You are on page 1of 56

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SPLIT JUMP DENGAN SQUAT

JUMP TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN SAMPING/


CECHUITUI ATLET WUSHU















Oleh
SUGIONO
POR A2





UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PENDIDIKAN
OLAHARAGA PROGRAM PASCA SARJANA


1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Manusia bahkan dari zaman dahulu kala sudah mengenal berbagai macam
seni beladiri yang beragam. Beladiri yang paling tua di Indonesia adalah Silat.
Kemudian beladiri yang berasal dari luar Indonesia mulai memasuki perbeladirian
Indonesia dan berkembang dengan pesat. Seperti Karate dari Jepang, Taekwondo
dari Korea, Kungfu dari China dan lain sebagainya.
Berbagai beladiri tersebut semakin lama semakin berkembang, hingga
beladiri yang asli di Indonesia hampir terlupakan, dalam arti kata bahwa
perguruan pencak silat hanya digemari oleh sekelompok kecil golongan
masyarakat saja dibandingkan dengan beladiri yang berasal dari luar negeri seperti
Karate, Taekwondo, Judo, Kungfu dan lainnya yang mengalami perkembangan
yang cukup pesat di dunia perbeladirian Indonesia saat ini. Memang pencak silat
juga mengalami perkembangan saat ini hingga perguruan beladiri silat ini telah
memasuki pertandingan yang bertaraf internasional seperti SEA GAMES. Walau
demikian perguruan pencak silat ini tetap agak tertinggal dibandingkan dengan
seni beladiri lainnya yang berasal dari luar negeri tersebut.
Wushu adalah salah satu cabang olahraga beladiri yang masih tergolong
baru di Indonesia. Wushu merupakan induk dari organisasi cabang-cabang
olahraga beladiri Kungfu. Sama halnya FORKI untuk Karate, IPSI untuk Pencak
Silat. Olahraga yang berasal dari China ini gerakannya memiliki persamaan
dengan seni beladiri Karate yang menekankan pada pukulan dan tendangan, serta
2
gerakan menangkis. Walaupun gerakan di dalam kungfu lebih mengalir dan tidak
monoton. Beberapa gerakan dalam kungfu juga menekankan pada desakan,
sapuan, gerak tipu dan bantingan, serta dorongan.
Demikian halnya dengan kungfu yang memasuki perbeladirian Indonesia
pada tahun 1960-an (Jakarta). Mulai tahun 1960-an sampai dengan sekarang
beladiri kungfu banyak mengalami perkembangan. Saat ini banyak sekali ragam-
ragam dari beladiri kungfu yang terdapat di Indonesia, salah satunya adalah
beladiri kungfu Naga Sakti Siauw Lim Sie yang berpusat di Jakarta. Seluruh
beladiri yang terdapat di Indonesia tergabung dalam satu wadah yang bernama
WUSHU INDONESIA.
Pada mulanya beladiri kungfu ini tidak termasuk dalam dalam olahraga
yang dipertandingkan di Indonesia karena beladiri kungfu ini terlalu kasar dan
bebas dalam melaksanakan pertandingan (full contact). Namun pada saat sekarang
ini, beladiri kungfu ini sudah masuk dalam pertandingan nasional bahkan
internasional yaitu pada Cabang Wushu yang banyak menggunakan teknik-teknik
pemakaian jurus dan kelihatan dalam memainkan alat seperti pedang, golok, stick
atau tongkat, tombak dan alat-alat yang dipergunakan dalam latihan.






3
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini :
1. Untuk mengungkapkan bagaimana cara untuk meningkatkan latihan split
jump dengan squa jump terhadap kecepatan tendangan samping/cechuitui
atlet wushu.
2. Pentingnya komponen fisik untuk mencapai peningkatan dalam meraih
prestasi

1.3. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah bias menjadi masukan bagi
para pelatih olahraga, Pembina seluruh cabang olahraga dan bagi para guru
penjas dan juga bagi penulis sendiri.













