You are on page 1of 5

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Semen Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida (SiO2),

Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg (Anonim, 2009). Witney dan Washa (1954) dalam Fatimah (1989) menyatakan bahwa semen terdiri atas mineral penyusun C3S, C2S, C3A, dan C4AF, disamping adanya MgO dan CaO bebas. Dengan C = CaO, S = SiO2, A = Al2O3, dan F = Fe2O3. Apabila semen dicampur dengan air maka terbentuk massa koloidal tipis yang plastis. Plastisitas semakin lama, semakin hilang menjadi massa yang kaku dan semakin lama semakin keras.

Universitas Sumatera Utara

Pengertian Papan Semen Papan semen merupakan papan tiruan yang menggunakan semen sebagai perekatnya (matriks) sedangkan bahan bakunya dapat dapat berupa partikel kayu atau partikel bahan belignoselulosa lainnya. Mekanisme Pembuatan Papan Semen Menurut Suprayitno dan Prayitno (1998) dalam Silaban (2006), proses pembuatan papan semen tidak begitu rumit, sehingga dapat dilakukan dengan keterampilan tangan manusia. Mesin-mesin pembuat papan semen sudah diproduksi dan dipasarkan secara luas sehingga produksi papan semen akan menjadi sangat mudah dan dapat dilakukan produksi dalam jumlah besar dan akhirnya dapat memenuhi ketentuan akan perumahan. Menurut Suprayitno dan Prayitno (1998) dalam Silaban (2006), proses pembuatan papan semen dimulai dengan persiapan bahan bakunya, dan bahan yang dipergunakan adalah kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya. Bahan baku tersebut dicampur dengan semen sebagai bahan perekatnya. Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan sifat kekerasan papan dapat ditambahkan dengan bahan additive (bahan pengeras) dengan cara disemprot atau dicampur. Kemudian campuran tersebut dimasukkan dalam cetakan untuk selanjutnya dikempa sesuai dengan waktu tertentu ( 24 jam). Selanjutnya papan tersebut dikondisikan selama tujuh hari untuk mendapatkan papan yang benar-benar mengeras. Setelah bagian tepi papan diperbaiki, papan tersebut siap dipasarkan. Karakteristik Papan Semen Papan semen lebih tahan terhadap serangan rayap tanah dibandingkan bahan kayunya. Papan semen merupakan salah satu bangunan yang tahan lama

Universitas Sumatera Utara

dalam penggunaanya, sehingga biaya pemeliharaan rumah yang terbuat dari papan semen akan lebih murah. Di samping itu, industri papan semen dapat memanfaatkan kayu dengan ukuran yang kecil seperti limbah kayu, limbah eksploitasi, kayu hasil penjarangan dan kayu diameter kecil dari hutan tanaman sehingga kayu dapat ditingkatkan. Industri papan semen sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi perkembangannya lambat (Sukartana et al., 2000). Papan semen di samping memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan dibandingkan papan tiruan lainnya, yaitu berat dan penggunaanya lebih terbatas. Menurut Moslemi dan Pfister (1987) dalam Sulastiningsih dan Sutigno (2008) diperlukan waktu yang lama bagi papan semen untuk benar-benar mengeras sebelum mencapai kekuatan yang cukup. Kelemahan lainnya adalah tidak semua jenis kayu atau bahan berlignoselulosa dapat digunakan sebagai bahan baku papan semen karena adanya zat ekstraktif seperti gula, tanin dan minyak yang dapat menghambat pengerasan semen. Dewasa ini terjadi perkembangan pabrik komposit wol semen di seluruh dunia, khususnya di wilayah Asia Pasifik. Keberhasilan subsitusi serat asbes dengan serat kayu yang dilapisi semen merupakan merupakan hasil penelitan awal di Australia, yang memimpin perkembangan industri serat kayu semen secara cepat di Australia dan Amerika Utara. Seiring dengan perkembangan industri tersebut, telah terjadi diversifikasi produk yang dihasilkan industri. Saat ini komposit serat wol yang digunakan untuk penerapan bahan perumahan seperti bufflet, sirap, lantai, pipa dan kolom. Perkembangan terknologi pabrik komposit wol semen turut mendukung perkembangan industri pada negara-negara berkembang, kecuali pada perusahaan multinasional yang memilih

Universitas Sumatera Utara

mengembangkan kegiatan tersebut di beberapa negara maju karena akses pemasaran atau keuntungan harga produksi lebih tinggi (Evans, 2002). Berdasarkan kesesuaian jenis kayu sebagai bahan papan semen dikenal tiga macam mutu yaitu baik, sedang dan jelek. Pengujiannya dilakukan berdasarkan uji hidratasi, yaitu mengukur suhu maksimum yang terjadi pada saat reaksi antara semen, kayu dan air. Bila suhu maksimum lebih dari 40 0C termasuk baik, 36 0C-410C termasuk sedang dan kurang dari 36 0C termasuk jelek. Berdasarkan pengalaman dalam pembuatan papan semen wol kayu ternyata tidak selalu penggolongan tersebut sesuai dengan sifat papan semen wol kayu yang diuji menurut standar Jerman adalah kerapatan, keteguhan lentur dan pengurangan tebal akibat tekanan 3 kg/cm2 (Sulastiningsih dan Sutigno, 2008). Komposit serat kayu papan partikel semen dan papan wol semen dapat dibuat dalam pabrik yang kecil dengan pengeluaran yang rendah. Ketahanannya terhadap kelembapan dan biodeteriorasi khususnya serangan rayap menjadikan komposit serat papan partikel semen dan papan wol semen saat ini mulai dikembangkan di banyak negara berkembang. Contohnya sekarang ini di Filipina ada industri papan wol semen yang menggunakan jenis-jenis asli cepat tumbuh (limbah pertanian). Industri ini menghasilkan variasi produk panel yang

disesuaikan dengan pasar lokal. Produk-produk ini pun harus bersaing dengan produk panel yang berasal dari serat kayu. Ketika perkembangan industri papan wol semen di negara berkembang lainnya tida sesuai dengan Filipina, permintaan produk komposit kayu semen pun tetap tinggi. Oleh karena itu, progam penelitian untuk pengembangan produk komposit serat kayu papan partikel dan papan wol

Universitas Sumatera Utara

semen tetap berjalan untuk mendukung industri negara-negara berkembang di wilayah Asia-Pasifik (Evans, 2002).

Universitas Sumatera Utara

You might also like