You are on page 1of 32

I.

Tujuan 1. Mengetahui dan memahami prinsip penetapan kadar dengan metode Spektrofotometri 2. Mengetahui dan memahami penerapan metode Spektrofotometri dalam bidang farmasi 3. Mampu menetapkan kadar sediaan obat dalam bentuk salep secara Spektrofotometri

II.

Dasar Teori

A. Pengertian Salep Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air. Salep obat menggunakan salah satu dari dasar salep tersebut (FI IV, hal. 18). B. Penggolongan Salep Berdasarkan Kerja Farmakologi (Art of Compounding, hal 339), ada 3 golongan: 1. Salep Epidermik Salep ini dimaksudkan hanya bekerja dipermukaan kulit untuk menghasilkan efek lokal. Diharapkan tidak diserap dan hanya berlaku sebagai pelindung, antiseptik, astringen melawan rangsangan (yaitu sebagai anti radang) dan parasitida. Dasar salep yang sering dipakai adalah vaselin. 2. Salep Endodermik Dimaksudkan untuk melepaskan obat ke kulit tetapi tidak menembus kulit, diserap sebagian saja. Salep ini dapat berlaku sebagai emolien, stimulan dan lokal iritan. Dasar salep terbaik yang digunakan adalah minyak tumbuhan dan minyak alami.

3. Salep Diadermik Salep ini dimaksudkan untuk melepaskan obat menembus kulit dan menimbulkan efek konstitusi (efek terapi yang diinginkan). Namun hal ini tidak lazim digunakan dan termasuk

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 1

pemakaian khusus obat-obat seperti senyawa raksa, iodida dan belladona. Dasar salep yang terbaik digunakan adalah lanolin, adeps lanae dan oleum cacao.

Berdasarkan Penetrasi (RPS 16, 1518-1519), salep dikelompokkan menjadi : 1. Mempunyai efek permukaan Mempunyai efek permukaan, memiliki aktivitas membentuk lapisan film yang bertujuan untuk mencegah hilangnya kelembaban (sebagai protektif), efek membersihkan ataupun sebagai antibakteri. Pembawa (basis) harus dapat

memudahkan kontak dengan permukaan dan melepaskan zat aktif ke sasaran. 2. Mempunyai efek pada stratum korneum Contoh salep dengan efek ini adalah sediaan sunscreen yang mengandung asam pamino benzoat yang berpenetrasi ke stratum korneum. 3. Mempunyai efek epidermal Pada salep ini obat/zat aktif dapat penetrasi kelapisan kulit yang paling dalam.

Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi : 1. Unguenta : adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga. 2. Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air. 3. Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi. 4. Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin (waxes), sehingga konsistensinya lebih keras. 5. Gelones Spumae : (Jelly) adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran mukosa sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran sederhana minyak dan lemak dengan titik lebur yang rendah.

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 2

Menurut Efek Terapinya, salep dibagi atas : 1. Salep Epidermic (Salep Penutup) : Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Kadang-kadang ditambahkan antiseptik, astringen untuk meredakan rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin). 2. Salep Endodermic : Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam tetapi tidak melalui kulit dan terabsorbsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi lokal iritan. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak. 3. Salep Diadermic (Salep Serap) : Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya, misalnya pada salep yang mengandung senyawa Mercuri, Iodida, Belladonnae. Dasar salep yang baik adalah adeps lanae dan oleum cacao.

Menurut Dasar Salepnya, salep dibagi atas : 1. Salep hydrophobic yaitu salep-salep dengan bahan dasar berlemak, misalnya: campuran dari lemak-lemak, minyak lemak, malam yang tak tercuci dengan air. 2. Salep hydrophillic yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar salep tipe o/w atau seperti dasar hydrophobic tetapi konsistensinya lebih lembek, kemungkinan juga tipe w/o antara lain campuran sterol dan petrolatum.

Berdasar fisik-konsistensi (viskositas = kekentalan) 1. Cairan kental/encer : linimentum 2. Setengah padat : cream unguentum pasta 3. Lebih bersifat padat : sapo medicatus, emplastrum

Dasar Salep Menurut FI. IV, dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok, yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut.

1. Dasar Salep Hidrokarbon Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair yang dapat dicampurkan Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep Page 3

kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. 2. Dasar Salep Serap Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien. 3. Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air. Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hidrofilik (krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan air, karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetika. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini dari pada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik. 4. Dasar Salep Larut Dalam Air Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air, seperti paraffin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel. Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang mangandung air.

