You are on page 1of 91

OPTIMALISASI PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME DALAM KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO (Studi di Dinas

Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro)

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum

Oleh : ANDUNG KURNIA MARIZ NIM. 0710113080

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM MALANG 2011 1

LEMBAR PERSETUJUAN

OPTIMALISASI PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME DALAM KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO (Studi di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro)

Oleh: ANDUNG KURNIA MARIZ NIM. 0710113080

Disetujui pada tanggal: Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Agus Yulianto, S.H., M.H. NIP. 19590717 198601 1 001

Tunggul Anshari SN, S.H., M.Hum. NIP. 19590524 198601 1 001

Mengetahui, Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Agus Yulianto, SH., M.H. NIP. 19590717 198601 1 001

LEMBAR PENGESAHAN

OPTIMALISASI PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME DALAM KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO (Studi di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro)

Disusun oleh: ANDUNG KURNIA MARIZ NIM. 0710113080 Skripsi ini telah disahkan pada tanggal : Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Agus Yulianto, S.H., M.H. NIP. 19590717 198601 1 001 Ketua Majelis Penguji,

Tunggul Anshari SN, S.H., M.Hum. NIP. 19590524 198601 1 001 Ketua Bagian

Hukum Administrasi Negara

Agus Yulianto, S.H., M.H. NIP. 19590717 198601 1 001

Agus Yulianto, S.H., M.H. NIP. 19590717 198601 1 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Dr. Sihabudin, S.H., M.H. NIP: 19591216 198503 1 001

DAFTAR ISI

Halaman Lembar Persetujuan .............................................................................................. Lembar Pengesahan ............................................................................................. Kata Pengantar ..................................................................................................... Daftar Isi ............................................................................................................... Daftar Gambar ...................................................................................................... Daftar Tabel ......................................................................................................... Abstraksi ............................................................................................................... BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... B. Rumusan Masalah ..................................................................... C. Tujuan Penelitian ....................................................................... D. Manfaat Penelitian ..................................................................... E. Sistematika Penulisan ................................................................ BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Umum Tentang Pajak .................................................... 1. Pengertian Pajak ................................................................. 2. Fungsi Pajak dan Pembagian Jenis Pajak ........................... 3. Syarat-Syarat Pemungutan Pajak ........................................ 4. Sistem Pemungutan Pajak ................................................... 10 10 11 18 20 1 6 7 7 8 i ii iii vi ix x xi

B. Kajian Umum Tentang Pajak Daerah ....................................... 1. Pengertian Pajak Daerah ..................................................... 2. Objek Pajak Daerah ............................................................ 3. Subjek dan Wajib Pajak Daerah ......................................... 4. Azas Pemungutan Pajak Daerah ......................................... C. Kajian Umum Tentang Pajak Reklame .................................... 1. Pengertian Pajak Reklame .................................................. 2. Objek Pajak Reklame .......................................................... 3. Subjek dan Wajib Pajak Reklame ....................................... D. Kajian Umum Tentang Pendapatan Asli Daerah ...................... 1. Pendapatan Asli Daerah ...................................................... 2. Dana Perimbangan .............................................................. 3. Lain-lain Penerimaan yang Sah .......................................... BAB III : METODE PENELITIAN A. Metode Pendekatan ................................................................... B. Lokasi Penelitian ....................................................................... C. Jenis Sumber Data .................................................................... D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ E. Populasi dan Sampel ................................................................. F. Teknik Analisis Data ................................................................ G. Definisi Operasional Variabel ..................................................

23 23 24 24 25 27 27 27 27 28 31 32 32

37 37 38 39 40 40 42

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 1. Sejarah Kabupaten Bojonegoro .......................................... 2. Kondisi Geografis Kabupaten Bojonegoro ......................... 3. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro ....................................... 4. Susunan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro ....................................... 5. Kondisi Keuangan Kabupaten Bojonegoro ........................ B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 1. Optimalisasi Pemungutan Pajak Reklame dalam Kaitannya dengan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro .......................................................................... 2. Hambatan yang dihadapi dalam Optimalisasi Pemungutan Pajak Reklame berkaitan dengan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro dan Solusinya ............ BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... B. Saran ......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN 74 75 71 60 48 51 60 Organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan 47 44 44 46

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Struktur Organisasi DPPKA ------------------------------------------

50

DAFTAR TABEL

Tabel 1

: Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2009 - 2010 ---------------------------------------------------------: Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2009 - 2010 ---------------------------------------------------------: Pendapatan Pajak Reklame Kabupaten Bojonegoro Tahun 2009 - 2010 ----------------------------------------------------------

55

Tabel 2

61

Tabel 3

64

ABSTRAKSI

ANDUNG KURNIA MARIZ, Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Juli 2011, Optimalisasi Pemungutan Pajak Reklame Dalam Kaitannya dengan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro (Studi di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro), dosen pembimbing, Agus Yulianto, S.H., M.H., Tunggul Anshari SN., S.H., M.Hum. Dalam penulisan skripsi ini, penulis membahas mengenai Pajak reklame masalah yang sering timbul adalah pemasangan reklame yang tidak memiliki ijin reklame, serta wajib pajak sering tidak membayar pajak sesuai jangka waktu yang telah ditentukan. Dalam kenyataannya, banyak diantara wajib pajak yang memasang reklame tetapi tidak membayar pajak atau mangkir melupakan kewajibannya sebagai wajib pajak. Dari permasalahan tersebut maka penulis mengambil judul Optimalisasi Pemungutan Pajak Reklame Dalam Kaitannya Dengan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro (Studi di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro). Permasalahan yang dibahas Bagaimana optimalisasi pemungutan pajak reklame dalam kaitannya dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro, serta hambatan yang dihadapi dan solusi dalam optimalisasi pemungutan pajak reklame berkaitan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis sosiologis, melihat dari segi peraturan tertulis mengenai Peraturan Bupati No. 36 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame di Kabupaten Bojonegoro selain itu melihat kondisi dan kenyataan yang ada di masyarakat. Lokasi penelitian di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro. Sumber data berupa wawancara dengan Kasi Pendataan dan Penetapan reklame, sumber kedua dari arsip-arsip, berbagai buku dan situs internet. Teknik analisis data dengan metode deskiptif analisis yang menyaji informasi mengenai pemungutan dan penerimaan pajak reklame yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Strategi yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan penerimaan daerah dari sektor pajak adalah menyusun program kerja yang menitikberatkn pada pemungutan pajak melalui visi, misi dan rencana strategi serta langkah-langkah intensifikasi, ekstensifikas, dan program reguler. Hambatan yang dihadapi banyaknya wajib pajak yang menunggak, wajib pajak tidak mengetahui tenggang

waktu atas reklame yang dipasang serta pemasangan reklame yang tidak mengunakan ijin. solusi untuk mengatasi hambatan tersebut adalah meninjau ulang ke lokasi reklame kemudian melakukan pendataan reklame yang belum memenuhi kewajiban membayar pajak selanjutnya mengirim surat peringatan apabila tidak ada jawaban dari wajib pajak maka DPPKA. bekerjasama dengan satpol PP akan membongkar reklame tersebut, kemudian untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dinas terkait DPPKA. Melakukan Program diklat secara berkala untuk meningkatkan kinerja para pegawai agar lebih profesional serta mewujukan aparat perpajakan yang bersih dan kedepannya lebih baik bagi pendorong peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro.

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan nasional terus menerus dan

berkesinambungan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur merata baik materiil maupun sepiritual berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam peri-kehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib, damai dalam lingkungan pergaulan dunia. Pembangunan nasional adalah kegiatan pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan nasional diawali dengan pembangunan pondasi ekonomi yang kuat sehingga menciptakan pertumbuhan ekonomi. Untuk itu pemerintah harus berusaha meningkatkan pendapatan guna menunjang keberhasilan pembangunan. Keberhasilan pembangunan dapat tercapai dengan adanya penerimaan yang kuat, dimana sumber pembiayaan diusahakan tetap bertumpu pada penerimaan dalam negeri baik migas maupun non migas. Penerimaan pemerintah yang paling sentral adalah pajak, sumbangan pajak bagi anggaran pemerintah sangat besar, sehingga peran pajak begitu sentral. Untuk itu pemerintah selalu berupaya meningkatkan pendapatan dari sektor pajak, melalui upaya-upaya pemberantasan mafia pajak. Pemerintah saat ini memperbaiki sistem

pajaknya karena sistem lama dianggap banyak mempunyai kelemahankelemahan ini dilakukan untuk mengamankan pendapatan negara dari sektor pajak agar tidak bocor, upaya ini dilakukan agar penerimaan negara dari pajak tahun ketahun terus meningkat. Kemandirian pembangunan diperlukan baik di tingkat pusat maupun daerah. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan

pemerintahan propinsi maupun kabupaten atau kota yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemerintah pusat dengan kebijakannya. Kebijakan tentang keuangan daerah ditempuh oleh pemerintah pusat agar pemerintah daerah mempunyai kemampuan untuk membiayai pembangunan daerahnya sesuai dengan prinsip daerah otonomi. Pembiayaan daerah dahulu, berasal dari pemerintah pusat saja. Dengan adanya otonomi, pembiayaan tidak hanya berasal dari pusat saja akan juga berasal dari daerahnya sendiri, sehingga pemerintah daerah berusaha meningkatkan pendapatan asli daerah itu sendiri. Untuk meningkatkan pendapatan asli daerah pemerintah berusaha memperbaiki sistem pajak daerahnya. Pajak daerah merupakan pendapatan yang paling besar yang diperoleh daerah. Kemajuan suatu daerah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi daerah itu sendiri dan kemandirian daerah tersebut dalam menyelenggarakan pemerintahan. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pada peraturan

ini daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam menjalankan pemerintahan, dari pengambilan keputusan, kebijakan hingga masalah keuangan daerah itu sendiri yang menjadi alat pembiayaan kegiatan pemerintahan daerah tersebut. Secara substansial kedua undang-undang tersebut menjanjikan beberapa perubahan yang mendasar, antara lain : daerah diberikan kewenangan pemerintahan yang lebih luas kecuali yang menyangkut urusan luar negeri, moneter, peradilan, hankam dan agama. Pemerintahan Kabupaten/Kota melaksanakan asas desentralisasi dan tugas pembantuan serta secara hirarki tidak berada di bawah Pemerintah Propinsi; Pelaksanaan otonomi daerah khususnya yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab. Pemerintah