4
BAB II
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SPLIT JUMP DENGAN SQUAT
JUMP TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN SAMPING/
CECHUITUI ATLET WUSHU
2.1. Pengertian Wushu
Kungfu lebih tua dari peradaban, selama ada manusia dibumi telah ada
perkelahian. Orang selalu mencari cara untuk membantu mereka bertarung dengan
baik. Ini berkembang menjadi suatu seni, yaitu Kungfu. Dan ini terjadi sebelum
orang mulai bertani dan menetap, yang merupakan awal dari peradaban. Pada
masa lalu kungfu dikenal dengan nama lain, nyatanya sepanjang sejarah dan pra
sejarah beladiri China ini telah dikenal dengan lebih dari 40 istilah. Istilah kungfu
cukup modern ini, hanya digunakan pada abad ke-20.
Istilah Wushu yang populer sejak tahun 1949, juga digunakan dari abad
ke-3 SM sampai abad ke-9 M, adalah Wuyi. Wu berarti beladiri, dan Yi berarti
seni. Baik wushu dan wuyi diterjemahkan sebagai seni beladiri (Mortal Art).
Tetapi secara semantik, Yi lebih tepat artinya. Istilah umum lainnya yang
digunakan untuk seni beladiri Tionghoa pada masa lalu oleh Wong Kiew Kit
(2003:14) disebutkan di bawah ini :
Jueli Combating Strength Kekuatan Bertempur
Juedi Wrestling Gulat
Jiji Techniques of Fighting Teknik Bertarung
Wuji Martial Techniques Teknik Beladiri
Xiangfu Buting Combath Pertempuran Menanduk
Xiangpo Inter Combat Pertempuran Antara
Shaupo Hand Combat or Boxing Pertempuran Tangan/Tinju
Zuojiao Griping and Throwing Mencengkram dan Melempar
Quanfo Fist Techniques Teknik Pukulan
Quanshu Art of The Fist Seni Pukulan
5
Istilah wuyi pertamakali muncul pada Dinasti HAN (207 SM 220 M),
dan tetap menjadi istilah populer untuk seni beladiri diantara Orang Tionghoa
sepanjang masa. Pada masa itu wuyi meliputi panahan, pertempuran, dengan
menunggang kuda, angkat berat, tinju, gulat, pertarungan tanpa senjata,
pertarungan dengan senjata, latihan dengan rangkaian gerakan dan latihan
berpasangan.
Kungfu yang dikenal pada waktu Dinasti SONG YUAN dan MING adalah
Wuyi (seni beladiri) dan Wuji (teknik beladiri). Pada Tahun 960-1279 M
Pemerintah Song sangat mendorong rakyatnya utnuk berlatih wuyi dan mendirikan
sekolah beladiri. Pada Tahun 1044, ia menerbitkan Kitab Agung Seni Beladiri,
yang meliputi organisasi dan latihan militer, seni invanteri, dan kavaleri. Gerakan
militer dan perkemahan, strategi dan teknik pembuatan dan penggunaan senjata,
geografi militer dan sejarah.
Banyak ahli wuyi yang mencari nafkah dengan mempertunjukkan seni
mereka di depan publik sebagai peraga keliling atau peraga permanen.
Pertunjukan mereka meliputi gulat, tinju, akrobat demonstrasi jurus seni beladiri,
senjata, penahan, dan angkat berat. Unsur menariknya adalah banyak unsur dari
wanita. Istilah untuk menyebut mereka adalah Nuzhan.
2.2.Hakekat Kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui
Kecepatan bukan berarti hanya mengerakkan seluruh tubuh dengan cepat,
akan tetapi dapat pula hanya pada anggota-anggota tubuh dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Harsono (1988:216) mengemukakan, bahwa kecepatan
6
adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan secara berturut-turut dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya.
Dalam olahraga beladiri wushu tendangan ditentukan oleh gerakan paha/
kaki yang dilakukan secara cepat. Kecepatan tendangan pada wushu yaitu
Tendangan Samping/Cechuitui ditentukan singkat tidaknya tendangan dalam
menempuh sasaran. Menurut Harsono (1988:31) menyatakan kecepatan ialah
kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya. Dalam beladiri Wushu pada saat melakukan Tendangan Samping/
Cechuitui unsur kecepatan akan terlihat pada saat melakukan Cechuitui.
Kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui sangat penting dalam latihan,
Taulo (kata), terutama pada saat bertarung (Sansho). Seorang Wushu-an harus
memiliki kecepatan yang tinggi agar pada saat aba-aba mulai terdengar, dengan
sesingkat itu pula ia melepaskan tendangan/serangan kesasaran yang telah
ditentukan. Kecepatan menunjukkan waktu diantara saat seseorang diberi
