You are on page 1of 1

Dari sebuah desa tenang menengok gemerlap dunia

Diiringi sayup alunan bacaan Tarhiim (puji-pujian pada Tuhan) dari masjid di pesantren, yang memang rutin diperdengarkan setiap tengah malam menjelang subuh, aku yang belum bisa picingkan mata akhirnya memutuskan membuat blog ataplangit ini, sambil menunggu kantuk yang sepertinya sebentar lagi datang. Ataplangit artinya kurang lebih jiwa dan pikiran yang terbuka, hingga cuma langit yang bisa meng-atap-i jiwanya. Nama yang agak dramatis memang, hehe.. Banyak orang yang merasa jiwanya sudah merdeka, namun ternyata hanya mampu berpikir dengan sudut pandang yang sempit, seolah pandangannya dibatasi oleh atap rendah yang menutupi, menghalangi dirinya untuk bertindak lebih arif dalam memaknai dunianya. Nah, karena itulah, alangkah bahagianya orang yang dapat melatih dirinya, melapangkan dadanya, meluaskan pandangannya, dalam melihat dunia hingga seluas langit selapang samudera, maka kebahagiaan lah bagi dirinya, dan bagi orang-orang di sekelilingnya. Aku lewat blog ini, dengan agak muluk sedikit, berharap dapat mengubah pandang ku terhadap hidup. Dari berakal sempit, menjadi berakal luas. Dari berpikiran sempit, menjadi selapang samudera. Dari beratap rendah, menjadi beratap langit.

You might also like