Kabupaten/Kota diharapkan mampu membiayai seluruh pelaksanaan urusan baik dengan upaya memberikan kepastian sumber keuangan daerah yang berasal dari wilayah daerah yang bersangkutan berupa penggalian Pendapatan Asli Daerah (disebut PAD) maupun bagi hasil (pajak dan bukan pajak) dengan pemerintah atasannya (Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Pusat). Sebagaimana permasalahan yang secara klasik dihadapi baik tingkat lokal, regional maupun nasional, maka unsur keterbatasan area potensi pungut didaerah, kesadaran masyarakat dan mentalitas petugas pemungut menjadi faktor utama yang menjadi kendala dalam upaya peningkatan pendapatan daerah. Meskipun dalam perkembangan tahun senantiasa mengalami peningkatan, akan tetapi apabila diperbandingkan kenaikan PAD

dengan Pendapatan Daerah secara keseluruhan,maka dirasa masih jauh dari memadai. Sebagaimana dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004, sumber PAD merupakan penerimaan daerah yang dapat dijadikan sebagai modal utama serta bukti kemandirian daerah dalam membiayai pengeluaranpengeluaran urusan rumah tangganya sendiri. Oleh karenanya, guna menunjang pembiayaan tersebut maka daerah harus mampu menggali dan mengoptimalkan sumber-sumber PAD yang potensial. PAD terdiri dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan serta lain-lain PAD yang sah, yang melekat pada pengertian otonomi daerah. Salah satu sumber PAD yang cukup penting bagi daerah adalah pajak daerah. Pajak daerah memiliki peranan yang cukup penting di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah karena besarnya dukungan atau sumbangan penerimaan yang berasal dari pajak daerah. Oleh karena itu, perkembangan dan kemajuan daerah sangat tergantung kepada kemampuan pemerintah daerah dengan seluruh komponen masyarakat menggali potensi yang dimiliki dan memanfaatkn setiap peluang yang ada. Dari pendapatan asli daerah disektor pajak menjadi tolak ukur tingkat perkembangan ekonomi baik dalam sekala nasional, regional maupun lokal. Dalam terwujudya tujuan tersebut negara memerlukan sumber dana yang cukup besar, sumber dana tersebut mempunyai peran penting guna mendukung kelangsungan pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Sumber

dana tersebut dapat diperoleh melalui peran serta masyarakat secara bersama dalam berbagai bentuk salah satu diantarantya adalah pajak. Sebagai negara hukum telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23A berbunyi : Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara tetap mempunyai peranan penting dalam pembiayaan pembangunan nasional. Pajak sebagai sumber pendapatan yang penting harus ditingkatkan peranannya secara bertahap sesuai dengan kemampuan masyarakat dan dirasakan adil agar mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya dan mampu menunjang kegiatan ekonomi. Pemerintah menyadari bahwa untuk memaksimalkan penerimaan dari sektor pajak diperlukan sistem dan peraturan perpajakan yang memadai serta mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat serta dapat menjamin peningkatan pengamanan penerimaan negara dari sektor pajak sesuai dengan yang diharapkan. Langkah nyata yang telah diambil pemerintah adalah memberikan hak otonomi atas daerah untuk mendapatkan keuangan sebagai biaya untuk mengembangkan daerahnya, salah satunya adalah Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh dari pajak untuk dikelola dan diatur oleh daerah yang bersangkutan sebagai langkah kepanjang tanganan dari pemerintah pusat.

Masalah yang timbul antara lain adalah perlunya pengetahuan dan keahlian tersendiri dalam menangani masalah perpajakan bagi semua pihak yang terlibat, kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya dan masalah pengawasan dari kantor pajak sendiri. Begitu pula masalah pajak reklame yang terpampang di berbagai sudut kabupaten Bojonegoro, masalah yang sering timbul adalah pemasangan reklame yang tidak memiliki ijin reklame, serta wajib pajak sering tidak membayar pajak sesuai jangka waktu yang telah ditentukan. Dalam kenyataannya, banyak diantara wajib pajak yang memasang reklame tetapi tidak membayar pajak atau mangkir melupakan kewajibannya sebagai wajib pajak. Dari permasalahan tersebut maka penulis mengambil judul Optimalisasi Pemungutan Pajak Reklame Dalam Kaitannya Dengan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro (Studi di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro).

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penulis mengangkat permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana optimalisasi pemungutan pajak reklame dalam kaitannya dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bojonegoro?

2. Apa hambatan yang dihadapi dalam optimalisasi pemungutan pajak reklame berkaitan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bojonegoro dan bagaimana solusinya?

C.

Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menganalisis optimalisasi pemungutan pajak reklame dalam kaitannya dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro. 2. Untuk mencari dan menemukan solusi dari hambatan dalam optimalisasi pemungutan pajak reklame dalam kaitannya dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro.

D.

Manfaat Penelitian Dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan, antara lain: 1. Manfaat Teoritis Memberikan masukan pengetahuan dalam pengembangan bagi ilmu hukum khususnya hukum administrasi negara tentang pemungutan pajak reklame dalam kaitannya dengan peningkatan pendapatan asli daerah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Penelitian ini merupakan kesempatan untuk melatih sikap berfikir kritis terhadap permasalahan yang dihadapi dan memperluas

pengetahuan masalah perpajakan khususnya pajak reklame dan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

b. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan kepada masyarakat pentingnya kewajiban membayar pajak dalam mendorong peningkatan pendapatan daerah. c. Bagi Pemerintah Daerah Penelitian ini dharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran, sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah efektifnya pemungutan pajak reklame.

E.

Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka penulisan skripsi disusun secara sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan, alasan pemilihan judul, permasalahan, tujuan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini menguraikan tentang pengertian pajak, objek pajak, subjek pajak, wajib pajak dan sumber-sumber pajak, serta hal-hal yang berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

BAB III

METODE PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian dalam mencari, mengolah dan menganalisis data meliputi metode pendekatan, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, populasi, sampel, responden, teknik analisis data dan definisi operasional.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menguraikan tentang mekanisme pemungutan dan penetapan pajak reklame serta kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro. BAB V PENUTUP Pada bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi yang berisikan kesimpulan merupakan jawaban atas pesoalan yang dikemukakan dalam perumusan masalah sedangkan saran ditujukan pada kesimpulan yang dapat penulis harapkan dikemudian hari.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

F. Kajian Umum Tentang Pajak 1. Pengertian Pajak Definisi mengenai pajak banyak ditulis oleh penulis-penulis yang ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi yang berbeda. Namun bila kita amati, berbagai definisi yang berbeda-beda itu mempunyai inti atau tujuan yang sama, hanya kadang-kadang terdapat suatu kesan bahwa membayar pajak adalah merupakan suatu paksaan dan kadang-kadang memberi kesan bahwa membayar pajak adalah suatu kewajiban. Untuk lebih jelasnya mari kita pelajari definisi pajak adalah 25: Pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan Undang-Undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik secara langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa unsur-unsur pajak adalah :

25

Mardiasmo, Perpajakan, Penerbit Andi Yogyakarta, 2001. hlm. 8

a. Iuran masyarakat kepada kas negara dalam arti yang berhak melakukan pemungutan pajak adalah negara dengan alasan apapun pihak swasta atau partikelir tidak boleh memungut pajak. b. Berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dalam arti bahwa walaupun negara mempunyai hak untuk memungut pajak namun pelaksanaannya menurut Undang-Undang yang berlaku. c. Tanpa jasa timbal balik (prestasi) dari negara yang dapat langsung ditunjuk dalam arti bahwa jasa timbal balik atau kontra prestasi yang diberikan negara kepada rakyatnya tidak dapat dihitung secara langsung kepada besarnya jumlah pajak. d. Untuk membiayai pemerintah yang bersifat umum dalam arti bahwa pengeluaran-pengeluaran pemerintah tersebut mempunyai manfaat bagi masyarakat secara umum. e. Pajak dipungut disebabkan adanya suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu kepada seseorang. Dari ke lima unsur tersebut, maka unsur yang paling menonjol adalah unsur paksaan yang mempunyai arti bahwa bila utang pajak tersebut dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan seperti dengan surat paksa dan sita maupun penyanderaan terhadap wajib pajak. Serta kewajiban membayar pajak harus timbul dari kesadaran masyarakat untuk melakukan kewajiban dan bukan karena terpaksa. 2. Fungsi Pajak dan Pembagian Jenis Pajak a. Fungsi Pajak

Menurut Pasal 23A Undang - Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa : Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang - undang. Ini berarti bahwa di Indonesia suatu pungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang, yang lebih lanjut berarti harus mendapatkan persetujuan lebih dahulu dari DPR. Beberapa berbagai fungsi pajak antara lain 26: 1) Fungsi budgeter, yaitu fungsi yang letaknya di sektor publik dan pajak-pajak disini merupakan suatu alat atau sumber untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran rutin dan apabila setelah itu masih ada sisa yang lazimnya disebut surplus maka surplus ini dapat digunakan untuk membiayai investasi pemerintah. 2) Fungsi mengatur, yaitu bahwa pajak-pajak dalam hal ini digunakan sebagai suatu alat untuk tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan. Fungsi mengatur ini lazimnya kita lihat di dalam sektor swasta. Fungsi pajak dalam kaitannya dengan pembangunan dan kesejahteraan suatu masyarakat yang adil dan makmur secara merata adalah sebagai berikut 27:

26

Muqodim, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Gramedia, Jakarta, 2007. hlm. 7 Ibid., hlm. 8

27

1) Fungsi Budgeter Pajak merupakan sumber keuangan negara yang digunakan dalam pembiayaan negara serta menempati posisi yang sangat vital dan dominan dalam APBN yang ditetapkan setiap tahun oleh pemerintah dan rakyat melalui wakilnya di DPR. 2) Fungsi Regulasi Pajak berfungsi mengatur perekonomian secara keseluruhan guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. 3) Fungsi Demokrasi Pajak merupakan salah satu penjelmaan dari sistem kekeluargaan dan kegotongroyongan rakyat dimana rakyat sadar akan bukti dan tanggung jawabnya kepada negara. 4) Fungsi Retribusi Dalam menentukan tarif pajak, pemerintah menggunakan sistem progressive, artinya kepada golongan yang lebih mampu dikenakan tarif yang lebih tinggi, sehingga asas keadilan sosial yang merata bagi seluruh rakyat dapat ditegakkan. b. Pembagian Jenis Pajak Pembagian jenis pajak dibagi sebagai berikut 28: 1) Jenis pajak menurut sistem pemungutannya, dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

28

Muqodim, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Gramedia, Jakarta, 1999. hlm. 4

a) Pajak langsung Adalah pajak-pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain, yang menjadi tujuan adalah langsung pada wajib pajak itu sendiri (pihak kedua), contohnya adalah pajak penghasilan. b) Pajak tidak langsung Adalah suatu pajak yang pada akhirnya dapat dilimpahkan kepada pihak lain, yang menjadi tujuan adalah pihak ketiga (konsumen) sedangkan pihak kedua yaitu produsen atau pengusaha jasa, sebagai wajib pajak berfungsi sebagai pemungut pajak untuk kepentingan pihak pertama yaitu fiskus, sebagai contohnya adalah pajak pertambahan nilai barang dan jasa. 2) Jenis pajak berdasarkan kewenangan memungut, digolongkan menjadi dua, yaitu : a) Pajak pusat Yaitu yang menyelenggarakan di daerah dilakukan Kantor Pelayanan Pajak setempat dan hasilnya digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya, contoh Pajak penghasilan, PPN Barang dan jasa. b) Pajak daerah Yaitu pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah (Propinsi, Kabupaten untuk pembiayaan

rumah tangga daerahnya), contohnya

Pajak Kendaraan

Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. c) Jenis Pajak berdasarkan sifatnya, dibagi sebagai berikut : (1) Pajak yang bersifat perorangan atau subyektif, yaitu pajakpajak yang pemungutannya berpangkal pada dirinya, keadaan diri wajib pajak dapat mempengaruhi besar kecilnya jumlah pajak yang harus dibayar. (2) Pajak yang bersifat kebendaan atau obyektif, yaitu pajakpajak yang pemungutannya berpangkal pada obyeknya dan pajak ini dipungut karena keadaan, perbuatan dan kejadian yang dilakukan atau terjadi dalam wilayah negara dengan tidak mengindahkan kediaman atau sifat subyeknya. d) Jenis pajak menurut golongannya, adalah : (1) Pajak langsung, adalah pajak yang harus dipikul wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Dalam arti administratif pajak-pajak langsung ini dikenakan secara berulang-ulang pada waktu tertentu berdasarkan surat ketetapan pajak. (2) Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pada akhirnya dapat dilimpahkan pada orang lain, yang menjadi tujuan adalah pihak ketiga. Pihak kedua sebagai wajib pajak berfungsi memungut pajak tidak langsung untuk

kepentingan fiskus.