rangsangan dan reaksi otot atau gerakan permulaan dilakukan. Menurut Nossek
(1981:87) meyatakan bahwa kecepatan adalah merupakan kualitas kondisional
yang membawakan seseorang olahragawan untuk bereaksi secara cepat bila
dirangsang dan untuk menampilkan/melakukan gerakan secepat mungkin.
Gerakan-gerakan kecepatan dilakukan melawan perlawanan yang berbeda-
beda dengan efek bahwa pengaruh kekuatan juga menjadi faktor yang kuat.
Karena gerakan-gerakan kecepatan dilakukan dalam waktu yang sesingkat
mungkin, kecepatan secara langsung bergantung pada waktu yang ada dan
7
pengaruh kekuatan kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui ditentukan oleh
singkat tidaknya otot paha dan kaki dalam mencapai sasaran.
Peningkatan kondisi fisik memungkinkan peningkatan prestasi, karena
seorang atlet dapat mempersiapkan latihan dan melakukan dengan baik seperti
yang dikatakan oleh Harsono (1988:5) yang menyatakan, jika kondisi fisik baik
maka :
1. Akan ada peningkatan kemampuan dalam sistem sirkulasi dan karya
jantung.
2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan kelenturan, stamina, kecepatan,
dan kemampuan kondisi fisik.
3. Akan ada ekonomis gerak yang akan lebih baik pada waktu latihan.
4. Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah
latihan.
5. Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-
waktu respon demikian diperlukan komponen kondisi fisik, yaitu
kecepatan dan kekuatan sangatlah mendukung dalam mencapai hasil
tendangan samping/cechuitui.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa kecepatan sangatlah mendukung atau
menopang dengan rangkaian gerakan-gerakan yang lebih luas dalam latihan
pertandingan jurus (tauto) atau komite (shanso).
Teknik tendangan menjadi sangat penting karena kekuatannya yang jauh
lebih besar dari pada tangan. Walaupun teknik tendangan secara umum lebih
sukar dibanding dengan teknik pukulan. Namun dengan latihan-latihan yang
benar, baik, dan terarah teknik tendangan akan menjadi senjata yang dahsyat
untuk melumpuhkan lawan. Kepala yang juga salah satu senjata jarang sekali
digunakan di dalam pertandingan resmi kecuali untuk pembelaan diri yang betul-
betul terdesak saja.
8
Menurut V.Yoyok Suryadi (2002:32), menyatakan : untuk melakukan
tendangan diperlukan kecepatan, kekuatan dan yang lebih utama keseimbangan
yang prima, selain itu diperlukan juga penguasaan jarak, dan timing yang tepat
agar tendangan tersebut menjadi efektif.
Tendangan Cechuitui adalah tendangan yang sering diarahkan pada
pinggang, perut dan leher. Bagian kaki yang digunakan untuk menendang adalah
bagian pisau kaki (bal nal) ataupun tumit kaki.
V.Yoyok Suryadi (2002:34) menyatakan, pada saat menendang diperlukan
kontraksi badan sehingga disaat memindahkan tenaga kesasaran diperoleh daya
hentak atau daya dorong yang maksimal.
Wong Kiew Kit (2003:105) menyatakan, bahwa Tendangan Samping/
Cechuitui sering digunakan dalam kungfu Shaolin. Dan kaki harus ditarik seketika
ke belakang atau posisi semula setelah menendang, sehingga menjadi/membentuk
kuda-kuda busur anak panah menyamping sehingga ia tidak terkena meskipun
penyerang meneruskan dengan tendangan cepat dari posisinya, kecuali ia telah
menurunkan kaki yang menendang dan bergerak dekat atau di depan penahan.
Untuk menguasai teknik tendangan menurut Suryadi (2002:32-33) ada
beberapa pedoman yang harus dipahami dan dilatih terus-menerus secara
sistematis, yaitu:
1. Maksimalkan kekuatan tendangan dengan kekuatan dan kelenturan
lecutan lutut.
2. Jaga konsentrasi dan pandangan pada sasaran serta aturlah jarak dan
timing.
3. Setelah melakukan tendangan kaki harus secepatnya ditarik dan kembali
siap untuk melakukan tendangan atau gerakan selanjutnya.
9
4. Aturlah keseimbangan sebaik-baiknya, karena untuk melakukan
tendangan yang cepat butuh keseimbangan yang baik dan untuk
menjaga keseimbangan yang baik butuh kecepatan tendangan.
5. Koordinasikan seluruh gerak tubuh, terutama dengan putaran pinggang
agar menghasilkan tenaga yang maksimal.

