You are on page 1of 12

MAKALAH

POSYANDU

Disusun oleh : 1. Indra Permadi 2. Ligga P 3. Siska Wahyu S ( 090401017 ) ( 090401021 ) ( 090401039 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG 2011-2012

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Illahi Robbi yang telah memberikan anugerah kesehatan fisik dan psikis serta pikiran yang jernih sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Posyandu. Penulisan karya ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan untuk memenuhi tugas Komunitas. Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini masih jauh dari titik kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan. Akhirnya, penulis berharap semoga karya kecil ini dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan, dunia pendidikan dan para pembaca yang budiman.

Jombang,Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................... 1 Kata Pengantar................................................................................................... 2 Daftar Isi............................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang................................................................................................... 4 Permasalahan...................................................................................................... 5 Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jurnal Penelitian................................................................ 6 BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian : Study Kasus........................................................................... 10 Penyebab Masalah.............................................................................................. 10 Penyelesaian Masalah........................................................................................ 10 Daftar Pustaka. 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum mutu pelayanan kesehatan di Indonesia masih relatif belum profesional. Hal ini bisa dilihat dengan adanya kemampuan profesional terbatas, pengaturan tugas yang kurang efektif, dan fasilitas maupun alat yang kurang memadai. Kondisi seperti ini terjadi akibat relatif masih kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan maupun adanya krisis moral para perilaku pelayan kesehatan akibat krisis di berbagai bidang yang berkepanjangan. Di sisi lain, era globalisasi dengan berbagai konsekuensinya seperti tuntutan pelayanan rumah sakit yang semakin kompetitif menuntut petugas kesehatan untuk bertindak profesional. Situasi ini menuntut para pembaharu di bidang keperawatan untuk mengembangkan suatu metode pemberian asuhan keperawatan untuk dapat diimplementasikan dalam pengorganisasian ruang keperawatan sehingga dapat menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan. Terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan dengan berbagai keuntungan dan kerugiannya. Pada akhirnya, diharapkan pimpinan keperawatan dapat memilih metode pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan falsafah organisasi, struktur, pola ketenagaan, dan keadaan pasien yang disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di rumah sakit. Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan keperawatan, oleh karena itu manajemen asuhan keperawatan yang benar akan meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk memandirikan pasien sehingga dapat berfungsi secara optimal. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan manajemen asuhan keperawatan yang profesional, dan salah 4

satu faktor yang menentukan dalam manajemen tersebut adalah bagaimana asuhan keperawatan diberikan oleh perawat melalui berbagai pendekatan model asuhan keperawatan yang diberikan. Penetapan dan keberhasilan model pemberian asuhan keperawatan yang digunakan di suatu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah bagaimana pemahaman perawat tentang model-model asuhan keperawatan tersebut

B. Permasalahan Yang menjadi permasalahan di Rejang Lebong adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin untuk menimbang berat badannya. Terutama yang di pelosok/terpencil. Di Rejang Lebong angka kehadiran balita ditimbang rata-rata masih di bawah 40%. Bahkan di kecamatan Binduriang, balita yang datang ke posyandu dan ditimbang masih di bawah 10%. Ini kecamatan yang paling rendah aktifitas Posyandunya.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Posyandu 1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran. 2. Mempercepat penerimaan NKKBS. 3. Meningkatkan kebutuhan. kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatankegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jurnal Penelitian

Beberapa hari ini, koran lokal di Bengkulu, memberitakan tentang adanya balita dengan status gizi buruk dan kurang gizi, terutama yang menimpa 2 balita dari PUT dan 2 balita dari Sindang Dataran. Mereka semua dibawa ke RSUD Curup dan telah mendapatkan perawatan yang memadai. Salut untuk tenaga pengelola gizi puskesmas PUT yang telah menangani dengan baik, mengurus administrasi Jamkesdanya, merujuk dan melakukan pendampingan di RS selama dirawat serta memberikan makanan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) selama 4 bulan paska dirawat. Semuanya gratis. Dan alhamdulilah, semua masalah gizi buruk di RL bisa ditangani dengan sebaik-baiknya, tentunya berkat dukungan semua pihak terkait, seperti puskesmas dan RSUD. Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit malnutrisi energiprotein (MEP), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan protein. Bergantung pada derajat kekurangan energi-protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. MEP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi. Sedangkan marasmus, kwashiorkor (sering juga diistilahkan dengan busung lapar atau HO), dan marasmik-kwashiorkor digolongkan sebagai MEP berat atau gizi buruk. Selain malnutrisi energi-protein di atas, ada juga gangguan pertumbuhan yang diistilahkan dengan gagal tumbuh. Yang dimaksud dengan gagal tumbuh adalah bayi/anak dengan pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding anak

sebayanya. Untuk mudahnya, pertumbuhan anak tersebut ada di bawah kurva pertumbuhan normal. Gebyarkan Kembali Posyandu Balita Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) di Posyandu. Status gizi balita dipantau dengan KMS (Kartu Menuju Sehat). KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/RS. Berat badan yang dicantumkan di KMS akan terlihat sesuai dengan pita warna yang ada, sebagian berat badan balita ada yang berada pada pita warna hijau dan juga kuning bahkan ada yang sebagian berada pada pita warna merah atau tepatnya di Bawah Garis Merah (BGM). Berat badan yang berada pada pita warna hijau selalu saja dipersepsikan dengan gizi baik, sementara berat badan yang berada pada pita warna kuning merupakan warning (peringatan) kepada ibunya agar lebih berhati-hati jangan sampai masuk pada berat badan di BGM, karena apabila anak telah berada di BGM pada KMS, maka anak balita tersebut bisa cenderung di vonis (padahal belum tentu), mengalami gizi buruk. Status balita BGM, menjadi perhatian ibu dan petugas kesehatan agar segera bertindak, mengobservasi lebih dalam status kesehatan balita tersebut dan segera melakukan langkah intervensi.

