You are on page 1of 14

BAB I LAPORAN KASUS TUBAIR CATARRH

I.

Identitas Nama Pasien Umur Jenis Kelamin Alamat Pekerjaan Agama Suku Tanggal pemeriksaan No RM : Tn. Supono : 49 tahun : Laki-laki : Gondang Manis, Karang Pandan : Petani : Islam : Jawa : 24 September 2012 : 253266

II.

Anamnesis A. Keluhan Utama Pendengaran berkurang

B. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke poli THT dengan keluhan pendengaran berkurang pada telinga kanan sejak 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku 1 bulan yang lalu mengalami batuk dan pilek. Saat pemeriksaan pasien merasa telinganya penuh. Pasien tidak mengeluhkan telinga nyeri, berdenging, gatal, maupun mengeluarkan cairan. Terkadang pasien merasa pusing pada kepala bagian kanan. Pasien tidak demam. Tidak ada keluhan lain pada hidung, seperti nyeri, mimisan, hidung tersumbat dan gangguan membau. Tidak ada keluhan pada tenggorokan seperti nyeri tenggorok, nyeri telan, sulit menelan, rasa mengganjal pada tenggorokan, suara sengau, sakit gigi, keluar ludah banyak, nafas berbau.

C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat keluhan serupa disangkal Riwayat batuk pilek sebelumnya diakui Riwayat benturan kepala disangkal Riwayat paparan suara keras disangkal Riwayat hipertensi disangkal Riwayat diabetes melitus disangkal Riwayat asma disangkal Riwayat alergi disangkal

D. Riwayat Pribadi Pasien merokok disangkal Riwayat minum-minuman beralkohol disangkal

E. Riwayat Keluarga Riwayat keluhan serupa dalam keluarga disangkal Riwayat alergi dalam keluarga disangkal Riwayat asma dalam keluarga disangkal Riwayat hipertensi dalam keluarga disangkal Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga disangkal

III.

Pemeriksaan Fisik A. Telinga Pemeriksaan Inspeksi Kanan Bentuk telinga normal, deformitas (-), bekas luka (-), bengkak (-), hiperemis (-), sekret (-) Palpasi Tragus pain (-), manipulasi auricula tidak sakit Kiri Bentuk telinga normal, deformitas (-), bekas luka (-), bengkak (-), hiperemis (-), sekret (-) Tragus pain (-), manipulasi auricula tidak sakit

Otoskopi

CAE udem (-), hiperemis (-), serumen (-),discharge (-) membran timpani retraksi

CAE udem (-), hiperemis (-), serumen (-), discharge (-) membran timpani utuh Rinne : positif Weber : tidak ada lateralisasi Schwabach : sama dengan pemeriksa

Garpu Tala

Rinne : negatif Weber : terdapat lateralisasi Schwabach : memanjang

Kesimpulan : terdapat tuli konduktif pada telinga kanan

B. Hidung Pemeriksaan Inspeksi Kanan Deformitas (-), sekret (-), bekas luka (-), edema (-) Palpasi Rhinoskopi Anterior Krepitasi (-), nyeri tekan (-) Mukosa hiperemis (+), concha hiperemis (+), concha media dan inferior hipertrofi (-), secret (-), udem (-), Kiri Deformitas (-), sekret (-), bekas luka (-), edema (-) Krepitasi (-), nyeri tekan (-) Mukosa hiperemis (+), concha hiperemis (+), concha media dan inferior hipertrofi (-), secret (-), udem (-),

septum nasi deviasi (-), massa septum nasi deviasi (-), massa dirongga hidung (-) Rhinoskopi Posterior Dinding belakang : tdk ada kelainan dirongga hidung (-) Dinding belakang : tdk ada kelainan

Muara tuba eustachii : tdk ada Muara tuba eustachii : tdk ada kelainan Adenoid : tdk ada kelainan kelainan Adenoid : tdk ada kelainan

C. Tenggorokan 1. Pemeriksaan Orofaring Inspeksi : Mukosa faring hiperemis (-), granulasi (-), tonsil membesar (-), tonsil hiperemis (-), kripte melebar (-), detritus (-), uvula dalam batas normal, palatum molle dalam batas normal. Palpasi : Limfadenopati (-), nyeri tekan (-)

2. Laringoskopi Indirect Epiglotis Aritenoid Plika vokalis Gerak plika vokalis Subglotis Tumor D. Kepala Leher Kepala : dalam batas normal Leher : nyeri tekan submandibula (-), edema (-) : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : (-)

IV.

