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang dan mata kecil atau mereduksi (Pough et al., 1998). Salamander merupakan kelompok Amphibia yang berekor. Semua anggota dari family ini memiliki ekor yang panjang, tubuh silinder yang memanjang serta kepala yang berbeda. Sebagian besar memiliki tungkai yang berkembang dengan baik, biasanya pendek tergantung pada ukuran tubuh. Tengkoraknya mereduksi dikarenakan adanya beberapa bagian yang menghilang. Sebagian besar anggotanya memiliki fertilisasi internal meski tak satu pun anggota dari family ini yang memiliki organ kopulasi. Fertilisasi internal terjadi ketika jantan mendepositkan spermatopora yang kemudian akan diterima oleh betina melalui bibir kloakanya (Zug, 1993).

Morfologi ordo Urodela (Caudata) :

Salamander dewasa umumnya memiliki bentuk tubuh primitif tetrapod mirip dengan kadal dengan tubuh ramping, ekor panjang dan berkaki empat. Sebagian besar species salamander memiliki 4 jari pada kaki depan dan 5 jari pada kaki bagian belakang. Panjang tubuh salamander bervariasi, mulai dari 2,7 cm sampai Chinese Giant Salamander yang mencapai 1,8 m (5.9 ft) dan berat hingga 65 kg (140 lb).

Tulang Rangka ordo urodela :

Anatomi dalam ordo urodela :

Warna Warna kulit salamander juga sangat bervariasi, setiap species memiliki warna dengan corak atau motif yang khas, bahkan ada species salamander yang seperti tidak mempunyai pigmen warna pada kulitnya (ex : Axolotl, Ambystoma mexicanum).

Sistem kerangka Memiliki tulang panjang seperti tulang paha di kaki atau humerus di lengan, tulang pendek seperti pada jari atau kaki dan tulang datar tidak teratur pada panggul, menunjukkan kompleksitas sistem ini.

Sistem otot Tubuh salamander sama seperti vertebrata lainnya, memiliki 3 macam otot, yakni otot halus, otot jantung dan otot rangka.

Sistem saraf

Geografis distribusi dan habitat

Caudata dapat ditemukan di semua benua kecuali Australia, Antartika dan sebagian Afrika. Sepertiga dari species salamander yang diketahui ditemukan di Amerika Utara, konsentrasi tertinggi ditemukan di kawasan pegunungan Appalachian. Salamander biasanya tinggal di atau dekat sungai, anak sungai dan lokasi lembab lainnya.

Beberapa contoh jenis salamander (caudata)

Northern Slimy Salamander Pseudotriton ruber

Red Salamander Plethodon glutinosus

Two-Lined Salamander Eurycea bislineata 2. ORDO GYMNOPHIONA (CAECILIA) Taksonomi Nama Sesilia berasal dari kata Latin caecus, yang berarti "buta", mengacu pada mata kecil atau kadang-kadang tidak ada. Nama taksonomi spesies yang ada pertama kali dijelaskan oleh Carolus Linnaeus, dengan nama Caecilia tentaculata. Nama taksonomi ordo gymnophiona berasal dari bahasa Yunani yaitu (gymnos yang berarti telanjang) dan (ophis yang berarti ular), karena caecilian awalnya dianggap berkaitan dengan ular. Jumlah jenis dari Ordo tersebut adalah sebanyak 163 jenis, atau sekitar 3.5% dari seluruh

jenis amfibia. Ordo Gymnophiona Secara taksonomis dibagi menjadi 6 familia ( ZipCodezoo.com) :

Sesilia Berparuh (Rhinatrematidae) - 2 genera, 9 spesies Sesilia ikan (Ichthyophiidae) - 2 genera, 39 spesies Sesilia India (Uraeotyphlidae) - 1 genus, 5 spesies Sesilia Tropis (Scolecomorphidae) - 2 genera, 6 spesies Sesilia Akuatik (Typhlonectidae) - 5 genera, 13 spesies Sesilia Umum (Caeciliidae) - 26 genera, 99 spesies

contoh hewan : Ichthyophis hypocyaneus Familia Ichthyophiidae

Anatomi Ordo Caecilia Gymnophiona mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, sisik terpendam dalam kulit, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Tengkorak sangat padat, dengan sambungan antar elemen tengkorak yang luas. Kepala yang kuat mengindikasikan kemampuan menggali lubang yang baik.Mata selalu ditutupi oleh kulit atau juga tulang. Gigi melengkung dan relatif panjang

dibandingkan dengan amphibia lain Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensori. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal. Famili yang ada di Indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di Indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.