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 4

Beberapa contoh contoh dasar salep : 1. Dasar salep hidrokarbon Vaselin putih ( = white petrolatum = whitwe soft paraffin), vaselin kuning (=yellow petrolatum = yellow soft paraffin), campuran vaselin dengan cera, paraffin cair, paraffin padat, minyak nabati. 2. Dasar salep serap (dasar salep absorbsi) Adeps lanae, unguentum simpleks (cera flava : oleum sesami = 30 : 70), hydrophilic petrolatum ( vaselin alba : cera alba : stearyl alkohol : kolesterol = 86 : 8 : 3 : 3 ) 3. Dasar salep dapat dicuci dengan air. Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing cream), emulsifying ointment B.P., emulsifying wax, hydrophilic ointment. 4. Dasar salep larut air Poly Ethylen Glycol (PEG), campuran PEG, tragacanth, gummi arabicum

C. Kualitas dasar salep yang baik adalah: 1. Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar. 2. Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan seluruh produk harus lunak dan homogen. 3. Mudah dipakai 4. Dasar salep yang cocok 5. Dapat terdistribusi merata

D. Persyaratan salep menurut FI ed III 1. Pemerian 2. Tidak boleh berbau tengik 3. Kadar Kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %. 4. Dasar salep 5. Homogenitas Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 5

6. Penandaan Pada etiket harus tertera obat luar (Syamsuni, 2005).

E. Aturan umum pembuatan salep Bagian bagian yang dapat larut dalam sejumlah campuran lemak yamg diperuntukkan bilamana perlu dilarutkan dengan pemanasan di dalamnya. Zat-zat yang mudah larut dalam air kecuali ditentukan lain ,bila banyak nya air yang dipergunakan untuk pelarutan dapat dipungut oleh jumlah campuran lemak yang telah ditentukan, mula-mula dilarutkan dalam air; banyaknya air yang dipergunakan mula-mula dikurangi dari jumlah yang telah ditentukan dari campuran lemak. Zat-zat yang dalam lemak dan dalam air atau kurang cukup dapat larut harus sebelumnya dijadikan serbuk, dan diayak melalui dasar ayakan B40. Pada pembuatan unguenta ini zat yang padat sebelumnya dicampur rata dengan lemak, yang beratnya sama atau setengahnya,bilamana perlu sebelumnya dilelehkan dan kemudian sejumlah sisa lemaknya telah atau tidak dilelehkan ditambahkan sebagian demi sebagian. Apabila unguenta dibuat dengan perlelehan, maka campurannya harus diaduk sampai dingin.

Zat-zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam vaselin. Champora, Mentholum, Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih mudah dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung vaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan sebagian (+ sama banyak) Vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep yang lain. Champora dapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter secukupnya sampai larut setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai spiritus fortiornya menguap. Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit. Zat-zat yang mudah larut dalam air Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia maka obatnya dilarutkan dulu dalam sebagian dulu dalam air dan dicampur dengan bagian dasar salep yang dapat menyerap air, setelah seluruh obat dalam air terserap, baru ditambahkan bagian-bagian lain dasar salep, digerus dan diaduk hingga homogen. Dasar Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep Page 6

salep yang dapat menyerap air antara lain ialah Adeps lanae, Unguentum Simplex, hydrophilic ointment. Dan dasar salep yang sudah mengandung air antara lain Lanoline (25% air), Unguentum Leniens (25%), Unguentum Cetylicum hydrosum (40%).

Zat-zat yang kurang larut atau tidak larut dalam dasar salep Zat-zat ini diserbukkan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no.100. setelah itu serbuk dicampur baik-baik dengan sama berat masa salep, atau dengan salah satu bahan dasar salep. Bila perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan terlebih dahulu, setelah itu sisa bahan-bahan yang lainditambahkan sedikit demi sedikit sambil digerus dan diaduk hingga homogen. Untuk pencegahan pengkristalan pada waktu pendinginan, seperti Cera flava, Cera alba, Cetylalcoholum dan Paraffinum solidum tidak tersisa dari dasar salep yang cair atau lunak.

F. Sifat-sifat salep Sifat-sifat dari salep yang digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit kulit, harus : 1. Bersifat antiseptika (mencegah infeksi) 2. Bersifat protektiva (bahan yang mampu melindungi kulit yang luka atau yang sakit) 3. Bersifat emolien (bahan yang mampu menghaluskan dan melemaskan kulit) 4. Bahan-bahan yang dapat mengurangi rasa gatal 5. Bahan-bahan yang cepat menguap sehingga terjadi pendinginan setempat Misalnya : kamfer,menthol 6. Bahan-bahan yang dapat menahan rasa sakit setempat. Misalnya : phenol, anaesthesin

G. Pembuatan salep Baik dalam ukuran besar maupun kecil, salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu : 1. Pencampuran Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai. 2. Peleburan Dengan metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya Page 7

