You are on page 1of 29

BAB I Ranah - ranah Pembelajaran dalam Penyusunan Indikator

I. Ranah ranah Pembelajaran Pendidikan sebagai sebuah proses belajar memang tidak cukup dengan sekedar mengejar masalah kecerdasannya saja. Berbagai potensi anak didik atau subyek belajar lainnya juga harus mendapatkan perhatian yang proporsional agar berkembang secara optimal. Karena itulah aspek atau faktor rasa atau emosi maupun keterampilan fisik juga perlu mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang. Dalam Taksonomi Bloom, tujuan pendidikan dibagi menjadi 3 domain : a) Cognitive Domain (Ranah Kognitif) : berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. b) Affective Domain (Ranah Afektif) : berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. c) Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) : berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.1 Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. a) Ranah kognitif Pengertian Ranah Penilaian Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.2 Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, meng-analisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Jenjang ranah kognitif Menurut taksonomi Bloom dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir yang diurutkan secara hierarki piramidal atau mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksud adalah: 1. Pengetahuan atau ingatan (knowledge), 2. Pemahaman,
Ahmad Qurtubi. Pengantar Teori : Evaluasi Pendidikan. Tangerang : BHS Publishing. 2009. Hal.40. (http://anthycomelniedlich.blogspot.com/2012/05/ranah-kognitif-dalam-evaluasi.html)

1 2

3. Aplikasi, 4. Analisis, 5. Sintesis, dan 6. Evaluasi. Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi termasuk kognitif tingkat tinggi. 1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (Knowledge), yang disebut C1 Adalah kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dan yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar. Aspek knowledge menekankan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh sebelumnya. Informasi yang dimaksud berkaitan dengan peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan prinsip-prinsip. Kategori ini merupakan kategori yang paling rendah tingkatannya karena tidak terlalu banyak memerlukan energi. 2. Pemahaman (Comprehension), yang disebut C2 Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang materi tersebut dengan menggunakan kata-katanya sendiri. 3. Penerapan (Aplication), yang disebut C3 Adalah kemampuan seseorang menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman. Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar-mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal yang lain 4. Analisis (Analysis), yang disebut C4 Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu materi atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktorfaktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya sehingga struktur dan

aturannya dapat lebih dimengerti. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi. 5. Sintesis (pemaduan) , yang disebut C5 Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai factor yang ada. 6. Evaluasi (evaluation), yang disebut C6 Adalah kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilainilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi dapat memandu seseorang untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik, penerapan baru dan cara baru yang unik dalam analisis atau sisntesis. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi. Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terusmenerus maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis. Bentuk tes kognitif diantaranya: a) Tes atau pertanyaan lisan di kelas e) Jawaban atau isian singkat b) Pilihan ganda f) Menjodohkan c) Uraian obyektif g) Portofolio d) Uraian non obyektif atau uraian bebas h) Performans3 Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah: 1) Pengetahuan (C1) Dilihat dari segi bentuknya, tes yang paling banyak dipakai untuk mengungkapkan aspek pengetahuan adalah tipe uraian, tipe melengkapi, tipe isian dan tipe benar-salah. Aspek yang ditanyakan biasanya fakta-fakta seperti: nama orang, tempat, teori, rumus, istilah,

(http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/)

batasan atau hukum. Siswa hanya dituntut kesanggupan untuk mengingatnya. 2) Pemahaman (C2) Dalam penyusunan item tes hasil belajar perlu disusun sedemikian rupa sehingga dengan mudah dapat dibedakan antara pemahaman terjemahan, penafsiran dan ektrapolasi serta dapat dikenali dari ketiga tingkatan tersebut. Misalnya mengungkapkan tema, topik, atau masalah yang sama dengan yang pernah dipelajari, tetapi materinya berbeda. Mengungkapkan sesuatu dengan bahasa sendiri dengan simbol tertentu termasuk kedalam pemahaman terjemahan. Menghubungkan antar unsur dari keseluruhan pesan suatu karangan termasuk kedalam pemahaman penafsiran. Sedang item ekstrapolasi adalah mengungkapkan kemampuan dibalik pesan yang tertulis dalam suatu keterangan atau tulisan. Bentuk soal item pemahaman dapat disajikan berupa gambar, denah, diagram, atau grafik. Dalam tes objektif, tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah banyak mengungkapkan aspek pemahaman. 3) Penerapan (C3) Bloom membedakan delapan tipe penerapan atau berupa kegiatan operasional yang akan dibahas satu persatu dalam rangka menyusun item tes tentang penerapan dengan memperhatikan aspek berikut : a) Menerapkan prinsip atau generalisasi4 yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi. Dalam hal ini siswa belum diharapkan dapat memecahkan seluruh problem, tetapi sekedar dapat menetapkan prinsip yang sesuai. b) Menyusun kembali problemnya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai. c) Memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi d) Mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip dan generalisasi e) Menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalissasi tertentu. Bentuk yang banyak dipakai adalah melihat hubungan sebab akibat. Bentuk lain ialah dapat menanyakan tentang proses terjadinya atau kondisi yang mungkin berperan bagi terjadinya gejala. f) Meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip atau generalisasi tertentu.
4