e) Jenis pajak menurut sifatnya, adalah : (1) Pajak subjektif, adalah pajak yang pemungutnya ber pangkal pada diri orangnya (subyeknya), keadaan wajib pajak dapat mempengaruhi besar kecilnya jumlah pajak yang harus dibayar. Daya pikul wajib pajak diukur dengan memperhatikan keadaan dari wajib pajak. (2) Pajak objektif, adalah pajak yang pemungutannya

berpangkal pada obyeknya, dan pajak ini dipungut karena keadaan, perbuatan dan kejadian yang dilakukan atau terjadi dalam wilayah negara dengan tidak mengindahkan kediaman atau sifat subyeknya. f) Jenis pajak menurut wewenangnya adalah : (1) Pajak pusat atau negara, yaitu pajak yang dipungut pemerintah pusat yang penyelenggaraannya di daerah dilakukan oleh inspeksi pajak setempat dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya. Pajak yang dipungut pemerintah pusat dapat digolongkan sebagai berikut : (a) Yang dikelola Direktorat Jenderal Pajak antara lain : Bea materai, Pajak Penghasilan, IPEDA, Pajak

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Kekayaan dan Pajak Lelang.

(b) Yang dikelola Direktur Jenderal Moneter adalah : Pajak Minyak Bumi. (c) Yang dikelola Direktorat Jenderal Bea dan Cukai antara lain: Bea masuk, Pajak penjualan impor dan pajak pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa serta Pajak Ekspor. (2) Pajak Daerah adalah Pajak yang dipungut oleh daerah atau propinsi, Kabupaten maupun Kotamadya berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah masing-masing. Dari fungsi pajak tersebut maka dapat dikatakan bahwa pajak dipungut pemerintah merupakan sebagai sumber dana yang

diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. Disamping itu pajak juga mempunyai fungsi untuk mengatur dalam melaksanakan kebijakan dalam bidang sosial dan ekonomi, misal pengenaan pajak yang tinggi terhadap barang-barang impor dengan tujuan untuk melindungi produksi dalam negeri. Untuk jenis pajak berdasarkan kewenangan memungut dibagi menjadi dua, yaitu : a. Pajak pusat Adalah yang menyelenggarakan di daerah dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan setempat.

b. Pajak daerah Adalah wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah (propinsi, kabupaten). Jenis pajak berdasarkan sifatnya dibagi menjadi 2 (dua), yaitu : a. Pajak subyektif adalah yang pemungutannya berpangkal pada dirinya b. Pajak obyektif adalah pajak yang pemungutannya berpangkal pada obyeknya. Sedangkan pajak menurut jenisnya dapat diartikan bahwa pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak, sedangkan pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dilimpahkan kepada pihak lain yang menjadi tujuan adalah pihak ke tiga (konsumen), sedangkan pihak ke dua (produsen). 3. Syarat-syarat Pemungutan Pajak Agar tercapainya suatu keseimbangan dalam pemungutan pajak maka ditetapkan syarat-syarat pemungutan tersebut yaitu 29: a. Pemungutan pajak harus adil. Adil dalam pemungutan pajak meliputi adil dalam perundangundangan maupun adil dalam pelaksanaannya, dimana mencari keadilan disini adalah dengan mengusahakan agar dalam pemungutan pajak dilaksanakan secara umum dan merata.

29

Mardiasmo, Perpajakan, Penerbit Andi Yogyakarta, 2000. hlm. 2

b. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang. Hukum pajak harus dapat memberikan jaminan hukum yang perlu untuk menyatakan keadilan yang tegas, baik untuk warga maupun negara. c. Tidak mengganggu perekonomian. Kebijakan pemungutan pajak diusahakan supaya tidak menghambat jalannya perekonomian, sehingga tidak merugikan kepentingan umum dan tidak menghalangi usaha rakyat, dalam usaha menuju

kesejahteraan. d. Pemungutan pajak harus efisien. Dengan diterapkannya sistem pemungutan pajak yang sederhana dan mudah dilaksanakan sehingga masyarakat tidak terganggu dalam permasalahan pajak yang rumit. e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana. Dengan diterapkannya sistem pemungutan pajak yang simpel dan tidak berbelit-belit sehingga mudah dimengerti dan mudah dilaksanakan oleh wajib pajak. Dalam persyaratan yang di tetapkan di atas dapat di simpulkan bahwa : a. Pemungutan pajak harus diselenggarakan secara adil dan merata yaitu dengan tidak membedakan tingkat dan kedudukan sosial dalam masyarakat, dalam hal ini semua masyarakat akan mendapatkan beban

yang sama jika mempunyai kemampuan ekonomis yang sama dan semua masyarakat akan mendapatkan beban yang berbeda dengan kondisi dan keadaan ekonomis yang berbeda. b. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang untuk dapat mewujudkan keadilan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. c. Kebijakan pajak diusahakan agar pemungutan pajak tidak

menghambat kelancaran proses produksi dan perdagangan serta merugikan kepentingan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. d. Dengan diterapkan efisiensi dalam pemungutan pajak maka akan dapat meningkatkan pendapatan dan realisasi pajak. e. Sistem dalam pemungutan pajak harus diterapkan secara sederhana dan mudah agar tidak menyulitkan warga dalam menghitung pajaknya. Dengan demikian akan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. 4. Sistem Pemungutan Pajak Terdapat beberapa cara untuk memungut pajak. Cara tersebut kemudian dibagi menurut sifatnya sebagai berikut 30: a. Menurut Waktu Pemungutan Berdasarkan waktu pemungutan, pajak dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, pemungutan pajak yang dilakukan pada awal tahun pajak

Tunggul Anshari Setia Negara, Pengantar Hukum Pajak. Bayumedia Publishing, Malang, 2008. hlm. 53

30

(voorheffing). Kedua, pemungutan pajak yang dilakukan pada akhir tahun pajak (naheffing). b. Menurut Dasar Penetapan Pajak Berdasarkan Penetapan Pajak, terdapat tiga sistem atau stelsel sebagai berikut : 1) Sistem Fiktif (Anggapan) Pada sistem ini pemungutan pajak didasarkan pada suatu fiksi hukum atau anggapan tertentu, karena itu sistem ini memakai cara pemungutan pajak voorheffing. Anggapan dalam hal ini bukan berarti sembarangan. Dasar yang dpergunakan adalah dengan memakai cara menganggap bahwa penghasilan yang diterima seseorang wajib pajak sama besarnya untuk setiap tahun pajak. 2) Sistem Riil (Nyata) Pada sistem ini pemungutan pajak didasarkan pada keadaan atau penghasilan yang nyata, yaitu penghasilan yang diterima atau diperoleh sebenarnya dalam tahun pajak yang bersangkutan. Penghasilan baru dapat diketahui dan dipungut setelah berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan (naheffing). Pajak yang dipungut dalam sistem ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga nilai keadilannya tinggi. 3) Sistem Campuran Sistem ini merupakan sistem campuran antara sistem anggapan dan sistem nyata. Sistem ini merupakan upaya untuk menghapus atau

mengurangi kelemahan kedua sistem tersebut. Mekanisme sistem ini, pada awal tahun besarnya utang pajak yang dikenakan pada wajib pajak dihitung berdasarkan sistem anggapan sehingga pada awal tahun itu sudah dapat dikenakan surat ketapan pajak fiktif. Setelah tahun pajak berkahir, utang pajak dikoreksi dan disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya dengan memakai sistem nyata, dan pada saat itu dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak final. c. Menurut yang Menetapkan Pajaknya Menurut yang menetapkan pajak, sistem ini kemudian dibagi menjadi tiga, yaitu : 1) Official Assessment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah selaku fiscus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Wajib pajak dalam hal ini bersifat pasif sehingga wajib pajak baru mengetahui adanya utang pajak setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak misalnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 2) Self Assessment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Wajib pajak dalam hal ini bersifat aktif karena ikut

menentukan besar pajaknya mulai dari menghitung, menyetor hingga melaporkan misalnya Pajak Penghasilan (PPh). 3) With Holding System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga. Pihak ketiga bukan fiscus maupun wajib pajak. Sistem ini dapat dilihat dalam Penerapan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 misalnya dalam instansi pemerintah, pihak ketiganya adalah bendaharawan pemerintah yang bertanggungjawab untuk memotong pajak terhadap penghasilan yang mereka bayarkan.

G. Kajian Umum Tentang Pajak Daerah 1. Pengertian Pajak Daerah Pajak daerah adalah : Pajak yang dipungut daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut. Sedangkan menurut pasal 1 ayat 10 Undang-Undang RI No. 28 tahun 2009 pajak adalah 31: Pajak daerah ialah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (Perda), yang wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya
31

Mardiasmo, Perpajakan, Penerbit Andi Yogyakarta, 1995. hlm. 31

digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan didaerah. Menurut Undang-Undang RI No. 28 tahun 2009 pajak daerah di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu pajak propinsi dan pajak kabupaten/kota. Pembagian ini dilakukan sesuai dengan kewenangan pengenaan dan pemungutan masing-masing jenis pajak daerah pada wilayah administrasi propinsi atau kabupaten/kota yang bersangkutan. Berdasarkan UndangUndang RI No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, ditetapkan lima jenis pajak propinsi dan sebelas jenis pajak kabupaten/kota.32 2. Objek Pajak Daerah Objek pajak pada setiap jenis pajak daerah tidak ditetapkan secara tegas, tetapi menyerahkan kebijakan seutuhnya pada peraturan pemerintah daerah yang bersangkutan. Hal ini merupakan penentuan objek pajak secara umum, mengingat pemberlakuan suatu jenis pajak daerah pada suatu propinsi atau kabupaten/kota ditetapkan dengan peraturan daerah untuk mengetahui apa yang menjadi objek pajak harus dilihat apa yang ditetapkan peraturan daerah dimaksud sebagai objek pajak.33 Sehingga dapat disimpulkan bahwa objek pajak daerah diserahkan sepenuhnya

Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 28 tahun 2009 sebagaimana dikutip oleh Marihot P. Siahaan tentang, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Raja Grafindo Persada, jakarta. hlm. 51 Marihot P. Siahaan, Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban, Dan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa, Raja Grafindo Persada, jakarta, 2004. hlm. 141
33