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk. Cara pembuatan salep ditinjau dari zat khasiat utamanya : 1. Zat padat a. Zat padat dan larut dalam dasar salep Camphorae Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalam pot salep tertutup (jika tidak dilampaui daya larutnya). Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. sesami), camphorae dilarutkan lebih dahulu dalam minyak tersebut Jika dalam resep terdapat salol, menthol, atau zat lain yang dapat mencair jika dicampur (karena penurunan titik eutektik), camphorae dicampurkan supaya mencair, baru ditambahkan dasar salepnya Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahulu dengan eter atau alkohol 95%, kemudian digerus dengan dasar salepnya

Pellidol Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan dasar salepnya yang dicairkan (jika dasar salep disaring tetapi jangan lupa harus ditambahkan pada penimbangannya sebanyak 20% ). Jika pellidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar salep yang mudah dicairkan. Iodum Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae Larutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada unguentum iodii dari Ph. Belanda V) Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar salepnya

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 8

b. Zat padat larut dalam air Protargol Taburkan diatas air, diamkan ditempat gelap selama jam sampai larut Jika dalam resep terdapat gliserin, tambahkan gliserin tersebut, baru

ditambahkan airnya dan tidak perlu ditunggu jam lagi karena dengan adanya gliserin, protargol atau mudah larut. Colargol Dikerjakan seperti protargol Argentum nitrat (AgNO3) Walaupun larut dalam air, zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karena akan meninggalkan bekas noda hitam pada kulit yang disebabkan oleh terbentuknya Ag2O, kecuali pada resep obat wasir. Fenol/fenol Sebenarnya fenol mudah larut dalam air, tetapi dalam salep tidak dilarutkan karena akan menimbulkan rangsangan atau mengiritasi kulit dan juga tidak boleh diganti dengan Phenol liquifactum (campuran fenol dan air 77-81,5% FI ed.III). Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air, yaitu : 1. Argentum nitrat : stibii et kalii tartras 2. Fenol : oleum iocoris aselli 3. Hydrargyri bichloridum : zink sulfat 4. Chrysarobin : antibiotik (misalnya penicilin) 5. Pirogalol : chloretum auripo natrico. Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep : 1. Ichtyol Jika ditambahkan pada massa salep yang masih panas atau digerus terlalu lama, akan terjadi pemisahan. 2. Balsem-balsem dan minyak yang mudah menguap. Balsem merupakan campuarn damar dan minyak mudah menguap ; jika digerus terlalu lama, damarnya akan keluar. Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep Page 9

3. Air Ditambahkan terakhir karena berfungsi sebagai pendingin; disamping itu, untuk mencegah permukaan mortir menjadi licin. 4. Gliserin Harus ditambahkan ke dalam dasar salep yang dingin, karena tidak bisa bercampur dengan bahan dasar salep yang sedang mencair dan harus ditambahkan sedikit demi sedikit karena tidak mudah diserap oleh dasar salep.

5. Marmer album Dimasukkan terakhir karena dibutuhkan dalam bentuk kasar, yang akan memberikan pengaruh percobaan pada kulit.

c.

Zat padat tidak larut dalam air. Umumnya dibuat serbuk halus dahulu, misalnya :

1. Belerang (tidak boleh diayak) 2. Ac. Boricum (diambil bentuk yang pulveratum) 3. Oxydum zincicum (diayak dengan ayakan No. 100/B40). 4. Mamer album (diayak dengan ayakan No.25/B10) 5. Veratrin (digerus dengan minyak, karena jika digerus tersendiri akan menimbulkan bersin).

2. Zat cair Sebagai pelarut bahan obat a. Air Terjadi reaksi Contohnya, jika aqua calcis bercampur dengan minyak lemak akan terjadi penyabunan sehingga cara penggunaannya adalah dengan diteteskan sedikit demi sedikit kemudian dikocok dalam sebuah botol bersama dengan minyak lemak, baru dicampur dengan bahan lainnya. Tak terjadi reaksi Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit Jumlah banyak : diuapkan atau diambil bahan berkhasiatnya saja dan berat airnya diganti dengan dasar salepnya

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 10

b. Cairan kental Umumnya dimasukan sedikit demi sedikit. Contohnya : gliserin, pix lithantratis, pix liquida, balsem peruvianum, ichtyol, kreosot. c. Bahan berupa ekstrak/extractum Extractum sicccum /kering Umumnya larut dalam air, maka dilarutkan dalam air, dan berat air dapat dikurangkan dari dasar salepnya Extractum spissum/kental Diencerkan dahulu dengan air atau etanol Extractum liquidum Dikerjakan seperti pada cairan dengan spiritus.

d. Bahan-bahan lain 1. Hydrargyrum Gerus dengan adeps lanae dalam lumpang dingin, sampai halus (<20g) atau gunakan resep standar, misalnya : Unguentum Hydrargyri (Ph.Belanda V) yang mengandung 30% dan Unguentum Hydrargyri Fortio (C.M.N) mengandung 50% 2. Naphtolum Dapat larut dalam sapo kalicus, larutkan dalam sapo tersebut. Jika tidak ada sapo, dikerjakan seperti Camphorae. Mempunyai D.M/T.M untuk obat luar. 3. Bentonit Serbuk halus yang dengan air akan membentuk massa seperti salep.

