You are on page 1of 17

190

SESI/PERKULIAHAN KE : 9
I. Bahan Bacaan
1. Bose, B. K. Power Electronics and AC Drives. New Jersey : Prentice-Hall.
1986, Bab IV dan V.
2. Rashid, M. H. Power Electronics (Circuits, Devices, and Applications). 2
nd

Edition. New Jersey : Prentice Hall International, Inc, 1993, Bab X.
II. Bacaan Tambahan
1. Berde, M. S. Thyristor Engineering. (An Introductory Book on Converters,
Inverters, Motor Drives and Other Applications of Thyristors in Electrical
Control of Power). Third Edition. Delhi : Khanna Publishers. 1984, Bab
XI.
2. Chute, G. M, and R. D. Chute. Electronics in Industry. Fifth Edition.
Singapore : McGraw-Hill Book Company. 1986, Bab XXIV.
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan prinsip kerja konversi daya dc ke ac satu-fasa.
2. Menyelesaikan perhitungan mengenai inverter satu-fasa.
3. Merancang inverter satu-fasa.
Pokok Bahasan : Konversi Daya dc ke ac
Deskripsi Singkat: Dalam pertemuan ini Anda akan mempelajari inverter
satu-fasa setengah-jembatan maupun jembatan-penuh.
Dengan mempelajari pokok bahasan tersebut maka
Anda akan mampu menyelesaikan perhitungan dan
merancang beberapa peralatan yang berhubungan
dengan konversi daya dc ke ac, khususnya inverter satu-
fasa.
191
3. Datta, S.K. Power Electronics and Controls. Virginia : Reston Publishing
Company, Inc. 1985, Bab VII.
4. Davis, R. M. Power Diode and Thyristor Circuits. London : Cambridge at
the University Press, and the Institution of Electrical Engineers. 1971, Bab
VII dan VIII.
5. Ono, E., et al. Introduction to Power Electronics. Oxford : Clarendon Press,
1988, Bab V.
6. Pearman, R. A. Power Electronics. (Solid State Motor Control). Virginia :
Reston Publishing Company, Inc. 1981, Bab VI.
III. Pertanyaan Kunci
Ketika Anda membaca bahan-bahan bacaan, gunakanlah pertanyaan berikut
untuk memandu Anda : Ada berapa macam inverter satu-fasa ?
IV. Tugas
Carilah peralatan elektronik apa saja yang menerapkan konverter dc ke ac
seperti inverter satu-fasa !
192
BAB IV
KONVERSI DAYA DC KE AC
4.1 PENDAHULUAN
Inverter dikenal pula dengan nama konverter dc ke ac. Jadi fungsi inverter
adalah mengubah tegangan masukan dc ke tegangan keluaran ac sesuai dengan
besar (magnitude) dan frekuensi yang diinginkan. Tegangan maupun frekuensi
keluaran dapat bersifat tetap (fixed) atau variabel.
Ada dua cara dalam menghasilkan tegangan keluaran inverter yang
variabel. Pertama, tegangan dc masukan divariasikan sambil menjaga penguatan
(gain) inverter konstan. Kedua, jika tegangan dc masukan konstan atau tak dapat
dikontrol, maka penguatan inverterlah yang divariasikan. Pengaturan penguatan
pada inverter biasanya dilakukan oleh kontrol modulasi lebar pulsa (PWM, pulse
width modulation). Penguatan inverter didefenisikan sebagai perbandingan antara
tegangan keluaran ac terhadap tegangan masukan dc.
Sebuah inverter yang ideal akan menghasilkan gelombang sinus murni.
Namun secara praktis gelombang keluaran yang dihasilkan adalah non-sinus
serta mengandung harmonik-harmonik tertentu. Gelombang tegangan keluaran
yang berupa gelombang-persegi (square wave) atau gelombang persegi semu
(quasi square wave) dapat memadai pada level daya menengah dan rendah, tetapi
