You are on page 1of 43

KLASIFIKASI DAN PENANDAAN BAHAN KIMIA MENURUT GHS

29 Apr

A. BAHAYA FISIK 1. Eksplosif Terdapat 6 (enam) klasifikasi bahan eksplosif : Kategori 1 : Bahan, campuran, dan barang yang mempunyai bahaya ledakan massal (ledakan massal ini merupakan salah satu efek yang sebenarnya mempengaruhi hampir seluruh muatan dan terjadi secara spontan) Kategori 2 : Bahan, campuran, dan barang yang mempunyai bahaya ledakan terproyeksi tetapi tidak menimbulkan ledakan massal Kategori 3 : Bahan, campuran, dan barang yang mempunyai bahaya kebakaran, dan bahaya letusan minor atau menimbulkan bahaya ledakan terproyeksi minor tetapi bukan bahaya ledakan massal :

1. Pembakaran dengan menimbulkan pancaran panas 2. Yang menyala satu setelah yang lain, menyebabkan letusan minor atau efek ledakan terproyeksi atau keduanya Kategori 4 : Bahan, campuran dan barang yang menimbulkan bahaya yang tidak signifikan: yaitu bahan, campuran dan benda yang hanya menyebabkan bahaya pembakaran atau bahaya inisiasi yang rendah. Efek terbatas hanya pada kemasan dan diperkirakan tidak ada penyorotan fragmen yang ukurannya cukup besar maupun jarak yang cukup jauh. Sumber api dari luar tidak dapat menyebabkan ledakan spontan yang nyata pada seluruh isi kemasan. Kategori 5 : Bahan atau campuran yang sangat tidak sensitif, yang mempunyai bahaya ledakan massal, yaitu bahan dan campuran yang memiliki bahaya ledakan massal namun besifat sangat tidak sensitif, sehingga kecil kemungkinan tejadinya inisiasi atau peralihan dari pembakaran menjadi ledakan dibawah kondisi normal. Kategori 6 : Benda yang sangat tidak sensitif yang tidak mempunyai bahaya ledakan massal, yaitu benda yang hanya mengandung bahan atau campuran yang mudah meledak yang bersifat sangat tidak sensitif, dan menunjukkan kemungkinan dapat diabaikannya kejadian inisiasi atau perambatan nyala yang tidak disengaja.
Ledakan tidak stabil Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3 Kategori 4 Kategori 5 Kategori 6

Atau

Bahaya Bahan takstabil mudah meledak

Bahaya Bahan mudah meledak; bahaya ledakan hingga bahan tak

Bahaya Bahan mudah meledak; bahaya lontaran hebat

Bahaya Bahan mudah meledak; bahaya kebakaran, bahaya serpihan/

Awas Bahaya __ Bahaya Dapat Tanpa kebakaran meledak pernyataa atau hingga tak n bahaya bahaya bersisa lontaran apabila kontak dengan

bersisa

semburan, atau bahaya lontaran

api

1. Gas Mudah Menyala (Flammable Gas) Gas mudah menyala dikelompokkan sebagai berikut : Kategori Kriteria
Gas, yang pada temperatur 20oC dan tekanan normal 101,3 kPa: 1. dapat menyala jika bercampur dengan 13% atau lebih volume udara 1 1. mempunyai rentang nyala dengan udara, tidak kurang dari 12% point berdasarkan batas bawah nyala Gas, selain yang masuk dalam kategori 1, dimana pada temperatur 20oC dan tekanan normal 101,3 kPa mempunyai rentang nyala jika bercampur dengan udara Kategori 2 Tanpa simbol Bahaya Gas teramat mudah menyala Gas mudah menyala Awas

2 Kategori 1

1.

Aerosol Mudah Menyala

Aerosol dikelompokkan dalam kategori mudah menyala apabila mengandung salah satu komponen yang dikategorikan mudah menyala menurut kriteria GHS yaitu cairan mudah menyala, gas mudah menyala atau padatan mudah menyala
Kategori 1 Kategori 2

Bahaya Aerosol teramat mudah menyala

Awas Aerosol mudah menyala

4. Gas Pengoksidasi (Oxidizing Gas)

Kateg ori 1

Kriteria

Setiap gas yang secara umum dengan tersedianya oksigen dapat menyebabkan / memperbesar kebakaran dari bahan lain, melebihi dari udara Kategori 1

Bahaya Dapat menyebabkan atau memperbesar kebakaran ; oksidator 5. Gas Bertekanan (Under Pressure Gas) Berdasarkan kondisi fisik ketika dikelompokkan berdasar, yaitu: Kategori Gas bertekanan Kriteria Gas yang ketika di kemas di bawah tekanan berupa gas pada 50OC, termasuk semua gas dengan suhu kritis -50OC. Gas yang ketika dikemas dibawah tekanan sebagian berupa cairan pada suhu 50OC. Dibedakan antara High presssure liquefied gas (gas dengan suhu kritis antara 50OC dan + 65OC) dan Low pressure liquefied gas (gas dengan suhu kritis diatas +65OC) Gas yang ketika dikemas sebagian berbentuk cair karena suhunya rendah Gas yang ketika dikemas di bawah tekanan merupakan gas terlarut dalam fase cairan terlarut. Gas tercair yang Gas tercair Gas terlarut didinginkan dikemas, gas bertekanan

Gas tercair Gas tercair yang didinginkan Gas terlarut Gas bertekanan

Awas Berisi gas bertekanan; dapat meledak jika terpanaskan

Awas Berisi gas bertekanan; dapat meledak jika terpanaskan

Awas Berisi gas yang didinginkan; dapat menyebabkan luka bakar atau cedera kriogenik

Awas Berisi gas bertekanan; dapat meledak jika terpanaskan

6. Cairan Mudah Menyala (Flammable Liquid) Cairan ini dikelompokkan menjadi : Kategori Kriteria

1 2 3 4

Titik nyala < 23OC & titik didih 35OC Titik nyala < 23OC & titik didih > 35OC Titik nyala > 23OC & 60OC Titik nyala > 60OC & 93OC

Kategori 1

Kategori 2

Kategori 3

Kategori 4 Tanpa simbol

Bahaya Cairan dan uap teramat mudah menyala

Bahaya

Awas

Awas Cairan dapat terbakar

Cairan dan uap sangat Cairan dan uap mudah menyala mudah menyala

1. Padatan Mudah Menyala (Flammabkle Solid)


Padatan mudah menyala dikelompokkan sebagai berikut : Kategori Uji kecepatan bakar : Bahan selain logam yang berupa serbuk : Pada area yang basah tidak dapat berhenti terbakar dan waktu bakar < 45 detik atau kecepatan bakar > 2,2 mm/detik Kriteria

Serbuk logam : waktu bakar 5 menit Uji kecepatan bakar : Bahan selain logam yang berupa serbuk : 2 Pada area yang basah dapat menghentikan nyala selama tidak kurang dari 4 menit dan waktu bakar < 45 detik atau kecepatan bakar > 2,2 mm/detik

Serbuk logam : waktu bakar > 5menit dan 10 menit Kategori 1 Kategori 2

Bahaya

Awas

Padatan mudah

Padatan mudah menyala

menyala
1. Bahan dan Campuran Swareaktif Bahan ini dikelompokkan sebagai berikut : Kategori Tipe A Tipe B Tipe C Kriteria Setiap bahan kimia atau campuran yang dapat meledak dengan cepat Setiap bahan kimia atau campuran yang memiliki sifat daya ledak, secara umum tidak mudah meledak secara cepat tetapi dapat mengalami ledakan termal Bahan yang memiliki sifat daya ledak dengan cepat dan tidak mudah meledak secara cepat dan tidak dapat mengalami ledakan termal Bahan yang memiliki sifat sangat reaktif di dalam laboratorium: 1. Meledak secara parsial, dan tidak menunjukan pengaruh/efek kuat, bila dipanaskan dalam batas-batas tertentu; 2. Tidak dapat meledak samasekali, terurai secara lambat dan tidak menunjukan pengaruh/efek kuat, bila dipanaskan dalam batas-batas tertentu; 3. Tidak dapat meledak atau terurai sama sekali dan menunjukan pengaruh/efek sedang, bila dipanaskan dalam batas-batas tertentu. Bahan yang sangat reaktif di dalam laboratorium, tidak meledak dan tidak terurai sama sekali dan menunjukkan efek yang rendah atau tanpa efek bila dipanaskan dibawah kondisi tertentu Bahan yang sangat reaktif di dalam laboratorium, tidak meledak dan tidak terurai sama sekali dan menunjukkan efek yang sangat rendah atau tanpa efek bila dipanaskan dibawah kondisi tertentu, dimana daya ledaknya rendah atau tidak ada sama sekali Bahan yang sangat reaktif di dalam laboratorium, tidak meledak dan tidak terurai sama sekali serta tidak menunjukkan efek bila dipanaskan dibawah kondisi tertentu, dan tidak memiliki daya ledak sama sekali (kemungkinan memiliki kestabilan termal), untuk larutan campuran yg memiliki kurang dari 150OC Tipe B Tipe C dan D Tipe E dan F Tipe G