H. Pengawetan salep Preparat farmasi setengah padat seperti salep, sering memerlukan penambahan pengawet kimia sebagai antimikroba, pada formulasi untuk mencegah pertumbuhan mikro organisme yang terkontaminasi. Pengawet-pengawet ini termasuk hidroksibenzoat, fenolfenol, asam benzoat, asam sorbat, garam amonium kuarterner dan campuran lainnya. Preparat setengah padat harus pula dilindungi melalui kemasan dan penyimpanan yang sesuai dari pengaruh pengerusakan oleh udara, cahaya, uap air (lembap) dan panas serta kemungkinan terjadinya interaksi kimia antara preparat dengan wadah.

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 11

I. Fungsi salep 1. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit. 2. Sebagai bahan pelumas pada kulit. 3. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit.

J. Pengemasan dan penyimpanan salep Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol dapat dibuat dari gelas tidak bewarna, warna hijau, amber atau biru atau buram dan porselen putih. Botol plastik juga dapat digunakan. Wadah dari gelas buram dan berwarna berguna untuk salep yang mengandung obat yang peka terhadap cahaya. Tube dibuat dari kaleng atau plastik, beberapa diantaranya diberi tambahan kemasan dengan alat bantu khusus bila salep akan digunakan untuk dipakai melalui rektum, mata, vagina, telinga, atau hidung. Tube umumnya diisi dengan bertekanan alat pengisi dari bagian ujung belakang yang terbuka (ujung yang berlawanan dari ujung tutup) dari tube yang kemudian ditutup dengan disegel. Tube salep untuk pemakaian topikal lebih sering dari ukuran 5 sampai 30 gr. Botol salep dapat diisi dalam skala kecil oleh seorang ahli farmasi dengan mengemas sejumlah salep yang sudah ditimbang kedalam botol dengan memakai spatula yang fleksibel dan menekannya kebawah, sejajar melalui tepi botol guna menghindari kemungkinan terperangkapnya udara didalam botol. Salep dalam tube lebih luas pemakaiannya daripada botol, disebabkan lebih mudah dan menyenangkan digunakan oleh pasien dan tidak mudah menimbulkan keracunan. Pengisian dalam tube juga mengurangi terkena udara dan menghindari kontaminasi dari mikroba yang potensial, oleh karena itu akan lebih stabil dan dapat tahan lama pada pemakaian dibandingkan dengan salep dalam botol. Kebanyakan salep harus disimpan pada temperatur dibawah 300C untuk mencegah melembek apalagi dasar salepnya bersifat dapat mencair.

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 12

K. Asam Benzoat Asam benzoat, C7H6O2 (atau C6H5COOH), adalah padatan kristal berwarna putih dan merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana. Nama asam ini berasal dari gum benzoin (getah kemenyan), yang dahulu merupakan satu-satunya sumber asam benzoat. Asam lemah ini beserta garam turunannya digunakan sebagai pengawet makanan. Asam benzoat adalah prekursor yang penting dalam sintesis banyak bahan-bahan kimia lainnya. Sejarah Asam benzoat pertama kali ditemukan pada abad ke-16. Distilasi kering getah kemenyan pertama kali dideskripsikan oleh Nostradamus (1556), dan selanjutnya oleh Alexius Pedemontanus (1560) dan Blaise de Vigenre (1596). Justus von Liebig dan Friedrich Whler berhasil menentukan struktur asam benzoat pada tahun 1832. Mereka juga meneliti bagaimana asam hipurat berhubungan dengan asam benzoat.Pada tahun 1875, Salkowski menemukan bahwa asam benzoat memiliki aktivitas anti jamur.

Produksi Pembuatan secara industri Asam benzoat diproduksi secara komersial dengan oksidasi parsial toluena dengan oksigen. Proses ini dikatalisis oleh kobalt ataupun mangan naftenat. Proses ini menggunakan bahan-bahan baku yang murah, menghasilkan rendemen yang tinggi, dan dianggap sebagai ramah lingkungan.