32

kepada pemerintah daerah untuk memberikan batasan dan klasifikasi terhadap objek pajak yang bersangkutan. 3. Subjek dan Wajib Pajak Daerah Dalam pemungutan pajak daerah, terdapat istilah yang kadang disamakan walaupun sebenarnya memiliki pengertian yang berbeda yaitu subjek pajak dan wajib pajak. Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak daerah. Dengan demikian, siapa saja baik orang pribadi atau badan, yang memenuhi syarat objektif yang ditentukan dalam suatu peraturan daerah tentang pajak daerah, akan menjadi subjek. Sementara itu, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu. Oleh sebab itu, seseorang atau suatu badan menjadi wajib pajak apabila telah ditentukan oleh peraturan daerah untuk melakukan pembayaran pajak, serta orang atau badan yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari subjek pajak. Hal ini menunjukkan bahwa wajib pajak dapat merupakan subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak maupun pihak lain yang bukan merupakan subjek pajak, yang berwenang memungut pajak dari subjek wajib pajak. 4. Asas Pemungutan Pajak Daerah Dalam skripsi, Indra Widhi Ardiasyah asas pemungutan pajak daerah sebagai berikut:

a. Harus ada kepastian hukum b. Pemungutan pajak daerah tidak boleh diborong c. Masalah pajak harus jelas d. Barang-barang keperluan hidup sehari-hari tidak boleh langsung dikenakan pajak daerah dan memberikan keistimewaan yang menguntungkan kepada seseorang atau golongan. Duta dan konsulat asing tidak boleh dibebankan kecuali dengan keputusan presiden. Pemungutan pajak daerah selain didasarkan dan dilaksanakan menurut asas-asas dan norma-norma hukum, juga perlu diperhatikan bahwa prinsip bagi pengenaan pajak yang baik kepada wajib pajak. Prinsip-prinsip tersebut yaitu 34: a. Prinsip kesamaan Artinya bahwa beban pajak harus sesuai dengan kemampuan relatif dari setiap wajib pajak. Perbedaan dalam tingkat penghasilan harus digunakan sebagai dasar di dalam retribusi beban pajak itu, sehingga bukan beban pajak dalam arti uang yang penting tetapi beban riil dalam arti kepuasan yang hilang. b. Prinsip Kepastian Pajak jangan sampai membuat rumit bagi wajib pajak, sehingga mudah dimengerti oleh mereka dan juga akan memudahkan administrasi pemerintah sendiri.

Indra Widhi Ardiasyah, Analisis Kontribusi Pajak Hotel Dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 1989-2003, skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2005. hlm. 58

34

c. Prinsip Kecocokan Pajak jangan sampai menekan bagi wajib pajak, sehingga wajib pajak akan dengan suka dan senang hati melakukan pembayaran pajak kepada pemerintah.

H. Kajian Umum Tentang Pajak Reklame 1. Pengertian Pajak Reklame Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Pengenaan pajak reklame tidak mutlak ada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota. Pajak reklame untuk di Kabupaten Bojonegoro berdasarkan pada Peraturan Bupati No. 36 Tahun 2011 tentang objek dan subjek Pajak reklame serta besaran tarif yang dikenakan kepada berbagai jenis reklame di Kabupaten Bojonegoro. 2. Objek Pajak Reklame Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Penyelenggaraan reklame dapat dilakukan oleh penyelenggara reklame atau perusahaan jasa periklanan yang terdaftar pada dinas pendapatan daerah kabupaten/kota. Penyelenggaraan reklame yang ditetapkan menjadi objek pajak reklame adalah meliputi: reklame papan, reklame megatron, reklame kain, reklame melekat (sticker), reklame selebaran, reklame berjalan, reklame udara, reklame suara, reklame film dan reklame peragaan. 3. Subjek dan Wajib Pajak Reklame Pada pajak reklame subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau melakukan pemasangan reklame. Sementara itu wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan

reklame. Jika reklame diselenggarakan langsung oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan reklame untuk kepentingan sendiri, wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan tersebut. Apabila

penyelenggaraan reklame dilaksanakan oleh pihak ketiga, misalnya perusahaan jasa periklanan, pihak ketiga tersebut menjadi wajib pajak reklame.35 Pemungutan pajak reklame didasarkan pada Peraturan Bupati No. 36 tahun 2011 tentang Pajak Reklame Kabupaten Bojonegoro.

Pengenaan pajak reklame tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten atau kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten atau kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan Peraturan Daerah tentang Pajak Reklame yang akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak reklame di daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.

I.

Kajian Umum Tentang Pendapatan Asli Daerah Pendapatan asli daerah dikategorikan dalam pendapatan rutin Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukkan suatu kemampuan daerah menghimpun

Marihot P. Siahaan, Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban, Dan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004. hlm. 105

35

sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan rutin maupun pembangunan. Jadi pengertian dari pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya untuk membiayai tugas dan tanggungjawabnya.36 Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah menyebutkan bahwa tujuan pendapatan asli daerah adalah memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Salah satu upaya untuk melihat kemampuan daerah dalam rangka self supporting dari segi keuangan daerah dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat, adalah dengan melihat komposisi dari penerimaan daerah yang ada. Semakin besar komposisi pendapatan asli daerah, maka semakin besar pula kemampuan pemerintah daerah untuk memikul tanggungjawab yang lebih besar. Tetapi semakin kecil komposisi pendapatan asli daerah terhadap penerimaan daerah maka ketergantungan terhadap pusat semakin besar. Sedangkan dampak yang dirasakan masyarakat dengan adanya peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah adalah kelancaran pembangunan. Pembangunan meliputi berbagai sektor diantaranya adalah pembangunan jalan, pembangunan fasilitas umum

Indra Widhi Ardiasyah, Analisis Kontribusi Pajak Hotel Dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Purworejo Tahun 1989-2003, skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2005. hlm. 61

36

dan fasilitas lain.37 Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan masyarakat dan pembangunan, maka pemerintah suatu negara pada hakekatnya mengemban tugas dan fungsi utama yaitu fungsi alokasi yang meliputi alokasi yang meliputi antara lain pendapatan dan kekayaan masyarakat, pemerataan pembangunan, dan fungsi stabilitas yang meliputi antara lain, pertahanan dan keamanan, ekonomi dan moneter. Fungsi distribusi dan fungsi stabilitas pada umumnya lebih efektif dilaksanakan oleh pemerintah daerah, karena daerah pada umumnya lebih mengetahui kebutuhan serta standart pelayanan masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan kondisi dan situasi yang berbeda-beda dari masing-masing wilayah. Dengan demikian pembagian ketiga fungsi dimaksudkan sangat penting sebagai landasan dalam menentukan dasar-dasar perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Untuk mendorong penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab di daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan

pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Sumber pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi dan pembantuan.38

CST Kansil dan Christine Kansil, Pemerintahan Daerah di Indonesia, Hukum Administrasi Negara, Sinar Grafika, Jakarta, 2004. hlm. 11
38

37

Ibid., hlm. 62

Sumber-sumber pendapatan daerah sebagaimana yang diuraikan di atas, telah diatur secara rinci dan sah menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sebagai berikut : 1. Pendapatan Asli Daerah a. Pajak Daerah Pajak daerah merupakan pungutan daerah menurut peraturan daerah yang dipergunakan untuk membiayai urusan rumah tangga daerah sebagai badan hukum publik. b. Retribusi Daerah Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa atau pekerjaan atau pelayanan pemerintah daerah dan jasa usaha milik daerah bagi yang berkepentingan atas jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung maupun tidak langsung. c. Badan Usaha Milik Daerah Bagian Badan Usaha Milik Daerah ialah bagian keuntungan atau laba bersih dari perusahaan daerah atas badan lain yang merupakan badan usaha milik daerah. Sedangkan perusahaan daerah adalah perusahaan yang modalnya sebagian atau seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.

d. Pendapatan Lain-lain Daerah Yang Sah Merupakan penerimaan selain yang disebutkan di atas tapi sah. Penerimaan ini mencakup sewa rumah dinas daerah, sewa gedung dan tanah milik daerah, jasa giro, hasil penjualan barang-barang bekas milik daerah dan penerimaan lain-lain yang sah menurut UndangUndang.39 2. Dana Perimbangan a. Bagi Hasil Pajak b. Bagi Hasil Bukan Pajak c. Dana Alokasi Umum 3. Lain-Lain Penerimaan yang Sah Sebagai daerah otonomi, daerah mempunyai sumber keuangan yang dapat digali dari daerahnya sendiri atau disebut juga pendapatan asli daerah. Berikut penjelasan uraian dari sumber-sumber pendapatan asli daerah adalah : a. Hasil Retribusi Daerah Retribusi daerah menurut Undang-Undang RI No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

39

Ibid., hlm. 63

b. Hasil Perusahaan Daerah Dilihat dari asal usul pendirian suatu perusahaan daerah, perusahaan daerah digolongkan sebagai berikut 40: 1) Perusahaan daerah yang berasal dari perusahaan asing yang dinasionalisasikan oleh pemerintah atau yang diserahkan kepada pemerintah daerah. 2) Perusahaan daerah yang berasal dari perusahaan negara yang diserahkan kepada perusahaan daerah. 3) Perusahaan daerah yang didirikan oleh pemerintah daerah baik dengan modal seluruhnya atau sebagian yang merupakan kekayaan daerah. Dari penggolongan tersebut dapat di simpulkan bahwa

perusahaan daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah baik yang berasal dari perusahaan asing, perusahaan negara maupun perusahaan pemerintah daerah yang dapat memberikan hasil bagi daerah berupa dana pembangunan daerah untuk Anggaran Belanja Daerah. c. Pendapatan lain-lain yang sah Sumber pendapatan ini tidak tergolong pada sumber pendapatan murni daerah ataupun pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah. Yang termasuk dalam sumber pendapatan ini adalah 41: 1) Hasil insidentil dari penjualan barang atau jasa milik pemerintah daerah. 2) Sumbangan dari pihak ke tiga 3) Penerimaan bunga dari saham bank pembangunan daerah. 4) Jasa Giro 5) Penerimaan Usaha Dinas

40

Marsono, Pajak Daerah, Gramedia, Jakarta, 1986. hlm. 93

Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Refika Aditama, Bandung, 1997. hlm. 106

41

6) Penerimaan lain-lain d. Dana Perimbangan Pengertian Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah : Pemerintah yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah berupa sumbangan dari pemerintah diberikan, dalam bentuk 42: 1) Ganjaran yang merupakan suatu bentuk pemberian terarah dari pemerintah atau instansi yang lebih tinggi baik kepada Daerah Tingkat I maupun Tingkat II. 2) Subsidi daerah otonomi merupakan subsidi yang diberikan untuk gaji pegawai dan tunjangan pangan, besarnya subsidi daerah yang diberikan oleh pemerintah didasarkan atas daftar gaji nominatif pegawai daerah dan pegawai sipil yang diperbantukan pada daerah otonomi masing-masing. Disamping sumbangan tersebut ada yang diberikan dalam bentuk bantuan dengan Instruksi Presiden dan peraturan lainnya. Selain itu juga dalam bentuk sumbangan yang diberikan secara insidentil kepada pemerintah daerah, misalnya untuk penanggulangan bencana alam atau musibah lain yang memerlukan bantuan pemerintah. Baik ganjaran maupun subsidi tersebut merupakan Pendapatan Daerah yang berasal dari pemberian Pemerintah yang juga digunakan untuk Anggaran Pembelanjaan Daerah. Adapun pendapatan yang berasal dari Dana Perimbangan adalah sebagai berikut :

Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Refika Aditama, Bandung , 1995. hlm. 105

42

a. Bagi hasil Pajak Yang termasuk pendapatan yang berasal dari bagi hasil pajak menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah : 1) Pajak Bumi dan Bangunan 2) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTP) 3) Bagi Hasil PPH 21 4) Bagi Hasil Pajak Lainnya b. Bagi Hasil Bukan Pajak Yang termasuk pendapatan yang berasal dari bagi hasil pajak bukan pajak dalam dana perimbangan adalah : a. Propinsi Sumber Daya Hutan (PSDH) b. Iuran Eksplorasi dan Eksploitasi (Royaltie) c. Minyak Bumi d. Gas Alam e. Pemberian Hak Atas Tanah Negara c. Dana Alokasi Umum (Lain-lain Penerimaan Yang Sah) Pendapatan yang berasal dari Penerimaan Lain-lain yang Sah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 dibagi menjadi dua, antara lain : 1) Penerimaan dari Propinsi : (a) Pajak Kendaraan Bermotor (b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

(c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (d) Pajak Air Permukaan (e) Pajak Rokok 2) Pajak Daerah Tingkat II terdiri atas 11 (sebelas) jenis : (a) Pajak Hotel (b) Pajak Restoran (c) Pajak Hiburan (d) Pajak Reklame (e) Pajak Penerangan Jalan (f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (g) Pajak Parkir (h) Pajak Air Tanah (i) Pajak Sarang Burung Walet (j) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Ruang lingkup pajak daerah hanya terbatas pada objek pajak yang belum dikenakan oleh negara (pusat). Di samping itu ada ketentuan bahwa pajak dari daerah yang lebih rendah tingkatannya tidak boleh memasuki objek pajak dari daerah yang lebih tinggi tingkatannya. Tarif pajak daerah ditentukan berdasarkan peraturan masing-masing daerah.