Anatomy of the bones of the head of the order Gymnophiona


Fisiologi Sesilia sama sekali tidak mempunyai kaki, sehingga jenis kecil mirip cacing dan yang besar sepanjang 1,5 m mirip ular. Ekornya pendek atau tidak ada, dan kloakanya dekat ujung badan. Anatomi sesilia sangat teradaptasi untuk gaya hidup menggali. tengkoraknya kuat dengan dengan moncong runcing yang digunakan untuk mencari jalan melalui tanah atau lumpur. Pada banyak spesies, jumlah tulang di tengkorak tereduksi dan menyatu, mulutnya berada di bagian bawah kepala. Ototnya teradaptasi untuk mendesak jalan saat melalui tanah, dengan kerangka dan otot yang bertindak sebagai piston dalam kulit dan otot luar. Hal ini memungkinkan binatang ini melekatkan ujung belakangnya di alas, dan mendesak kepala ke depan, lalu menarik bagian tubuh lain untuk bergerak. Sesilia berenang mirip belut. Salah satu famili Typhlonectidae mempunyai sirip berdaging di sepanjang bagian belakang tubuhnya, yang menambah kemampuan mendorong di air. Mata sesilia berukuran kecil dan ditutupi kulit untuk melindunginya sehingga menyebabkan sesilia dianggap buta. Hal ini tidak semua benar, karena sesilia tetap bisa melihat meskipun penglihatannya terbatas pada

persepsi gelap-terang sederhana. Semua sesilia memiliki sepasang tentakel yang berada di antara mata dan lubang hidung. tentakel ini mungkin digunakan untuk

kemampuan penciuman kedua, selain indera penciuman normal di hidungnya. Kecuali spesies tak berparu-paru Atretochoana eiselti yang hanya diketahui dari dua spesimen yang dikumpulkan di Amerika Selatan, semua sesilia mempunyai paru-paru, namun juga menggunakan kulit dan mulutnya untuk menyerap oksigen. Seringkali paru-paru kiri lebih kecil daripada paru-paru kanan, hal tersebut adalah suatu adaptasi dari bentuk tubuhnya yang juga ditemukan pada ular. Makanan Makanan sesilia terdiri atas serangga dan invertebrata yang ditemukan di habitat masingmasing spesies. Reproduksi Sesilia merupakan satu-satunya ordo amfibi yang pembuahannya internal. Sesilia jantan memiliki organ mirip penis, disebut phallodeum, yang dimasukkan ke kloaka betina selama 2 sampai 3 jam. Sekitar 25% spesies sesilia ovipar (bertelur); telurnya itu dijaga oleh betina. Pada beberapa spesies, sesilia sudah bermetamorfosis saat menetas; yang lain menetas menjadi larva. Larvanya tidak sepenuhnya hidup di air, namun menghabiskan waktunya di tanah dekat air. 75% spesies vivipar, yang artinya mereka melahirkan anak yang sudah berkembang. Janinnya diberi makan dalam tubuh betina dari sel-sel oviduk, yang mereka makan dengan gigi pemegang khusus. Spesies Boulengerula taitanus yang bertelur memberi makan anaknya dengan mengembangkan lapisan luar kulit yang kaya akan lemak dan nutrisi yang dikuliti anaknya dengan gigi yang serupa. Hal ini memungkinkan mereka tumbuh sepuluh kali lipat beratnya dalam seminggu. Kulit tersebut dimakan tiap tiga hari, waktu yang diperlukan lapisan baru untuk tumbuh, dan anak dari Boulengerula taitanus diamati hanya makan pada malam hari. Dahulu, perkembangan anak yang masih muda dianggap hidup dari caiarn sekresi dari ibunya. Beberapa larva seperti larva pada Typhlonectes, lahir dengan insang luar yang besar yang hampir segera lepas. Sedangkan, pada

Ichthyophis perkembangbiakannya secara bertelur dan diketahui menunjukkan sifat merawat anak dengan ibu menjaga telur-telurnya hingga menetas.

Ekologi Sesilia menyukai tempat-tempat yang basah atau lembap. Tepi-tepi sungai atau parit, di bawah tumpukan batu, kayu atau serasah yang bertimbun; dan di dekat kolam atau rawa. Ordo Gymnophiona tersebar di Asia Tenggara, Amerika Tengah dan Selatan, serta AfrikaTengah. Di Asia Selatan sesilia terdapat dari bagian selatan Cina, India, Sri Lanka sampaiFilipina selatan. Di Indonesia sesilia terdapat di pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Evolusi Sedikit yang diketahui tentang sejarah evolusi sesilia, yang hampir tidak meninggalkan catatan fosil. Yang diperkirakan dari sedikit fosil adalah bahwa mereka hanya sedikit berubah selama jutaan tahun. Fosil paling awal yang diketahui berasal dari periode Jurasik. Genus primitif ini, Eocaecilia, memiliki kaki kecil dan mata yang berkembang baik. Manfaat Dalam rantai makanan, peranan amfibi cukup penting untuk mengatur populasi serangga. Amfibi juga merupakan makanan bagi berbagai vertebrata lain, misalnya ular dan burung.