Sintesis laboratorium Asam benzoat sangatlah murah dan tersedia secara meluas, sehingga sintesis laboratorium asam benzoat umumnya hanya dipraktekkan untuk tujuan pedagogi. Ia umumnya diajarkan kepada mahasiswa universitas. Untuk semua metode sintesis, asam benzoat dapat dimurnikan dengan rekristalisasi dari air, karena asam benzoat larut dengan baik dalam air panas namun buruk dalam air dingin. Penghindaran penggunaan pelarut organik untuk rekristalisasi membuat eksperimen ini aman. Pelarut lainnya yang

memungkinkan meliputi asam asetat, benzena, eter petrolium, dan campuran etanol dan air. Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep Page 13

Dengan hidrolisis Sama seperti nitril ataupun amida lainnya, benzonitril dan benzoamida dapat dihidrolisis menjadi asam benzoat ataupun basa konjugatnya dalam keadaan asam maupun basa.

Dari benzaldehida Disproporsionasi benzaldehida yang diinduksi oleh basa dalam reaksi Cannizzaro akan menghasilkan sejumlah asam benzoat dan benzil alkohol dalam jumlah yang sama banyak. Benzil alkohol kemudian dapat dipisahkan dari asam benzoat dengan distilasi.

Dari bromobenzena Bromobenzena dapat diubah menjadi asam benzoat dengan "karbonasi" zat anatara fenilmagensium bromida: C6H5MgBr + CO2 C6H5CO2MgBr C6H5CO2MgBr + HCl C6H5CO2H + MgBrCl Dari benzil alkohol Benzil alkohol dapat direfluks dengan kalium permanganat ataupun oksidator lainnya dalam air. Campuran ini kemudian disaring dalam keadaan panas untuk memisahkan mangan dioksida, dan kemudian didinginkan untuk mendapatkan asam benzoat.

Pembuatan secara historis Proses industri pertama melibatkan reaksi antara benzotriklorida

(triklorometil benzena) dengan kalsium hidroksida dalam air, menggunakan besi sebagai katalis. Kalsium benzoat yang dihasilkan kemudian diubah menjadi asam benzoat dengan menggunakan asam klorida. Produk proses ini mengandung turunan asam benzoat yang terklorinasi dalam jumlah yang signifikan. Oleh karena itu, asam benzoat yang digunakan untuk konsumsi manusia didapatkan dari distilasi getah kemenyan. Pada zaman sekarang, asam benzoat yang digunakan untuk konsumsi diproduksi secara sintetik.

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 14

L. Asam Salisilat (C7H6O2) Asam salisilat merupakan turunan dari senyawa aldehid. Senyawa ini juga biasa disebut o-hidroksibensaldehid, o-formilfenol atau 2-formilfenol. Senyawa ini stabil, mudah terbakar dan tidak cocok dengan basa kuat, pereduksi kuat, asam kuat, dan pengoksidasi kuat. Sifat-sifat fisik dari asam salisilat No. Penampakan Tidak berwarna menjadi kuning pada larutan dengan bau kenari pahit 1 2 3 4 5 6 Titik lebur Titik didih Kerapatan Tekanan uap Daya ledak Titik nyala 1-2 0C 197 0C 4,2 1 mmHg pada 33 0C 1,146 g/cm3 76 0C

Dari hasil penelitian ditetapkan apabila dimakan oleh tikus dengan dosis 520 mg/kg merupakan dosis yang mengakiibatkan kematian 50 % (LD50), dan apabila terkena kulitnya dengan dosis 600 mg/kg merupakan dosis yang mengakibatkan kematian 50 % (LD50). Sifat-sifat lain yang dimiliki oleh asam salisilat adalah sebagai berikut: 1. Panas jika dihirup, di telan dan apabila terjadi kontak dengan kulit. 2. Iritasi pada mata 3. Iritasi pada sauran pernafasan 4. Iritasi pada kulit

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 15

III.

Alat Bahan Alat Buret 50 ml Spatula Labu takar 100 ml Corong gelas Batang pengaduk Pipet tetes Erlenmeyer 250 ml Gelas kimia 100 ml Gelas kimia 250 ml Gelas ukur 50 ml Gelas kimia 500 ml Gelas kimia 1 L Hote plate Labu takar 250 ml Pipet volume 25 ml Pipet volume 25 ml Pipet ukur 5 ml Labu takar 50 ml Kuvet Spektrofotometer Labo Botol Semprot Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah 1 buah 2 buah 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah 1 set 1 buah Bahan Padatan NaOH 0,1 N Padatan Oksalat p.a Sampel salep Fe(NO3)3 1% Indikator pp Aquadest Larutan Standar Asam Salisilat ?? ppm Air bebas CO2

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 16

IV.