Generalisasi merupakan rangkuman sejumlah hal khusus yang baru (Kumpulan Hasil Diskusi:Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. 2001. Program Studi Matematika UHAMKA)

g) Menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan. h) Menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi. 4) Analisis (C4) Untuk membuat item tes analisis ada berbagai kecakapan yang termasuk kategori analisis, yakni: a. Mengklasifikasi kata-kata, frase-frase, atau pertanyaanpertanyaan dengan menggunakan criteria analitik tertentu. b. Meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas. c. Meramalkan sudut pandang, kerangka acuan, dan tujuan materi yang dihadapinya. 5) Sintesis (C5) Kecakapan sintesis dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu: a. Kemampuan menemukan hubungan antar unit tertentu. Yang semula hubungan kurang berarti menjadi lebih berarti dengan cara menambahkan unsur-unsur tertentu, misalnya: kemampuan mengkomunikasikan gagasan, perasaan, pengalaman dalam bentuk tulisan dan gambar. b. Kemampuan menyusun rencana operasional lengkap suatu tugas yang terdiri dari langkah-langkah dan penyelesaiannya. c. Kemampuan mengabstraksikan sejumlah besar data-data menjadi terarah, proposional sehingga menjadi suatu model. 6) Evaluasi (C6) Kecakapan evaluasi seseorang dapat dikategorikan kedalam beberapa tipe, yaitu: a. Dapat memberi evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen. b. Dapat memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai orang dalam mengambil suatu keputusan. c. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan criteria yang telah ditetapkan. d. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan membandingkan karya lain yang relevan. e. Dapat memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan menggunakan sejumlah criteria yang eksplisit.

b) Ranah Avektif Ranah afektif merupakan aspek penghayatan, berkenaan dengan nilai, moral, norma, aturan perilaku dan lain-lain, serta kemampuan yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat, penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.5 Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Sekalipun bahan pelajaran berisi ranah kognitif, ranah afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Oleh sebab itu, penting dinilai hasil-hasilnya. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan perilaku yang terdiri dari lima aspek, yaitu: 1) Menerima (Receiving) Kemampuan menerima mengacu pada kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar. Siswa dianggap telah mencapai sikap menerima apabila siswa tersebut mampu menunjukan kesadaran, kemauan dan perhatian terhadap sesuatu, serta mengakui kepentingan dan perbedaan. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau mengidentifikasikan diri dengan nilai itu. 2) Menanggapi (Responding) Kemampuan menanggapi mengacu pada kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Siswa dianggap telah memiliki sikap menanggapi apabila siswa tersbut telah menunjukan kepatuhan pada peraturan, tuntutan atau perintah serta berperan aktif dalam berbagai kegiatan. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peseta didik melaksanakan kerja keompok, menyumbangkan pendapat dalam diskusi kelompok, menolong teman yang mengalami kesulitan.

Mahasiswa Matematika Angkatan 2001. Kumnpulan hasil Diskusi: Evaluasi proses dan hasil Belajar. Jakarta : UHAMKA. 2005. Hal.16.

3) Menghargai (Valuing) Kemampuan menghargai mengacu pada kesediaan individu menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. Seorang siswa dianggap telah memiliki sikap menghargai apabila siswa tersebut telah menunjukan perilaku menerima suatu nilai, menyukai suatu objek atau kegiatan, menyepakati perjanjian, menghargai karya seni, pendapat atau ide, bersikap positif atau negatif terhadap sesuatu, mengakui Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah siswa mengumpulkan tugas dengan tepat waktu, menolak untuk diajak kerja sama dalam hal yang tidak baik, tidak mentertawakan pendapat temannya. 4) Mengatur diri (Organizating) Kemampuan mengatur diri mengacu pada kemampuan membentuk atau mengorganisasikan bermacam-macam nilai serta menciptakan sistem nilai yang baik. Siswa dianggap telah menguasai sikap pada tahap mengatur diri apabila siswa tersebut telah menunjukan kemampuannya dalam membentuk sistem nilai, menangkap hubungan nilai-nilai, bertanggung jawab dalam melakukan sesuatu. Contoh hasil belajar afektif jenjang mengatur diri, diantaranya menyadari kelebihan dan kelemahan dirinya, mempertanggungjawabkan kegiatan yang telah dilakukannya, menyelaraskan hak dan kewajibannya. 5) Menghayati (Characterization) Yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik pola hidup tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa disiplin dalam menggunakan waktu luangnya, disiplin dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat, siswa

dapat mengemukakan pendapat dengan sopan, membiasakan hidup sehat. c) Ranah Psikomotorik Kemampuan psikomotorik merupakan keterampilan (skill) atau kemahiran siswa untuk memperagakan suatu kegiatan atau tindakan, kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, dan kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik.6 Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).7 Hasil belajar psikomotorik mengacu pada kemampuan bertindak. Menurut Davc (1970)8 klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu: 1) Peniruan Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna. Mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), melompat, menggerakkan, menampilkan, dll 2) Manipulasi Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja. Mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk, dll 3) Ketetapan Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahankesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.

Ibid, hal.17 (http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/) 8 (http://www.batararayamedia.com/page.php?menu=artikel&id=117&title=Ranah-Kognitif,-Afektifdan-Psikomotorik-dalam-Pendidikan)


7

4) Artikulasi Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda. Mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik, menggunakan, dll 5) Pengalamiahan Melakukan kegiatan secara alami dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik. Mengalihkan, mempertajam, membentuk, memadankan, menggunakan, memulai, menjeniskan, menimbang, dll II. Penyusunan Indikator A. Pengertian indikator Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar (KD) yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dapat dijadikan sebagai pedoman atau acuan dalam menyusun alat penilaian.9 Menurut E Mulyasa indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik. Indikator juga dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan potensi daerah dan peserta didik dan juga dirumuskan dalam rapat kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan alat penilaian.10 Sedangkan menurut Darwin Syah indikator pembelajaran adalah karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda perbuatan atau respon yang dilakuakan oleh siswa, untuk menunjukkan bahwa siswa telah memiliki kompetensi dasar tertentu.11 Jadi indikator adalah kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan juga dijadikan tolak ukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu.