untuk level daya besar maka dipersyaratkan inverter mempunyai keluaran berupa
sinus dengan cacat (harmonik) sekecil mungkin. Hal ini dapat dicapai karena
adanya piranti semikonduktor daya berkecepatan tinggi melalui teknik
penyaklaran (switching techniques).
Inverter banyak digunakan pada aplikasi industri misalnya motor ac
putaran variabel, suplai daya siaga (standby power supply), serta suplai daya
kontinu (uninterruptible power supplies). Masukan inverter dapat berupa baterai,
sel bahan bakar, sel surya, atau sumber dc lainnya.
193
4.2 KLASIFIKASI INVERTER
Secara luas inverter dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kategori yaitu :
1. Inverter satu-fasa
2. Inverter tiga-fasa
Bergantung pada penerapannya, masing-masing tipe tersebut di atas dapat
menggunakan piranti turn-on dan turn-off terkontrol seperti BJT (bipolar junction
transistor), MOSFET. IGBT (insulated-gate bipolar transistor), MCT (MOS-
controlled thyristor), SIT (static induction thyristor), atau GTO (gate turn-off
thyristor). Inverter-inverter tersebut umumnya memakai signal kontrol PWM
untuk menghasilkan tegangan keluaran ac.
Inverter dapat pula dikelompokkan ke dalam kategori sebagai berikut :
a. Voltage-fed inverter (VFI)
b. Current-fed inverter (CFI)
c. Variable dc linked inverter (VDLI)
Pada VFI tegangan masukan tetap konstan, sedangkan pada CFI arus
masukan tetap konstan. Pada VDLI, tegangan masukan dapat dikontrol.
Rangkaian VFI dan CFI dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
Gambar 4.1 Suatu voltage-fed inverter. (a) Masukan tetap. (b) Masukan variabel.
s
V
o
v
o
i
s
i
(a)
s
V
o
v
o
i
s
i
(b)
194
Gambar 4.2 Suatu current-fed inverter. (a) Masukan tetap. (b) Masukan variabel.
4.3 INVERTER SATU-FASA
4.3.1 INVERTER SETENGAH-JEMBATAN BERBEBAN RESISTIF
Pada umumnya inverter memakai sumber dc 3-kawat, seperti yang
diperlihatkan dalam Gambar 4.3(a), tetapi sumber tegangan dc 2-kawat dapat pula
dipakai asalkan dilengkapi dengan 2 buah kapasitor yang sama nilai
kapasitansinya (C
1
= C
2
) sebagai pembagi tegangan dan pembentuk kaki-tengah
atau centre-tap (titik G) seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.4(a). Dengan
demikian masing-masing kapasitor akan menanggung tegangan sebesar
2
V
s
.
Centre-tap tersebut akan menjadi salah satu terminal dari beban. Dalam Gambar
4.4(a), transistor Q1 dan Q2 disulut bergantian dengan selang waktu yang sama,
dan masing-masing konduksi selama
2
T
o
(atau ekivalen dengan et
on
= 180).
Gambar 4.3 memperlihatkan inverter satu-fasa setengah-jembatan yang
memakai sumber tegangan dc 3-kawat serta bentuk-bentuk gelombang dari
besaran-besaran dalam inverter tersebut.
s
I
o
v
o
i
(a)
o
v
o
i
(b)
s
I
195
4.3.1.1 Prinsip Kerja
Jika hanya transistor Q1 konduksi selama
2
T
o
maka tegangan keluaran
sesaat yang terjadi adalah v
o
=
2
V
s
. Apabila hanya transistor Q2 konduksi selama
2
T
o
maka tegangan keluaran sesaat adalah v
o
=
2
V
s
. Dari gambar 4.3(a) dapat
diketahui bahwa PRBV (peak reverse blocking voltage) masing-masing transistor
adalah V
S
.
Gambar 4.3 Inverter satu-fasa setengah-jembatan dengan masukan sumber
tegangan 3-kawat. (a) Diagram rangkaian. (b) Bentuk-bentuk
gelombang untuk beban resistif.
Beban
o
v
o
i
+

