You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam membangun peradaban dunia dan kemudian ditambah lagi dengan kegemilangan generasi para sahabat yang mewariskan sistem dan nilai luhur saat tampil memegang tongkat kepemimpinan setelahnya merupakan torehan sejarah yang layak dicatat dengan tinta emas. Khulafaur Rasyidin adalah bukti dari suksesnya pewarisan sistem dan nilai tersebut, wafatnya Nabi tidak serta-merta menjadikan islam kehilangan mercusuar peradabannya karena memang risalah ilahiyah ini tidak pernah bergantung pada satu namapun. Ditangan empat khalifah yang pertama inilah islam telah mencapai puncak kejayaannya. Sebuah prestasi yang belum berulang dua kali sampai hari ini. hingga suatu hari datang dan merebaknya fitnah yang disulut oleh kedengkian musuh-musuh islam. Berikut ini adalah sejarah kepemimpinan khalifah ketiga yakni Usman bin Affan. Kami ketengahkan ini agar nantinya makna kebijakan dari pejalanan kepemimpinan beliau akan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Khalifah Usman bin Affan 2.1.1 Biografi Usman bin Affan, yang mempunyai nama lengkap Usman ibn Affan ibn Abdil Ash ibn Umayyah,merupakan anak dari pasangan Affan dan Arwa. Usman lahir pada tahun 576 H di Taif
1

dan

merupakan keturunan keluarga besar Bani Umayyah suku Quraisy. Ia mendapatkan kehormatan menikahi dua orang putri Rasulullah SAW, yaitu Ruqayyah dan Ummi Kultsum sehingga diberi julukan Dzu al-Nurain. Sebelum memeluk Islam, ia sudah dikenal sebagai seorang pedagang yang kaya raya. Ia juga mempunyai sifat-sifat mulia lainnya, seperti sederhana, jujur, cerdas, shaleh dan dermawan. Ketika telah memeluk agama Islam, pada usia usia 34 tahun bersama Thalhah bin Ubaidilah2, selain dikenal sebagai salah seorang sahabat terdekat nabi, ia juga dikenal sebagai seorang penulis wahyu. Ia selalu bersama Rasulullah SAW, dan selalu mengikuti semua peperangan kecuali perang Badar karena Rasulullah SAW memerintahkan Usman untuk menunggui istrinya, Ruqoyyah, yang saat itu sedang sakit keras. Sebagai seorang hartawan yang kaya raya, Usman

mempergunakan hartanya demi kejayaan Islam. Ia tak segan-segan menyumbangkan hartanya untuk biaya perang, maupun hal-hal lain yang berhubungan dengan penyebaran dan kehormatan agama Islam.
1 M Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2007, hal.89.

2 Drs H. Fatah, Sejarah Peradaban Islam, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 209, hal.54.

2.1.2

Proses Pengangkatan Menjelang wafatnya Umar bin Khattab, beliau menunjuk 6 orang sahabatnya untuk dicalonkan sebagai pengganti. Mereka adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin Ubaidillah. Keenam orang tersebut disebut sebagai Ahlul Halli wal Aqdi. Alasan Umar menunjuk keenam orang tersebut karena ia merasa tidak sebaik Abu Bakar dalam menunjuk penggantinya, juga tidak sebaik Rasulullah SAW untuk membiarkan para sahabat memilih pengganti. Maka diambillah jalan tengah dengan membentuk tim formatur untuk bermusyawarah menentukan pengganti dirinya. Karena kelompok tersebut beranggotakan 6 orang, maka untuk mencegah terjadinya suara yang sama ketika diadakan voting, dimasukkanlah Abdullah bin Umar, putra Umar bin Khattab. Abdullah bin Umar hanya berhak memilih, namun tak berhak untuk dipilih sebagai khalifah. Dari hasil voting, terpilihlah Usman bin Affan sebagai khalifah selanjutnya. Ia dipilih pada bulan Dzulhidzah tahun 23 H dan dilantik pada awal Muharram 24 Hijriah.