2.3. Hakekat Latihan
Sebelum masuk kehakekat latihan Split Jump dan latihan Squat Jump perlu
diketahui terlebih dahulu hakekat latihan. Dalam pembinaan olahraga prestasi
tujuan latihan adalah untuk meningkatkan penampilan olahraga. Harsono (1988:5)
menyatakan bahwa latihan adalah suatu proses penyempurnaan atlet secara sadar
untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik, teknik,
taktik, dan mental yang terarah serta teratur, meningkat bertahap dan berulang-
ulang waktunya. Sedangkan Pate (1993:317) menyatakan latihan adalah peran
serta dalam yang sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
fungsional fisik dan daya tahan latihan.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, latihan adalah
suatu kegiatan yang tersusun secara sistematis dan berulang-ulang, dan beban kian
bertambah. Yang dimaksud dengan sistematis adalah berencana, menurut jadwal
dan menurut pola sistem tertentu, metodis dari yang mudah ke yang sukar, latihan
yang teratur dari yang sederhana ke yang kompleks. Berulang-ulang maksudnya
adalah gerakan-gerakan yang sukar dilakukan menjadi semakin mudah dan
reflektif pelaksanaannya. Beban makin bertambah maksudnya adalah setiap kali,
secara perodik setelah tiba saatnya maka beban ditambah demi meningkatkan
perubahan-perubahan dan tercapainya prestasi.
10
Latihan yang baik dan benar dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi
semuanya tidak lepas dari penerapan prinsip-prinsip latihan. Adapun prinsip-
prinsip latihan itu sendiri menurut PB PASI (1993:61) ada 3 (tiga) azas yang
paling penting yaitu: 1. Prinsip Overload (beban berlebih), 2. Prinsip Reversibility
(kompensasi), 3. Prinsip Specility (kekhususan).
Dari beberapa uraian di atas dapat dijelaskan, bahwa dengan melakukan
latihan secara berulang-ulang, terprogram, serta mengacu pada prinsip latihan
merupakan usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, yaitu memperoleh
tingkat kesegaran jasmani yang tinggi sehingga memperoleh prestasi yang
maksimal dan menghindari terjadinya cidera.
2.4. Hakekat Latihan Split Jump
Dalam olahraga beladiri sangat diperlukan suatu gerakan kecepatan
tendangan kearah sasaran. Kecepatan tendangan salah satunya ditentukan oleh
kemampuan daya ledak otot tungkai yang baik, Sehingga akan dapat melakukan
tendangan yang sangat cepat. Dengan demikian daya ledak otot tungkai,
merupakan salah satu komponen gerak yang sangat penting dalam olahraga
beladiri terutama pada Wushu.
Harsono (1988:26) menyatakan, power (daya ledak) adalah kemampuan
otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang cepat.
Selanjutnya Mutalip (1984:12) mengemukakan, power otot (tenaga otot) adalah
kemampuan otot untuk mengeluarkan tenaga ototnya secara eksplosif, unsur
yang mempengaruhi daya ledak otot di samping kekuatan otot juga kecepatan
11
rangsangan saraf, dan kecepatan kontraksi otot. Dengan kata lain power
berbanding lurus dengan kekuatan dan berbanding terbalik dengan waktu.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan
bahwa daya ledak otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot dalam
mengerahkan tenaga maksimal untuk mengatasi beban tertentu dalam waktu yang
tercepat. Jadi daya ledak otot merupakan unsur yang mendasar dan harus dimiliki
oleh setiap atlet beladiri khususnya atlit wushu, di samping unsur kondisi fisik
lainnya. Dengan demikian atlet beladiri yang memiliki kecepatan gerakan
terutama gerakan tendangan akan memiliki keuntungan karena akan cepat
melakukan serangan dan menangkis serangan.
Untuk dapat memiliki daya ledak otot tungkai yang baik diperlukan
latihan, salah satu bentuk latihan yang dapat dilakukan adalah latihan Spilt Jump.
Latihan Split Jump merupakan salah satu bentuk latihan polymetrics yang
bertujuan untuk meningkatkan daya eksplosif power. Hazildine (1989:14)
mengemukakan latihan polymetrics adalah model latihan untuk meningkatkan
kemampuan atlet, dengan latihan-latihan yang mutlak, kekuatan yang diperlukan
untuk menghasilkan mengahasilkan gerak eksplosif. Radcliffe dan Forentinos
(1985:15) mengemukakan, latihan polymetrics dapat meningkatkan daya
eksplosif anggota bagian bawah atau otot tungkai yang bentuk latihannya
mengarah pada bentuk latihan bound, jump, dan hop.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa latihan
playmetrics adalah bentuk latihan yang dapat meningkatkan kemampuan daya
eksplosif otot anggota gerak bawah, khususnya otot-otot tungkai, dengan bentuk
12
latihan seperti bound, jump, dan hop. Pada dasarnya jenis latihan ini dilakukan
untuk menghasilkan dan meningkatkan daya otot tungkai, sehingga dapat
memberikan sumbangan yang berarti pada cabang olahraga yang ditekuni.
Seperti yang telah dikemukakan, bahwa salah satu bentuk latihan yang dapat
meningkatkan daya ledak otot tungkai adalah bentuk latihan Split Jump. Adapun
pelaksanaannya adalah cobalah berdiri tegak lurus, salah satu kaki dimajukan ke
depan, kaki yang terdepan ditekuk pada sudut 90
o
, sehingga pangkal paha sejajar
dengan lutut. Selanjutnya coba melompat ke atas setinggi mungkin dibantu oleh
ayunan kedua lengan, kemudian mendarat dengan posisi yang sama seperti semula
dengan kaki yang terdepan ditekuk setinggi lutut sehingga pangkal paha sejajar
dengan lutut. Ulangi gerakan tersebut seketika setelah mendarat.
3.2. Hakekat Latihan Squat Jump
Menurut Nurhasan (2001:53), bahwa Squat Jump merupakan bentuk
latihan untuk melatih dan meningkatkan dan meningkatkan komponen daya tahan,
power otot tungkai. Rodecliff dan Forentinos (1985:54) tentang latihan Squat
Jump, yaitu : latihan Squat Jump dimulai dengan posisi tegak lurus dengan kaki
ditempatkan selebar bahu, sambungkan jari-jari tangan dan tempatkan telapak
tangan ke belakang kepala, gerakan ini menekan lutut dan pangkal paha. Adapun
rangkaian gerakan dan dimulai dengan tekanan ke bawah secara cepat dengan
posisi setengah jongkok. Dengan segera bergerak ke bawah dan dengan cepat
melompat ke atas sama tingginya kemungkinan dengan pendaratan dengan posisi
setengah jongkok.
13
Squat Jump adalah salah satu bentuk latihan playmetrics yang gunanya
untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai. Adapun gerakan Squat Jump
dimulai dengan posisi setengah jongkok dan dengan cepat melompat ke atas.
Latihan Squat Jump dirancang sedemikian rupa dengan memenuhi prinsip- prinsip
ilmiah latihan agar dapat dijadikan satu latihan untuk memperoleh dan
meningkatkan daya ledak (power) otot. Dan diduga untuk masa latihan 6 (enam)
minggu power dapat meningkat sesuai dengan ilmu dasar dalam kepelatihan
olahraga.
Latihan Squat Jump merupakan bentuk latihan untuk meningkatkan daya ledak
otot tungkai. Tetapi dengan bentuk latihan yang berbeda dengan perlakuan
tendangan samping/cechuitui, maka penulis memprediksikan bahwa bentuk
latihan Squat Jump lebih sedikit pengaruhnya dari bentuk latihan Split Jump