G
a
1 Q
2 Q
2
V
s
2
V
s

o
v
t
0
2
T
o
o
T
R 2 / V
s
o
i
t
0
R 2 / V
s

1
i
2
i
R 2 / V
s
t
0
1
i
2
T 3
o
2
T
o o
T
R 2 / V
s
t
0
2
T 3
o
2
i
(a) (b)
s
V
196
4.3.1.2 Harga Efektif
Harga efektif tegangan keluaran atau tegangan beban disimbolkan dengan V
o
,
yaitu :
2
o
V =
o
T / 2
2
S
o 0
2
(V / 2) dt
T

............................................................. (4-1)
Jadi :
V
o
=
2
V
s
...................................................................................... (4-2)
Dalam bentuk deret Fourier, tegangan V
o
dapat dinyatakan sebagai :
v
o
=
S
n 1, 3, 5,
2V
sin (n t)
n

=
e
t

............................................................ (4-3)
= 0 untuk n = 2, 4, 6, ...
dalam hal ini :
= 2tf
o
= frekuensi sudut dari tegangan keluaran (rad/s)
f
o
=
o
1/ T = frekuensi dari tegangan keluaran (Hz)
Komponen fundamental didapatkan dengan mengambil n = 1 pada persamaan (4-
3), sehingga :
v
1
=
S
2V
sin t e
t
........................................................................... (4-4)
Harga efektif dari komponen fundamental adalah :
V
1
=
S
2V
2 t
= 0,4502 V
S .................................................................................................
(4-5)
4.3.2 INVERTER SETENGAH-JEMBATAN BERBEBAN INDUKTIF
Gambar 4.4(b) dan 4.4(c) memperlihatkan bentuk gelombang arus beban
jika berbeban induktif dan induktif murni.
Pengaruh dari beban induktif adalah sebagai berikut. Jika transistor Q1
dipadamkan pada t = T
o
/2 maka arus beban tidak langsung negatif (seperti pada
beban resistif), tetapi berlanjut mengalir melalui jalur : dioda D
2
beban
kapasitor C
2
, serta menurun secara eksponensial hingga mencapai nol. Ketika arus
sudah nol, selanjutnya Q2 akan konduksi sampai t = T
o
.
197
Gambar 4.4 Inverter satu-fasa setengah-jembatan dengan sumber tegangan 2-
kawat. (a) Diagram rangkaian. (b) Bentuk gelombang arus beban
untuk beban nduktif. (c) Bentuk gelombang arus beban untuk beban
induktif murni.
Jika pada t = T
o
transistor Q2 dipadamkan maka arus i
o
yang negatif
masih akan mengalir melalui jalur : dioda D1 kapasitor C
1
beban, serta
menurun secara eksponensial hingga mencapai nol. Ketika arus ini sudah nol,
selanjutnya transistor Q1 akan konduksi sampai t = 3T
o
/2. Demikian seterusnya
proses akan berlanjut.
Ketika dioda D
1
dan D
2
konduksi maka kedua sumber tegangan dc (dalam
hal ini diwakili oleh kapasitor C
1
dan kapasitor C
2
) akan menyerap arus, jadi ada
energi yang dikembalikan (diumpan balik ke sumber ). Oleh sebab itu kedua
dioda yang digunakan disini disebut dioda umpan balik (feed back diodes).
Bergantung pada faktor daya beban, atau perbandingan antara 2tfL
terhadap R dalam beban, maka lama konduksi dari transistor berkisar antara T
o
/4
sampai T
o
/2 (atau setara antara et
on
= 90 sampai et
on
= 180). Lama konduksi
yang tersingkat dicapai pada beban induktif murni, yaitu t
on
= T
on
/4. Jika transistor
diganti dengan GTO atau tiristor terkomutasi-paksa lainnya maka waktu padam
(t
q
) dari tiristor harus diperhitungkan. Dengan demikian lama konduksi
maksimum dari piranti bukan lagi T
o
/2 tetapi (
q
o
t
2
T
). Ini dimaksudkan untuk
mencegah kondisi hubung singkat antara kedua tiristor yang dapat terjadi bila
Induktif
Beban
o
v
o
i
a
1 Q
2 Q
1
I
o
i
t
0
fL 8 / V
s
o
i
t
0
1
i
2
i
(a) (c)
s
V
2 /
o
T
o
T
2 / T
o
fL 8 / V
s

4 / T
o
4 / T 3
o
(b)
o
T
2
I
x
t
x
t
o
T +
1 D
2 D
1
C
2
C
198
tidak ada beda waktu (delay time). Arus beban (i
o
) pada beban induktif ini dapat
dinyatakan dalam deret Fourier sebagai berikut :
i
o
=
S n
2 2
n 1, 3, 5,
2V sin (n t )
n R (n L)