Cara Kerja

1. Pembakuan NaOH 0,1 N

Menimbang gram oksalat

Menambahkan 3 tetes indicator fenolftalein

Melakukan titrasi dengan titran NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah muda

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 17

2. Preparasi Sampel Menimbang 1,0000 gram salep dalam gelas kimia 250 ml Menambahkan 100 ml aquadest panas 75oC dan 2 tetes indikator fenolftalein

Menambahkan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah jambu

Memanaskan larutan tersebut sampai suhu sekitar 85oC

Menambahkan lagi NaOH 0,1 N sampai timbul kembali warna merah jambu

Mendinginkannnya dalam suhu ruang

Memindahkan larutan tersebut ke labu takar 250 ml kemudian encerkan menggunakan aquadest sampai tanda batas

Memipet 25 ml larutan tersebut ke Erlenmeyer

Menambahkan indicator fenolftalein 2 tetes

Melakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N

Melakukannya secara duplo

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 18

3. Pengukuran

Mengambil sekitar 16 ml filtrate dari langkah b

Memasukannya kedalam labu takar 50 ml

Menambahkan 5 ml ferri nitrat 1%

Menambahkan aquadest sampai tanda batas

Mengukur absorbansi pada panjang gelombang 530 nm

Melakukannya secara duplo

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 19

4. Pembuatan kurva standar

Membuat larutan yang mengandung asam salisilat 5 gram dalam 250 ml

Kemudian menyaring larutan tersebut

Membuat variasi konsentrasi larutan 20 , 40 , 60 , 80 , 100 ppm Memipet ferri nitrat kedalam masing-masing labu takar 2,5 ml , 5 ml , 7,5 ml , 10,0 ml , 12,5 ml Menambahkan aquadest hingga tanda batas

Melakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 530 nm

Melakukan pengukuran pada blanko

V.

Data Pengamatan dan Pengolahan Data

Metode Titrasi asam basa a. Penentuan kadar asam salisilat dan benzoat pada sampel Merk Jenis Kandungan zat aktif : Pagoda Salep Ekstra : Salep : Asam salisilat 12%, sulfur pracepitatum10%, asam benzoate 5%, menthol 1%,champora 3% Penimbangan sampel Berat sampel T pemanasan Reaksi : 1,0006 gram : 86 C

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 20

b. Standarisasi larutan standar sekunder NaOH 1,000 N Larutan standar primer Konsentrasi H2C2O4 2H2O Volume H2C2O4 2H2O yang dipipet Volume NaOH yang dibutuhkan : H2C2O4 2H2O : 0,1000N : 10,00 ml : 1. 10,45 ml 2. 10,40 ml Rata-rata = 10,43 ml Reaksi H2C2O4 + 2NaOH
pp

Na2 C2 O4

+ 2H2 O

Tidak berwarna

Merah sangat muda

Data Pembakuan NaOH

Volume Oksalat ( ml ) 10 10 Rata-rata

Volume NaOH ( ml ) 10,45 10,40 10,43

Data Titrasi Sampel dengan NaOH Sampel salep : 1,0000 gram Dilarutkan dalam aquadest 100 ml Data volume NaOH yang ditambahkan dalam larutan sampel (pengatur suasana)

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 21

Volume Sampel ( ml ) 25

Volume NaOH sebelum pemanasan ( ml ) 11,30

Volume NaOH setelah pemanasan ( ml ) 0,2

Volume Sampel ( ml ) 25 25

Volume NaOH (dua) ( ml ) 0,1 0,1

Metode Spektrofotometri a. Persiapan Sampel volume sampel(filtrat) yang dipipet : 16,00 ml

b. Persiapan larutan standar Penimbangan zat standar Berat zat standar asam salisilat Volume labu takar untuk larutan induk : 0,5001 gram : 250,00 ml

c. Penentuan panjang gelombang maksimum Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (Standar : 60 ppm) Panjang Gelombang () 400 410 420 430 440 450 460 470 480 490 500 %T 69,7 65,5 60,4 53,9 48,1 41,9 37,1 34,4 30 25,8 23,7 Absorbansi 0,157 0,184 0,219 0,269 0,318 0,377 0,431 0,463 0,523 0,588 0,625

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 22

510 520 530 540 550 560 570 580

22,2 21,4 21,2 21,4 22,1 23 25,5 27,2

0,654 0,670 0,674 0,670 0,655 0,639 0,594 0,565

Kurva Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ( maks = 530 nm)


0.8 0.7 0.6 A = - Log T 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 (nm)