2.2 Masa Pemerintahan Khalifah Usman bin Affan Usman bin Affan Menjabat sebagai khalifah semenjak 23-35 H atau 644-656 Masehi. Ia merupakan khalifah yang memerintah terlama, yaitu 12 tahun. Berikut adalah Hal-hal yang dilakukan pada masa pemerintahannya pada berbagai bidang yaitu sebagai berikut :

2.2.1

Dalam Bidang Politik3

2.2.1.1 Administrasi Pemerintahan Untuk pelaksanaan administrasi pemerintahan di daerah, khalifah Usman bin Affan mempercayakannya kepada seorang gubernur untuk setiap wilayah atau propinsi. Pada masanya wilayah kekuasaan kekhalifahan Madinah dibagi menjadi 10 (sepuluh) propinsi dengan masing-masing gubernur/amirnya, yaitu: 1) Nafi bin al-Haris al-Khuzai, Amir wilayah Makkah; 2) Sufyan bin Abdullah al-Tsaqafi, Amir wilayah Thaif; 3) Yala bin Munabbih Halif Bani Naufal bin Abd. Manaf, Amir wilayah Shanaa; 4) Abdullah bin Abi Rabiah, Amir wilayah al-Janad; 5) Usman bin Abi al-Ash al-Tsaqafi, Amir wilayah Bahrain; 6) Al-Mughirah bin Syubah al-Tsaqafi, Amir wilayah Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asyari, Amir wilayah

Kuffah; 7)

Basrah; 8) Muawiyah bin Abi Sufyan, Amir wilayah Damaskus; 9) Umair bin Saad, Amir wilayah Himsh; dan 10) Amr bin Ash al-Sahami, Amir wilayah Mesir. Setiap Amir atau Gubernur adalah wakil khalifah di daerah untuk melaksanakan tugas administrasi pemerintahan dan bertanggungjawab kepadanya. Seorang amir diangkat dan diberhentikan oleh Khalifah. Kedudukan gubernur disamping sebagai kepala pemerintahan di daerah juga sebagai pemimpin agama, pemimpin ekspedisi militer, menetapkan undangundang, dan memutuskan perkara, yang dibantu oleh katib

3 http://adentatho.blogspot.com/kebijakan-pada-masa-pemerintahan-Usman.html

(sekretaris), pejabat pajak, pejabat keuangan (Baitul Mal), dan pejabat kepolisian. Sedangkan kekuasan legislatif dipegang oleh Dewan Penasehat atau Majlis Syura, tempat Khalifah mengadakan musyawarah atau konsultasi dengan para sahabat Nabi terkemuka. Majelis ini memberikan saran, usul, dan nasihat kepada Khalifah tentang berbagai masalah penting yang dihadapi Negara. Akan tetapi pengambil keputusan terakhir tetap berada di tangan Khalifah. Artinya berbagai peraturan dan kebijaksanaan, di luar ketentuan al-Quran dan Sunnah Rasul, dibicarakan di dalam majelis itu dan diputuskan oleh Khalifah atas persetujuan anggota Majelis. Dengan demikian, Majelis Syura diketuai oleh Khalifah. Jadi, jika Majelis Syura ini disebut sebagai lembaga legislatif, maka ia tidak sama dengan lembaga legislatif yang dikenal sekarang yang memiliki ketua tersendiri. Namun bagaimanapun, dengan adanya Majelis Syura ini

mencerminkan telah adanya pendelegasian kekuasaan dari Khalifah untuk melahirkan berbagai peraturan dan

kebijaksanaan. Dari cerminan fungsi ini, Majelis Syura masa kekhalifahan Usman bin Affan tersebut dapat dikatakan sebagai lembaga legislatif untuk zamannya. Dengan demikian, Khalifah Usman sebagaimana

pendahulunya tetap melaksanakan prinsip musyawarah dengan mengajak beberapa pihak untuk memecahkan masalahmasalah kenegaraan yang dihadapi. Ia tidak bertindak otoriter dalam memerintah bahkan sangat lunak dalam bertindak yang justru dikemudian hari menjadi boomerang bagi dirinya.