Tipe D

Tipe E

Tipe F

Tipe G Tipe A

Untuk kategori ini tidak ada label

Bahaya Pemanasan dapat menyebabk an ledakan

Bahaya Pemanasan dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan

Bahaya Pemanasan dapat menyebabkan kebakaran

Awas Pemanasan dapat menyebabkan kebakaran

Tanpa pernyataan bahaya

1. 9. Cairan Piroporik (Phyroporic Liquid)


Kateg ori Kriteria

Cairan yang menyala dalam 5 menit setelah ditambahkan ke dalam pembawa yang 1 inert dan terpapar udara, atau terbakar atau chars penyaring pada kontak dengan udara selama 5 menit Kategori 1

Bahaya Jika kontak dengan udara, spontan terbakar

1. 10. Padatan Piroporik (Phyroporic Solid)


Kateg ori 1 Kriteria Padatan menyala dalam 5 menit setelah terjadi kontak dengan udara Kategori 1

Bahaya Jika kontak dengan udara spontan terbakar 11. Bahan dan Campuran Swapanas Bahan ini dikelompokkan menjadi : Kategori 1 Kriteria Hasil positif jika dilakukan tes menggunakan sampel 25mm pada suhu 140 0C

1. Hasil positif jika dilakukan tes menggunakan sampel


100mm pada suhu 1400C dan hasil negatif jika dilakukan tes menggunakan sampel 25mm pada suhu 140 0C dan substansi atau campuran dikemas dalam wadah dengan volume lebih dari 3m3 atau Hasil positif jika dilakukan tes menggunakan sampel 100mm pada suhu 1400C dan hasil negatif jika dilakukan tes menggunakan sampel 25mm pada suhu 140 0C dan substansi atau campuran dikemas dalam wadah dengan volume lebih dari 450 liter atau

2.
2

3. Hasil positif jika dilakukan tes menggunakan sampel


100mm pada suhu 1400C dan hasil negatif jika dilakukan tes menggunakan sampel 25mm pada suhu 140 0C dan hasil positif jika dilakukan tes menggunakan sampel 100mm pada suhu 1000C

Kategori 1

Kategori 2

Bahaya Awas Swapanas (pemanasan Dalam jumlah besar bersifat swapanas (pemanasan sendiri); sendiri); dapat dapat terbakar terbakar 1. Bahan dan Campuran Jika Kontak Dengan Air Melepaskan Gas Mudah Menyala Bahan ini dikelompokkan sebagai berikut : Kategori Kriteria Setiap bahan atau campuran yang bereaksi cepat dengan air pada temperatur kamar, dan secara umum menunjukkan suatu tendensi untuk memproduksi gas yang dapat menyala secara spontan, atau yang segera bereaksi dengan air pada temperatur kamar sehingga kecepatan evolusi gas yang mudah menyala sama atau lebih besar dari 10 L/kg bahan dalam waktu lebih dari 1 menit Setiap bahan atau campuran yang segera bereaksi dengan air pada temperatur kamar sebagai kecepatan maksimum evolusi gas yang mudah menyala sama atau lebih besar dengan 20l/kg bahan per jam, dan tidak memenuhi kriteria pada kategori Setiap bahan atau campuran yang lambat bereaksi dengan air pada temperatur kamar sebagai kecepatan maksimum evolusi gas yang mudah menyala sama atau lebih besar dari 1 L/kg bahan per kg, dan tidak memenuhi kriteria pada kategori 1dan 2. Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3

Bahaya Jika kontak dengan air, melepaskan gas mudah menyala yang dapat terbakar secara spontan

Bahaya

Awas

Jika kontak dengan air, melepaskan gas mudah menyala

Jika kontak dengan air, melepaskan gas mudah menyala

1. Cairan Pengoksidasi Cairan ini dikelompokkan menjadi : Kategori 1 Kriteria Setiap bahan yang dalam campuran dengan perbandingan 1:1 berdasarkan berat, yang diuji terhadap bahan dan selulosa,

spontan menyala; atau menunjukkan kenaikan tekanan rata-rata terhadap waktu untuk campuran 1:1 berdasarkan berat, terhadap bahan dan selulosa dimana lebih rendah.dari campuran 1:1, dalam berat, terhadap asam perklorat 50% dan selulosa. Setiap bahan yang dalam campuran dengan perbandingan 1:1 berdasarkan berat, yang diuji terhadap bahan dan selulosa, menunjukkan kenaikan tekanan rata-rata terhadap waktu, kurang dari atau sama dengan kenaikan tekanan rata-rata terhadap waktu, kurang dari atau sama dengan untuk campuran 1:1 berdasarkan berat, dari 40% larutan natrium klorat dan selulosa; namun tidak memnuhi kriteria 1 Setiap bahan yang dalam campuran dengan perbandingan 1:1 berdasarkan berat, yang diuji terhadap bahan dan selulosa, menunjukkan kenaikan tekanan rata-rata terhadap waktu, kurang dari atau sama dengan kenaikan tekanan rata-rata terhadap waktu, kurang dari atau sama dengan untuk campuran 1:1 berdasarkan berat, dari 65% larutan asam nitrat dan selulosa; namun tidak memenuhi kriteria 1 dan 2 Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3

Bahaya Dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan; oksidator kuat

Bahaya

Awas

Dapat memperbesar kebakaran; Dapat memperbesar kebakaran; oksidator oksidator

1. Padatan pengoksidasi Bahan ini dikelompokkan menjadi : Kategori 1 Kriteria Suatu bahan yang dalam perbandingan 4:1 atau 2:1 antara sampel dan selulosa (dalam massa), menimbulkan waktu pembakaran kurang dari waktu pembakaran pada perbandingan 3:2 dari kalium bromat dengan selulosa Suatu bahan yang dalam perbandingan 4:1 atau 2:1 antara sampel dan selulosa (dalam massa), menimbulkan waktu pembakaran yang sama dengan waktu pembakaran pada perbandingan 3:2 dari kalium bromat dengan selulosa, dan pada kategori 1 tidak memenuhi Suatu bahan yang dalam perbandingan 4:1 atau 2:1 antara sampel dan selulosa (dalam massa), menimbulkan waktu pembakaran kurang dari waktu pembakaran pada perbandingan 3:7 dari kalium bromat dengan selulosa, dan dan pada kategori 1 dan 2 tidak memenuhi Kategori 2 Kategori 3

3 Kategori 1

Bahaya

Bahaya

Awas

Dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan; oksidator kuat 1.

Dapat memperbesar kebakaran; oksidator

Dapat memperbesar kebakaran; oksidator

Peroksida organik

Setiap peroksida organik termasuk dalam kelompok ini, kecuali bahan yang mengandung : 1. Tidak lebih dari 1,0% oksigen yang tersedia dari peroksida organik , jika tidak lebih dari 1,0% hidrogen peroksida 2. Tidak lebih dari 0,5% oksigen yang tersedia dari peroksida organik , jika tidak lebih dari 1,0% , tetapi tidak lebih dari 7,0% hidrogen peroksida Bahan ini dikelompokkan sebagai berikut : Kategori Tipe A Tipe B Tipe C Kriteria Setiap peroksida organik yang dapat meledak atau terurai dengan cepat Setiap peroksida organik yang mempunyai sifat mudah meledak, meskipun meledak dan terurai tidak cepat, tetapi menimbulkan ledakan termal Setiap campuran peroksida organik yang mempunyai sifat mudah meledak, tidak dapat meledak atau terurai secara cepat atau menimbulkan ledakan termal Setiap peroksida organik yang dalam uji laboratorium : meledak sebagian, tidak terurai dengan cepat dan menunjukkan efek yang tidak keras, ketika dipanaskan di bawah kondisi tertentu; tidak dapat meledak seluruhnya, terurai secara lambat atau menunjukan bahaya yang tidak keras, ketika dipanaskan dibawah kondisi tertentu;

Tipe D

Tipe E

Tipe F Tipe G

tidak dapat meledak atau terurai seluruhnya, dan menunjukkan efek yang sedang, ketika dipanaskan di bawah kondisi tertentu Setiap peroksida organik yang pada uji laboratorium, tidak meledak maupun terurai seluruhnya dan memberikan efek rendah atau tanpa efek Setiap peroksida organik yang pada uji laboratorium, tidak meledak dan tidak terurai dalam wadah tertentu secara keseluruhan, dan hanya menimbulkan pengaruh yang tidak baik yang rendah atau tanpa pengaruh, ketika dipanaskan di bawah kondisi tertentu, seperti tanpa tenaga ledakan Setiap campuran peroksida organik dalam uji laboratorium, tidak meledak dan terurai secara keseluruhan, dan tidak menimbulkan pengaruh, ketika dipanaskan di bawah kondisi tertentu, juga tidak memiliki daya ledak, seperti tanpa tenaga ledakan, dipastikan bahwa stabil, dikatagorikan dalam kategori G. Jika campuran tidak stabil secara termal atau titik didihnya

kurang dari 150oC Tipe A Tipe B Tipe C dan D Tipe F Tipe G Tidak ada elemen label untuk kategori ini -

Bahaya
Pemanasan dapat menyebabka n ledakan

Bahaya
Pemanasan dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan 1.