14
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penulisan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
a. Profil merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil
atau gagalnya seseorang dalam mencapai prestasi
b. Faktor psikis juga sangat menentukan dalam memenangkan suatu event
c. Pembinaan kondisi fisik juga harus memperhatikan urutan kebutuhan
komponen kondisi fisik yang dominan dalam beladiri Wushu.
2. Saran
Dari hasil penulisan yang diperoleh, penulis dapat merumuskan beberapa saran
untuk dipergunakan para Pembina, pelatih juga guru da penulis sendiri.
1. Profil merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil
atau tidaknya seseorang dalam berprestasi.
2. Kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam
program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah
direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk
meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari
sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk
mencapai prestasi yang lebih baik

15
DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan. (2005). Kejuaraan Nasional Wushu Indonesia Medan.
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan. (2004). Pedoman
Penulisan Skripsi. FIK. Unimed.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta : CV.
Tambal Kurnia.

Hazeldine, (1989). Fitnes for Sport. Marlborough The Crowood Press-London.
Husaini Usman. (1983). Pengantar Statistika. Yogyakarta.
Radcliffe, Forentinus. (1985). Polymetrics. Jakarta : Kantor Menpora.

Mutalip, (1984). Teori Umum Latihan. Semarang : IKIP.
Nossek, (1981). Teori Umum Latihan, Institut Nasional Olahraga, Logos.
Jakarta : Pab Dirjen Pendidikan Tinggi.

Nurhasan, (2001). Tes dan Pengukuran. Dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta :
Direktoral Jenderal Olahraga.

Pate, (1993). Dasar-Dasar Ilmu Kepelatihan. Semarang : IKIP.
PB. PASI, (1993). Prinsip- Prinsip Latihan. Jakarta : PB. PASI.
Sajoto. (1986). Pembinaan Kondisi Fisik. Jakarta : Departemen P&K, Dirjen
Dikti.

Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sugiarto, Herry Siswanto, Lauw Tjhing Houw. (2000). Wushu, Variasi dan
Perkembangan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.

V. Yoyok Suryadi. (2002). Taekwondo, Poomse Tae Jeuk. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Wong Kiew Kit. (2003). The Art of Shaolin Kungfu, Rahasia Kungfu Untuk
Beladiri, Kesehatan dan Pencerahan. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo.


16
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
petunjukNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Perbedaan Pengaruh Latihan Split Jump Dengan Squat Jump Terhadap
Kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui Atlet Wushu.
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi para pembaca
terutama pelatih karena di dalam makalah ini terdapat pemecahan-pemecahan
terutama terhadap power otot lengan dan bentuk latihan yang cocok untuk tenis
lapangan.
Dan saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pada
penyususnan makalah ini, yaitu kepada rekan-rekan dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan saya mohon maaf apabila masih banyak
kekurangan.


Semarang, Agustus 2009


Sugiono





i
17
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
LATAR BELAKANG MASALAH ..................................... 1
TUJUAN PENULISAN ........................................................ 3
MANFAAT PENULISAN .................................................... 3
BAB II PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SPLIT JUMP
DENGAN SQUAT JUMP TERHADAP KECEPATAN
TENDANGAN SAMPING/CECHUITUI ATLET WUSHU ....... 4
2.1 PENGERTIAN WUSHU ..................................................... 4
2.2 HAKEKAT KECEPATAN TENDANGAN SAMPING/
CECHUITUI ........................................................................ 5
2.3 HAKEKAT LATIHAN ........................................................ 9
2.4 HAKEKAT LATIHAN SPLIT JUMP ................................. 10
2.5 HAKEKAT LATIHAN SQUAT JUMP .............................. 12
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 14
A. KESIMPULAN ....................................................................... 14
B. SARAN .................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15




ii
18
PROPOSAL STUDENT GRANT





Oleh












FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2009

JUDUL
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SPLIT JUMP DENGAN SQUAT
JUMP TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN SAMPING/
CECHUITUI ATLET WUSHU NAGA SAKTI PEMATANG SIANTAR

19
PERSETUJUAN



Judul : Perbedaan Pengaruh Latihan Split Jump dengan
Latihan Squat Jump Terhadap Kecepatan
Tendangan Samping/Cechuitui Atlet Wushu
Naga Sakti Pematang Siantar
Pengusul :
Ketua Tim :
Anggota 1 :
Anggota 2 :
Total Biaya : Rp 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah)
Waktu Pelaksanaan : Agustus s/d Nopember 2009