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 23

d. Pengukuran larutan standar dan sampel Konsentrasi Standar (ppm) 20 40 60 80 100 Sampel (pengenceran 5 kali) 60,0 36,7 22,8 14,8 10,4 51,2 0,222 0,435 0,642 0,830 0,983 0,291 %T Absorbansi

Kurva Kalibrasi pengukuran larutan standar


1.2 1 0.8 A = - Log %T 0.6 0.4 0.2 0 0 20 40 60 Konsentrasi (ppm) 80 100 120 y = 0.0096x + 0.0473 R = 0.996

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 24

PERHITUNGAN Perhitungan Konsentrasi NaOH Voksalat x Noksalat = VNaOH x N NaOH 10 ml x 0,1 N = 10,43 ml x N NaOH N NaOH = 0,0959 N

Penetapan Kadar Asam Total dengan Titrasi NaOH Berat sampel = 1,0000 gram = 1000 mg Vol. Aquadest = 100 mL Hasil titrasi sampel : vol. NaOH = 0,1 mL Faktor Pengenceran = 10 kali pengenceran
Asam Total (%)

=
= 0,6138 % = 0,6138 %

Perhitungan Kadar Asam Salisilat dengan Spektrofotometri Konsentrasi Asam Salisilat dalam sampel salep Faktor Pengenceran = 5 Absorbansi sampel = 0,291 Y 0,291 X = = = 0,009x + 0,047 0,009x + 0,047 27,1111 ppm dikalikan faktor pengenceran

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 25

= 27,1111 ppm x 5 = 135,56 ppm 135,56 ppm = 135,56 mg/L = 0,1356 gram/1 L = 0,01356 gram/100 ml = 0,0136 % Jadi, kadar asam salisilat dalam sampel adalah 0,0136 %

Perhitungan Kadar Asam Benzoat = Asam Total Asam Salisilat = 0,6138 % - 0,0136 % = 0,6002 % = 0,60 %

Asam Benzoat

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 26

VI.

PEMBAHASAN Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) dengan rumus molekul C7H6O3 merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal dan biasa dipakai untuk obat luar seperti salep. Kadar asam salisilat dalam setiap sediaan salep berbeda-beda , untuk itu pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar senyawa obat dalam salep. Sampel yang digunakan adalah salep merk Pagoda obat kulit topikal yang juga beperan sebagai anti bakteri, antijamur, keratolitik dan antipruriginosa . Dengan komposisi dalam kemasan antara lain : Asam salisilat 12%, sulfur pracepitatum10%, asam benzoate 5%, menthol 1%,champora 3%. Metode analisis yang digunakan adalah titrasi asam basa dan spektrofotometri menggunakan spektrofotometer visible merk Labo. Metode titrasi asam basa digunakan untuk menentukan kadar total asam di dalam sampel sedangkan metode spektrofotometri digunakan untuk menentukan kadar asam salisilat. Penetapan kadar asam salisilat dengan metode titrasi asam basa menggunakan larutan NaOH + 0,1 N. Larutan NaOH tersebut distandarisasi terlebih dahulu dengan asam oksalat 0,1 N menggunakan indikator phenolphtalein karena berada pada trayek pH (8,2-10,0) yang sesuai dengan titik infleksi pada kurva titrasi. Titik akhir ditunjukkan oleh perubahan warna dari bening menjadi merah jambu (pink). Reaksi yang terjadi : H2C2O4 + 2NaOH
pp

Na2 C2 O4

+ 2H2 O

Tidak berwarna

Merah sangat muda

Berdasarkan hasil praktikum, rata-rata volume NaOH hasil titrasi yaitu 10,175 mL sehingga dapat diketahui bahwa konsentrasi sebenarnya dari larutan NaOH yaitu sebesar 0,0959N. Larutan sampel dibuat dengan cara melarutkan sejumlah 1 gram salep dengan 100 ml akuades yang dibantu dengan pemanasan agar salep dapat larut secara sempurna. Larutan sampel kemudian ditetesi phenolftalein dan ditambahkan sejumlah larutan standar NaOH sampai berwarna pink. Penambahan NaOH bertujuan untuk menetralkan kondisi larutan. Kemudian larutan dipanaskan untuk memastikan warna pink tidak hilang. Namun, saat praktikum warna tersebut hilang sehingga penambahan larutan NaOH dilakukan kembali sampai timbul warna pink. Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep Page 27

Larutan sampel yang sudah dalam keadaan dingin selanjutnya diencerkan ke dalam labu takar 250 ml. Pengenceran dilakukan agar konsentrasi larutan sampel tidak terlalu pekat sehingga memudahkan dalam penentuan titik akhir titrasinya .Sebanyak 25 ml larutan sampel dititrasi dengan larutan standar NaOH dengan indikator phenolftalein. Titik akhir titrasi ditunjukkan oleh perubahan warna dari bening menjadi merah jambu (pink). Reaksi yang terjadi :