Bahaya

Awas

Pemanasan dapat Pemanasan dapat menyebabkan menyebabkan kebakaran kebakaran

16. Korosif pada logam Kriteria

Kateg ori 1

Kecepatan korosi pada permukaan baja atau aluminium meningkat 6,25 mm per tahun pada tes yang dilakukan pada suhu 550C Kategori 1

Awas Kemungkinan korosif pada logam

Share this:

StumbleUpon Digg Reddit

KLASIFIKASI DAN PELABELAN BAHAN KIMIA VERSI GHS ( Bahaya Kesehatan )


04 Mei

B. BAHAYA KESEHATAN
1. Toksisitas akut Bahan ini dikelompokkan sebagai berikut :
Toksis itas akut Oral (mg/k g) Kulit (mg/k g) Gas (bpj) Uap (mg/L)

Katego Katego Katego Kategori 4 Kategori 5 ri 1 ri 2 ri 3


LD
50

5 <LD 50

50

50 < LD 300
50

50

300 < LD 2000

50

LD

50

50

50 < LD 200

200 < LD 1000 < LD50 50 1000 2000

2000 mg/kg < LD 50 5000 mg/kg Efek indikasi yang signifikan pada manusia Semua kematian pada kategori 4

LC 50 100

100 < LC 500 < LC 2500< LC 50 50 500 50 2500 5000 0,5 < LC 50 2 < LC 50 LC 50 0,5 10 < LC 50 20 2 10

Debu LC 50 (mg/L) 0,05

0,05 < LC 0,5 < LC 1 50 0,5

50

1 < LC

50

-Tanda tanda klinis yang signifikan pada kategori 4 - Indikasi dari hasil penelitian yang lain

Kategori 1

Kategori 2 Kategori 3 Kategori 4

Kategori 5
Tanpa simbol

Piktogram

Kata Sinyal

Bahaya

Bahaya

Bahaya

Awas

Awas

Pernyataan Bahaya Oral : Kulit Fatal jika Fatal jika terkena terkena kulit kulit Fatal jika tertelan Fatal jika tertelan

Dapat Berbahaya Toksik jika berbaha jika tertelan ya jika tertelan tertelan Dapat Berbahaya Toksik jika berbaha jika terkena ya jika terkena kulit terkena kulit kulit Dapat Berbahaya Toksik jika berbaha jika terhirup ya jika terhirup terhirup

Terhirup

Fatal jika terhirup

Fatal jika terhirup

2. Korosi / Iritasi kulit Bahan ini dikelompokkan sebagai berikut :

Kategori 1 : Korosif (Untuk otoritas yang tidak mengunaka n kategori) Korosif

Subkategori korosif Hanya digunakan pada beberapa otoritas IA IB

Korosif terhadap 1 dari 3 binatang

Paparan 3 menit > 3 menit 1 jam

Observasi 1 jam 14 jam

Kategori 2 : iritasi (untuk semua otoritas)

IC > 1 jam 4 jam 14 jam 1. 2,3 erythema/eschar < 4,0 atau 2,3 eodema < 4,0 pada sedikitnya 2 atau 3 hewan percobaan pada kisaran 24,48 dan 72 jam setelah bagian dipindahkan atau jika reaksi diabaikan dari kisaran diatas menjadi 3 hari berikutnya setelah reaksi kulit mulai terjadi. 2. Inflamasi yang timbulpada akhir perode observasi umumnya 14 hari pada sedikitnya 2 binatang, sebagian diambil untuk alopecia(area terbatas), hyperkeratosis, dan scaling, atau 3. Di beberapa kasus dengan respon yang bermacam macam pada binatang dengan efek yang positif tergantung paparan dari bahan kimia pada tiap binatang tetapi kurang dari kriteria diatas. 1. Nilai rata rata untuk erythema/ eschar 1,5 < 2,3 atau untuk oedema pada sedikitnya 2 dari 3

Kategori 3 : iritasi

ringan (hanya untuk beberapa otoritas) Kategori 1A hewan percobaan pada kisaran 24,48 dan 72 atau jika reaksi diabaikan dari kisaran diatas menjadi 3 hari berikutnya setelah reaksi kulit mulai terjadi (jika tidak termasuk dalam kategori iritasi diatas) Kategori 1B Kategori 1C Kategori 2 Kategori 3 Tanpa simbol

Bahaya Menyebabk an luka bakar pada kulit dan kerusakan mata yang parah

Awas Awas Menyebabk Menyebabkan Menyebabkan an iritasi luka bakar luka bakar Menyebabka kulit pada kulit dan pada kulit dan n iritasi kerusakan kerusakan ringan pada mata yang mata yang ku parah parah

Bahaya

Bahaya

3. Kerusakan / iritasi serius pada mata


Bahan ini dikelompokkan sebagai berikut :

Iritan pada mata ( efek tidak terpulihkan pada mata ) adalah uji terhadap bahan yang menimbulkan :

Kategori 1

tidak kurang dari 1 binatang yang berefek pada kornea, iris atau konjungtiva yang tidak dapat diramalkan untuk merefer atau tidak pulih sepenuhnya dalam waktu observasi yang normal selama 21 hari

Sensitisasi Kategori 2 A

- tidak kurang 2 dari 3 binatang, memberikan respon positif pada opasotas kornea 3 dan atau iritis > 1,5 dihitung sebagai nilai rata-rata yang mengikuti grading pada 24, 48 dan 72 jam setelah pemberian bahan uji. Iritan pada mata adalah uji bahan yang menimbulkan :

tidak kurang 2 dari 3 binatang percobaan memberikan respons positif pada opasitas kornea 1, dan atau iritis 1, dan atau kemerahan konjungtiva 2, dan atau odema konjungtiva ( demosis ) 2 dihitung sebagai nilai rata-rata dengan grading pada 24, 48 dan 72 jam setelah pemberian

bahan uji. dapat pulih penuh setelah observasi normal selama 21 hari Iritan pada mata berupa iritasi ringan yang dapat pulih Kategori 2 B setelah 7 hari observasi

Kategori 1

Kategori 2A

Kategori 2B

Tanpa simbol Bahaya Menyebabka n kerusakan serius pada mata Awas Menyebabkan iritasi serius pada mata Awas Menyebabkan iritasi pada mata

4. Sensitisasi pernafasan / kulit Sensitisasi saluran pernafasan :


Kateg ori

Kriteria Jika terdapat bukti pada manusia bahwa bahan kimia ini dapat menyebabkan hipersensitisasi pernafasan yang spesifik Jika terdapat hasil yang posistif dari hewan percobaan

Sensitisasi pada kulit :


Kategori

Kriteria Jika terdapat bukti pada manusia bahwa bahan kimia ini dapat mempengaruhi sensitisasi melalui sentuhan kulit pada sejumlah orang

Kategori 1

Jika terdapat hasil yang posistif dari hewan percobaan Kategori 1

Bahaya

Awas

Dapat menyebabkan gejala alergi atau gejala asma atau sulit bernapas jika terhirup

Dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit

5. Mutagenisitas Sel Induk Dalam melakukan observasi sebagai berikut :


Kategori

dibedakan

kategori

Kriteria

Bahan kimia yang diketahui menginduksi mutasi yang Kategori diturunkan atau diduga kuat menginduksi mutasi yang 1: diturunkan pada sel induk manusia Bahan kimia yang diketahui menginduksi mutasi yang Kategori diturunkan pada sel induk manusia 1A Kriteria : Kejadian positif dari studi epidemiologi pada manusia Bahan kimia yang dianggap menginduksi mutasi yang diturunkan pada sel induk manusia Kriteria : Kejadian positif dari uji mutagenisitas sel induk in vivo pada mamalia yang diturunkan, atau kejadian positif dari uji Kategori mutagenisitas sel somatik pada mamalia, dalam kombinasi dengan kejadian dimana bahan berpotensi menimbulkan mutasi 1B pada sel induk. Kejadian yang mendukung mungkin, sebagai contoh, diturunkan dari uji mutagenisitas / genotoksis dalam sel induk in vivo , atau dengan demonstrasi kebiasaan bahan atau metabolitnya yang berinteraksi dengan material genetik sel induk, atau. Hasil positif dari uji yang menunjukkan efek mutagenik pada sel induk pada manusia, tanpa demonstrasi transmisi progensi, sebagai contoh adanya peningkatan frekuensi aneuplody sel sperma pada orang yang terpapar Kategori Bahan kimia yang menyebabkan awas untuk manusia yang 2 potensial Kriteria : Kejadian positif berdasarkan percobaan pada mamalia dan / atau dalam beberapa Kasus dari percobaan in vitro , yang berupa : uji mutagenisitas sel somatik in vivo, pada mamalia, atau uji genotoksisitas sel somatik in vivo lainnya dimana disuport oleh hasil yg positif dari penetapan uji mutagenisitas Catatan :

Bahan kimia yang menunjukkan hasil positif pada uji mutagenisitas mamalia, dan Dimana juga menunjukkan hubungan struktur dan aktifitas yang diketahui sebagai mutagen sel induk haruslah diklasifikasikan sebagai mutagen kategori 2.