Menyetujui,
Dosen Pembimbing, Ketua Tim




Drs. Ibrahim Wiyaka, M.Kes.,AIFO
NIP NIM




Mengetahui,
Dekan,



(Drs. Ibrahim Wiyaka, M.Kes.,AIFO)
NIP
BAB I
20
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia bahkan dari zaman dahulu kala sudah mengenal berbagai macam
seni beladiri yang beragam. Beladiri yang paling tua di Indonesia adalah Silat.
Kemudian beladiri yang berasal dari luar Indonesia mulai memasuki perbeladirian
Indonesia dan berkembang dengan pesat. Seperti Karate dari Jepang, Taekwondo
dari Korea, Kungfu dari China dan lain sebagainya.
Berbagai beladiri tersebut semakin lama semakin berkembang, hingga
beladiri yang asli di Indonesia hampir terlupakan, dalam arti kata bahwa
perguruan pencak silat hanya digemari oleh sekelompok kecil golongan
masyarakat saja dibandingkan dengan beladiri yang berasal dari luar negeri seperti
Karate, Taekwondo, Judo, Kungfu dan lainnya yang mengalami perkembangan
yang cukup pesat di dunia perbeladirian Indonesia saat ini. Memang pencak silat
juga mengalami perkembangan saat ini hingga perguruan beladiri silat ini telah
memasuki pertandingan yang bertaraf internasional seperti SEA GAMES. Walau
demikian perguruan pencak silat ini tetap agak tertinggal dibandingkan dengan
seni beladiri lainnya yang berasal dari luar negeri tersebut.
Wushu adalah salah satu cabang olahraga beladiri yang masih tergolong
baru di Indonesia. Wushu merupakan induk dari organisasi cabang-cabang
olahraga beladiri Kungfu. Sama halnya FORKI untuk Karate, IPSI untuk Pencak
Silat. Olahraga yang berasal dari China ini gerakannya memiliki persamaan
dengan seni beladiri Karate yang menekankan pada pukulan dan tendangan, serta
gerakan menangkis. Walaupun gerakan di dalam kungfu lebih mengalir dan tidak
21
monoton. Beberapa gerakan dalam kungfu juga menekankan pada desakan,
sapuan, gerak tipu dan bantingan, serta dorongan.
Demikian halnya dengan kungfu yang memasuki perbeladirian Indonesia
pada tahun 1960-an (Jakarta). Mulai tahun 1960-an sampai dengan sekarang
beladiri kungfu banyak mengalami perkembangan. Saat ini banyak sekali ragam-
ragam dari beladiri kungfu yang terdapat di Indonesia, salah satunya adalah
beladiri kungfu Naga Sakti Siauw Lim Sie yang berpusat di Jakarta. Seluruh
beladiri yang terdapat di Indonesia tergabung dalam satu wadah yang bernama
WUSHU INDONESIA.
Pada mulanya beladiri kungfu ini tidak termasuk dalam dalam olahraga
yang dipertandingkan di Indonesia karena beladiri kungfu ini terlalu kasar dan
bebas dalam melaksanakan pertandingan (full contact). Namun pada saat sekarang
ini, beladiri kungfu ini sudah masuk dalam pertandingan nasional bahkan
internasional yaitu pada Cabang Wushu yang banyak menggunakan teknik-teknik
pemakaian jurus dan kelihatan dalam memainkan alat seperti pedang, golok, stick
atau tongkat, tombak dan alat-alat yang dipergunakan dalam latihan.
Tendangan merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam
seni beladiri, karena tanpa kemampuan tendangan yang baik otomatis semua hal
yang sangat penting dalam latihan tidak akan terlaksana dengan baik. Menurut
Risbon Sinaga (Guru Wushu Naga Sakti Pematang Siantar), bahwa tendangan
dalam beladiri Wushu Naga Sakti memiliki bagian-bagian ataupun macam-macam
lagi seperti tendangan depan, tendangan samping/cechuitui, tendangan sisi,
22
tendangan belakang, tendangan kura-kura atau punggung kaki, tendangan balik
dan lain-lain.
Lebih lanjut Siswantoro, Sugiarto, Louw Tjhing Houw (2000:29-41)
mengatakan teknik tendangan dasar yang terpenting dalam wushu adalah sebagai
berikut :
1. Tanti, yaitu tendangan kedepan
2. Cechuitui, yaitu tendangan samping
3. Tengkong Feijiao yaitu tendangan punggung
4. Xietitui, yaitu tendangan menyilang atau diagonal
5. Waibaitui, yaitu tendangan kearah luar
6. Lihetui, yaitu tendangan kearah dalam
7. Chaitui, yaitu tendangan trap
8. Tan pa ciao, yaitu tendangan menepik