2.2.1.2 Perluasan Wilayah Islam

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwasanya Usman harus bekerja lebih keras lagi dalam mempertahankan dan melanjutkan perjuangan panji Islam sebab berbagai ancaman dan rintangan semakin berat untuknya mengingat pada masa sebelumnya telah tersiar tanda-tanda adanya negeri yang pernah ditaklukkan oleh Islam hendak berbalik memberontak padanya. Namun demikian, meski di sana-sini banyak kesulitan beliau sanggup meredakan dan menumpas segala pembangkangan mereka, bahkan pada masa ini Islam berhasil tersebar hampir ke seluruh belahan dunia mulai dari Anatolia, dan Asia kecil, Armenia, Kurdistan, Kaukus, Heart, Bulukhistan, Tus, Naisabur, Afganistan, Samarkand, Azarbaijan, Tashkent,

Turkmenistan, Khurasan dan Thabrani Timur hingga Timur Laut seperti Libya, Aljazair, Tunisia, Maroko dan Ethiopia. Maka Islam lebih luas wilayahnya jika dibandingkan dengan Imperium sebelumnya yakni Romawi dan Persia karena Islam telah menguasai hampir sebagian besar daratan Asia dan Afrika.

2.2.1.3. Pembentukan Armada Laut Islam Pertama Ide atau gagasan untuk membuat sebuah armada laut Islam sebenarnya telah ada sejak masa kekhalifahan Umar Ibn khattab namun beliau menolaknya lantaran khawatir akan membebani kaum muslimin pada saat itu. Setelah kekhalifahan berpindah tangan pada Usman maka gagasan itu diangkat kembali kepermukaan dan berhasil menjadi kesepakatan bahwa kaum muslimin memang harus ada yang mengarungi lautan meskipn sang khalifah mengajukan syarat untuk tidak memaksa

seorangpun kecuali dengan sukarela. Berkat armada laut ini wilayah Islam bertambah luas setelah berhasil menaklukkan tentara Romawi di Cyprus dipimpin Muawiyah bin Abi Sufyan

pada tahun 27 Hijrah meski harus melewati peperangan yang melelahkan.

2.2.2

Dalam Bidang Ekonomi Khalifah Usman bin Affan RA menjalankan kebijakan

ekonominya dengan melakukan beberapa penataan baru dengan mengikuti kebijakan Khalifah Umar sebagai berikut: a. Dalam rangka pengembangan sumber daya alam,

dilakukan pembuatan saluran air, pembangunan jalan-jalan dan pembentukan organisasi kepolisian secara permanen untuk mengamankan jalur perdagangan; b. Membentuk armada laut kaum muslimin hingga berhasil membangun supremasi kelautan di wilayah Mediterania dan berhasil membangun pelabuhan pertama negara Islam di semenanjung Syria, Tripoli dan Barca di Afrika Utara. c. Tidak mengambil upah dari kantornya, bahkan

menyimpan uangnya di bendahara negara. Hal ini bermuara pada terjadinya kesalahpahaman dengan

Abdullah bin Irqam, bendahara Baitul Mal saat itu. d. Mempertahankan sistem pemberian bantuan dan santunan serta memberikan sejumlah besar uang kepada masyarkat yang berbeda-beda. e. Dalam hal pengelolalan zakat, pemilik harta diberikan keleluasaan untuk menaksir hartanya sendiri. Dibebaskan zakat atas harta terpendam. f. Menaikkan dana pensiun sebesar 100 dirham dan memberikan ransum tambahan berupa pakaian g. Memperkenalkan tradisi mendistribusikan makanan ke masjid untuk fakir miskin dan musafir.