Kategori 1A

Kategori 1B

Kategori 2

Bahaya Bahaya Dapat menyebabkan kerusakan genetik Dapat menyebabkan kerusakan genetik Awas Diduga menyebabkan kerusakan genetik

6. Karsinogenisitas Klasifikasi Karsinogenisitas menurut GHS


Kategori Kategori 1 : Kriteria Diketahui menyebabkan kanker pada manusia
Pengkategorian ini berdasar pada data epidemiologi atau binatang percobaan. Bahan kimia secara individual mungkin lebih berbeda.

Kategori 1A : Kategori1B :

Diketahui mempunyai potensi karsinogen terhadap manusia, pengelompokan ini berdasar pada kejadian pada manusia Diduga mempunyai potensi karsinogen terhadap manusia, pengelompokan ini berdasar pada binatang percobaan. Diduga karsinogen terhadap manusia

Penempatan suatu bahan kimia ke dalam Kategori 2 dilakukan berdasarkan kejadian yang muncul pada manusia dan/atau pada studi terhadap binatang, hal ini dilakukan jika tidak cukup kepastian untuk Kategori 2 : memasukkannya ke dalam Kategori 1. Berdasar pada kuatnya kejadian bersama-sama dengan pertimbangan yang umum, seperti kejadian yang mungkin dari risalah satu kejadian yang terbatas pada karsinogenisitas pada studi terhadap manusia atau kejadian yang terbatas pada karsinogenisitas pada studi terhadap binatang.

Kategori 1A

Kategori 1B

Kategori 2

Bahaya Bahaya Dapat Dapat menyebabkan menyebab kanker kan kanker

Awas Diduga menyebabkan kanker

7. Toksik terhadap reproduksi Kategori bahaya untuk toksisitas reproduksi :


Kategori
Kriteria Diketahui atau dianggap sebagai toksik terhadap reproduktif Kategori ini termasuk bahan yang diketahui memiliki efek yang tidak diinginkan terhadap kemampuan atau kapasitas reproduksi atau efek terhadap perkembangan manusia atau apabila terdapat bukti dari studi terhadap hewan yang memungkinkan diperkuat dengan informasi lain, untuk memberi dugaan kuat bahwa bahan tersebut memiliki kapasitas untuk mempengaruhi reproduksi manusia. Untuk tujuan regulasi suatu bahan dapat dibedakan lebih jauh berdasarkan apakah kejadian untuk klasifikasi terutama dari data manusia (kategori 1A) atau dari data hewan (kategori 1B). Diketahui sebagai bahan yang toksis terhadap reproduksi manusia. Penempatan bahan kimia dalam kategori ini umumnya berdasarkan adanya bukti pada manusia

Kategori 1

Kategori 1A

Dianggap toksik pada reproduksi manusia Penempatan bahan pada kategori ini sebagian besar didasarkan pada kejadian dari percobaan terhadap hewan. Data dari studi pada hewan sebaiknya memberikan bukti yang jelas mengenai toksisitas reproduksi secara spesifik dengan tidak adanya efek toksik lain, efek yang tidak diinginkan terhadap reproduksi dipertimbangkan sebagai konsekuensi sekunder dari efek toksik lain. Bagaimanapun bila ada informasi mekanisme yang meningkatkan keraguan mengenai keterkaitan efek pada manusia, klasifikasi pada kategori 2 bisa jadi lebih tepat. Diduga toksik terhadap reproduksi manusia. Kategori ini termasuk bahan yang pada beberapa kejadian pada manusia atau hewan percobaan, mungkin diperkuat dengan informasi lain mengenai efek yang

Kategori 1B

Kategori 2

tidak diinginkan terhadap kemampuan atau kapasitas reproduksi atau pada perkembangan, dengan tidak adanya efek toksik lain, atau bila terjadi bersamaan dengan efek toksik lain efek yang tidak diinginkan terhadap reproduksi ini dipertimbangkan sebagai konsekuensi sekunder non spesifik dari efek toksik lain dan dimana kejadian cukup memungkinkan untuk menempatkan bahan di kategori 1. untuk singkatnya, kekurangan pada studi dapat membuat kualitas bukti kurang meyakinkan dan dalam kategori 2 ini klasifikasinya lebih tepat. Kategori tambahan Kategori 1A Kategori 1B Kategori 2 untuk Efek pada/ melalui menyusui Tidak ada simbol Bahaya Dapat merusak fertilitas atau janin Bahaya Dapat merusak fertilitas atau janin Awas Tidak ada kata sinyal

Diduga merusak Dapat fertilitas atau membahayakan bayi janin yang menyusu

8.

Toksisitas sistemik pada organ sasaran spesifik setelah paparan tunggal

Kategori untuk toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan tunggal
Kateg Kriteria ori Kateg Bahan yang menghasilkan toksisitas signifikan terhadap ori 1 manusia atau berdasarkan bukti pada studi terhadap hewan bahan dianggap memiliki potensi toksisitas melalui paparan tunggal pada manusia. Penempatan bahan pada kategori 1 berdasarkan :

Bukti terpercaya dan berkualitas baik dari kasus manusia atau studi epidemiologi; Pengamatan dari studi yang tepat terhadap hewan

percobaan dengan efek toksik signifikan dan atau berat, yang terkait dengan kesehatan manusia yang dihasilkan umumnya pada konsentrasi paparan rendah Bahan yang berdasarkan bukti dari studi terhadap hewan percobaan dapat diduga memiliki potensi bahaya untuk kesehatan manusia melaui paparan tunggal. Penempatan Kateg bahan dalam kategori 2 dilakukan berdasarkan pengamatan ori 2 dari studi yang tepat terhadap hewan percobaan dengan efek toksik yang signifikan relevansinya terhadap kesehatan manuisa, dihasilkan umumnya pada konsentrasi paparan sedang. Efek pada organ sasaran sementara Efek pada target organ sasaran dimana bahan kimia atau campuran tidak dapat memenuhi kriteria pada kategori 1 dan Kateg 2 diatas. Efek dimana mempengaruhi secara luas pada organ ori 3 dalam waktu singkat setelah terpapar dan dimana orang dapat sembuh dalam waktu tertentu tanpa meninggalkan perubahan struktur atau fungsi. Kategori ini hanya termasuk efek narkotika dan iritasi pernafasan

Panduan Rentang Nilai untuk Dosis paparan Tunggal


Panduan Rentang Nilai untuk : Kategori Rute Paparan Unit Kategori 2 1 2000 C > mg/kgB C 300 300 Oral (tikus) B C Dermal (tikus, kelinci) 2000 C > mg/kgB 1000 1000 B Inhalasi (tikus) gas C 5000 C > ppm 2500 Inhalasi (tikus) uap 10 Inhalasi (tikus) debu/mist/fume Kategori 1 mg/l C 10 20 > C > 10

mg/15 C 1,0 5,0 > C > 10 Kategori 2 Kategori 3

Bahaya Awas Menyebabkan kerusakan Dapat menyebabkan

Awas Dapat

pada organ . (atau nyatakan semua organ yang terpengaruh jika diketahui) (nyatakan rute paparan jika terbukti secara meyakinkan bahwa tidak ada rute paparan lain yang menyebabkan bahaya tersebut)

kerusakan pada organ . (atau nyatakan semua organ yang terpengaruh jika diketahui) (nyatakan rute paparan jika terbukti secara meyakinkan bahwa tidak ada rute paparan lain yang menyebabkan bahaya tersebut)