BAB III METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh hasil yang obyektif maka dalam penulisan dibutuhkan data atau informasi yang relevan dengan masalah yang dibahas, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut: A. Metode Pendekatan Metode pada dasarnya adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Maka dalam hal ini tujuan umum penelitian adalah untuk memecahkan masalah. Langkah-langkah dalam menempuh harus relevan dengan masalah yang sudah dirumuskan. Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, serta teori-teori yang telah ditinjau, maka metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis sosiologis, yaitu melihat dari segi peraturan tertulis berdasarkan Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Peraturan Bupati No. 36 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame Kabupaten Bojonegoro selain itu melihat kondisi dan kenyataan yang ada di masyarakat.

B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro. Pemilihan lokasi ini karena memiliki kewenangan dalam mengatur keuangan serta pendapatan yang masuk penerimaan daerah Kabupaten Bojonegoro dan terdapat pertimbangan

bahwa Kabupaten Bojonegoro termasuk kota yang memiliki potensi cukup besar dalam menyumbang penerimaan daerah dari sektor pajak. Hal ini menandakan potensi pendapatan pajak akan berkembang secara besar sehingga dapat melihat pengaruh pajak reklame dalam meningkatkan pendapatan asli daerah.

C. Jenis dan Sumber Data Data yang diperoleh terdiri dari data primer dan sekunder yang ada di Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro di Bidang Pendapatan Asli Daerah terkait dengan masalah pajak reklame. 1. Data Primer Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber yang diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya. Data primer berkaitan langsung dengan keperluan penelitian atau dikumpulkan untuk tujuan penelitian.43 Dalam penelitian ini data primer diperoleh secara langsung dari sumber data yang terkait dalam bentuk hasil wawancara dan gambar-gambar hasil observasi. 2. Data Sekunder Yaitu data yang tidak diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis, berasal dari pihak yang bukan penulis sendiri. Data yang diperoleh dari hasil dengan mencatat atau mengutip langsung dokumen-dokumen dari objek penelitian atau dari literatur yang berkaitan dengan bahan penelitian,

Herman Suryokumoro, Pedoman Penelitian, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, 2003. hlm. 3

19

misalnya laporan keuangan dan daftar serta keterangan yang diterbitkan/ tidak diterbitkan. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi dan Wawancara Pengumpulan data dengan melakukan wawancara secara mendalam yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada objek yang diteliti, meminta keterangan serta penjelasan secara lisan sehingga diperoleh keterangan secara langsung dari pihak-pihak yang terkait, responden dalam penelitian ini yaitu pejabat Kepala Dinas Pendapatan Asli Daerah, Kepala Seksi Pendataan dan Penetapan menangani reklame, dan Kepala Sub Bagian Keuangan di kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro. 2. Dokumentasi Data yang diperoleh dengan mencari dan mendapatkan data yang terdapat dalam buku-buku kepustakaan dan peraturan-peraturan yang membahas tentang pajak daerah, pajak reklame yang dilakukan di pusat dokumentasi ilmu hukum (PDIH) Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, perpustakaan pusat dan perpustakaan Universitas lain. Selain itu juga bahan dan data dicari melalui penelusuran internet, dokumen-dokumen dari objek penelitian dan literatur berupa arsip-arsip yang berkaitan dengan bahan penelitian.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah seluruh objek atau seluruh individu atau seluruh gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit yang diteliti atau populasi adalah keseluruhan atau himpunan obyek dengan ciri yang sama.44 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pihak yang terkait dengan penelitian ini yaitu Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro. 2. Sampel Sampel adalah suatu proses dalam memilih suatu himpunan bagian atau sebagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling, yaitu dengan cara pengambilan responden yang dilakukan didasarkan kriteria tertentu yang terkait dengan permasalahan penelitian ini yaitu Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro, Kepala Sub Bagian Keuangan, Kepala Bidang Pendapatan Asli Daerah dan Kepala Seksi Pendataan dan Penetapan mengenai Pajak reklame.

F. Teknik Analisis Data Dalam melakukan analisis untuk memecahkan masalah dan tujuan penelitian, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu memaparkan segala informasi dan data-data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dan memberikan gambaran secara jelas dan sistematis mengenai

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998. hlm. 118

44

fakta-fakta serta gejala-gejala yang timbul dalam hubungan antara ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan keadaan di lapangan. Teknik analisis ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Penyajian tentang informasi mengenai pemungutan atau pembayaran pajak reklame yang ada di Kabupaten Bojonegoro. 2. Memberikan informasi mengenai perkembangan penerimaan pajak reklame di Kabupaten Bojonegoro serta prosentase yang masuk dalam Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro.

G. Defisini Operasional Variabel 1. Optimalisasi Optimalisasi berasal dari kata optimal yang memiliki arti terbaik atau tertinggi. Selanjutnya dijelaskan bahwa optimal adalah perihal

pengoptimalan. Dari pengertian optimalisasi tersebut menunjukkan sistem proses atau kegiatan yang diterapkan untuk mencapai hasil yang terbaik.45 2. Pemungutan Pajak Suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya. 46 3. Pajak Reklame Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Pengenaan pajak reklame tidak mutlak ada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.47

45

Yuwono Trisna, Abdullah. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Praktis Surabaya, hlm. 304

Pasal 1 angka 49 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Pajak daerah dan Retribusi Daerah. Marihot P. Siahaan, Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban, Dan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 104
47

46

4. Pendapatan Asli Daerah Pengertian dari pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam

memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya untuk membiayai tugas dan tanggungjawabnya. 48

Marihot P. Siahaan, Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban, Dan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 15

48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kabupaten Bojonegoro Masa kehidupan sejarah Indonesia kuno ditandai oleh pengaruh kuat kebudayaan Hindu yang datang dari India sejak abad I yang membedakan warna kehidupan sejarah Indonesia jaman Madya dan jaman Baru. Sedangkan Bojonegoro masih dalam wilayah kekuasaan Majapahit, sampai abad XVI ketika runtuhnya kerajaan Majapahit, kekuasaan pindah ke Demak, Jawa Tengah. Bojonegoro menjadi wilayah kerajaan Demak, sehingga sejarah Bojonegoro kuno yang bercorak Hindu dengan fakta yang berupa penemuan-penemuan banyak benda peninggalan sejarah asal jaman kuno di wilayah hukum Kabupaten Bojonegoro mulai terbentuk. Slogan yang tertanam dalam tradisi masyarakat sejak masa Majapahit "sepi ing pamrih, rame ing gawe" tetap dimiliki sampai sekarang. Bojonegoro sebagai wilayah kerajaan Demak mempunyai loyalitas tinggi terhadap raja dan kerajaan. Berkembangnya budaya baru yaitu Islam, pengaruh budaya Hindu terdesak dan terjadilah pergeseran nilai dan tata masyarakat dari nilai lama Hindu ke nilai baru Islam tanpa disertai gejolak. Raden Patah, Senopati Jumbun, Adipati Bintoro, diresmikan sebagai raja I awal abad XVI dan sejak itu Bojonegoro menjadi wilayah kedaulatan Demak. Dalam peralihan kekuasaan yang disertai pergolakan

membawa Bojonegoro masuk dalam wilayah kerajaan Pajang dengan raja Raden Jaka Tinggkir Adipati Pajang pada tahun 1568. Pangeran Benawa, putra Sultan Pajang, Adiwijaya merasa tidak mampu untuk melawan Senopati yang telah merebut kekuasaan Pajang 1587. Maka Senopati memboyong semua benda pusaka kraton Pajang ke Mataram, sehingga Bojonegoro kembali bergeser menjadi wilayah kerajaan Mataram. Daerah Mataram yang telah diserahkan Sunan Amangkurat kepada VOC berdasarkan perjanjian, adalah pantai utara Pulau Jawa, sehingga merugikan Mataram. Perjanjian tahun 1677 merupakan kekalahan politik berat bagi Mataram terhadap VOC. Oleh karena itu, status kadipaten pun diubah menjadi kabupaten dengan Wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Toemapel yang juga merangkap sebagai Bupati I yang berkedudukan di Jipang pada tanggal 20 Oktober 1677. Maka tanggal, bulan dan tahun tersebut ditetapkan sebagai HARI JADI KABUPATEN BOJONEGORO. Pada tahun 1725 Susuhunan Pakubuwono II naik tahta. Tahun itu juga Susuhunan memerintahkan agar Raden Tumenggung Haria Mentahun I memindahkan pusat pemerintahan kabupaten Jipang dari Padangan ke Desa Rajekwesi. Lokasi Rajekwesi 10 Km di selatan kota Bojonegoro. Sebagai kenangan pada keberhasilan leluhur yang meninggalkan nama harum bagi Bojonegoro, tidak mengherankan kalau nama Rajekwesi tetap dikenang di dalam hati rakyat Bojonegoro sampai sekarang. 49

49

www.bojonegoro.co.id tanggal 24 Mei 2011. (sejarah Kabupaten Bojonegoro)