2.2.3

Dalam Bidang Sosial Budaya Dari dimensi sosial budaya, ilmu pengetahuan berkembang

dengan baik. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perluasan wilayah Islam4. Dengan adanya perluasan wilayah, maka banyak para sahabat yang mendatangi wilayah tersebut dengan tujuan mengajarkan agama Islam. Selain itu, adanya pertukaran pemikiran antara penduduk asli dengan para sahabat juga menjadikan ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Dari segi sosial budaya, Usman juga membangun mahkamah peradilan. Hal ini merupakan sebuah terobosan, karena sebelumnya peradilan dilakukan di mesjid. Usman juga melakukan penyeragaman bacaan Al Quran juga perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi. Penyeragaman bacaan dilakukan karena pada masa

Rasulullah Saw, Beliau memberikan kelonggaran kepada kabilahkabilah Arab untuk membaca dan menghafalkan Al Quran menurut lahjah (dialek) masing-masing. Seiring bertambahnya wilayah Islam, dan banyaknya bangsa-bangsa yang memeluk agama Islam, pembacaan pun menjadi semakin bervariasi. Akhirnya sahabat Huzaifah bin Yaman mengusulkan kepada Usman untuk menyeragamkan bacaan. Usman pun lalu

membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang disimpan oleh Hafsah dan menyeragamkan bacaan Quran. Perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi sendiri dilakukan karena semakin bertambah banyaknya umat muslim yang melaksanakan haji setiap tahunnya. Disamping itu, Kegiatan pembangunan berbagai sarana di wilayah-wilayah kekhalifahan Islam masa pemerintahan Usman bin Affan yang luas itu tumbuh pesat. Pembangunan saranasarana kepentingan umum itu meliputi pembangunan daerah4 Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Lesfi, 2009, hal.59.

daerah pemukiman, jembatan-jembatan, jalan-jalan, mesjidmesjid, wisma-wisma tamu, serta pembangunan kota-kota baru yang kemudian tumbuh dengan pesat sebagai sentra

perekonomian masa itu. Jalan-jalan yang menuju ke Madinah dilengkapi dengan berbagai fasilitas bagi para pendatang. Tempat-tempat persediaan air dibangun di Madinah, di kota-kota padang pasir, dan di ladingladang peternakan unta dan kuda. Pembangunan berbagai sarana kepentingan umum ini menunjukkan bahwa Usman bin Affan sebagai Khalifah sangat memperhatikan kemaslahatan publik, disamping juga Masjid Nabi di Madinah yang diperluas dari bentuknya semula.

2.2.4

Dalam Bidang Hukum Pada kekhalifahannya ada pembaharuan dalam bidang

hukum dengan membangun sebuah lembaga khusus yang bertugas menangani masalah-masalah pidana dan perdata dalam sebuah gedung khusus. Dalam melaksanakan hukum ini ia menggali para hakim dan para jaksa lainnya. Pada masa rasulullah, abu bakar, dan Umar pengadilan biasanya dilakukan dalam sebuah masjid dan itu dapat disaksikan oleh semua orang. Namun pada masanya hanya orang tertentulah yang diperkenakan masuk dan mengikuti jalannya persidangan tertentu.

2.3 Akhir Masa Kepemimpinan Usman bin Affan Enam tahun pertama kepemimpinan Usman adalah masa yang dipenuhi dengan prestasi penting dan kesejahteraan ekonomi yang tiada duanya, disamping administrasi pemerintahan yang berjalan efektif dan perluasan wilayah yang semakin berkembang pesat mencapai wilayahwilayah yang jauh dari pusat kekuasaan di Madinah saat itu.