Sedangkan untuk mendapatkan kemampuan tendangan samping/cechuitui
yang baik diperlukan diperlukan kekuatan otot tungkai (kaki) yang baik, karena
sudah pasti kemampuan Tendangan Samping/Cechuitui yang baik harus didasari
oleh kekuatan otot kaki juga. Untuk mendapatkan kekuatan otot kaki, berbagai
metode latihan dapat juga dilakukan seperti dengan metode lari, skipping leg carl,
leg press, squat jump, half squat, split jump, dan lain-lain.
Dalam penelitian penulis hanya memfokuskan pada kemampuan
Tendangan Samping/Cechuitui yang diberi perlakuan latihan Split Jump dan
latihan Squat Jump. Menurut pendapat Risbon Sinaga (Guru Wushu Naga Sakti
Pematang Siantar) dalam latihan sehari-hari Tendangan Samping/Cechuitui
merupakan tendangan yang paling sering dilakukan dan tendangan ini merupakan
tendangan yang bahaya jika mengenai sasaran.
Adapun alasan peneliti memilih Tendangan Samping/Cechuitui dalam
penelitian ini adalah karena hal-hal sebagai berikut :
23
1. Selama ini atlet-atlet yang dilatih terus diberi gemblengan Tendangan
Samping/Cechutui yang baik.
2. Pemberian metode latihan untuk meningkatkan kemampuan Tendangan
Samping/Cechuitui belum pernah dilakukan pada Atlet Wushu Naga Sakti
yang ada di Pematang Siantar.
3. Belum pernah ada penelitian yang bertopik pengaruh latihan Split Jump
dan latihan Squat Jump terhadap kemampuan Tendangan Samping/
Cechuitui di perguruan Wushu Naga Sakti yang ada di Pematang Siantar
secara khusus.
Dalam pertandingan hanya ada 3 (tiga) macam bentuk pemberian nilai
yaitu: tendangan nilainya 1 (satu), pukulan nilanya 1 (satu), dan bantingan
nilainya 2 (dua). Sesuai dengan peraturan baru saat Kejuaraan Daerah Sansho
Wushu, Pertarungan Bebas 2006 di Gedung Serbaguna UNIMED.
Olahraga ini memerlukan kondisi fisik yang baik yang harus dimiliki oleh
setiap individu yang ingin mencapai prestasi yang baik. Mustahil seseorang
memiliki prestasi yang baik jika tidak memiliki kondisi fisik yang baik. Dalam
olahraga beladiri pada wushu, unsur-unsur gerak sangat diperlukan seperti:
kekuatan, kelincahan, kecepatan, keseimbangan, dan power. Dan masing-masing
unsur fisik ini saling mendukung satu dengan yang lainnya, karena tidak akan
terjadi koordinasi yang baik apabila hanya memiliki satu unsur gerak saja.
Dari beberapa pengamatan selama ini, dalam kegiatan latihan yang
dilakukan oleh Atlet Wushu Naga Sakti Pematang Siantar, di mana Tendangan
Samping/Cechuitui belum memiliki kecepatan yang baik. Terlihat pada saat
24
pertandingan Sansho Wushu, Pertarungan Bebas Kejuaraan Daerah yang
dilakukan di Gedung Serba Guna UNIMED Medan (13 s/d 20 Juli 2006), di mana
hanya 2 orang yang mendapat juara yaitu di kelas 48 Kg dan 52 Kg Putra Senior
dari 10 orang yang bertanding.
Salah satu kesalahan mereka yang jelas terlihat yaitu pada waktu mereka
melakukan Tendangan Samping/Chechuitui ke daerah perut. Di mana teknik
Tendangan Samping/Cechuitui ini menurut Wong Kiew Kit (2003:105)
menyatakan bahwa :
1. Tendangan samping seperti burung nan bahagia yang melompati dahan.
2. Kaki harus ditarik seketika setelah menendang.
3. Kaki yang ditarik diturunkan dibelakang penahan.
4. Silangkan kedua kaki dalam posisi setengah jongkok dengan kedua tangan
diletakkan dipinggir atau disilangkan di depan dada.
5. Angkat kaki bagian depan dengan lutut ditekuk dan jari-jari kaki mengarah
kedalam, luruskan kedua lengan pada posisi lebih tinggi dari pundak pada
saat menendang kearah samping, dengan tubuh bagian atas dimiringkan
kesatu sisi dan pandangan mata melihat ke arah tendangan.