Pemeriksaan Penunjang Tidak dilakukan

V.

Usulan Pemeriksaan Laboratorium Test audiometri : darah rutin

VI.

Diagnosis Klinis Tubair Catarrh

VII.

Diagnosis Banding Otitis Media Akut

VIII.

Terapi Dekongestan nasal : Hidroklorida efedrin 1% 3x2 tetes tiap lubang hidung bila perlu Antihistamin Antiinflamasi Neurotropik : Klorfeniramin Maleat (CTM) 3x4mg : Nonflamin 3x50mg : Alinamin 1x50mg

IX.

Prognosis Dubia ad bonam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Fisiologi Tuba Eustachius Tuba Eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotomi. Tuba Eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring dan erat sekali kaitannya dengan penyakit pada kedua struktur tersebut. Bentuknya seperti huruf S, pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjaan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Secara anatomis, tuba Eustachius terletak pada bagian telinga tengah. Tuba Eustachius terdiri dari 2 bagian, yaitu : 1. Bagian tulang, yang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian) yang keadaannya selalu terbuka. 2. Bagian tulang rawan, terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian) dan keadaannya selalu tertutup. Tuba biasanya tertutup dan akan terbuka melalui kontraksi m. tensor palatini pada saat menelan, menguap, atau membuka rahang. Dalam keadaan normal, aliran udara dari hidung melewati tuba Eustachius dan sampai ke telinga tengah dan kemudian diserap oleh pembuluh darah disekitar cavum timpani. Fungsi tuba Eustachius adalah untuk : 1. Menyamakan tekanan cavum timpani dengan tekanan luar Ventilasi pada telinga tengah adalah fungsi paling penting tuba eustachius, sejak diketahui bahwa pendengaran optimal terjadi saat tekanan telinga tengah relatif sama dengan tekanan pada canalis auditoris external. Pada tuba Eustachius yang berfungsi secara normal, tuba Eustachius aktif terbuka secara intermiten, karena kontraksi m. tensor palatini saat menelan, untuk menjaga tekanan pada telinga tengah.

2.

Drainase Sekresi telinga tengah akan dialirkan ke nasofaring melalui tuba eustachius yang berfungsi normal. Jika tuba Eustachius tersumbat maka akan tercipta keadaan vakum di telinga tengah.

3.

Perlindungan telinga tengah dari kontaminasi sekresi nasofaring

B. Tubair Catarrh Definisi Tubair Catarrh atau tubotympanitis catarrhalis atau salpingitis adalah radang pada tuba Eustachius, yakni saluran yang menghubungkan nasofaring dengan cavum tympani. Peradangan ini merupakan lanjutan dari infeksi didalam rongga hidung (rhinitis) atau pada tenggorokan (faryngitis). Tubair catarrh merupakan stage awal dalam perkembangan Otitis Media Akut.

Etiologi Disfungsi Tuba Eustachius Penyebab dasar dari penyakit ini, bahwa tuba Eustachius tidak membuka pada saat menelan, yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor :
- Ketidakmampuan otot tuba Eustachius (m. tensor veli palatini). - Pembengkakan pada tuba Eustachius, yang dapat berkembang sebagai

akibat dari alergi atau peradangan dari daerah sekitar (misalnya sinusitis maksila kronis, atau tonsilitis).

- Pembengkakan di adenoid (mungkin pada anak-anak dan orang dewasa)

yang mengakibatkan tertutupnya tuba Eustachius.


- Infiltrasi tumor ganas nasofaring ke dalam lubang tuba Eustachius.

Gejala Klinis Gejala dari tubair catarrh antara lain didahului infeksi saluran napas atas, batuk, pilek, demam, pendengaran menurun, telinga terasa penuh/fullness, terkadang disertai dizziness, telinga kadang-kadang terasa penuh secara berulang dalam beberapa menit atau bahkan jam, mungkin juga disertai sakit telinga ringan. Gejala dapat muncul dari beberapa jam hingga beberapa minggu atau lebih. Hal itu tergantung dari penyebab. Pada banyak kasus pilek/batuk yang sudah mulai membaik, penderita akan mendapat sensasi tidak nyaman dalam telinga. Hal ini karena terperangkapnya mukus dan pembengkakan yang dapat menghambat pembersihan walaupun infeksi sudah lama hilang. Selain itu, pendengaran berkurang akan hilang dan timbul pada beberapa waktu sebelum kembali pulih.

Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan cavum tympani tampak retraksi/tertarik kedalam karena pada auris media tekanan menjadi lebih negatif, buram, atau sedikit kemerahan, canalis auditoris externa tidak ada kelainan, gangguan pendengaran konduktif dapat dideteksi pada pemeriksaan audiologi.

Diagnosis Banding Diagnosis banding adalah otitis media akut, tubair catarrh dapat dibedakan dengan otitis media akut dari adanya gangguan pendengaran konduktif dengan membran timpani utuh.

Penatalaksanaan Penatalaksanaan yakni dengan : 1. Mencari faktor predisposisinya, apakah karena proses infeksi, obstruksi (septum deviasi, polip, tumor). 2. Dekongestan Dekongestan nasal bekerja dengan vasokonstriksi pembuluh darah mukosa sehingga mengurangi pembengkakan. Pemakaian dekongestan nasal biasanya tidak lebih dari 7 hari karena dapat menimbulkan fenomena rebound ketika efeknya habis karena vasodilatasi sekunder yang diikuti kongesti nasal. Contoh dekongestan nasal antara lain hidroklorida efedrin dengan dosis 1-2 tetes ke dalam lubang hidung 3-4 kali sehari, xilometazolin hidroklorida (otrivin, valyn, xylo-pos, zovrin), oksimetazolin (afrin, iliadin, sinazol). Dekongestan oral yang bersifat sistemik juga bisa digunakan, seperti fenilefrin, pseudoefedrin, atau fenilpropanolamin. 3. Antihistamin Antihistamin akan membantu untuk memperingan kongesti nasal dan peradangan. Digolongkan menjadi antihistamin generasi pertama dan kedua. Antihistamin generasi pertama contohnya CTM, prometazin, difenhidramin, mepiramin, yang bersifat sedatif (menyebabkan kantuk). Antihistamin generasi kedua, contohnya antara lain fexofenadine, terfenadin, setirizin, loratadin, desloratadin, dll. Ada pula antihistamin dalam bentuk semprot hidung, yang berisi azelastin. 4. Antiinflamasi Untuk mengurangi peradangan sehingga tuba Eustachius akan berfungsi lebih baik. 5. 6. Neurotropik Antibiotik diberikan jika terjadi proses infeksi.

BAB III PEMBAHASAN

Pada pasien ini didapatkan resume masalah sebagai berikut : 1. Pasien mengalami penurunan pendengaran pada telinga kanan sejak 2 minggu yang lalu. 2. Pasien merasa telinganya penuh, terkadang pusing, tanpa keluhan lain baik pada hidung maupun tenggorokan. 3. Riwayat batuk dan pilek 2 minggu sebelum munculnya keluhan pendengaran berkurang. 4. Pada pemeriksaan telinga didapatkan retraksi membran timpani dextra dan tuli konduksi pada telinga kanan. 5. Pada pemeriksaan hidung didapatkan mukosa dan concha hiperemis.

Berdasarkan resume masalah diatas didapatkan diagnosis kerja Tubair Catarrh dengan diagnosis banding Otitis Media Akut. Tubair Catarrh merupakan peradangan pada tuba Eustachius yang menyebabkan disfungsi tuba Eustachius, sehingga mengganggu sirkulasi udara dari hidung, tuba Eustachius, dan cavum timpani. Telinga tengah yang sehat akan terisi udara dengan tekanan yang sama dengan atmosfir. Disfungsi tuba Eustachius merupakan suatu keadaan terbloknya tuba eustachius atau tidak bisa terbukanya tuba secara baik sehingga udara tidak dapat masuk ke dalam telinga tengah. Adanya perbedaan antara tekanan di luar dengan di dalam cavum timpani menyebabkan sound conduction dan penurunan pendengaran. Dalam kasus infeksi saluran nafas atas (misalnya pilek) maka pembukaan tuba Eustachius akan dipengaruhi oleh peradangan. Membran mukosa yang meradang, akan mempersempit atau menutup pembukaan tuba Eustachius. Karena adanya tekanan negatif pada auris media atau tekanan udara di luar membran timpani lebih besar dibandingkan tekanan udara di telinga tengah, membran timpani akan masuk ke dalam dan tampak retraksi. Membran timpani juga