2. Kondisi Geografis Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro memiliki luas sejumlah 230.706 Ha, dengan jumlah penduduk sebesar 1.176.386 jiwa merupakan bagian dari wilayah propinsi Jawa Timur dengan jarak 110 Km dari Ibu kota Propinsi Jawa Timur. Letak geografis Kabupaten Bojonegoro Bujur Timur : 11125' dan 11209' Lintang Selatan : 659' dan 737'. Topografi Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa di sepanjang daerah aliran sungai Bengawan Solo merupakan daerah dataran rendah, sedangkan di bagian Selatan merupakan dataran tinggi disepanjang kawasan Gunung Pandan, Kramat dan Gajah. Dari wilayah seluas diatas, sebanyak 40,15% merupakan hutan negara, sedangkan yang digunakan untuk sawah tercatat sekitar 32,58%. Sebagai daerah yang beriklim tropis, Kabupaten Bojonegoro hanya mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Untuk memonitor rata-rata curah hujan yang jatuh, di Kabupaten Bojonegoro tersedia sebanyak 22 buah stasiun penangkar hujan yang tersebar di 16 kecamatan. Dari pantauan tersebut, tercatat jumlah hari hujan di Kabupaten Bojonegoro pada periode 3 tahun terakhir sejak tahun 2004 tercatat sebesar 60 hari, pada tahun 2005 naik menjadi 64 hari dan pada tahun 2006 turun lagi menjadi 61 hari. Sedangkan rata-rata curah hujan yang dimonitor oleh 16 stasiun penangkar hujan diatas, menunjukkan adanya keterkaitan dengan jumlah hari hujan. Tercatat, rata-rata curah

hujan pada tahun 2004 sebanyak 106 mm, tahun 2005 naik sebanyak 146 mm dan pada tahun 2006 turun sebanyak 120 mm.50 Sementara itu, untuk menanggulangi kekurangan air untuk keperluan pengairan lahan pertanian di musim kemarau, dilakukan dengan cara menaikkan air dari Sungai Bengawan Solo melalui pompanisasi. Pompanisasi ini tersebar di 8 kecamatan yang meliputi 24 desa. Batas wilayah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Tuban Timur : berbatasan dengan Kabupaten Lamongan Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang Barat : berbatasan dengan Kabupaten Ngawi dan Blora (Jawa Tengah) Penggunaan Tanah 1. Tanah sawah 32,65% 2. Tanah kering 24,39% 3. Hutan negara 42,74% 4. Perkebunan 0,04% 5. Lain-lain 0,18% 3. Gambaran Umum Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset merupakan unsur pelaksana otonomi daerah, berkedudukan di bawah dan

bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset dipimpin oleh kepala dinas

50

Ibid.

dengan tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Tugas pokok DPPKA adalah

melaksanakan urusan pemerintahan daerah dan tugas pembantuan dibidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset dengan fungsi sebagai berikut : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset. b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset. c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset. d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. 4. Susunan Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro Sesuai dengan Peraturan Bupati Bojonegoro No. 3 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kabupaten Bojonegoro, maka susunan organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset (DPPKA), terdiri dari : a. Kepala Dinas b. Sekretariat 1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 2) Sub Bagian Keuangan 3) Sub Bagian Program dan Laporan

c. Bidang Pendapatan Asli Daerah 1) Seksi Pendataan dan Penetapan 2) Seksi Perencanaan dan Pengendalian Operasi 3) Seksi Penagihan d. Bidang Perimbangan 1) Seksi Bagi Hasil 2) Seksi Penerimaan Lain-lain 3) Seksi Keberatan dan Pemungutan e. Bidang Pembukuan dan Pelaporan 1) Seksi Pembukuan Penerimaan 2) Seksi Pembukuan Pengeluaran 3) Seksi Pelaporan Keuangan f. Bidang Pengelolaan Anggaran 1) Seksi Penyusunan Anggaran 2) Seksi Pelaksanaan Anggaran 3) Seksi Evaluasi Anggaran g. Bidang Perbendaharaan 1) Seksi Verifikasi 2) Seksi Bendahara Umum 3) Seksi Bendahara Gaji h. Bidang Asset 1) Seksi Inventarisasi Asset 2) Seksi Pengelolaan Asset 3) Seksi Penghapusan i. UPTD

Gambar 1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro Kepala Dinas

Sekretariat

Sub Bag Umum Kepegawaian

Sub Bag Keuangan

Sub Bag Program & Laporan

Bidang Pendapatan Asli Daerah

Bidang Perimbangan

Bidang Pembukuan Dan Pelaporan

Bidang Pengelolaan Anggaran

Bidang Perbendaharaan

Bidang Asset

Sie Pendataan dan Penetapan Sie Perencanaan & Pengendali Ops Sie Penagihan

Seksi Bagi Hasil Sie Penerimaan Lain lain Sie Keberatan & Pemungutan UPTD

Sie Pembukuan Penerimaan Sie Pembukuan Pengeluaran Sie Pelaporan Keuangan

Sie Penyusunan Anggaran Sie Pelaksanaan Anggaran Sie Evaluasi Anggaran

Seksi Verifikasi Seksi Bend. Umum Seksi Bend. Gaji

Sie Inventarisasi Asset Sie Pengelolaan Asset Seksi Penghapusan

5. Kondisi Keuangan Kabupaten Bojonegoro a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bojonegoro Pengertian otonomi bagi Pemerintah daerah sebenarnya bukan status ekonomi dibidang keuangan saja, melainkan mencakup aspek tatanan birokrasi dan pelayanan publik. Ukuran yang lazim digunakan dalam pembahasan otonomi adalah otonomi ditinjau dari aspek kemampuan keuangan daerah dengan kata lain melihat sejauh mana kemandirian Pemerintah daerah untuk dapat membiayai tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan diwilayahnya. Kriteria yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu jumlah PAD ditambah dengan Pos Bagi Hasil Pajak dan Non Pajak dibandingkan dengan total pendapatan daerah/ APBD. Secara umum Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Bojonegoro adalah sebagai berikut. 1) Tahun pertama pelaksanaan otonomi daerah sesuai UndangUndang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah: a. Tuntutan tugas dan tanggung jawab yang semakin besar. b. Dengan dana yang terbatas harus mampu menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. 2) Prinsip Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) a) Anggaran disusun atas azas-azas efisien, tepat guna, tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan. b) Kejelasan klasifikasi antara anggaran rutin dan pembangunan.

c) Pendapatan yang direncanakan terukur secara rasional. d) Tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang tersedia anggarannya. Prinsip ini dimaksudkan agar setiap dinas yang memperoleh anggaran dapat menggunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. a. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran. Mampu memberikan informasi yang jelas dengan tujuan, sasaran hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan/ proyek yang dianggarkan dan dipertanggungjawabkan. b. Keadilan Anggaran. Pengelolaan anggaran agar dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat dengan tanpa memandang perbedaan. c. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran. Dana yang tersedia harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menghasilkan masyarakat. 3) Arah dan kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. a) Kebijakan yang dilakukan antara lain : (1) Memprioritaskan proyek kegiatan yang dapat segera mengembalikan pertumbuhan ekonomi yang cepat. (2) Meningkatkan efisiensi, efektivitas dan penghematan dibidang belanja daerah. (3) Mengembangkan sistem perencanaan dari bawah. peningkatan pelayanan dan kesejahteraan

(4) Mendorong

masyarakat

agar

lebih

berperan

dan

berpartisipasi dalam pembangunan dengan menyediakan dana stimulan. b) Kebijaksanaan penyusunan RAPBD Kabupaten Bojonegoro diarahkan untuk sebagai berikut. (1) Mencapai sasaran pembangunan daerah secara keseluruhan dengan semakin meningkat dalam pembangunan daerah. (2) Menciptakan iklim yang kondusif, yang dapat meransang kemampuan dalam membangun dan melibatkan semua lapisan masyarakat terkecil sampai dengan terbesar untuk berperan serta dengan memperhatikan perlindungan

terhadap yang lemah dan memberdayakan ekonomi masyarakat. (3) Melanjutkan pembangunan meningkatkan menyeluruh. (4) Memantapkan peranan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, dalam rangka mewujudkan otonomi daerah secara nyata. Sebagaimana telah ditetapkan dalam dasar-dasar penyusunan APBD, bahwa kebijaksanaan penyusunan APBD Kabupaten usaha-usaha dan untuk lebih dalam meratakan rangka secara

hasil-hasilnya

kesejahteraan

masyarakat

Bojonegoro untuk tahun anggaran 2009 - 2010, disebutkan bahwa pendapatan daerah terdiri dari: a) Pajak daerah.

b) Retribusi daerah. c) Pendapatan Bagian Laba BUMD. d) Bagian pendapatan lain-lain yang sah. e) Bagi hasil pajak f) Bagi hasil bukan pajak g) Dana alokasi umum h) Dana alokasi khusus i) Pendapatan bagi hasil dari propinsi Rincian anggaran pendapatan daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2009 - 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1 Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2009 - 2010 (dalam rupiah) No. Uraian Anggaran 2009 Anggaran 2010 Pendapatan Asli Daerah 1. Pajak Daerah 11.120.158.425 11.751.554.000 2. Retribusi Daerah 33.742.695.843 13.875.460.562 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 795.892.601 839.109.643 yang dipisahkan 4. Lain Lain PAD yang sah 10.102.256.000 35.262.436.064 Total Pendapatan Asli Daerah 55.761.002.870 61.728.560.270 Bagian Dana Perimbangan 5. Bagi Hasil Pajak 74.065.783.601 122.726.167.174 6. Bagi Hasil SDA 105.334.281.220 67.848.181.678 7. Dana Alokasi Umum 586.814.120.000 596.440.060.000 8. Dana Alokasi Khusus 10.042.000.000 42.913.000.000 9. Total Perimbangan 40.060.470.748 45.484.442.461 10. Pendapatan Lain-Lain yang Sah 10.270.000.000 9.868.786.242 Total Bagian Dana Perimbangan 826.586.655.569 875.411.851.313 Total PAD dan Dana Perimbangan 882.347.658.449 947.009.097.825 Sumber: Data Sekunder, tidak diolah, 2009-2010 DPPKA. Kabupaten Bojonegoro b. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam memperoleh dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan usaha daerah guna memperkecil ketergantungan dalam pendapatan subsidi. Pada dasarnya Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro terdiri dari: 1) Pos Pajak Daerah a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan g. Pajak Parkir h. Pajak Air Tanah i. Pajak sarang burung walet j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. 2) Pos Retribusi Daerah Pos Retribusi Daerah terdiri dari : a. Retribusi Pelayanan Kesehatan b. Retribusi Persampahan atau Kebersihan c. Retribusi Pengguntingan biaya Cetak KTP d. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Akta Capil e. Retribusi Parkir ditepi jalan Umum f. Retribusi Pelayanan Pasar g. Retribusi Pengujian kendaraan Bermotor h. Retribusi Jasa Usaha Pemakaian Kekayaan Daerah i. Retribusi Jasa UsahaTerminal j. Retribusi Jasa Usaha Tempat Khusus Parkir k. Retribusi Jasa Usaha Rumah Potong Hewan l. Retribusi Jasa Usaha Rekreasi dan Olah Raga m. Retribusi Ijin Mendirikan bangunan n. Retribusi Ijin Gangguan o. Retribusi Ijin Trayek

p. Retribusi Pemeriksaan Daerah q. Retribusi Pemeriksaan Kesehatan Ternak 3) Pendapatan Bagian laba BUMD a. Bagian Laba PDAM b. Apotik Sari Husada c. Bagian Laba Bank Pembangunan Daerah d. Bagian Laba Bank Pasar Daerah e. Bagian Laba BKK 4) Pos Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Pos lain-lain terdiri dari : a. Hasil Penjualan Barang Milik daerah b. Jasa Giro c. Penerimaan Bunga Deposito d. Lelang Tanah Bendo Kelurahan dan Desa e. Dana Perimbangan Keuangan Desa f. Penerimaan Bagian Keuntungan Pinjaman Modal BKK g. Sewa Tanah Pengairan h. Hasil Usaha Lain-lain PAD yang sah i. Penerimaan Ganti Rugi atas Kekayaan Daerah j. Kerugian Uang Daerah (TP/TGR) k. Bendahara Setor Kembali Dalam Pasal 2 ayat (4) dan pasal 4 Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah disebutkan bahwa dalam menetapkan pungutan pajak atau jenis pajak, harus