menyebabkan iritasi pernapasan, atau dapat menyebabkan kantuk dan pusing

9. Toksisitas sistemik pada organ sasaran spesifik setelah paparan berulang Kateg ori Kriteria Bahan yang menyebabkan toksisitas signifikan terhadap manusia atau berdasarkan bukti terhadap hewan percobaan dapat diduga memiliki potensi untuk menyebabkan tokksisits signifikan pada manusia untuk paparan berulang. Penempatan bahan pada klategori 1 berdasarkan : Kateg ori 1 Bukti terpercaya dan berkualitas baik dari kasus manusia atau studi epidemiologi, atau Pengamatan dari studi yang tepat terhadap hewan percobaan dengan efek toksik signifikan dan atau berat, yang terkait dengan kesehatan manusia yang dihasilkan umumnya pada konsentrasi paparan rendah Bahan yang berdasarkan bukti dari studi terhadap hewan percobaan dapat diduga memiliki potensi bahaya untuk kesehatan manusia melaui paparan berulang. Penempatan Kateg bahan dalam kategori 2 dilakukan berdasarkan pengamatan ori 2 dari studi yang tepat terhadap hewan percobaan dengan efek toksik yang signifikan relevansinya terhadap kesehatan manuisa, dihasilkan umumnya pada konsentrasi paparan sedang. Catata Untuk kedua kategori organ target spesifik atau spesifik n yang terutama terpengaruh oleh bahan yang terklasifikasi, atau bahan dapat diidentifikasi sebagai toksikan sistemik umum. Percobaan seharusnya dibuat untuk menentukan toksisitas organ target utama dan diklasifikasikan untuk tujuan tersebut, contohnya hepatotoksikan dan neurotoksikan. Data harus dievaluasi dengan hati-hati dan bila mungkin tidak termasuk efek sekundernya, contohnya hepatotoksikan dapat menyebabkan efek sekunder pada saraf atau sistem gastrointestinal. Panduan untuk membantu mengklasifikasi berdasarkan hasil yang didapat dari studi yang terkait dengan hewan percobaan. Untuk kategori 1, efek toksik signifikan diamati selama 90 hari pemberian

dosis pada hewan percobaan dan dilihat pada/dibawah nil

Panduan Nilai untuk pengklasifikasian Kategori 1

membantu
Nilai Panduan

Rute Paparan Oral (tikus) Dermal (tikus, kelinci) Inhalasi (tikus) gas Inhalasi (tikus) uap Inhalasi (tikus) debu/mist/fume

Unit mg/kgB B mg/kgB B ppm

(dosis/konsent rasi) 10 20 50 0.2

mg/l 0.02 mg/15

Panduan Nilai untuk pengklasifikasian Kategori 2


Rute Paparan Oral (tikus) Dermal (tikus, kelinci) Inhalasi (tikus) gas Inhalasi (tikus) uap Inhalasi (tikus) debu/mist/fu me Kategori 1 Unit

membantu
Nilai Panduan (dosis/konsentrasi)

mg/kgBB mg/kgBB ppm mg/l mg/15

10-100 20-200 50-250 0.2-1.0 0.02-0.2

Kategori 2

Bahaya Menyebabkan kerusakan pada organ (nyatakan semua organ yang terpengaruh jika diketahui) setelah paparan jangka panjang atau berulang (nyatakan rute paparan jika terbukti secara meyakinkan bahwa tidak ada rute paparan lain yang menyebabkan bahaya tersebut)

Awas

Dapat menyebabkan kerusakan pada organ .. (nyatakan semua organ yang terpengaruh jika diketahui) setelah paparan jangka panjang atau berulang (nyatakan rute paparan jika terbukti secara meyakinkan bahwa tidak ada rute paparan lain yang menyebabkan bahaya tersebut)

10. Bahaya Aspirasi Kategori untuk bahaya aspirasi :


Kategori Kategori 1 Bahan kimia yang diketahui menyebabkan bahaya toksisitas aspirasi atau dianggap menyebabkan bahaya toksisitas aspirasi Kriteria 1. Berdasarkan bukti yang dapat dipercaya pada manusia, (contoh bahan kimia yang termasuk dalam kategori 1 adalah hidrokarbon tertentu, terpentin dan minyak cemara) atau 2. Jika bahan kimia tersebut adalah hidrokarbon dan memiliki viskositas kinematis kurang dari atau sama dengan 20,5 mm2/s, diukur pada suhu 40 C Berdasarkan pada penelitian pada hewan yang telah ada dan pendapat ahli tentang tegangan muka, kelarutan dalam air, titik didih dan volatilitas bahan kimia selain dari yang diklasifikasikan dalam kategori 1 dimana memiliki viskositas kinematis kurang dari atau sama dengan 20,5 mm2/s,diukur pada suhu 40 C (badan yang berwenang menentukan bahan kimia yang termasuk dalam kategori ini adalah n-alkohol yang terdiri kurang dari 3-13 atom karbon, isobutil alkohol, dan keton yang terdiri tidak lebih dari 13 atom karbon)

Kategori 2 Bahan kimia yang diduga dapat menyebabkan bahaya toksisitas aspirasi

Kategori 1

Kategori 2

Bahaya Dapat berakibat fatal jika tertelan dan masuk ke dalam saluran pernapasan

Awas Dapat berbahaya jika tertelan dan masuk ke dalam saluran pernapasan

11. Berbahaya terhadap lingkungan akuatik (a) toksisitas akut terhadap biota perairan
Kategori 1 Kategori 2 Tanpa simbol awas Sangat toksik bagi kehidupan akuatik LC50 1 mg/ l __ Toksik bagi kehidupan akuatik 1 < LC50 10 mg / l Kategori 3 Tanpa simbol __ Berbahaya bagi kehidupan akuatik 10 mg/l < LC50 100 mg/l

(b) toksisitas perairan


Kategori 1 Kategori 2

kronis

terahdap

biota

Kategori 3 Tanpa simbol

Kategori 4 Tanpa simbol

awas Sangat toksik terhadap kehidupan akuatik dengan efek jangka panjang

__ Toksik terhadap kehidupan akuatik dengan efek jangka panjang

__

__

Berbahaya Dapat terhadap menyebabkan kehidupan bahaya efek jangka akuatik dengan panjang terhadap efek jangka kehidupan akuatik panjang

LC50 1 mg/L Kurang memiliki potensi untuk dapat terdegradasi secara alamiah dengan cepat dan atau memiliki potensi bioakumulasi (BCF 500 atau log Kow 4)

1 mg/L < LC50 10 mg/L Kurang memiliki potensi untuk dapat terdegradasi secara alamiah dengan

10 mg/L < LC50 100 mg/L

Sukar larut dalam air dan tidak ada data toksisitas akut Kurang memiliki potensi untuk dapatterdegra dasi secara alamiah dengan cepat dan atau memiliki potensi bioakumulasi (BCF 500 atau log Kow 4); kecuali nilai NOECs kronis > 1 mg/l

Kurang memiliki potensi untuk dapat terdegradasi secara alamiah dengan cepat dan atau cepat dan memiliki potensi atau memiliki bioakumulasi potensi (BCF 500 atau bioakumulasi log Kow 4); (BCF 500 kecuali nilai atau log Kow NOECs kronis > 4); kecuali 1 mg/l nilai NOECs kronis > 1 mg/l

Share this:

StumbleUpon Digg Reddit

Implementasi MSDS Berdasarkan GHS


06 Mei

Prolog Global
Harmonized System (GHS) yang dimandatkan oleh PBB melalui ILO telah mewajibkan perubahan global dalam hal komunikasi bahaya termasuk Klasifikasi Bahaya, MSDS, beserta Penandaannya. Implementasi GHS menyangkut MSDS memerlukan pembahasan lintas sektoral terkait dengan amandemen dan revisi peraturan perundangan terkait. Makalah ini membahas mengenai implementasi MSDS berdasarkan mandat GHS dan perubahan apa saja yang diperlukan dalam menjawab tantangan global. Karena semua bahan kimia dan produk kimia yang diperdagangkan dibuat di tempat kerja (termasuk produk konsumen), penanganan selama pengapalan dan transportasi oleh pekerja, dan sering digunakan oleh pekerja, maka tidak ada pengecualian secara utuh dari ruang lingkup GHS untuk semua tipe bahan kimia atau produk tertentu. Di beberapa negara, sebagai contoh, obat-obatan saat ini tercakup dalam persyaratan tempat kerja dan transportasi di tahapan pembuatan, penyimpanan, dan transportasi dari siklus hidup. Persyaratan tempat kerja dapat juga diterapkan kepada karyawan yang terlibat dalam administrasi obatobatan atau pembersih tumpahan, dan jenis potensi paparan masalah kesehatan lainnya. Di beberapa sistem, MSDS dan pelatihan harus tersedia bagi karyawan tersebut di atas. Hal itu diantisipasi oleh GHS sehingga GHS akan menerapkan model yang sama terhadap obatobatan. 1. Pendahuluan Saat ini seperti kita ketahui bersama bahwa dunia telah memiliki jutaan jenis bahan kimia dan selalu bertambah setiap harinya. Banyaknya jumlah dan jenis bahan kimia yang beredar di dunia saat ini tentu memiliki resiko bahaya yang memerlukan penanganan dan perlakuan khusus oleh penggunanya. Keberadaan MSDS di dunia tidak terlepas dari adanya unsur resiko dan bahaya dari bahan kimia yang digunakan baik terhadap manusia maupun bagi lingkungan sekitarnya. Banyaknya jenis bahan kimia yang juga memiliki jenis dan sifat bahaya yang berbeda-beda telah membuat dunia secara Internasional dan regional memandatkan untuk selalu menyediakan lembaran MSDS sebelum suatu bahan kimia diperjual-belikan. Hal ini menjadi esensial sifatnya karena MSDS adalah sumber informasi yang menjadi bahan untuk Komunikasi Bahaya baik oleh Perusahaan atau oleh konsumen / end user yang akan mempergunakan bahan tersebut. MSDS berisikan informasi penting dari unsur / senyawaaan / campuran bahan kimia yang digunakan. Informasi yang disediakan oleh MSDS akan digunakan untuk mengembangkan perlindungan yang sesuai bagi pekerja / konsumen dan tindakan yang diperlukan untuk melindungi lingkungan hidup. Namun sejalan dengan berkembangnya sistem klasifikasi oleh