Oleh karena itu, Dinkes mengajak pimpinan puskesmas dan para camat, kades dan tokoh masyarakat serta PKK agar melakukan pemantauan posyandu serta menggalakkan keaktifannnya melalui kegiatan gebyar posyandu, dengan upaya-upaya yang inovatif dan tidak membosankan, agar orang tua dan balitanya tertarik berkunjung ke posyandu. Dalam acara-acara baksos kesehatan yang sering dilakukan Dinas Kesehatan. bahkan bapak bupati sendiri atau ibu. sering memberikan contoh bagaimana melakukan penimbangan balita dilanjutkan imunisasi. Hal ini sebaiknya juga ditiru oleh para camat/kades/lurah.Keaktifan posyandu sangat membantu dalam pelacakan adanya balita gizi buruk. Sikap Responsif, bukan Reaktif Kasus kurang gizi dan gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang. Hal ini dapat terjadi karena pola asuh dan asupan makanan yang salah, seperti ibu yang sibuk bekerja di kebun/ladang atau di suatu tempat, sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan). Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis (istilahnya makanan sampah atau junk food). Selain hal di atas, gizi buruk terjadi 8

karena adanya penyakit infeksi, sebagaimana terjadi pada 2 balita dari PUT, yang ternyata menderita penyakit TBC (barangkali tertular dari orang tuanya, yang sedang dalam pengobatan 4 bulan dengan obat TBC). Karena penyakit atau karena asupan makanan yang kurang, dapat digambarkan seperti telur dan ayam. Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan, yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut. Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi. Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk, digerakkan oleh petugas gizi puskesmas melalui Posyandu. Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh, mencari peluang kerja untuk orang tuanya. Sementara yang dilakukan Dinas Kesehatan bekerjasama dengan puskesmas adalah membantu memberikan PMT hingga BB anak yang bersangkutan normal dan pemberian pengetahuan kepada keluarganya bagaimana cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan. Karena umumnya gizi buruk terkait dengan kemiskinan, ada baiknya instansi lain, seperti Dinas Pertanian, Bazis (Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah), bagian Kesra, Dinas Sosial, serta Bappeda melalui pokja SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) dan bahkan anggota Dewan dapat terlibat membantu pemulihan dan perbaikan mereka yang menderita gangguan kurang gizi. Karena masalah kurang gizi balita, juga menyangkut image atau citra kabupaten, yang diperlukan adalah sikap responsif/tanggapnya kita semua, bukan reaktif, serta nggak usah dipolitisasi. Program kemiskinan di masing-masing SKPD yang terkesan berjalan sendiri-sendiri, juga sudah waktunya dilakukan terkordinir dengan sasaran dari data masyarakat miskin yang valid dan seragam, sehingga jumlah warga miskin cepat menurun secara nyata.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Penyebab Masalah Koran lokal di Bengkulu, memberitakan tentang adanya balita dengan status gizi buruk dan kurang gizi, terutama yang menimpa 2 balita dari PUT dan 2 balita dari Sindang Dataran. A. Penyelesaian Masalah 1. Posyandu Pemberdayaan Ibu Hamil Dalam bidang kesehatan : Posyandu melakukan kegiatan pemeriksaan dan pembinaan Ibu hamil dan melahirkan, meningkatkan pengetahuan dan pemeliharaan 10

gizi dan kesehatan umum lainnya, menjadi sarana pemeliharaan kandungan, menyediakan petunjuk olah raga dan keperluan lain yang akhirnya harus disediakan oleh keluarga dan anggotanya. Posyandu perlu juga memberi perhatian kepada para ibu, terutama kalau ibu tersebut mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki, kehamilan karena perkosaan,kemungkinan kelahiran cacat dan sebagainya. Posyandu secara dini menyiapkan masyarakat dan keluarga yang bersangkutan terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi.Dalam bidang Pendidikan : Posyandu menyediakan fasilitas untuk pengembangan kebiasaan membaca dan usaha 2. Posyandu Pemberdayaan Batita dan Balita Dalam bidang kesehatan : Posyandu menyediakan informasi dan fasilitas untuk pemeliharaan kesehatan batita,imunisasi, merangsang pergaulan yang akrab antar batita dari beberapa anggotanya agar bisa merangsang kegiatan anak batita,bergabungnya keluarga batita untuk merangsang kebersamaan antar keluarga. Posyandu harus memberikan perhatian secara khusus kepada orang tua yang mungkin saja tidak menghendaki kelahiran anaknya, mempunyai anak balita yang cacat atau mempunyai kelainan pertumbuhan tertentu.Dalam bidang pendidikan : Posyandu merangsang keluarga anggotanya untuk memberikan kesempatan kepada anak batita dan balita bergabung dalam kegiatan anak-anak sebaya untuk merangsang kegembiraan dan kecerdasan bagi anak-anak balita itu. Posyandu membantu menyalurkan anak batita dan balita yang mempunyai kelainan kepada fasilitas yang ada di desa atau kabupatennya. Posyandu mengusahakan sekolah atau pendidikan khusus agar orang tuanya tidak terlalu menderita dan anaknya dapat tumbuh dengan lebih baik.

11

DAFTAR PUSTAKA http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2011/10/08/mengatasi-gizi-buruk-marigebyarkan-kembali-posyandu-balita/

12

You might also like