=
e m
t + e

.................................................. (4-6)
dalam hal ini :
m
n
= tan
-1
(
R
L ne
)
Jika i
o1
adalah komponen fundamental (n =1) dari i
o
maka dapat ditulis :
i
o1
= ) t sin(
) L ( R
V 2
1
2 2
s
m e
e + t
................................................ (4-7)
Terlihat bahwa harga maksimum (amplitudo) dari gelombang i
o1
adalah :
I
o1(max
) =
2 2
s
) L ( R
V 2
e + t
.......................................................... (4-8)
Jika I
o1
adalah harga rms dari i
o1
maka dapat ditulis :
I
o1
=
2 2
s
) L ( R
2 / V 2
e + t
=
S
2 2
0, 4502 V
R ( L) + e
........................................ (4-9)
Daya output untuk komponen fundamental (n = 1) adalah :
P
o1
=
2
1 o
I R = V
1
I
o1
cos m
1
=
2
S
2 2
(0, 4502 V ) R
R ( L) + e
............................ (4-10)
4.3.3 BEBERAPAPARAMETER UNJUK KERJA (PERFORMANCE
PARAMETERS)
4.3.3.1 Faktor Harmonik dari harmonik ke-n (HF
n
)
Faktor harmonik merupakan ukuran dari seberapa besar pengaruh
harmonik secara individual.
HF
n
=
1
n
V
V
............................................................................ (4-11)
dalam hal ini :
199
V
n
= harga rms dari komponen harmonik ke-n
V
1
= harga rms dari komponen fundamental (n = 1) atau komponen ke-1
4.3.3.2 Cacat Harmonik Total (total harmonic distortion, THD)
Cacat harmonik total merupakan ukuran dari miripnya bentuk suatu
komponen harmonik terhadap bentuk komponen fundamental dari suatu
gelombang. THD dapat dirumuskan sebagai berikut.
THD =

= ,... 4 , 3 , 2 n
2
n
1
V
V
1
.................................................................... (4-12)
4.3.3.3 Faktor Cacat (distortion factor, DF)
THD yang telah disebutkan di atas menunjukkan kandungan harmonik
total tetapi tidak dapat menunjukkan seberapa besar level dari masing-masing
komponen harmonik. Faktor cacat dapat mengindikasikan jumlah komponen cacat
yang tetap tinggal pada suatu bentuk gelombang tertentu setelah dibagi dengan n
2
.
DF =

=
|
.
|

\
|
,... 4 , 3 , 2 n
2
2
n
1
n
V
V
1
.......................................................... (4-13)
4.3.3.4 Faktor Cacat secara Individual(DF
n
)
Faktor cacat secara individual (DFn) dari harmonik ken dapat
didefenisikan sebagai :
DF
n
=
1
2
n
V n
V
............................................................................ (4-14)
4.3.3.5 Harmonik Orde Terendah(lowest order harmonic, LOH)
Harmonik orde terendah didefinisikan sebagai komponen harmonik yang
frekuensinya paling mendekati frekuensi komponen fundamental serta
amplitudonya lebih besar atau sama dengan 3% dari amplitudo komponen
fundamental (HF
n
> 3%).
200
CONTOH 4-1 :
Dari inverter satu-fasa setengah-jembatan pada Gambar 4.3(a) diketahui : R =
2,4 O dan tegangan input dc V
s
= 48 volt. Tentukanlah :
a). Harga rms komponen dasar dari tegangan output (V
1
).
b). Arus rata-rata tiap transistor.
c). PRBV masing-masing transistor.
d). DF
Pembahasan :
a). Menurut persamaan (4-5) :
V
1
= 0,4502 V
s
= 0,4502 x 48 V = V 64 , 21
b). Jika I
T(max)
adalah arus maksimum dalam tiap transistor, dan karena masing-
masing transistor konduksi selama setengah periode, maka harga rata-rata
arus tiristor adalah :
I
T(av)
=
2
I
(max) T
=
R 4
V
s
=
4 , 2 . 4
48
= A 5
c). PRBV tiap transistor yang tidak konduksi menurut Gambar 4.3(a) adalah :
PRBV = V
s
= V 48
d). Menurut persamaan (4-13) :
DF =
2
n
2
n 3,5,... 1
V 1
V n

=
| |
|
\ .