Paduan Penyusunan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : BSNP. 2009. hal.15 E. Mulyasa (http://studentgoblog.blogspot.com/2012/04/pengertian-indicator.html) 11 Ibid, (http://studentgoblog.blogspot.com/2012/04/pengertian-indicator.html)
10

Indikator merupakan KD yang spesifik, apabila serangkaian indikator dalam suatu kompetensi sudah dapat terpenuhi, berarti target kompetensi dasar (KD) tersebut sudah terpenuhi. Adapun pertimbangan dalam pengembangan indikator adalah: 1) Dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, dan satuan pendidikan. 2) Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. 3) Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/daerah. Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan indikator, yaitu: (1) Indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator, (2) Indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal yang di kenal sebagai indikator soal Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi. B. Fungsi Indikator Perumusan indikator menjadi penting dalam penyusunan silabus, karena indikator merupakan penjabaran dari KD. Indikator berfungsi berfungsi berikut : 1) Sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya perubahan perilaku pada siswa. Tanda-tanda itu lebih spesifik dan dapat diamati pada diri siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran 2) Pedoman dalam menyusun alat ukur. Alat ukur dijadikan sebagai alat pembuktian bagi keberhasilan siswa dalam mencapai standar kelulusan yang telah ditentukan sebelumnya 3) Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran. Penentuan materi pembelajaran harus sesuai indikator yang dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara cermat, akurat dan dapat memberikan arah dalam pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan peserta didik, sekolah, serta lingkungan 4) Pedoman dalam merencanakan kegiatan pembelajaran. Rencana pembelajaran perlu dirancancang secara efektif agar kompetensi dapat dicapai secara maksimal. Oleh sebab itu, dalam

10

merumuskan strategi pembelajaran atau pengalaman belajar guru juga perlu memperhatikan rumusan indikator yang telah dikembangkan. Karena indikator dapat memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi dan rumusan indikator juga dapat memberikan gambaran kecenderungan strategi pembelajaran yang relevan dengan materi dan indiktor. 5) Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar. Bahan ajar adalah materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Oleh sebab itu, bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai tuntutan indikator sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi secara maksimal 6) Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar. Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan serta mengevaluasi hasil belajar. Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan jenis penilaian, serta pengembangan indikator penialaian. Pengembangan indicator penilaian harus mengacu pada indikator pencapaian yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan SK dan KD. Sedangkan fungsi indikator menurut diknas adalah untuk memudahkan guru dalam mengukur atau mengetahui ketercapaian KD. Oleh karena itu, indikator juga bermanfaat sebagai : (1) Acuan dalam pengembangan instrument penialaian, (2) Acuan dalam pemilihan/pengembangan bahan ajar, (3) Acuan dalam penentuan kegiatan atau pengalaman pembelajaran, (4) Acuan dalam penentuan alat/bahan/media/sumber belajar. C. Mekanisme Pengembangan Indikator Indikator dapat dijabarkan dan dirumuskan dengan baik, bila guru menguasai secara mendalam perilaku utama yang terkandung dalam KD. Perilaku utama dalam KD bisa ditangkap dengan baik bila guru menguasai secara mendalam teori yang terkait dengan perilaku utama dalam KD tersebut. Agar indikator dapat dikembangkan secara baik, maka guru perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menganalisis Tingkat Kompetensi dalam SK dan KD. Langkah pertama pengembangan indikator adalah menganalisis tingkat kompetensi dalam SK dan KD. Hal ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan minimal kompetensi yang dijadikan standar

11

secara nasional. Sekolah dapat mengembangkan indikator melebihi standar minimal tersebut. Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang digunakan dalam SK dan KD. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi dalam tiga bagian, yaitu tingkat pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan. Kata kerja pada tingkat pengetahuan lebih rendah dari pada tingkat proses maupun penerapan. Tingkat penerapan merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi yang diinginkan. Tabel I
No Klasifikasi Tingkat Kompetensi Berhubungan dengan mencari keterangan (dealing with retrieval) Kata Kerja Operasional yang Digunakan 1. Mendeskripsikan (describe) 2. Menyebutkan kembali (recall) 3. Melengkapi (complete) 4. Mendaftar (list) 5. Mendefinisikan (define) 6. Menghitung (count) 7. Mengidentifikasi (identify) 8. Menceritakan (recite) 9. Menamai (name) 1. Mensintesis (synthesize) 2. Mengelompokkan (group) 3. Menjelaskan (explain) 4. Mengorganisasikan (organize) 5.Meneliti/melakukan eksperimen (experiment) 6. Menganalogikan (make analogies) 7. Mengurutkan (sequence) 8. Mengkategorikan (categorize) 9. Menganalisis (analyze) 10. Membandingkan (compare) 11. Mengklasifikasi (classify) 12. Menghubungkan (relate) 13. Membedakan (distinguish) 14.Mengungkapkan sebab (state causality) 1. Menerapkan suatu prinsip (applying a principle) 2. Membuat model (model building) 3. Mengevaluasi (evaluating) 4. Merencanakan (planning) 5. Memperhitungkan/meramalkan kemungkinan (extrapolating) 6. Memprediksi (predicting) 7.Menduga/Mengemukakan pendapat/ mengambil kesimpulan

1.

2.

Memproses (processing)

3.