Keuntungan : Menjadi pengurai dalam lingkungan Menjaga rantai makanan Kerugian : Beracun pada bagian kulit sehinnga berbahaya Jika berkurang/ hilang dari habitat dapat merusak rantrai makanan Family-family Gymnophiona :

1. Rhinatrematidae.

Rhinatrema bivittatum

Epicrionops marmoratus
Tidak ada catatan fosil. memiliki ekor pendek. Mulut terletak di bagian depan kepala. premaxillae tidak menyatu dengan hidung. prefrontals tidak ada. squamosal tidak mengartikulasikan dengan frontal. larva akuatik. Ukuran tahap dewasa bisa mencapai panjang 25-32 cm (10-13 inci). ditemukan di Amerika Selatan. Berupa Sesilia berukuran kecil, dengan panjang lebih dari 0,3 m.

2. Ichthyophiidae.

spesies-spesiesnya memiliki ekor yang nyata dan pendek. Tengkoraknya memiliki atap yang lebih padat (stegokrotaphic). Posisi mulut bisa terminal atau subterminal. Sisik dapatditemukan pada annuli tubuh. Tentakel terletak di antara mata dan nostril akan tetapiletaknya lebih dekat ke mata. Panjang tubuh bisa mencapai 50 cm. Betinanyamengeluarkan sekelompok telur di tanah yang lembab atau di liang yang dekat dengan airyang kemudian akan berkembang menjadi larva aquatic (Pough et al., 1998).Daerah persebarannya meliputi India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, pulau utamaMalaysia, Sumatra dan Kalimantan (Borneo). Terdiri dari 2 genera (Caudacaecilia danIchthyophis) dan sekitar 36 spesies (Pough et al., 1998).Anggota family ini memiliki cincin-cincin yang sangat jelas dengan annuli primer yang terbagioleh alur sekunder dan alur tersier. Sisik dapat ditemukan pada annular groove kecualipada bagian alur yang paling depan. Pada bagian ujung tubuh terdapat ekor yang sangatpendek tetapi ekor ini merupakan ekor sejati/nyata. Anggota family ini memiliki mata yang terlihat dari luar dan terletak di

bawah kulit. Masing-masing tentakel terletak di antara matadan nostril, umumnya letaknya lebih dekat ke mata. Pada telinga tengah terdapat kolumela. mata relatif belum berkembang. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang bercabang menghilang segera walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorfosis. mencapai panjang 0,5 m. Tidak ada catatan fosil subterminal mulut (sebagian tersembunyi) premaxillae tidak menyatu dengan hidung. ada prefrontals. squamosal berartikulasi dengan frontal. Ukuran tahap dewasa bisa mencapai panjang 40-50 cm (16-20 inci) Kedua genus dari family ini betinanya bereproduksi secara ovipar. Telur diletakkan di dalamliang yang dekat dengan air, kemudian ketika telur menetas larvanya akan merangkak menuju sumber air terdekat (perkembangan tidak langsung) (Zug, 1993).

3. Uraeotyphlidae. Kelompok ini sebelumnya termasuk sebagai bagian dari famili Ichthyophiidae. Hanya satu genus, Uraeotyphlus, berada di ujung India. Mempunyai ekor pendek dan mencapai panjang sampai 0.3 m. Tidak ada catatan fosil. Memiliki ekor. Mulut sembunyi. premaxillae menyatu dengan hidung. prefrontals tidak ada. squamosal berartikulasi dengan frontal. ada tahap larva. fase dewasa hidup di air. ketika ukuran dewasa bisa mencapai panjang 50-72 cm (20-28 inci). ditemukan di Amerika Selatan. 4. Scolecomorphidae.

Tidak ada catatan fosil. Memiliki ekor. Mulut tersembunyi. premaxillae tidak menyatu dengan hidung. ada prefrontals. squamosal tidak mengartikulasikan dengan frontal. ada tahap larva akuatik. Ukuran tahap dewasa bisa mencapai panjang 40-45 cm (16-18 inci). ditemukan di Afrika. Satu genus, Scolecomorphus, di kawasan tropis, sub Sahara Africa. Mata tertutup tulang (seperti halnya pada beberapa familiy Sesilia lain), dan tidak ada ekor. 5. Caeciliaidae.