Tapi pada tahun-tahun berikutnya, pemerintahan Khalifah Usman bin Affan mulai goyah dan terguncang, berbanding terbalik dengan sebelumnya kondisi serba sulit akibat merebaknya fitnah dan kedengkian musuh-musuh Islam yang diarahkan padanya. Rakyat di beberapa daerah terutana Kuffah, Basrah, dan Mesir mulai melakukan protes terhadap kebijaksanaan dan tindakan Khalifah yang dinilai tidak adil. Isu sentral yang menjadi pemicu protes dari rakyat adalah adalah masalah pergantian beberapa gubernur dengan orang-orang yang berasal dari sanak kerabat atau keluarga terdekatnya dan masalah penggunaan keuangan negara yang kurang transparan. Sesungguhnya Khalifah Usman memiliki alasan kuat untuk mengganti para gubernur itu. Khalifah Usman berpegang kepada wasiat khalifah sebelumnya yaitu Umar bin Khaththab yang berwasiat kepadanya agar ia mempertahankan para pejabat yang diangkat Umar bin Khaththab selama satu tahun. Artinya setelah para pejabat yang diangkat Umar telah bekerja selama satu tahun kepada Usman, maka Usman boleh menggantinya. Klimaks dari krisis kepercayaan rakyat beberapa daerah terhadap kepemimpinan Usman bin Affan sebagai khalifah ditandai dengan timbulnya pemberontakan oleh ribuan orang dari Kuffah, Basrah, dan Mesir yang datang ke Madinah secara bersamaan. Mereka berhasil mengepung kota Madinah dan rumah kediaman Khalifah Usman sehingga beliau syahid dengan amat tragis ketika sedang membaca alQuran pada jumat sore 18 Dzulhijjah 35 H. Usman bin Affan mengorbankan jiwanya sebagai pengorbanan bagi solidaritas Muslimin. Sebab sebelum ia syahid, ia sempat berkata kepada kaum pemberontak: adapun perkara maut, aku tidak takut, dan soal mati bagikut hal yang mudah. Soal bertempur, kalau aku menginginkannya, ribuan orang akan dating mendampingiku berjuang. Tapi aku tidak mau menjadi penyebab tertumpahnya darah, walau setetespun darah kaum Muslimin.

10

BAB III KESIMPULAN

Usman bin Affan Menjabat sebagai khalifah semenjak 23-35 H atau 644-656 Masehi. Ia merupakan khalifah yang memerintah terlama, yaitu 12 tahun. Berikut adalah Hal-hal yang dilakukan pada masa pemerintahannya pada berbagai bidang yaitu sebagai berikut : 1. Dalam Bidang Politik a. Administrasi Pemerintahan b. Perluasan Wilayah Islam c. Pembentukan Armada Laut Islam Pertama 2. Dalam Bidang Ekonomi 1. Dalam rangka pengembangan sumber daya alam, dilakukan pembuatan saluran air, pembangunan jalan-jalan dan

pembentukan organisasi kepolisian secara permanen untuk mengamankan jalur perdagangan; 2. 3. Membentuk armada laut kaum muslimin. Tidak mengambil upah dari kantornya, bahkan menyimpan uangnya di bendahara negara. 4. Mempertahankan sistem pemberian bantuan dan santunan serta memberikan sejumlah besar uang kepada masyarkat yang berbeda-beda. 5. Dalam hal pengelolalan zakat, pemilik harta diberikan

keleluasaan untuk menaksir hartanya sendiri. 6. Menaikkan dana pensiun sebesar 100 dirham dan memberikan ransum tambahan berupa pakaian 7. Memperkenalkan tradisi mendistribusikan makanan ke masjid untuk fakir miskin dan musafir.

11

3. Dalam Bidang Sosial Budaya Dari dimensi sosial budaya, ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perluasan wilayah Islam. Usman juga melakukan penyeragaman bacaan Al Quran juga perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi. 4. Dalam Bidang Hukum Pada kekhalifahannya ada pembaharuan dalam bidang hukum dengan membangun sebuah lembaga khusus yang bertugas menangani masalah-masalah pidana dan perdata dalam sebuah gedung khusus.

12

DAFTAR PUSTAKA

Drs H. Fatah, Sejarah Peradaban Islam, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009. Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Lesfi, 2009. M Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2007. http://adentatho.blogspot.com/kebijakan-pada-masa-pemerintahanusman.html

13

You might also like