beberapa negara dan terjadinya perbedaan yang mencolok antar sistem klasifikasi bahaya bahan kimia beserta MSDS dan penandaannya telah membuat berbagai masalah dalam jalur perdagangan dan keselamatan manusia, dan hal ini telah membuat dunia Internasional melalui PBB memandatkan sebuah perubahan Global dalam Komunikasi Bahaya di seluruh dunia yang meliputi klasifikasi bahaya, MSDS, dan penandaan / labellingnya. Sistem harmonisasi global ini kemudian kita kenal dengan nama Global Harmonized System (GHS). Perubahan dan adopsi sistem GHS di seluruh dunia diharapkan dapat diimplementasikan secara menyeluruh pada tahun 2008 oleh seluruh negara di seluruh dunia, sementara amandemen dan perubahan peraturan lokal di masing-masing negara diharapkan akan selesai pada tahun 2006. 1. Material Safety Data Sheet / MSDS (LDKB) Mandat regional yang dikembangkan oleh masing-masing negara dalam hal format MSDS beserta nilai cut off dalam penentuan bahaya bahan kimia telah membuat pelbagai kesulitan yang dialami baik oleh pengusaha maupun penyalur bahan kimia. Beberapa negara di belahan dunia memerlukan MSDS full dalam 16 bagian dan beberapa negara ada yang hanya memandatkan 8 sampai 10 bagian MSDS. Penentuan klasifikasi dan nilai cut off yang berbeda di masing-masing negara juga telah menimbulkan konflik yang membingungkan dimana di satu negara dinyatakan bahan kimia tersebut tidak beracun sementara di negara lain dinyatakan beracun atau bahkan sangat beracun. Berbagai problematika yang muncul ini telah memicu dunia Internasional melalui PBB menyepakati untuk membuat suatu standar global dalam hal klasifikasi, penentuan nilai cut off, format MSDS, beserta penandaan atau labelling-nya yang kemudian kita kenal dengan nama Global Harmonized System (GHS). Penerapan GHS dalam sektor industri kimia akan mempermudah jalur perdagangan internasional dan menghilangkan berbagai kesulitan yang terjadi saat ini. Sementara dalam skala nasional, Indonesia memerlukan perubahan terkait dengan Format MSDS beserta klasifikasi dan simbol didalamnya. Perubahan ini tentunya memerlukan kerja sama antar Departemen seperti Depnakertrans, Deperindag, DepLH, DepKes, dll. Perubahan terutama dalam hal peraturan yang terkait dengan adopsi MSDS di Indonesia memerlukan pembahasan antar Departemen dimana diperlukan penyamaan visi dan misi dalam membantu target implementasi GHS secara menyeluruh pada tahun 2008. 1. Global Harmonized System (GHS) Sistem Harmonisasi Global yang diberi nama GHS bermula dari pertemuan METI (Ministry of Economic Trade and Industry) di Jepang yang kemudian berlanjut ke pertemuan tingkat Internasional di berbagai tempat seperti Rio de Janeiro dan Jenewa. Hasil pertemuan Internasional tersebut akhirnya menyepakati untuk membentuk satu sistem global dalam hal komunikasi bahaya yaitu: Klasifikasi Bahaya,

MSDS, dan Label / Penandaannya. Dalam hal ini, PBB menunjuk UNITAR (United Nations Institute for Training and Research) dibawah payung ILO sebagai koordinator proyek GHS di seluruh negara di dunia dimana di tergetkan tahun 2006 untuk perubahan amandemen peraturan lokal yang terkait dengan GHS dan tahun 2008 untuk pelaksanaan sistem implementasi secara menyeluruh di seluruh negara di dunia. APEC sebagai organisasi regional Asia Pasifik telah menyepakati untuk menerapkan sistem GHS di seluruh negara anggotanya termasuk salah satunya adalah Indonesia. Indonesia bahkan dipromosikan menjadi salah satu pilot country project untuk pelaksanaan GHS di Asia Pasifik khususnya di tingkat ASEAN. Keberadaan GHS di Indonesia tentunya akan membawa berbagai keuntungan antara lain karena dengan adopsi sistem GHS, maka Indonesia akan memiliki standar penentuan klasifikasi bahaya bahan kimia yang selama ini ada di Indonesia namun terdapat beberapa klasifikasi yang berbeda antar Kementerian / Departemen. Selain itu juga Indonesia akan memiliki standar sistem penandaan / labelling bahan kimia yang seragam, dimana diharapkan tidak akan ada perbedaan lagi dalam hal penandaan bahan kimia antar sektoral maupun instansi. Terakhir adalah format MSDS akan diseragamkan di Indonesia yaitu menggunakan format GHS yang terdiri dari 16 sections / bagian. Diharapkan dengan adanya sistem ini, seluruh instansi dan sektoral terkait akan menggunakan satu sistem yang sama dan tidak akan ada lagi perbedaan sistem yang digunakan. Selain keuntungan diatas, beberapa keuntungan lain dari adopsi GHS di Indonesia adalah mempermudah arus perdagangan bahan kimia secara global baik impor maupun ekspor, dan juga akan membantu dan mempermudah dalam menghambat perdagangan bahan kimia terlarang yang tidak boleh diperjual belikan. Selain itu, tujuan utama GHS adalah juga untuk melindungi pekerja, lingkungan hidup, dan umat manusia secara umum. Kesulitan dan tantangan serta hambatan yang ada di Indonesia antara lain disebabkan oleh beberapa hal antara lain: Terbatasnya tenaga ahli khususnya dalam ruang lingkup klasifikasi bahan kimia dan komunikasi bahaya Kurangnya pengetahuan yang menyebabkan kurangnya kewaspadaan terhadap resiko dan bahaya bahan kimia Kurangnya pemenuhan informasi saintifik untuk mengevaluasi bahaya yang diakibatkan oleh penggunaan berbagai bahan kimia. Kurangnya sarana dan pra sarana dalam hal penentuan toksisitas bahan kimia khususnya untuk campuran Kesulitan dalam menterjemahkan beberapa istilah teknis di Buku Ungu / GHS Purple Book kedalam bahasa lokal

Oleh karena itu dibutuhkan beberapa tindakan yang perlu dilakukan untuk membantu menyelesaikan kesulitan diatas antara lain melalui:

Revisi atau amendemen peraturan pemerintah yang terkait dengan bahan kimia Memperkuat assosiasi industri, transportasi, perdagangan dan lain-lain yang terkait dengan implementasi GHS Memperbanyak aktifitas training dan sosialisasi GHS baik dari segi frekuensi, kuantitas maupun kualitas Menciptakan mekanisme jaringan dengan stakeholders yang terlibat dengan implementasi GHS Pengembangan modul training implementasi GHS untuk berbagai kelompok target yang berbeda Menghubungkan aktifitas dan kebijakan nasional dengan program kerja pemerintahan propinsi atau daerah Bekerja sama dengan institusi non pemerintah dalam hal penyediaan jasa layanan pembuatan MSDS dan Penandaan sesuai GHS khususnya untuk membantu SME agar dapat bertahan dengan implementasi GHS

1. MSDS dan Implementasi berdasarkan GHS Implementasi GHS di Indonesia juga akan berdampak bagi perubahan klasifikasi bahaya, format MSDS beserta simbol bahaya / piktogram yang digunakan dimana Indonesia akan menggunakan format MSDS GHS dalam Bahasa Indonesia dan menggunakan Simbol Bahaya berdasarkan adopsi GHS. Sistem klasifikasi bahan kimia dalam MSDS juga akan menggunakan standar adopsi GHS. Namun sebelum simbol bahaya, MSDS dan label dikeluarkan, tentunya penentuan klasifikasi bahaya adalah hal pertama yang harus dilakukan yang akhirnya akan menentukan kriteria bahaya yang sesuai dan simbol yang cocok untuk digunakan. Sistem klasifikasi bahaya GHS sangatlah berbeda dengan beberapa sistem klasifikasi yang sudah diterapkan di beberapa negara di dunia seperti EU / UN / Japan / dll. Penyeragaman sistem klasifikasi bahaya GHS akan menghilangkan berbagai perbedaan mendasar yang selama ini terjadi di berbagai belahan dunia yang mengakibatkan perbedaan pandangan dalam hal klasifikai bahaya bahan kimia. Berikut adalah contoh perbedaan klasifikasi tersebut : Sebelum harmonisasi ini dicanangkan, berdasarkan EU nilai cut-off toksisitas akut untuk Kategori 1 memiliki nilai LD 50 25 mg/kg (oral), sementara di USA menggunakan 50 mg/kg. Hasilnya semua bahan kimia antara 25 dan 50 mg/kg diklasifikasikan secara berbeda. Berikut grafik perbandingan antar klasifikasi:

Grafik 1. Perbandingan Klasifikasi Toksistas Akut (Oral) Sementara untuk standar GHS, Toksisitas Akut Kategori 1 memiliki nilai LD50 5 seperti terlihat pada grafik berikut dibawah ini.