Menerapkan Dan mengevaluasi

12

(inferring) 8. Meramalkan kejadian alam/sesuatu (forecasting) 9. Menggeneralisasikan (generalizing) 10. Mempertimbangkan /memikirkan kemungkinan-kemungkinan (speculating) 11. Membayangkan /mengkhayalkan/ mengimajinasikan (Imagining) 12. Merancang (designing) 13. Menciptakan (creating) 14. Menduga/membuat dugaan/ kesimpulan awal (hypothezing)

Pengembangan indikator harus mengakomodasi kompetensi sesuai tendensi yang digunakan SK dan KD. Jika aspek keterampilan lebih menonjol, maka indikator yang dirumuskan harus mencapai kemampuan keterampilan yang diinginkan. Klasifikasi kata kerja berdasarkan aspek kognitif, Afektif dan Psikomotorik disajikan dalam tabel 2, 3, dan 4. Tabel 2 : Kata Kerja Ranah Kognitif
Kode Kategori Jenis Perilaku Pengetahuan Kemampuan Internal Mengetahui Misalnya : Istilah Fakta Aturan Urutan Metode Kata-kata Kerja Operasional Mengidentifikasi Menyebutkan Memberi nama pada Menyusun daftar Menggaris bawahi Menjodohkan Memilih Memberikan definisi Menjelaskan Menguraiakan Merumuskan Merangkum Mengubah Memberikan contoh Menyadur Meramalkan Memperkirakan Menerangkan

C1

C2

Pemahaman

Menterjemahkan Menafsirkan Memperkirakan Menentukan.. Misalnya : Metode Prosedur Memahami.. Misalnya : Konsep Kaidah Prinsip Kaitan antara Fakta Isi pokok Mengartikan /Menginteprestasikan Misalnya : Tabel Grafik, Bagan

13

C3

Penerapan

C4

Analisa

Memecahkan masalah Membuat bagan & grafik Menggunakan. Misalnya : Metode/prosedur Konsep Kaidah Prinsip Mengenali kesalahan Membedakan.. Misalnya: Fakta dari interprestasi Data dari kesimpulan Menganalisa Misalnya : Struktur dasar Bagian-bagian Hubungan antara Menghasilkan Misalnya : Klasifikasi Karangan Kerangka teoritis Menyusun.. Misalnya : Rencana Skema Program kerja Menilai berdasarkan norma internal. Misalnya : Hasil karya seni Mutu karangan Mutu ceramah Program penataran Menilai berdasarkan norma eksternal.. Misalnya : Hasil karya seni Mutu karangan Mutu pekerjaan Mutu ceramah Program penataran Mempertimbangkan Misalnya : Baik-buruknya Pro-kontanya Untung ruginya

C5

Sintesa

C6

Evaluasi

Memperhitungkan Membuktikan Menghasilkan Menunjukan Melengkapi Menyediakan Menyesuaikan Menemukan Memisahkan Menerima Menyisihkan Menghubungkan Memilih Membandingkan Mempertentangkan Membagi Membuat diagram/skema Menunjukan hubungan antara Mengkategorikan Mengkombinasikan Mengarang Menciptakan Mendesain Mengatur Menyusun kenmbali Merangkaikan Menghubungkan Menyimpulkan Merancangkan Membuat pola Memperhitungkan Membuktikan Menghasilkan Menunjukan Melengkapi Menyediakan Menyesuaikan Menemukan

14

Tabel 2 : Ranah Afektif


Kode A1 Kategori Jenis Perilaku Menerima Kemampuan Internal Menunjukkan ..... Misal : Kesadaran Kemauan Perhatian Kepedulian Mengakui..... Misal : Kepentingan Perbedaan Mematuhi...... Misal : Peraturan Tuntutan Perintah Ikut serta secara aktif... Misal : Di laboratorium Dalam diskusi Kelompok belajar atau kelompok tertentu Kata-kata Kerja Operasional Memilih Memepertanyakan Mengikuti Memberi Menganuit Mematuhi Meminati Menjawab Membantu Mengajukan Mengkompromikan Menyenangi Menyambut Mendukung Menyetujui Menampilkan Melaporkan Mengatakan Memilih Menolak Mengansumsikan Menyakiti Melengkapi Meyakinkan Memperjelas Memprakarsai Mengundang Menggabungkan Mengusulkan Menekankan Menyumbang Menganut Mengubah Menata Mengklasifikasikan Mengkobinasikan Mempertahankan Membangun Membentuk pendapat Memadukan Mengelola Merembuk Mengubah perilaku Berakhlak mulia Mempengaruhi Mendengarkan Mengkualifikasi Melayani Menunjukan Memecahkan

A2

Menanggapi

A3

Menilai

Menerima suatu nilai Menyukai Menghargai.... Misal : karya seni Sumbangan ilmu Pendapat Bersikap (positif/negatif) Mengakui

A4

Mengelola

Membentuk sistem nilai Menangkap relasi antar nilai Mengintegrasikan nilai

A5

Menghayati

Menunjukan.... Misal : kepercayaaan diri Disiplin pribadi Kesadaran Mempertimbangkan Melibatkan diri

15

Tabel 3 : Ranah Psikomotorik


Kode Kategori Jenis Perilaku Peniruan Kemampuan Internal Kata-kata Kerja Operasional Mengaktifkan Menyesuaikan Menggabungkan Mengatur Mengumpulkan Menimbang Memperkecil Membangun Mengubah Membersihkan Mengoreksi Merancang Memilah Memperbaiki Mengidentifikasikan Mengisi Menempatkan Membuat Mereparasi Mencapur Mengalihkan Menggantikan Memutar Mengirim Memindahkan Mendorong Menarik Memproduksi Mengemas membungkus Mengalihkan Mempertajam Membentuk Memadankan Menggunakan Memulai Menyetir Menjeniskan Menempel Mensketsa Menimbang