dengan penetapan peraturan Daerah (Perda) terlebih dahulu. Sehubungan dengan belum diundangkannya/ ditetapkannya Perda yang baru sebagai pelaksanaan pungutan pajak daerah sesuai dengan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dalam pasal 2 menyebutkan : Semua peraturan daerah mengenai pajak daerah dan retribusi daerah yang telah diajukan kepada menteri dalam negeri untuk mendapat pengesahan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini dapat

dilaksanakan tanpa memerlukan pengesahan tersebut. Jenis pajak daerah yang menjadi sumber Pemerintah Kabupaten Bojonegoro : a) Pajak Hotel adalah pajak yang dikenakan pada bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/ istirahat, memperoleh pelayanan dan/ atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran. b) Pajak Restoran adalah Pajak yang dikenakan atas pelayanan yang di sediakan restoran dengan pembayaran oleh pribadi atau badan. c) Pajak Hiburan adalah pajak yang dikenakan atas tontonan, hiburan keramaian/ pertunjukan umum lainnya seperti pertunjukan wayang, Bioskop dan lain sebagainya. d) Pajak Reklame adalah pajak yang dikenakan pada orang atau badan yang menyelenggarakan/ memasang reklame dan mendapat ijin

dari pemerintah daerah. Pajak reklame dipungut menurut jenis reklame yang diselenggarakan/ atau dipasang. e) Pajak Penerangan Jalan Umum adalah pajak yang dikenakan terhadap semua pelanggan PLN. Pajak ini dipungut dengan menggantikannya pada rekening listrik yang dikeluarkan oleh PLN berdasar pada tingkat tenaga yang dipakai. f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. g) Pajak Parkir adalah Pajak yang dipungut, yaitu pajak yang dibebankan pada pengguna parkir yang berada ditepi jalan dan parkir khusus (dalam ruangan). h) Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. i) Pajak Sarang Burung Walet adalah Pajak yang dibebankan pada pemilik/ pengusaha sarang burung walet. j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Bagaimana Optimalisasi Pemungutan Pajak Reklame Dalam

Kaitannya Dengan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Maka pajak daerah yang dapat dipungut DPPKA Kabupaten Bojonegoro yakni Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak sarang burung walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Dalam pembahasan akan memberikan rincian tentang pajak reklame yang diperoleh DPPKA Kabupaten Bojonegoro tahun 2009 - 2010, pada tabel berikut ini :

Tabel 2 Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2009 - 2010 (dalam rupiah) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Uraian Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Hasil Retribusi Daerah Tahun 2009 64.556.000 26.411.000 100.950.000 979.254.540 10.186.202.881 130.927.195 217.265.575 11.705.567.191 Tahun 2010 64.018.000 62.938.582 110.941.175 882.976.738 11.996.904.194 239.849.698 202.481.217 13.560.109.604

Total Pendapatan Daerah

Sumber: Data Sekunder, diolah, 2009-2010 DPPKA. Kabupaten Bojonegoro Pemasangan reklame di Kabupaten Bojonegoro hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan ijin tertulis dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk, setelah mengajukan permohonan dan mengisi formulir serta melengkapi ketentuan yang ditentukan oleh badan yang ditunjuk, maka tim pertimbangan perijinan reklame mengadakan peninjauan kelapangan sesuai yang diajukan oleh wajib pajak. Setelah semuanya sesuai dengan yang diajukan oleh wajib pajak dan disetujui oleh tim, maka wajib pajak harus membayar retribusi sewa tanah dan pajak yang dibebankan berkaitan dengan reklame yang akan dipasang, setelah kewajiban administratif selesai maka ijin pemasangan reklame dikeluarkan oleh badan yang terkait.

Jenis Reklame yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro sebagai berikut: a. Reklame Papan atau Billboard adalah reklame yang bersifat tetap (tidak dapat dipindahkan) terbuat dari papan, kayu, seng, tinplate, collibrite, vynil, aluminium, fiberglas, kaca, batu, tembok atau beton, logam atau bahan lain yang sejenis, dipasang pada tempat yang disediakan (berdiri sendiri) atau digantung atau ditempel atau dibuat pada bangunan tembok, dinding, pagar, tiang dan sebagainya baik bersinar, disinari maupun yang tidak bersinar. b. Reklame Megatron/ Videotron/ Large Elektronic Display (LED) adalah reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan/ atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram dan difungsikan dengan tenaga listrik. c. Reklame Melekat atau Stiker adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas diselenggarakan dengan cara ditempelkan, dilekatkan, dipasang atau digantung pada suatu benda. d. Reklame Kain adalah reklame yang tujuan materinya jangka pendek atau mempromosikan suatu even atau kegiatan yang bersifat insidentil dengan menggunakan bahan kain, termasuk plastik atau bahan lain yang sejenis. Termasuk di dalamnya adalah spanduk, umbul-umbul, bendera, flag chain (rangkaian bendera), tenda, krey, banner, giant banner dan standing banner. e. Reklame Selebaran adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta

dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang, digantung pada suatu benda lain, termasuk di dalamnya adalah brosur, leafleat, dan reklame dalam undangan. f. Reklame Suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan

menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantaraan alat. g. Reklame Film atau Slide adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara menggunakan klise (celluloide) berupa kaca atau film, ataupun bahan-bahan lain yang sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan/atau dipancarkan. h. Reklame Berjalan/ Kendaraan adalah reklame yang ditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang diselenggarakan dengan

mempergunakan kendaraan atau dengan cara dibawa oleh orang. i. Reklame Udara adalah reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan gas, laser, pesawat atau alat lain yang sejenis. j. Reklame Peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara. Namun dari keseluruhan reklame yang ada, hanya terdiri dari 5 jenis reklame yang sering digunakan di Kabupaten Bojonegoro. Dapat dilihat pada tabel Pendapatan dari tahun 2009 - 2010 berkaitan dengan pajak reklame secara rinci sebagai berikut.

Tabel 3 Pendapatan Pajak Reklame Kabupaten Bojonegoro Tahun 2009 - 2010 (dalam rupiah) No. 1. 2. 3. 4. 5. Uraian Reklame Papan/Bilboard/ Videotron/Megarton Reklame Kain Reklame Melekat/stiker Reklame Selebaran Reklame Suara Tahun 2009 847.161.440 46.085.075 81.210.500 4.382.150 415.375 979.254.540 Tahun 2010 801.481.888 49.984.000 25.189.000 4.161.850 2.160.000 882.976.738

Total Pajak Reklame

Sumber: Data Sekunder, tidak diolah, 2009-2010 DPPKA. Kabupaten Bojonegoro Dari tabel diatas diketahui bahwa pendapatan daerah Kabupaten Bojonegoro yang berasal dari pajak reklame menurun dari tahun 2009 sebesar Rp. 979.254.540 menjadi Rp. 882.976.738 pada tahun 2010 dengan penurunan sebesar Rp. 50.192.727 untuk itu dibutuhkan strategi yang dapat mengoptimalisasi pendapatan daerah dari sektor pajak reklame. Dalam meningkatkan penerimaan daerah dari sektor pajak pemerintah Kabupaten Bojonegoro telah menyusun program kerja yang menitikberatkan pada pemungutan pajak daerah melalui visi, misi dan rencana strategis yang dilakukan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro.27 Konsep yang tertuang dalam program kerja serta rencana strategis tersebut diaktualisasikan dalam program kerja tahunan dan rencana tindakan. Dalam program kerja tahunan dan rencana tindakan merupakan

27

Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendataan dan Penetapan Reklame, tanggal 14 Mei

2011.

bagian yang tak terpisahkan dan terdapat instrumen kontrol atas pelaksanaan program kerja yaitu berupa parameter kuantitatif maupun kualitatif yang disebut sebagai pengukuran kinerja yang akan dapat digunakan sebagai momentum evaluasi sekaligus sebagai masukan baik bagi penyusunan dan penyempurnaan program selanjutnya, adapun mengenai rencana strategi dan program kerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro ada dua macam yaitu 28: a. Renstra (Rencana Strategi) Adalah sebagai penuntun arah kebijakan pelaksanaan perpajakan daerah dalam pencapaian tujuan skala jangka pendek sampai menengah (1 s/d 3 Tahun), yaitu: 1) Pelaksanaan perpajakan daerah yang menggunakan kaidah-kaidah perpajakan daerah (Trilogi perpajakan) yaitu pendekatan

pendaftaran, penetapan dan penagihan, serta prinsip-prinsip proses perpajakan (manfaat, keadilan, kemampuan membayar) didukung dengan sistem administrasi yang memadai serta profesionalisme sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya sebagai tenaga pelaksana. 2) Pelaksanaan perpajakan yang mengabdi pada kepentingan publik melalui pelayanan prima yang memenuhi asas administrasi dan legalitas.

28

Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendataan dan Penetapan Reklame, tanggal 14 Mei

2011.

b. Program Kerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro. Secara deskriptif namun rinci maka program kerja tahunan harus merupakan ekspresi operatif yang memberikan kepastian tentang halhal yang akan dilakukan yaitu: 1) Mewujudkan perencanaan pengendalian atas pelaksanaan pajak dan retribusi daerah. 2) Mewujudkan data potensi pajak dan retribusi daerah yang aktual factual (obyektif). 3) Mewujudkan ketetapan atas seluruh data pajak dan retribusi daerah. 4) Mewujudkan penagihan atas ketetapan pajak dan retribusi daerah. 5) Mewujudkan pembukuan yang akurat dan memiliki reliabilitas. 6) Mewujudkan tingkat pemahaman perpajakan yang memadai kepada wajib pajak, wajib pungut, wajib retribusi masyarakat. 7) Rincian tindakan pemahaman perpajakan daerah adalah a) Mewujudkan dukungan sarana dan prasarana perpajakan daerah yang memadai serta Kapabilitas personil dan

pelaksanaannya. b) Mewujudkan pelayanan prima dan akurat. Dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak daerah Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melakukan langkah-langkah aplikatif yaitu dengan melakukan hal-hal sebagai berikut.

a. Intensifikasi Intensifikasi merupakan suatu strategi pemerintah Kabupaten

Bojonegoro untuk meningkatkan penerimaan daerah dari sektor pajak dengan melakukan pemungutan terhadap jenis-jenis pajak daerah secara rutin dan terstruktur. Terwujudnya peningkatan pendapatan asli daerah yang optimal dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melaksanakan beberapa upaya terhadap berbagai hambatan yang terdapat dalam setiap pajak yang dipungut, sesuai dengan apa yang diungkapkan Kepala Seksi pendataan dan penetapan menangani reklame. Intensifikasi yang dilakukan terhadap pemungutan pajak daerah yang menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten Bojonegoro, sebagai berikut. 1) Pajak Hotel 2) Pajak Restoran 3) Pajak Hiburan 4) Pajak Reklame 5) Pajak Penerangan Jalan (PPJ) 6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 7) Pajak Parkir 8) Pajak Air Tanah 9) Pajak sarang burung walet 10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

b. Ekstensifikasi Ekstensifikasi merupakan suatu strategi pemerintah Kabupaten Bojonegoro dengan melakukan perluasan terhadap obyek pajak yang berpotensi dalam menyumbang penerimaan daerah dari sektor pajak. Menurut Kepala seksi Pendataan dan Penetapan DPPKA. Kabupaten Bojonegoro menyatakan ekstensifikasi merupakan suatu strategi pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk melakukan penerimaan dengan melakukan perluasan obyek pajak, dalam otonomi daerah yang menuntut optimalisasi dan maksimalisasi pendapatan daerah melalui sektor pajak daerah. c. Program Reguler Program reguler merupakan suatu strategi pemerintah Kabupaten Bojonegoro dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak dengan mengeluarkan program pendamping yang terstruktur serta tindakannya. Menurut Kepala Bidang Pendapatan Asli Daerah DPPKA. Kabupaten Bojonegoro menyatakan strategi lain yang digunakan oleh pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dengan mengaktifkan program regular sebagai berikut.