Grafik 2. Perbandingan Toksisitas Akut Yang Ada vs GHS Grafik diatas menunjukkan perbedaan Klasifikasi Toksisitas Akut (LD50 Oral Rat antar sistem klasifikasi yang ada saat ini dibandingkan dengan sistem GHS. Sementara untuk penentuan kategori flamabilitas, GHS memiliki kriteria sendiri yang berbeda dibandingkan dengan beberapa sistem klasifikasi yang ada. Berikut adalah grafik perbandingan klasifikasi kategori untuk flamabilitas berdasarkan GHS dan beberapa sistem klasifikasi lain.

Grafik 3. Perbandingan Kategori Flamabilitas Antar Sistem Perubahan terhadap format MSDS sebenarnya tidak terlalu signifikan dikarenakan Indonesia sudah menerapkan sistem format MSDS menggunakan 16 sections / bagian yang dimandatkan melalui Kepmenaker No 187 tahun 1999. Perubahan signifikan akan terjadi pada sistem klasifikasi bahaya beserta simbol / piktogram yang akan digunakan dimana standar GHS akan diadopsi secara menyeluruh oleh berbagai instansi terkait. Tabel 1. Perbandingan Format MSDS Menakertrans vs GHS Section s 1 2 3 Format Kepmenaker Identitas Perusahaan Komposisi Bahan * Identifikasi Bahaya * Format GHS Identitas Perusahaan Identifikasi Bahaya * Komposisi Bahan *

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Tindakan P3K Tindakan Penanggulangan Kebakaran Tindakan Penanggulangan Kebocoran dan Tumpahan Penyimpanan dan Penanganan Bahan Pengendalian Pemaparan dan APD Sifat Fisika dan Kimia Stabilitas dan Reaktifitas Bahan Informasi Toksikologi Informasi Ekologi Pembuangan Limbah Informasi Untuk Pengangkutan Bahan Informasi Perundang-undangan Informasi Lain

Tindakan P3K Tindakan Penanggulangan Kebakaran Tindakan Penanggulangan Kebocoran dan Tumpahan Penyimpanan dan Penanganan Bahan Pengendalian Pemaparan dan APD Sifat Fisika dan Kimia Stabilitas dan Reaktifitas Bahan Informasi Toksikologi Informasi Ekologi Pembuangan Limbah Informasi Untuk Pengangkutan Bahan Informasi Perundang-undangan Informasi Lain

Penjelasan implementasi MSDS berdasarkan GHS per sections akan dijabarkan sebagai berikut:

Identitas Bahan dan Perusahaan

Berisikan informasi mengenai nama bahan kimia / nama lain dari bahan. Juga berisi nama perusahaan / supplier pembuat / penyalur bahan kimia terkait, alamat perusahaan lengkap, nomor telepon beserta nomor telepon darurat / emergensi yang dapat dihubungi pada saat terjadi kecelakaan menyangkut bahan kimia terkait.

Identifikasi Bahaya

GHS menempatkan Bagian 2 yaitu Informasi mengenai Bahaya dari bahan kimia dan menempatkan informasi komposisi bahan setelahnya dikarenakan pekerja dan perusahaan lebih membutuhkan informasi bahaya dibandingkan dengan informasi kandungan / komposisi bahan, oleh karenanya format MSDS GHS menempatkan informasi Identifikasi Bahaya terlebih dahulu dibandingkan informasi

Komposisi Bahan. Oleh sebab itu untuk aplikasi di Indonesia, revisi Kepmenaker No 187/1999 dan peraturan terkait lainnya hanya memerlukan sedikit perubahan menyangkut perubahan Format MSDS dan Simbol bahaya yang digunakan. Sections 2 juga berisikan klasifikasi bahaya dari zat atau campuran bahan kimia. Selain itu juga sections ini menyertakan penampilan label / simbol bahaya termasuk pernyataan kehati-hatian dari bahan tersebut. Implementasi GHS juga akan memandatkan penggunaan simbol / piktogram sesuai standar GHS, artinya Indonesia juga akan menggunakan dan memiliki standar dalam hal simbol bahaya. Adapun simbol yang digunakan di Indonesia umumnya mengadopsi dari beberapa standar seperti EU. Berikut contoh simbol yang umum digunakan saat ini:

Sedangkan pada saatnya GHS diimplementasikan secara menyeluruh maka Indonesia akan mengadopsi simbol / piktogram GHS. Simbol / piktogram GHS sangat mudah difahami dan memiliki standar pewarnaan yang sangat mudah dikenali. Hal ini akan membantu pekerja / konsumen dalam mengidentifikasi bahaya yang ada beserta perlindungan apa saja yang harus digunakan pada saat bekerja dengan bahan kimia terkait. Penjelasan klasifikasi dari masing-masing simbol bahaya GHS adalah sbb: Kelas Simbol Keterangan

Eksplosif

Gas Pengoksidasi

Gas Bertekanan

4 Cairan Mudah Menyala

5 Padatan Mudah Menyala

8 Bahan Yang Dapat Bereaksi Sendiri

10 Padatan Piroporik

11 Bahan Yang Dapat Menumbulkan Panas Sendiri

12

Bahan Yang Apabila Kontak Dengan Air Menyebabkan Gas Mudah Menyala

13 Cairan Pengoksidasi

14 Padatan Pengoksidasi

15 Peroksida Organik

16 Korosif Terhadap Logam

17 Toksisitas Akut

18 Korosifitas / Iritabilitas Pada Kulit

19 Kerusakan Parah / Iritasi Pada Mata

20 Sensitasi Saluran Pernafasan / Kulit

21 Mutagenitas Sel Induk

22 Karsinogenitas

23 Toksisitas Terhadap Reproduksi

24

Toksisitas Sistemik Pada Organ Target Spesifik Karena Paparan Tunggal

25

Toksisitas Sistemik Pada Organ Target Spesifik Karena Paparan Berulang

26 Bahaya Aspirasi

27 Bahaya Terhadap Lingkungan Akuatik / Perairan

Komposisi Bahan

Komposisi dari bahan kimia menyertakan nama, CAS number, sinonim, impurities dan konsentrasi bahan dalam campuran, zat aditif penyetabil bahan kimia beserta identifikasi unik lainnya harus dimasukkan dan ditempatkan pada sections 3 dari GHS MSDS.

Tindakan P3K

Penjelasan mengenai tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) harus dimasukkan di sections ini, hal ini termasuk efek / gejala apa yang biasanya terjadi pada saat terjadi kecelakaan, apakah gejalanya akut atau tertunda. Masukkan informasi mengenai tindakan medis apa yang harus segera dilakukan dan perawatan yang dibutuhkan untuk menolong korban kecelakaan.

Tindakan Penanggulangan Kebakaran

Kebakaran menyangkut bahan kimia sangat selektif dan memerlukan tindakan khusus dalam penanganannya. Dalam sections 5 dimasukkan informasi mengenai jenis media pemadam yang cocok untuk memadamkan kebakaran, bahaya spesifik apa yang ditimbulkan oleh terbakarnya bahan kimia tersebut, dan alat pelindung diri apa yang harus dikenakan oleh petugas pemadam dan peringatan mengenai bahaya yang mungkin terjadi kemudian.

Tindakan Mengatasi Kebocoran dan Tumpahan

Informasi mengenai peringatan bagi individu beserta alat pelindung diri dan prosedur tanggap darurat terkait dengan terjadinya tumpahan dan kebocoran bahan kimia ditempatkan pada sections 6. Peringatan bahaya terhadap lingkungan hidup sebagai akibat dari tumpahan dan kebocoran tersebut juga disertakan pada sections ini. Metode dan bahan yang digunakan untuk menampung serta membersihkan tumpahan dan kebocoran harus dijelaskan pada sections ini. Jarak evakuasi jika terjadi kebocoran juga dimasukkan kedalam sections ini.

Penyimpanan dan Penanganan Bahan

Berisikan mengenai informasi penanganan dan penyimpanan yang aman dan sesuai dengan petunjuk peraturan. Informasi mengenai kondisi yang aman dalam hal penyimpanan beserta petunjuk inkompatabilitas / ketidaksesuaian dari bahan kimia yang ditempatkan harus dimasukkan dalam sections ini. Petunjuk inkompatabailitas bisa mengacu kepada Tabel Chemical Reactivity Sheet.