P1

Menafsirkan rangsangan Meniru contoh

P2

Memanipulasi

Berkonsentrasi Memperagakan keterampilan Memilih tindakan

P3

Artikulasi

Mengkoordinasikan tindakan-tindakan

P4

Pengalamiahan

Melakukan tindakan secara alami

2) Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah karena indikator menjadi acuan dalam penilaian. Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari mata pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan indikator.
16

Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri dari aspek mendengar, membaca, berbicara dan menulis sangat berbeda dengan mata pelajaran matematika yang dominan pada aspek analisis logis. Guru harus melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada dokumen standar isi mengenai tujuan, ruang lingkup dan SK serta KD masing-masing mata pelajaran. minimal tersebut. Pengembangkan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta didik yang unik dan beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam intelegensi dan gaya belajar. Oleh karena itu indikator selayaknya mampu mengakomodir keragaman tersebut. Peserta didik dengan karakteristik unik visual-verbal atau psikokinestetik selayaknya diakomodir dengan penilaian yang sesuai sehingga kompetensi siswa dapat terukur secara proporsional. Karakteristik sekolah dan daerah menjadi acuan dalam pengembangan indikator karena target pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah kategori tertentu yang melebihi standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi. Termasuk sekolah bertaraf internasional dapat mengembangkan indikator dari SK dan KD dengan mengkaji tuntutan kompetensi sesuai rujukan standar internasional yang digunakan. Sekolah dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan dalam mengembangkan indikator. 3) Menganalisis Kebutuhan dan Potensi Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah dan daerah perlu dianalisis untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator. Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta didik, lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Peserta didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya, termasuk tingkat potensi yang diraihnya. Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu sekolah di masa yang akan datang, sehingga diperlukan informasi hasil analisis potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui pengembangan indikator. 4) Merumuskan Indikator Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: 1) Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator

17

2) Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi, yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD 3) Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hierarki kompetensi dasar 4) Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran, sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai. 5) Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif dan atau psikomotorik 6) Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi Contoh : KD : Menjelaskan tanggapan bangsa terdahulu terhadap misi perjuangan nabi Muhammad untuk semua. Menjelaskan merupakan tingkat kompetensi Tanggapan bangsa terdahulu terhadap misi perjuangan nabi Muhammad untuk semua merupakan materi untuk pencapaian tingkat kompetensi yang diharapkan. D. Mengembangakan Indikator Penilaian Pengertian Indikator Penilaian Indikator penilaian merupakan pengembangan lebih lanjut dari indikator (indikator pencapaian kompetensi). Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk dijadikan pedoman penilaian bagi guru, peserta didik maupun evaluator di sekolah. Dengan demikian indikator penilaian bersifat terbuka dan dapat diakses dengan mudah oleh warga sekolah. Setiap penilaian yang dilakukan melalui tes dan non-tes harus sesuai dengan indikator penilaian. Indikator penilaian menggunakan kata kerja lebih terukur dibandingkan dengan indikator (indikator pencapaian kompetensi). Rumusan indikator penilaian memiliki batasan-batasan tertentu sehingga dapat dikembangkan menjadi instrumen penilaian dalam bentuk soal, lembar pengamatan, dan atau penilaian hasil karya atau produk, termasuk penilaian diri. Manfaat Indikator Penilaian Indikator Penilaian bermanfaat bagi : 1. Guru dalam mengembangkan kisi-kisi penilaian yang dilakukan melalui tes (tes tertulis seperti ulangan harian, ulangan tengah

18

semester, dan ulangan akhir semester, tes praktik, dan/atau tes perbuatan) maupun non-tes. 2. Peserta didik dalam mempersiapkan diri mengikuti penilaian tes maupun non-tes. Dengan demikian siswa dapat melakukan self assessment untuk mengukur kemampuan diri sebelum mengikuti penilaian sesungguhnya. 3. Pimpinan sekolah dalam memantau dan mengevaluasi keterlaksanaan pembelajaran dan penilaian di kelas. 4. Orang tua dan masyarakat dalam upaya mendorong pencapaian kompetensi siswa lebih maksimal. E. Daftar kata kerja operasional untuk menyusun Indikator 1) Ranah Afektif
Pengetahuan Mengutip Menyebutkan Menjelaskan Menggambar Membilang Mengidentifikasi Mendaftar Menunjukkan Memberi label Memberi indeks Memasangkan Menamai Menandai Membaca Menyadari Menghafal Meniru Mencatat Mengulang Mereproduksi Meninjau Memilih Menyatakan Mempelajari Mentabulasi Memberi kode Menelusuri Menulis Pemahaman Memperkirakan Menjelaskan Mengkategorikan Mencirikan Merinci Mengasosiasikan Membandingkan Menghitung Mengkontraskan Mengubah Mempertahankan Menguraikan Menjalin Membedakan Mendiskusikan Menggali Mencontohkan Menerangkan Mengemukakan Mempolakan Memperluas Menyimpulkan Meramalkan Merangkum Menjabarkan Penerapan Menugaskan Mengurutkan Menentukan Menerapkan Menyesuaikan Mengkalkulasi Memodifikasi Mengklasifikasi Menghitung Membangun Membiasakan Mencegah Menentukan Menggambarkan Menggunakan Menilai Melatih Menggali Mengemukakan Mengadaptasi Menyelidiki Mengoperasikan Mempersoalkan Mengkonsepkan Melaksanakan Meramalkan Memproduksi Memproses Analisis Menganalisis Mengaudit Memecahkan Menegaskan Mendeteksi Mendiagnosis Menyeleksi Merinci Menominasikan Mendiagramkan Megkorelasikan Merasionalkan Menguji Mencerahkan Menjelajah Membagankan Menyimpulkan Menemukan Menelaah Memaksimalkan Memerintahkan Mengedit Mengaitkan Memilih Mengukur Melatih Mentransfer Sintesis Mengabstraksi Mengatur Menganimasi Mengumpulkan Mengkategorikan Mengkode Mengombinasikan Menyusun Mengarang Membangun Menanggulangi Menghubungkan Menciptakan Mengkreasikan Mengoreksi Merancang Merencanakan Mendikte Meningkatkan Memperjelas Memfasilitasi Membentuk Merumuskan Menggeneralisasi Menggabungkan Memadukan Membatas Mereparasi Penilaian Membandingkan Menyimpulkan Menilai Mengarahkan Mengkritik Menimbang Memutuskan Memisahkan Memprediksi Memperjelas Menugaskan Menafsirkan Mempertahankan Memerinci Mengukur Merangkum Membuktikan Memvalidasi Mengetes Mendukung Memilih Memproyeksikan