1) Pendaftaran dan Pendataan a) Inventarisasi dan pemutakhiran data tentang jumlah subyek dan obyek pajak reklame di seluruh Kabupaten Bojonegoro. b) Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD)

c) Membuat daftar pengirim Surat Pajak Terutang Daerah (SPTD) serta pengembaliannya yang digunakan sebagai dasar

penertiban surat ketetapan pajak daerah. d) Mengadakan penataan dan pelelangan titik-titik pemasangan reklame serta mengadakan penyempurnaan prosedur

pemasangan dan pemungutan pajak reklame untuk menghindari dualisme pemungutan. 2) Penetapan Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bojonegoro sebagai berikut. a) Mengadakan perhitungan penetapan pajak reklame berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan pendaftaran dan pendataan. b) Menerbitkan dan mengirim Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) kepada para wajib pajak. c) Memberikan tembusan atas pengiriman SKPD kepada seksi penagihan dan Bendahara Khusus Penerimaan (BKP). 3) Penyetoran Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat yang meliputi seluruh wilayah Kabupaten Bojonegoro harus melakukan hal-hal sebagai berikut. a) Menempatkan petugas di pos-pos/ tempat pembayaran. b) Penagihan yang dilakukan petugas dengan mendatangi wajib pajak yang karena situasi dan keadaannya tidak dapat melakukan sendiri pembayaran pajaknya.

c) Penyetoran melalui Bendahara Khusus Penerima (BKP) yang ada di DPPKA Kabupaten Bojonegoro. 4) Pembukuan a) Membuat pembukuan atas semua penerimaan pajak reklame yang dikelola DPPKA Kabupaten Bojonegoro. b) Membuat laporan tentang penerimaan pajak reklame secara harian, minggu dan bulanan. c) Membuat laporan penyetoran pajak reklame secara periodik. 5) Pengendalian dan Pengawasan a) Monitoring Pendapatan Asli Daerah pada umumnya dan pemungutan pajak reklame. b) Menyusun rencana kegiatan penyuluhan tentang pajak reklame. Dari program yang telah direncanakan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro sampai dengan tahun anggaran 2010, dapat memberikan hasil yang memuaskan dengan penerimaan daerah melebihi target. 2. Hambatan yang dihadapi dalam optimalisasi pemungutan pajak reklame berkaitan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro dan Solusinya Dalam meningkatkan pendapatan pajak reklame tentunya terdapat beberapa hambatan yang dihadapi, antara lain : a. Banyaknya wajib pajak yang menunggak

Kebanyakan wajib pajak berdomisili di luar kota sehingga kesulitan untuk memanggil wajib pajak dalam membayar pajak yang dibebankan. b. Tunggakan atas pajak reklame yang harus dibayarkan Banyaknya tunggakan atas pajak reklame yang harus dibayarkan oleh wajib pajak, hal ini disebabkan banyak diantara wajib pajak tidak mengetahui tenggang waktu atas reklame yang dipasang. Solusi yang dilakukan pemerintah Kabupaten Bojonegoro dengan harapan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah adalah dengan menggunakan beberapa strategi diantaranya sebagai berikut.29
a. Mengumpulkan data potensi pajak daerah dengan menyiapkan data

potensi pajak yang teraktual berdasarkan kajian pendaftaran dan pendataan dengan maksud membuka wacana Pemerintah kepada masyarakat sebagai wajib pajak.
b. Memberikan penyuluhan yang terencana kepada wajib pajak secara

intensif dengan menetapkan materi, tempat waktu dan Tim penyuluhan dengan tujuan meningkatkan tingkat pemahaman wajib pajak tentang pentingnya pajak.
c. Melaksanakan

pemungutan

secara

intensif

dengan

melakukan

kerjasama dengan pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dengan maksud untuk mempermudah pelaksanaan pemungutan pajak dan untuk meminimalisasi hambatan yang akan mungkin terjadi.

29

Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendataan dan Penetapan Reklame, tanggal 14

Mei 2011.

d. Mewujudkan dukungan sarana dan prasarana perpajakan daerah yang

memadai serta kapabilitas personal dan pelaksanaannya dengan melakukan inventarisasi berupa alat tulis kantor, komputer, alat komunikasi dan alat transportasi yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan beban tugas pelaksana perpajakan.
e. Mengeluarkan Strategi mengenai Tunggakan

Strategi yang diambil antara lain: 1) Memberikan denda kepada wajib pajak yang terlambat atau tidak sanggup membayar pajak. 2) Mengadakan peninjauan ulang ke lokasi reklame kemudian melakukan pendataan reklame yang belum memenuhi kewajiban membayar pajak selanjutnya mengirim surat peringatan ke wajb pajak. 3) Membentuk tim penertiban reklame untuk melakukan

pembongkaran reklame yang tidak mempunyai ijin atau tidak membayar pajak. Dengan adanya otonomi daerah pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah, berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan lancar termasuk pembangunan bila ada sumber dana yang digunakan untuk membiayai pelaksanaannya satu diantaranya dari sektor pajak. Untuk mewujudkan pelaksanaan tersebut Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro sebagai Dinas yang diberi wewenang dalam

pemungutan pajak harus mengambil langkah-langkah positif seperti, melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap jenis-jenis pajak yang mempunyai potensi dalam menyumbang penerimaan daerah yang diikuti dengan rencana strategi yang diaktualisasikan dalam program kerja yang telah disusun dan dilaksanakan sesuai prosedur yang ditetapkan untuk memperoleh hasil yang optimal untuk membiayai pelaksanaan

pemerintahan dan pembangunan daerah. Program dan rencana tersebut secara terbukti dapat memberikan hasil yang maksimal.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Strategi yang diambil Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro dalam meningkatkan penerimaan daerah dari sektor pajak, secara umum dapat melalui strategi aplikatif yang telah dan sedang dilaksanakan. Strategi tersebut antara lain: a. Menjalin kemitraan dengan swasta b. Membentuk kelompok kerja T2LPD (Tim, Teknis Lapangan Pendapatan Daerah) c. Strategi mengenai tunggakan 1) Memberikan denda kepada wajib pajak yang terlambat atau tidak sanggup membayar pajak. 2) Mengadakan peninjauan ulang ke lokasi reklame kemudian melakukan pendataan reklame yang belum memenuhi kewajiban membayar pajak selanjutnya mengirim surat peringatan ke wajib pajak. 2. Hambatan yang dihadapi oleh pemerintah daerah Kabupaten Bojonegoro dalam optimalisasi pajak reklame terhadap peningkatan penerimaan daerah. a. Banyaknya wajib pajak yang menunggak b. Tunggakan atas pajak reklame yang harus dibayarkan

c. Dari pihak sumber daya manusia yang terlibat di bagian penagihan reklame juga tidak ada penjadwalan yang baik untuk melakukan penagihan secara intensif kepada wajib pajak.

B. Saran 1. Untuk meningkatkan faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan daerah Kabupaten Bojonegoro sebaiknya melakukan langkah sebagai berikut: a. Melakukan penyuluhan dan pemungutan pajak secara intensif melalui kerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk meminimalisasi hambatan yang akan muncul dari wajib pajak. b. Melakukan program diklat secara bertahap untuk meningkatkan kinerja dari para pegawai agar lebih profesional serta mewujudkan aparat perpajakan yang bersih sebagai pendorong peningkatan penerimaan daerah. 2. Strategi yang diambil pemerintah Kabupaten Bojonegoro hendaknya dapat meminimalisasi hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak, dengan melakukan langkah sebagai berikut : a. Melakukan penyempurnaan terhadap sistem perpajakan serta

melakukan pemungutan pajak secara intensif. b. Menetapkan Peraturan Daerah untuk jenis-jenis pajak yang

mempunyai potensi besar dalam menyumbang Pendapatan Asli Daerah, seperti Tempat Penginapan, Kost dan tempat Billiard. c. Dalam mewujudkan kontribusi sektor pajak terhadap pelaksanaan otonomi daerah, Dinas Pendapatan, Penglolaan Keuangan dan Asset

hendaknya melakukan koordinasi dengan DPRD dalam penyusunan APBD Kabupaten Bojonegoro, khususnya dalam hal Pembelanjaan sebaiknya menitik beratkan pada sektor pembangunan yang dapat meningkatkan kontribusi terhadap penerimaan daerah dari sektor pajak dan pembangunan untuk meningkatkan kepentingan publik atau public service.

DAFTAR PUSTAKA

A BUKU Bambang Sunggono, 1998. Metode Penelitian Hukum. Raja Grafindo Persada, Jakarta. CST Kansil dan Christine Kansil, 2004. Pemerintahan Daerah di Indonesia. Hukum Administrasi Negara, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta. Herman Suryokumoro, 2003. Pedoman Penelitian. FH Unibraw, Malang.

Lutfi Effendi, 2010. Pokok-Pokok Hukum Pajak. Bayumedia Publishing, Malang. Mardiasmo, 2005. Perpajakan. Andi Yogyakarta, Yogyakarta. _________, 2007. Perpajakan. Gramedia, Jakarta. Marsono, 1986. Pajak Daerah. Gramedia, Jakarta. Muqodim, 2007. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Gramedia, Jakarta. Marihot P. Siahaan, 2004. Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban dan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Raja Grafindo Persada, Jakarta. ________________, 2005. Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban dan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Santoso Brotodiharjo, 1995. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Refika Aditama, Bandung. Tunggul Anshari Setia Negara, 2008. Pengantar Hukum Pajak. Bayumedia Publishing, Malang. Widhi Ardiasyah Indra, 2005. Analisis Kontribusi Pajak Hotel Dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 19892003. Sripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Yuwono Trisna, Abdullah. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Praktis Surabaya.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 A Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 jo Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Peraturan Bupati Bojonegoro No. 36 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame Kabupaten Bojonegoro.

C. BROWSING INTERNET http://www.bojonegoro.go.id diakses pada tanggal 14 mei 2011

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM : Andung Kurnia Mariz : 0710113080

Menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini adalah karya asli penulis, tidak ada karya/data orang lain yang telah dipublikasikan, juga bukan karya orang lain dalam rangka memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, selain yang diacu dalam kutipan dan/atau dalam daftar pustaka. Demikian surat pernyataan ini saya buat, jika di kemudian hari terbukti karya ini merupakan karya orang lain, baik yang dipublikasikan maupun dalam rangka memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, saya sanggup dicabut gelar kesarjanaan saya.

Malang, 2011 Yang menyatakan,

Andung Kurnia Mariz NIM. 0710113080

You might also like