+ NaOH

+ Na+

+ CH3OH

Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan konsentrasi total asam dari sampel salep yaitu 0,6138 %. Asam total yang dimaksud adalah jumlah kandungan asam salisilat dan asam benzoat dalam sampel. 1. Metode Spektrofotometri Pada penentuan kadar metil salisilat dengan metode spektrofotometri, larutan sampel salep direaksikan dengan feri nitrat 1% sehingga menghasilkan senyawa kompleks berwarna ungu. Sebelum dilakukan pengukuran standar dan sampel dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum dengan menggunakan larutan standar 60 ppm. Didapatkan panjang gelombang maksimum pada 530 nm. Penentuan kadar asam salisilat dengan metode spektrofotometri didasarkan pada pengukuran transmittan atau absorbansi. Pengukuran %T sampel menunjukkan nilai 51,2 (A = 0.291). Konsentrasi sampel diketahui melalui interpolasi absorbansi (A) tersebut terhadap kurva standar antara absorbansi (A) vs konsentrasi (C). Adapun larutan standar yang dibuat terdiri dari berbagai konsentrasi yaitu mulai dari 20 ppm; 40 ppm; 60 ppm; 80 ppm dan 100 ppm. Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan linier dari kurva standar Y= 0,009x + 0,047 diperoleh konsentrasi asam salisilat dalam sampel yaitu sebesar 0,0136 %

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 28

Sampel salep Pagoda memiliki kandungan asam salisilat dan asam benzoat, jadi selain menentukan kadar asam salisilat juga dapat menentukan kadar asam benzoat. Kadar asam benzoat yang didapat adalah sebesar 0,60 %. Kadar asam salisilat dan asam benzoat yang dihasilkan berdaarkan praktikum dan komposisi yang tertera pada kemasan sangat berbeda jauh. Pada kemasan seharusnya kandungan asam salisilat sebesar 12% dan kandungan asam benzoat sebesar 5%. Hal ini bisa terjadi karena pada saat melarutkan sampel dengan aquadest, tidak semua sampel larut karena banyak sampel yang menempel pada dinding gelas kimia sehingga tidak semua kandungan asamnya terukur.

VII.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut : Kadar total asam dalam sampel salep Pagoda dengan metode titrasi asam basa = 0,6138 %. Kadar Kadar asam asam salisilat benzoat dalam dalam sampel sampel salep salep Pagoda Pagoda dengan dengan metode metode spektrofotometri = 0,0136 % spektrofotometri = 0,60 %.

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 29

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005, Farmasetika , Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Anonim, 1978, Formularium Nasional II, Depkes RI, Jakarta. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Depkes RI, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia IV, Depkes RI, Jakarta. Damayuda. 2010. http://damayuda.blogspot.com/2010/12/asam-salisilat-c7h6o2.html.

Diakses 29 Oktober 2012 Fadhli, Haiyul. 2011. http://haiyulfadhli.blogspot.com/2011/06/sediaan-semisolid.html. Diakses 29 Oktober 2012 Littlebee. Krim Asam Salisilat. http://www.scribd.com/doc/47702265/Krim-AsamSalisilat ( Diakses tanggal 30 oktober 2012) Nur Aeni, Siska. 2010. http://siskhana.blogspot.com/2010/05/salep.html. Diakses 29 Oktober 2012 Riyanto. TT. http://mipa-farmasi.blogspot.com/2012/03/pengertian-salep.html. Diakses 29 Oktober 2012 Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Teddy. 2011. http://teddymorin17.blogspot.com/p/salep.html Diakses 29 Oktober 2012 Wikipedia. 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_benzoat. Diakses 29 Oktober 2012 Wikipedia. 2012. http://www.wikipedia.com./org/wiki//asam (Diakses tanggal 30 Oktober 2012)

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 30

LAMPIRAN

Sampel salep yang digunakan yang mengandung asam salisilat dan asam benzoat

Proses penyaringan sampel

Titik akhir pada saat titrasi pertama (I)

Titik akhir pada saat titrasi pertama (II)

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 31

Memanaskan larutan sampel sampai suhu 85C

Larutan sampel yang akan diukur menggunakan spektrofotometer labbo

Deretan larutan standar dalam penentuan kadar asam salisilat menggunakan spektrofotometer labbo

Mengukur %transmitan larutan standard an sampel pada spektrofotometer visible merk Labo

Laporan Kimia Farmasi Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep

Page 32

You might also like