10

menjadi tegang dan tidak bergetar dengan baik ketika dilalui oleh gelombang suara, sehingga akan menyebabkan sensasi penuh pada telinga, penurunan pendengaran, nyeri minimal pada telinga, ataupun pusing. Tubair Catarrh dapat berkembang menjadi Otitis Media Akut. Hal yang membedakan Tubair Catarrh dengan Otitis Media Akut adalah adanya blockade pada tuba dan penurunan pendengaran tanpa melibatkan membran timpani pada telinga tengah. Pasien pada kasus ini diberikan terapi sebagai berikut : 1. Dekongestan nasal Hidroklorida efedrin 1% 3x2tetes tiap lubang hidung Dekongestan bekerja dengan melakukan penyempitan pembuluh darah kapiler. Petunjuk pemakaian obat tetes hidung :
-

Hidung dibersihkan dan kepala ditengadahkan bila penggunaan obat dilakukan sambil berdiri dan duduk atau penderita cukup berbaring saja.

Kemudian teteskan obat pada lubang hidung dan biarkan selama beberapa menit agar obat dapat tersebar di dalam hidung.

2. Antihistamin Klorfeniramin Maleat (CTM) 3x4mg Digunakan untuk terapi simtomatik terhadap reaksi alergi atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamin berlebih. 3. Antiinflamasi Nonflamin 3x50mg Digunakan untuk mengurangi proses inflamasi. 4. Neurotropik Alinamin 1x50mg

11

Diskusi dan Tanya jawab pada presentasi hari Rabu, 3 Oktober 2012

Pertanyaan dari KRH. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat, Sp.THT - KL (K), MBA., MARS., M.Si, Audiologist 1. Apa nama lain dari Tubair Catarrh? Jawab : Salpingitis 2. Pengertian Tubair Catarrh? Jawab : Peradangan pada tuba Eustachius 3. Apa fungsi tuba Eustachius? Jawab : a. Menyamakan tekanan cavum timpani dengan tekanan luar b. Drainase c. Perlindungan telinga tengah dari kontaminasi sekresi nasofaring 4. Bagaimana patofisiologi Tubair Catarrh? Jawab : Rhinitis/Faryngitis peradangan pada mukosa tuba Eustachius oklusi tuba Eustachius tekanan negatif pada cavum timpani retraksi membran timpani gangguan pendengaran. 5. Perbedaan retraksi, sinekia, dan atresia? Jawab : a. Retraksi adalah penarikan karena adanya perbedaan tekanan (membran timpani tertarik ke medial, karena tekanan negatif cavum timpani). b. Sinekia adalah pertemuan dan perlekatan (antara deviasi atau krista septum nasi dengan konka nasi yang berada di hadapannya sehingga makin memperberat obstruksi nasi). c. Atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu a yang berarti tidak ada dan trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal. 6. Apa terapi yang diberikan untuk Tubair Catarrh? Jawab : a. Dekongestan nasal : Hcl Efedrin 1% 3x2tetes tiap lubang hidung

12

b. Antihistamin c. Antiinflamasi d. Neurotropik 7.

: Klorfeniramin Maleat (CTM) 3x4mg : Nonflamin 3x50mg : Alinamin 1x50mg

Mengapa pseudoefedrin tidak boleh digunakan berlebihan pada anak-anak? Jawab : Karena penggunaan pseudoefedrin pada anak dapat menyebabkan takipneu.

Pertanyaan dari teman-teman 1. Apa alasan pemberian dekongestan pada kasus ini? Jawab : Pemberian dekongestan ditujukan untuk membuka kembali tuba eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. 2. Mengapa kasus ini di diagnosis banding dengan Otitis Media Akut? Jawab : Karena Tubair Catarrh merupakan stage awal dari Otitis Media Akut, adapun persamaannya adalah retraksi membran timpani (OMA stadium oklusi tuba Eustachius). 3. Berapa lama Tubair Catarrh bisa berkembang menjadi Otitis Media Akut? Jawab : Tergantung pada imunitas dan terapi yang diberikan, karena tidak semua Tubair Catarrh berkembang menjadi Otitis Media Akut.

13

DAFTAR PUSTAKA

Adams, George L., Boeis Lawrence R., Higler Peter H., 1997. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC Ars, Bernard, 2008. Chronic Otitis Media Pathogenesis Oriented Therapeutic Management. Netherland : Kugler Publications Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2009. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta : Badan POM RI Mawson, Stuart R., 1974. Diseases of The Ear Third Edition. London : Edward Arnold Publishers Soepardi, Efiaty A., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti Ratna D., 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

14

You might also like