19

2) Ranah Afektif
Menerima Memilih Mempertanyakan Mengikuti Memberi Menganut Mematuhi Meminati Menanggapi Menjawab Membantu Mengajukan Mengompromikan Menyenangi Menyambut Mendukung Menyetujui Menampilkan Melaporkan Memilih Mengatakan Memilah Menolak Menilai Mengasumsikan Meyakini Melengkapi Meyakinkan Memperjelas Memprakarsai Mengimani Mengundang Menggabungkan Mengusulkan Menekankan Menyumbang Mengelola Menganut Mengubah Menata Mengklasifikasikan Mengombinasikan Mempertahankan Membangun Membentuk pendapat Memadukan Mengelola Menegosiasi Merembuk Menghayati Mengubah perilaku Berakhlak mulia Mempengaruhi Mendengarkan Mengkualifikasi Melayani Menunjukkan Membuktikan Memecahkan

3) Ranah Psikomotorik
Menirukan Mengaktifkan Menyesuaikan Menggabungkan Melamar Mengatur Mengumpulkan Menimbang Memperkecil Membangun Mengubah Membersihkan Memposisikan Mengonstruksi Memanipulasi Mengoreksi Mendemonstrasikan Merancang Memilah Melatih Memperbaiki Mengidentifikasikan Mengisi Menempatkan Membuat Memanipulasi Mereparasi Mencampur Pengalamiahan Mengalihkan Menggantikan Memutar Mengirim Memindahkan Mendorong Menarik Memproduksi Mencampur Mengoperasikan Mengemas Membungkus Artikulasi Mengalihkan Mempertajam Membentuk Memadankan Menggunakan Memulai Menyetir Menjeniskan Menempel Menseketsa Melonggarkan Menimbang

F. Contoh Indikator dengan Kata Kerja Ranah kognitif


Kompetensi Dasar 1.1 Mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi dan peran virus dalam kehidupan 1.2 Menyajikan ciri-ciri umum filum dalam Kingdom Protista dan perannya bagi kehidupan 1.3 Mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, ekosistem, melalui kegiatan pengamatan 1.4 Mendeskripsikan peran komponan ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan. Indikator Mendeskripsikan ciri-ciri virus Membandingkan ciri virus dan ciri hewan/tumbuhan Mengelompokkan contoh Protista yang diamati Menyimpulkan pengertian keanekaragaman hayati Menentukan tingkat keanekaragaman berdasarkan hasil pengamatan. Menghubungkan pengertian rantai makanan, jaring-jaring makanan, piramida ekologi, siklus materi dan daur energi Kode C1 C2 C5

C6 C3

C4

20

BAB II Pengembangan Silabus


A. Pengertian silabus Secara sederhana silabus dapat diartikan sebagai rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang digunakan oleh setiap satuan pendidikan, berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP).12 Silabus berisi rencana dan pengaturan tentang implementasi kurikulum , yang mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas. Silabus merupakan kerangka inti dari setiap kurikulum yang sedikitnya memuat tiga komponen utama sebagai berikut : 1) Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. 2) Kegiatan yang harus dilakukan untuk menamkan atau membentuk kompetensi tersebut. 3) Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dimiliki peserta didik.13 B. Tiga cara pengembangan silabus Pengembangan silabus dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu : 1) Mengembangkan silabus sendiri ; Bagi sekolah yang sudah mampu mengembangkan silabus sendiri, dan didukung oleh sumber daya, sumber dana, serta fasilitas yang memadai. 2) Menggunakan model silabus yang dikembangkan oleh BSNP ; Bagi sekolah yang belum mampu mengembangkannya secara mandiri 3) Menggunakan silabus dari sekolah lain ; Bagi sekolah yang belum mampu mengembangkannya secara mandiri. Pengembangan silabus sebaiknya dilakukan dengan melibatkan para ahli atau instansi yang relevan di daerah setempat, seperti tokoh masyarakat, instansi pemerintah, instansi swasta serta perguruan tinggi. Jika sekolah atau satuan pendidikan memerlukan bantuan dan bimbingan teknis untuk penyusunan silabus, dapat mengajukan permohonan kepada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Pusat Pengembangan Kurikulum (Puskur), atau ke Badan
12

Mulyasa. Implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara. 2009. Hal. 132-133. 13 Ibid, hal. 133