=
2 2 2
3 5 7
2 2 2
1
V V V 1
V 3 5 7
| | | | | |
+ + +
| | |
\ . \ . \ .
Tetapi dari persamaan (4-3) dapat diketahui bahwa :
V
3
=
1
V
3
, V
5
=
1
V
5
, V
7
=
1
V
7
, dan seterusnya
sehingga :
DF =
2 2 2
3 3 3
1 1 1
3 5 7
| | | | | |
+ + +
| | |
\ . \ . \ .
~ 0,03804 = % 804 , 3
201
4.3.4 INVERTER JEMBATAN
Gambar 4.5 memperlihatkan inverter jembatan satu-fasa. Perbedaannya
dengan rangkaian setengah-jembatan adalah bahwa sekarang terdapat empat buah
transistor yang seolah-olah membentuk jembatan yang lengkap. Diperlengkapinya
rangkaian dengan empat buah dioda adalah dengan maksud untuk melayani beban
induktif. Namun jika rangkaian melayani beban resistif, dioda yang terpasang
tidak akan berfungsi karena tidak mendapat kesempatan untuk konduksi.
Gambar 4.5 Rangkaian inverter satu-fasa jembatan dengan sumber tegangan
2-kawat.
4.3.4.1 Prinsip Kerja untuk Beban Resistif
Dari Gambar 4.5, jika hanya transistor Q
1
dan Q
2
disulut bersamaan
(secara simultan) dan konduksi selama T
o
/2 maka pada beban akan muncul
tegangan V
o
= V
ab
= V
s
. Arus akan mengalir dalam jalur : kutub positif pencatu
daya transistor Q1 titik a beban titik b transistor Q2 kutub negatif
pencatu daya. PRBV masing-masing transistor yang tidak konduksi adalah V
s
.
Jika hanya transistor Q
3
dan Q
4
disulut bersamaan (secara simultan) dan
konduksi selama T
o
/2 berikutnya maka pada beban akan muncul tegangan V
o
=
V
ab
= V
s
. Arus akan mengalir dalam jalur : kutub positif pencatu daya
transistor Q3 titik b beban titik a transistor Q4 kutub negatif pencatu
daya. PRBV masing-masing transistor yang tidak konduksi adalah V
s
.
Beban
o
v
o
i
b
3 Q
2 Q
3
i
2
i
s
V
a
1 Q
4 Q
1
i
4
i
1
C
2
C
1 D
4 D
3 D
2 D
G
202
Berdasarkan prinsip kerja di atas, terjadilah bentuk-bentuk gelombang dari
beberapa besaran dalam inverter ini, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Bentuk gelombang dari besaran-besaran pada inverter satu-fasa
jembatan yang berbeban resistif.
4.3.4.2 Harga Efektif pada Kondisi Berbeban Resistif
Harga efektif tegangan keluaran atau tegangan beban disimbolkan dengan V
o
,
yaitu :
V
o
= dt V
T
2
2 / T
o
2
s
o
o

.................................................................... (4-15)
Jadi :
V
o
= V
s
....................................................................................... (4-16)
Dalam bentuk deret Fourier, tegangan V
o
dapat dinyatakan sebagai :
R / V
s

s
V
s
V
ab
v v
o
=
t
0
2
T
o
o
T
R / V
s
o
i
t
0
R / V
s
t
0
2
i i
1
=
2
T 3
o
2
T
o
o
T
R 2 / V
s
t
0
2
T 3
o
4
i i
3
=
203
v
o
= t n sin
n
V 4
,... 5 , 3 , 1 n
s
e
t

=
.............................................................. (4-17)
= 0 untuk n = 2, 4, 6, ...
dalam hal ini :
= 2tf
o
= frekuensi sudut dari tegangan keluaran (rad/s)
f
o
=
o
1/ T = frekuensi dari tegangan keluaran (Hz)
Komponen fundamental didapatkan dengan mengambil n = 1 pada persamaan
(4-17), sehingga :
v
1
=
t
s
V 4
sin et ............................................................................ (4-18)
Harga efektif dari komponen fundamental adalah :
V
1
=
2
V 4
s
t
= 0,9004 V
S ..............................................................................................
(4-19)
4.3.4.3 Prinsip Kerja untuk Beban Induktif
Jika transistor Q1 dan Q2 pada Gambar 4.5 dipadamkan pada t = T
o
/2,
maka akan mengalir arus yang mengecil secara eksponensial melalui jalur : D3
kutub positif sumber tegangan D4 beban, sampai mencapai nol. Setelah arus
tersebut nol, selanjutnya Q3 dan Q4 akan konduksi sehingga mengalir arus negatif
pada beban sampai t = T
o
.
Jika transistor Q3 dan Q4 pada Gambar 4.5 dipadamkan pada t = T
o
, maka
akan mengalir arus yang mengecil secara eksponensial melalui jalur : D1 kutub
positif sumber tegangan D2 beban, sampai mencapai nol. Setelah arus
tersebut nol, selanjutnya Q1 dan Q2 akan konduksi sehingga mengalir arus positif
pada beban sampai t = 3T
o
/2.
Dioda D1, D2, D3, dan D4 disebut dioda umpan balik (feed back diodes),
karena selama konduksi dioda-dioda tersebut mengembalikan energi ke sumber
tegangan dc.
Bentuk gelombang arus yang lewat pada beban, dioda, dan transistor dapat
dilihat pada Gambar 4.7.
204
Gambar 4.7 Bentuk gelombang dari besaran-besaran pada inverter satu-fasa
jembatan yang berbeban induktif.
Arus beban (i
o
) pada beban induktif ini dapat dinyatakan dalam deret Fourier
sebagai berikut :
i
o
=