Hidup di zaman Paleocene (65,5 sampai 55.800.000 tahun yang lalu) sampai sekarang. tidak memiliki ekor. Mulut tersembunyi. premaxillae menyatu dengan hidung. ada prefrontals. squamosal berartikulasi dengan frontal. Biasanya ada tahap larva akuatik. Ukuran tahap dewasa bisa mencapai panjang 10-152 cm (4-60 inci). Merupakan family terbesar, sekitar 22 genera di Mexico, Amerika Tengah dan Selatan, Subsahara Afrika, India, Asia Tenggara dan Seychelles. Dalam kelompok in termasuk hewan-hewan yang terspesialisasi untuk menggali lubang, dengan tengkorak yang mengalami penulangan. Banyak yang berukuran kecil, tetapi jenis terbesar mencapai 1,5 m. Beberapa bersifat vivipar; lainnya mengalami perkembangan secara langsung. Kira-kira family ini terdiri dari 90 spesies. Terdapat dua subfamily yaitu Caecilianinae dan Siphonopinae yang telah dikenali olehpeneliti (Zug, 1993).Semua anggota dari family ini memiliki annuli primer yang berbeda. Beberapa spesiesmempunyai alur sekunder (secondary grooves) yang membagi annuli primer, akan tetapi taksatu pun yang memiliki alur tersier (tertiary grooves). Pada beberapa genus sisik ditemukanpada annular groove akan tetapi pada genus yang lain tidak ditemukan adanya sisik. Bagiantubuh yang paling belakang tertutupi oleh perisai terminal akan tetapi tidak terdapat ekoryang nyata. Mata dapat atau tidak dapat dilihat dari luar. Letak tentakel bervariasi, ada yang dekat dengan nostril dan ada juga yang terletak dekat dengan mata. Pada telinga tengahterdapat sebuah

kolumela (Zug, 1993).Anggota Caeciliaidae ada yang bereproduksi secara ovipar (Grandisonia, Hypogeophis) danada juga yang vivipar (Caecilia, Dermophis). Beberapa genus yang berkembang biak dengancara bertelur meletakkan telurnya di dalam atau di dekat air dan memiliki larva yang hidupbebas. Pada Hypogeophis dan Idiocranium terdapat parental care berupa penjagaan telur(Zug, 1993).Anggota Caeciliaidae merupakan hewan yang meliang di tanah (meski kadang-kadang muncul ke permukaan tanah setelah hujan turun) kecuali spesies-spesies dariTyphlonectine yang akuatik. Tidak terdapat ekor, mulut terletak di bawah moncong. Spesiesakuatik memiliki tubuh yang ramping atau memipih dan memiliki sirip dorsal yang berkembang dengan baik terletak pada tubuh bagian belakang. Beberapa spesies darifamily ini memiliki pola warna yang cerah seperti orange, kuning atau pink (Pough et al.,1998)2.

6. Typhlonectidae.

Typhlonectes sp.

Merupakan Sesilia akuatis sejati, dengan 4 genera di Amerika Selatan. Beberapa mencapai panjang 75 cm. Bagian posterior tubuh memipih lateral, tidak ada ekor. Bersifat vivipar. Tengkorak mempunyai asal yang sama dengan famili Caeciliaidae. Bersifat paraphylletic. Tidak ada catatan fosil. Tidak memiliki ekor. Mulut tersembunyi. premaxillae menyatu dengan hidung. Tidak ada prefrontals. squamosal mengartikulasikan dengan frontal.tidak ada tahap larva akuatik. Ukuran tahap dewasa bisa mencapai panjang 50-72 cm (20-28 inci). ditemukan di Afrika selatan .

Image No. Name/Genus/Desc.

Common Name Two-

Life Grouping

Epicrionops

coloured Caecilian Aquatic Caecilian

Rhinatrematidae

Chthonerpeton

Typhlonectidae

South 3 Oscaecilia American Caecilian Mont Oku Caecilia Common Caecilian Banded Caecilian Cayenne Caecilian Two-lined Caecilian Broad-striped Caecilian Banna Caecilian Kerala Caecilian Caeciliidae

Crotaphatrema

Caeciliidae

Caecilia

Caeciliidae

Scolecomorphus

Scolecomorphidae

Typhlonectes

Typhlonectidae

Rhinatrema

Rhinatrematidae

Caudacaecilia

Ichthyophiidae

10

Ichthyophis

Ichthyophiidae

11

Uraeotyphlus

Uraeotyphlidae

You might also like