21

penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Pendidikan Nasional di jakarta. Jika kedua cara yang disebutkan terakhir yang menjadi alternatif, maka guru dan kepala sekolah harus menyesuaikan kurikulum tersebut, serta menganalisis nya dengan cara memilah dan memilih setiap kompetensi dasar disesuaikan dengan kondisi masing masing sekolah. Proses pengembangan silabus seperti yang sikemukakan siatas sah-sah saja dan diperbolehkan oleh pemerintah. Akan tetapi proses pengembangan silabus tersebut harus diadaptasikan, dimodifikasi, ditambah, dan dikurangi sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. C. Prinsip pengembangan silabus Untuk memperoleh silabus yang baik, dalam penyusunan silabus perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Di samping itu, strategi pembelajaran yang dirancang dalam silabus perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran dan teori belajar. 2. Relevan Relevansi mengandung arti cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dan kompetensi dasar dalam silabus harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, baik tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. Prinsip ini mendasari pengembangan silabus, baik dalam pemilihan materi pembelajaran, strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, penetapan waktu, strategi penilaian maupun dalam mempertimbangkan kebutuhan media dan alat pembelajaran. Relevansi juga mengandung arti kesesuaian dan keserasian antara silabus dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat pemakai lulusan, serta kebutuhan dunia kerja. Dengan demikian lulusan suatu lembaga pendidikan diharapkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja, baik secara kuantitas dan kualitas. 3. Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. SK dan KD merupakan acuan utama dalam pengembangan silabus. Dari kedua komponen ini, ditentukan indikator pencapaian, dipilih materi pembelajaran yang diperlukan, strategi pembelajaran yang sesuai, kebutuhan waktu dan media, serta teknik dan instrumen penilaian yang tepat untuk mengetahui pencapaian kompetensi tersebut.

22

4) Konsistensi Konsistensi dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa antara Standar Kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, serta teknik dan instrumen penilaian memiliki hubungan yang konsisten dalam membentuk kompetensi peserta didik. 5) Memadai Memadai dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilakukan dapat mencapai kompetensi dasar (KD) yang telah ditetapkan. Dengan prinsip ini, maka tuntutan kompetensi harus dapat terpenuhi dengan pengembangan materi pembelajaran yang dikembangkan. Sebagai contoh, jika SK dan KD menuntut kemampuan menganalisis suatu obyek belajar, maka indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan teknik serta instrumen penilaian harus secara memadai mendukung kemampuan untuk menganalisis. Disamping itu, prinsip memadai juga berkaitan dengan sarana dan prasarana, yang berarti bahwa kompetensi dasar yang dijabarkan dalam silabus, pencapainnya ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. 6) Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. Banyak fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi dan dapat mendukung kemudahan dalam menguasai kompetensi perlu dimanfaatkan dalam pengembangan pembelajaran. Di samping itu, penggunaan media dan sumber belajar berbasis teknologi informasi, seperti komputer dan internet perlu dioptimalkan, tidak hanya untuk pencapaian kompetensi, melainkan juga untuk menanamkan kebiasaan mencari informasi yang lebih luas kepada peserta didik. 7) Fleksibilitas Fleksibilitas dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, seta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.14 (BSNP, 2006:20) Dengan fleksibilitas, keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan kebutuhan masyarakat.
14

Ibid, 139.

23

Fleksibilitas silabus ini memungkinkan pengembangan dan penyesuaian silabus dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Guru sebagai pelaksana kurikulum, tidak mutlak harus menyajikan program dengan konfigurasi seperti dalam silabus (dokumen tertulis), tetapi dapat mengakomodasi dan mengelaborasi berbagai ide baru atau memperbaiki berbagai ide-ide sebelumnya. 8) Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Prinsip ini hendaknya dipertimbangkan, baik dalam mengembangkan materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, maupun penilaiannya. Kegiatan pembelajaran dalam silabus perlu dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kemampuannya, bukan hanya kemampuan kognitif saja, melainkan juga dapat mempertajam kemampuan afektif dan psikomotoriknya serta dapat secara optimal melatih kecakapan hidup (life skill). D. Lima langkah pening pengembangan silabus 1. Perencanaan Dalam perencanaan ini, tim pengembang harus mengumpulkan informasi dan referensi, serta mengidentifikasi sumber belajar termasuk narasumber yang diperlukan dalam pengembangan silabus. 2. Pelaksanaan Pengembangan silabus dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Mengisi kolom identitas Contoh : cara mengisi kolom silabus SILABUS Nama Sekolah : SMAN 40 Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : 11/2 Alokasi Waktu : 12x35 menit b) Mengkaji dan menganalisis Stnadar Kompetensi Mengkaji dan menganalisi standar kompetensi mata pelajaran sebagaimana tercantum pada standar isi dengan memperhatikan halhal berikut: 1. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada dalam Standar Isi (SI)

24

2. Keterkaitan antara SK dan KD dalam mata pelajaran 3. Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran c) Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Dasar Mengkaji dan menganalisi standar kompetensi mata pelajaran sebagaimana tercantum pada standar isi dengan memperhatikan halhal berikut: 1. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada dalam Standar Isi (SI) 2. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran. 3. Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran. d) Merumuskan Indikator keberhasilan Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Indikator dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, dekat ke jauh, dan dari konkret ke abstrak. Kata kerja operasional pada KD benar-benar terwakili dan teruji akurasinya pada deskripsi yang ada di kata kerja operasional indikator. e) Mengidentifikasi materi pembelajaran Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut15: 1. Potensi peserta didik; 2. Karakteristik mata pelajaran; 3. Relevansi dengan karakteristik daerah; 4. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spritual peserta didik; 5. kebermanfaatan bagi peserta didik; 6. Struktur keilmuan; 7. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; 8. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan 9. Alokasi waktu.
15

(http://mahmuddin.wordpress.com/2012/05/24/pengembangan-silabus-pembelajaran-dalam-ktspbsnp-2007/)