Pengendalian Pemaparan dan Alat Pelindung Diri

Pemaparan bahan kimia terhadap manusia dan lingkungan memerlukan pengendalian khusus dalam hal ini parameter apa saja yang harus dikendalikan harus dimasukkan kedalam sections 8 dari MSDS. Pengendalian engineering yang cocok untuk meminimalisasi pemaparan juga harus disertakan. Tindakan perlindungan terhadap individu juga harus dimasukkan yang antara lain berisikan petunjuk Alat Pelindung Diri yang sesuai dan yang paling cocok digunakan untuk mengontrol dan meminimalisasi resiko terhadap bahaya pemaparan. Sementara untuk Nilai Ambang Batas (NAB), saat ini masih dibicarakan mengenai NAB Global berdasarkan GHS, namun negara masih boleh memasukkan standar NAB berdasarkan standar yang ada pada negara masingmasing.

Sifat Fisika dan Kimia

Informasi mengenai sifat fisika dan kimiawi dari bahan kimia sangat esensial sifatnya dan dibutuhkan untuk mengontrol penanganan dan penyimpanan bahan kimia terkait. Sections 9 menempatkan informasi tersebut yang antara lain berisikan:
o o o o o o o o o o o o

Penampakan Bau Titik Leleh / Beku pH Titik Nyala Laju Penguapan Flamabilitas (padatan, gas) Batas bawah / atas dari flamabilitas atau ledakan Tekanan Uap Densitas Relatif Viskositas dll

Stabilitas dan Reaktifitas Bahan

Pada sections ini, MSDS harus berisikan informasi mengenai reaktifitas dan stabilitas dari bahan. Hal ini termasuk kemungkinan terjadinya reaksi berbahaya yang tidak diinginkan beserta kondisi yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Petunjuk mengenai bahan apa saja yang tidak cocok / inkompatibel untuk ditempatkan secara bersamaan dengan bahan tersebut harus dijelaskan dan dimasukkan dalam sections ini. Bahaya dekomposisi dari produk / bahan juga harus dimasukkan sebagai sumber informasi esensial tambahan. Informasi Toksikologi Menyediakan semua data menegenai bahaya kesehatan yang tercakup oleh GHS termasuk dalam hal ini antara lain: o Rute Kontak Masuk yang mungkin terjadi
o o

Gejala menyangkut bahaya fisika, kimiawi dan karakteristik racun.


o o o o o

Efek kronis, efek tertunda dan efek yang langsung terjadi dari pemaparan jangka pendek atau panjang. Nilai toksisitas (LD, LC), Iritasi, dll Dan data-data informasi lain yang mendukung

Jika data untuk bahaya dimaksud tsb tidak terdapat, sebaiknya dituliskan di SDS dengan pernyataan bahwa data yang dimaksud tidak terdapat. Informasi Ekologi

Berisikan informasi dan data-data terkait dengan Ekologi / Lingkungan Hidup seperti Toksisitas, degradabilitas dan persistance, potensi bioakumulasi, pergerakan di dalam tanah, dan informasi efek samping lainnya.

Pembuangan Limbah

Limbah dari produk bahan kimia harus diolah secara baik dan benar. Sections 13 dari MSDS GHS mewajibkan tersedianya informasi yang cukup mengenai metoda pengolahan limbah beserta tata caranya.

Informasi Untuk Pengangkutan Bahan

Antara lain berisikan UN Number, Nama pengiriman bahan yang sesuai peraturan UN, Kelas Bahaya Transportasi beserta Label dan Simbol yang diperlukan, Grup Kemasan, Bahaya Lingkungan Hidup, Petunjuk peringatan khusus bagi pengguna.

Informasi Perundang-undangan

Sections ini antara lain berisikan peraturan perundangan yang terkait yang tidak disediakan pada sections lain dari MSDS. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Lingkungan Hidup spesifik untuk bahan kimia yang masih dipertanyakan.

Informasi Lain Yang Diperlukan Berisikan anatara lain: Tanggal pembuatan MSDS Indikasi perubahan yang dilakukan dari MSDS sebelumnya o Legenda atau Akronim / Singkatan yang digunakan di dalam MSDS o Referensi literatur dan sumber yang diambil untuk membuat MSDS
o o

Selain simbol / piktogram diatas, GHS juga mengembangkan simbol untuk Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan pada saat bekerja dengan bahan kimia terkait, simbol tersebut berbentuk lingkaran berwarna dasar biru dengan gambar APD yang sesuai untuk mengurangi resiko terhadap bahaya pemaparan bahan kimia. Berikut adalah beberapa contoh Simbol APD versi GHS yang digunakan pada label / penandaan bahan kimia:

: Gunakan Alas Kaki atau Sepatu Bot

: Gunakan Pelindung Wajah / Face Shield

: Gunakan Masker / Respirator

: Gunakan Sarung Tangan

: Gunakan Kacamata / googles 1. Implementasi GHS yang akan mempengaruhi MSDS selain hal diatas adalah penerapan bahasa lokal baik untuk MSDS maupun Label / Penandaan. Penerapan GHS akan mewajibkan setiap MSDS dan Label terdapat dalam 2 bahasa yaitu bahasa lokal dan bahasa Internasional / Inggris. Penerapan ini sangat penting karena tujuan GHS adalah untuk melindungi umat manusia dan lingkungan hidup dari bahaya bahan kimia, sehingga penting untuk memandatkan seluruh sistem agar terdapat dalam bahasa lokal, hal ini agar memudahkan dalam hal mengerti dan memahami isi dan kandungan dari MSDS dan Label yang terdapat pada bahan kimia. Oleh karena itu, penterjemahan guide GHS atau yang kita kenal dengan nama Purple Book sangatlah penting karena GHS Purple Book akan menjadi acuan dalam penentuan klasifikasi bahaya beserta kategorinya, pembuatan MSDS, Label, dll. Diharapkan agar pemerintahan dapat segera merampungkan penterjemahan Purple Book ke GHS ke dalam bahasa Indonesia secara penuh dan mensosialisasikannya kepada pihak terkait. Oleh karena itu, sebaiknya hasil terjemahan purple book GHS dapat tersedia di berbagai situs pemerintahan seperti Depnaker, Badan POM, dll untuk di download oleh pengguna lokal selain juga disosialisasikan dalam bentuk hard cover. 2. Penting untuk diketahui bahwa penerapan GHS tidak akan mempengaruhi sistem penandaan transportasi yang sudah terlebih dahulu ada yaitu UN-RTDG, IATA, IMDG, dll. Sistem penandaan transportasi sudah terlebih dahulu diseragamkan dan distandardisasi sebelum isu GHS diangkat sehingga GHS

hanya akan mempengaruhi sistem penandaan pada produk atau kemasan dari produk tanpa mempengaruhi penandaan pada kendaraan / alat transportasi yang akan mengirimkan atau membawa bahan kimia. Kedua sistem ini, baik GHS maupun DG Transport Standards akan berdiri sendiri-sendiri namun tetap memiliki keterkaitan antar satu dengan yang lainnya. 4. Kesimpulan

Implementasi GHS akan memberikan perubahan yang mendasar dalam hal komunikasi bahaya yang meliputi klasifikasi bahaya, MSDS / LDKB, dan penandaan / labelling dari bahan kimia. Perubahan global ini membutuhkan kerja sama lintas sektoral agar dapat memenuhi target implementasi pada tahun 2008. Material Safety Data Sheet (MSDS) sebagai salah satu persyaratan yang akan diharmonisasikan melalui GHS akan disesuaikan formatnya beserta simbol yang digunakan, oleh sebab itu revisi peraturan pemerintah seperti Kepmenaker No 187/1999 dan peraturan Departemen terkait lainnya seperti Kepmenkes No. 427/Menkes/Per/V/1996 dan Kepmenperindag No. 254/MPP/Kep/7/2000 sangat penting untuk segera diselesaikan sebelum tahun 2006 agar payung hukum GHS di Indonesia menjadi jelas keberadaannya. Hasil terjemahan Guide GHS Purple book perlu disosialisaikan baik secara online maupun offline agar masyarakat pengguna dapat memperoleh sumber informasi secara tepat dan akurat. Secara keseluruhan implementasi GHS baik secara umum dan MSDS berdasarkan GHS akan memberikan keuntungan baik bagi pemerintah, industri baik besar maupun kecil, pekerja maupun konsumen dan lingkungan hidup. Daftar Pustaka 1. Anonymous, (2004) GHS Purple Book, United Nations. 2. Anonymous, (2004) Implementation and Maintenance of GHS Chapter 29, United Nations. 3. Anonymous, (2004) How GHS Fits Into Chemical Safety United Nations. 4. Anonymous, (2004) Survey of Asia-Pacific Countries Regarding GHS Implementation: Draft Report Seventh Meeting of the UNITAR/ILO GHS Capacity Building Programme Advisory Group (PAG) 5. Arai, K., (2001) The Globally Harmonized System (GHS) for Hazards Classification and Labelling, www.jcia-net.or.jp 6. Santoso, G., (2004) Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja, Penerbit: Prestasi Pustaka.

1. Anonymous, ( 2008 ) Panduan Teknis Penerapan GHS di Industri Direktorat Industri Kimia Hulu-Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, Departemen Perindustrian RI

You might also like