= e + t
m e
,... 5 , 3 , 1 n
2 2
n s
) L n ( R n
) t n sin( V 4
..................................................... (4-20)
dalam hal ini :
m
n
= tan
-1
(
R
L ne
)
1
I
o
i
t
0
2
T
o
o
T
2
I
2
i i
1
=
x
t 0
1
I
2
T
o
x
t T
o
+
2
T 3
o
t
x
t
0
1
I
x
t
2
T
o
+
x
t T
o
+
x
t
2
T 3
o
+
t
o
T
o
T 2
4
i i
3
=
2
T 3
o
1
I
t
0
2
T
o
o
T
2
T 3
o
x
t
2
T
o
+
4 D 3 D
i i =
x
t
2
T 3
o
+
1
I
t
0
2 D 1 D
i i =
x
t T 2
o
+
o
T 2
205
Jika i
o1
adalah komponen fundamental (n =1) dari i
o
maka dapat ditulis :
i
o1
= ) t sin(
) L ( R
V 4
1
2 2
s
m e
e + t
............................................... (4-21)
Terlihat bahwa harga maksimum (amplitudo) dari gelombang i
o1
adalah :
I
o1(max
) =
2 2
s
) L ( R
V 4
e + t
......................................................... (4-22)
Jika I
o1
adalah harga rms dari i
o1
maka dapat ditulis :
I
o1
=
2 2
s
) L ( R
2 / V 4
e + t
=
2 2
s
) L ( R
V 9004 , 0
e +
....................................... (4-23)
Daya output untuk komponen fundamental (n = 1) adalah :
P
o1
=
2
1 o
I R = V
1
I
o1
cos m
1
=
( )
2 2
2
s
) L ( R
R V 9004 , 0
e +
............................. (4-24)
CONTOH 4-2 :
Dari inverter satu-fasa jembatan pada Gambar 4.5 diketahui : R = 2,4 O dan
tegangan input dc V
s
= 48 volt. Tentukanlah :
a). Daya keluaran (P
o
).
b). Arus maksimum dalam tiap transistor.
c). THD.
Pembahasan :
a). Menurut persamaan (4-16), V
o
= V
s
sehingga daya keluaran adalah :
P
o
=
R
V
2
o
=
R
V
2
s
=
4 , 2
48
2
= W 960
V
1
= 0,4502 V
s
= 0,4502 x 48 V = 64 , 21
b). Jika I
T(max)
adalah arus maksimum dalam tiap transistor, maka dari Gambar
4.6 dapat diketahui :
I
T(max)
=
R
V
s
=
4 , 2
48
= A 20
c). Menurut persamaan (4-16) :
206
THD =

= ,... 4 , 3 , 2 n
2
n
1
V
V
1
= . . . V V V
V
1
2
7
2
5
2
3
1
+ + +
Tetapi :
2
1
V +
2
3
V +
2
5
V +
2
7
V + . . . =
2
o
V , sehingga :
2
3
V +
2
5
V +
2
7
V + . . . =
2
o
V
2
1
V . Jadi :
THD =
2
1
2
o
1
V V
V
1
= 1
V
V
2
1
o

|
|
.
|

\
|
= 1
V 9004 , 0
V
2
s
s

|
|
.
|

\
|
= 4832 , 0
= % 32 , 48

You might also like