25

f) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah: 1. Disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. 2. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai KD. 3. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran. 4. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik, yaitu kegiatan peserta didik dan materi. g) Menentukan penilaian Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan penilaian, yaitu sebagai berikut : 1. Penilain dilakukan unruk mengukur pencapaian kompetensi 2. Menggunakan acuan kriteria 3. Menggunakan sistem penilaian berkelanjutan 4. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. 5. Sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran. h) Alokasi waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu yang

26

dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan peserta didik untuk menguasai KD. i) Memilih dan menetapkan sumber belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Sumber belajar dipilih dan ditetapkan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, indikator kompetensi, serta materi pokok dan kegiatan pembelajaran. 3. Penilaian Penilaian silabus harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan, dengan menggunakan model-model penilaian. Misalnya mengguanakan model CIPP (Conect,Input,Proses,Product) dari Suffle Beam. Penilaian silabus ini dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas silabus terutama dalam kaitannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) serta tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 4. Revisi Draf silabus yang telah dikembangkan perlu diuji kelayakannya melalui analisis kualitas silabus, penilaian ahli, dan uji lapangan. Berdasarkan hasil uji kelayakan kemudian dilakukan revisi. Revisi ini pada hakikatnya perlu dilakukan secara kontinu dan berkesinambungan, sejak awal penyusunan draf sampai silabus tersebut dilaksanakan dalam situasi belajar yang sebenarnya. Revisi silabus dalam menukseskan implementasi KTSP juga harus dilakukan setiap saat, sebagai aktualisasi dari peningkatan kualitas yang berkelanjutan. 5. Pengembangan silabus berkelanjutan Dalam implementasi KTSP, pengembangan silabus harus dilakukan secara berkesinambungan, kemudian dijabarkan kedalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memerhatikan masukan hasil evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik, evaluasi proses pembelajaran, dan evaluasi program/rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, pengembangan silabus merupakan suatu siklus yang berkesinambungan dan dilakukan secara terus menerus , disesuaika dengan karakteristik peserta didik, kondisi lingkungan, kebutuhan masyarakat, perkembangan zaman, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

27

E. Format silabus Contoh Format Silabus FORMAT SILABUS Nama sekolah : Mata Pelajaran : Kelas/Semester : Alokasi Waktu : Standar Kompetensi :
Kompetensi Dasar (1) indikator (2) Materi Pembelajaran (3) Kegiatan Belajar (4) Penilaian (5) Alokasi Waktu (6) Sumber Belajar (7)

F. Contoh Silabus SILABUS


Mata Pelajaran Kelas/Program Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar
1.1 Mengidentifika si ruang lingkup Biologi

: Biologi :X :1 : 1. Memahami hakikat Biologi sebagai ilmu. : 1.1 Mengidentifikasi ruang lingkup Biologi
Materi Pembelajaran Kegiatan Belajar
Melakukan pengamatan kegiatan yang berkaitan dengan biologi Diskusi tentang karakteristik ilmu biologi di antara ilmu sain lainnya Menggali informasi dari berbagai sumber informasi tentang manfaat mempelajari ilmu biologi terhadap dirinya dan lingkungannya dalam kehidupan

indikator
Menjelaskan karakteristik ilmu biologi Menjelaskan apa yang dikaji oleh ilmu Biologi. Menunjukkan kedudukan dan keterkaitan biologi dengan ilmu yang lain

Penilaian
Jenis tagihan: Tugas individu, tugas kelompok, Performans, ulangan. Bentuk tagihan: Produk, unjuk kerja, pengamatan sikap, pilihan ganda, urainan

Alokasi Waktu
2 X 45

Sumber Belajar
Sumber: Buku Paket. Alat: OHP/Komputer/ LCD, VCD/CD player. Bahan: LKS, Bahan Presentasi, gambar-gambar masalah biologi, charta keilmuan.

Ruang lingkup Biologi. o Biologi sebagai ilmu dan kedudukannya. Biologi merupakan ilmu yang mengkaji makhluk hidup dengan segala permasalahannya. Biologi bagian dari sains yang memiliki karakteristik yang sama dengan ilmu sains lainnya. Ruang lingkup biologi meliputi objek biologi dan permasalahannya dari berbagai tingkat organisasi kehidupan (sel, jaringan, organ, sistem organ, individu,populasi, komunitas, ekosistem, biosfer). Biologi menentukan perkembangan teknologi.

28

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Menurut taksonomi Bloom, tujuan pendidikan dibagi menjadi 3 domain (ranah), yaitu: a) Ranah Kognitif : berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual. b) Ranah Afektif : berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi. c) Ranah Psikomotor : berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik. Dalam penyusunan Indikator, perlu diperhatikan hal-hal berikut : 1. Menganalisis tingkat kompetensi dalam SK dan KD 2. Menganalisis karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah 3. Menganalisis kebutuhan dan 4. Merumuskan Indikator : Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi Indikator menggambarkan hierarki kompetensi dasar Indikatordapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran Rumusan indikator mencakup ranah kognitif, afektif dan atau psikomotorik Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi 5. Mengembangakan Indikator Penilaian Dalam pengembangan Silabus perlu dipahami hal-hal berikut : 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan : Mengisi kolom identitas Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar Mengembangkan indikator kompetensi hasil belajar Mengidentifikasi materi standar Mengembangkan pengalaman/kegiatan belajar mengajar (standar proses) Menentukan jenis penilaian Alokasi waktu Menetukan sumber belajar 3. Penilaian 4. Revisi 5. Pengembangan silabus berkelanjutan 4.2 Saran Dalam pembuatan makalah Strategi Pembelajaran sebaiknya mencari referensi sebanyak mungkin dari berbagai sumber, dan mencari teori teori dari berbagai ahli agar pembuatan makalah lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan
29

You might also like