Jika dilihat dalam segi pembinaan fisik, teknik, taktik dan mental di sasana
ini sudah cukup bagus. Pengamat memberi kesimpulan bagus pada keempat aspek
ini, yaitu: disaat latihan para atletnya tidak menampakkan wajah-wajah yang
kelelahan, disaat pelatih memberi waktu istrahat untuk para atletnya, atlet ini
melakukan pengulangan-pengulangan dari jurus-jurus yang mereka pelajari,
bukan istirahat. Gerakan-gerakan dari jurus-jurus yang mereka lakukan, kita
senang melihatnya atau kagum karena gerakannya dilakukan dengan sungguh-
sungguh, disaat sparing/komite sering dilakukan dua lawan satu, orang ini
ternyata mampu menguasai medan, di dalam bertanding atletnya tidak pernah
takut menghadapi lawannya. Tetapi pengamat melihat setiap kali atletnya
25
melakukan Tendangan Samping/Cechuitui sangat lambat, sehingga lawan mereka
sangat mudah mengelaknya dan melakukan serangan balik. Memang Tendangan
Samping/Cechuitui ini merupakan tendangan yang sangat berbahaya di wushu
apabila mengenai sasaran. Tendangan Samping/Cechuitui ini diibaratkan seperti
golok yang siap menebas sasaran, juga bisa mendorong sasaran sampai terjatuh ke
lantai.
Artinya hal itu akan dapat dicapai dengan melakukan kegiatan latihan,
sebab dikatakan oleh Harsono (1988:100) bahwa tujuan serta sasaran utama dari
latihan atau training adalah untuk membantu atlet dalam meningkatkan
keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin.
Dikatakan Sajoto (1986:25) bahwa seorang olahragawan tidak akan dapat
melakukan teknik-teknik secara sempurna jika kondisi fisiknya jelek, maka pada
setiap cabang olahraga ada komponen fisik yang sangat dominan diperlukan
dibandingkan dengan komponen yang lain. Oleh karena itu pada dasarnya semua
cabang olahraga memerlukan unsur-unsur kondisi fisik. Berarti untuk
mendapatkan tendangan yang mantap dan cepat, diperlukan suatu kondisi fisik
yang mengarah kepada unsur pendukung.
Untuk mengatasi masalah tersebut Pelatih Sasana Wushu Naga Sakti
Pematang Siantar telah memberikan latihan, seperti :
1. Memberikan latihan Tendangan Samping/Cechuitui ditempat sebanyak
mungkin setiap latihan.
2. Melakukan tendangan ke karung pasir untuk Tendangan Samping/
Cechuitui ini sebanyak mungkin setiap latihan.
26
3. Melatih Tendangan Samping/Cechuitui dengan kuda-kuda Gong-Bu
(kuda-kuda busur secara berbaris, 1 baris terdiri dari 3 orang), dan
melakukan Tendangan Samping/Cechuitui itu dengan kaki bergantian dan
maju ke depan sebanyak mungkin.
Namun berdasarkan pengamatan penulis, latihan tersebut hanya
menghasilkan tekhnik tendangan, tidak diikuti dengan kecepatan yang sempurna
sehingga Tendangan Samping/Cechuitui sering lemah dan juga tidak mencapai
sasaran yang tepat. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk menawarkan
model latihan lain di luar latihan tersebut terutama untuk menopang/mendukung
kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui yaitu dengan latihan Split Jump dan
Squat Jump.
Split Jump adalah suatu gerakan yang dilakukan yang dilakukan pada
permukaan datar seperti: Matras, lantai, tanah, pasir, atau rumput. Latihan ini
sebagai sebuah lompatan yang cepat untuk melatih kelenturan paha, kaki, dan
pinggul. Latihan Split Jump dilakukan dengan keadaan sikap berdiri bebas, dan
tangan di samping badan, satu kaki di depan dan ditekuk hingga membentuk sudut
90
0
dan kaki yang dibelakang sejauh semampu kita sambil jinjit. Kemudian
melompatlah setinggi mungkin, lalu saat mendaratkan kaki usahakan harus
serentak antara kaki kiri dan kanan.
Squat Jump adalah latihan yang dilakukan pada permukaan datar seperti
matras atau lantai. Latihan ini untuk membentuk daya ledak otot tungkai. Squat
Jump dilakukan dengan cara melompat dengan kaki bergantian di depan, dengan
posisi serong yang bertujuan untuk melatih daya ledak otot tungkai. Latihan Squat
27
Jump dilakukan dengan posisi badan/sikap berdiri tegak lurus dengan kaki dibuka
selebar bahu, sambungkan jari dan tempatkan di belakang kepala dengan posisi
setengah jongkok, kemudian lompat setinggi mungkin dilakukan dengan kaki
berganti posisi dan kembali kebentuk semula. Bagaimana pengaruh model latihan
tersebut? Justru itu merupakan masalah di dalam penelitian ini.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas yang telah dikemukakan pada latar belakang
masalah, dapat diidentifikasikan sebagai berikut: Faktor-faktor apa sajakah yang
dapat meningkatkan kecepatan tendangan Wushuan? Apakah latihan kondisi fisik
dapat mempengaruhi prestasi Atlet Wushuan? Apakah latihan kondisi fisik dapat
meningkatkan kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui? Apakah dengan
memberikan latihan Split Jump dan Squat Jump dapat meningkatkan kecepatan
Tendangan Samping/Cechuitui? Apakah dengan tanpa latihan Split Jump dan
latihan Squat Jump dapat meningkatkan kecepatan Tendangan Samping/
Cechuitui? Bila kedua latihan tersebut dapat meningkatkan kecepatan tendangan,
latihan manakah yang lebih baik terhadap peningkatan kecepatan Tendangan
Samping/Cechuitui?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat pada uraian yang telah tercantum pada identifikasi masalah,
maka perlu kiranya menentukan pembatasan masalah untuk memperjelas sasaran
yang akan dicapai, yaitu Perbedaan Pengaruh Latihan Split Jump dan Squat Jump
Terhadap Kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui Atlet Wushu Naga Sakti
Pematang Siantar.
28
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di dalam latar belakang masalah, identifikasi masalah,
dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti,
sebagai berikut :
1. Apakah latihan Split Jump mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui pada Atlet Wushu Naga Sakti
Pematang Siantar.
2. Apakah ada pengaruh latihan Squat Jump terhadap kecepatan Tendangan
Samping/Cechuitui pada Atlet Wushu Naga Sakti Pematang Siantar.
3. Manakah yang lebih banyak pengaruhnya antara latihan Split Jump atau
Squat Jump terhadap kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui pada Atlet
Wushu Naga Sakti Pematang Siantar.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menemukan jawaban
tentang :
1. Untuk mengetahui apakah latihan Split Jump mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui pada Atlet
Wushu Naga Sakti Pematang Siantar.
2. Untuk mengetahui apakah latihan Squat Jump mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui pada Atlet
Wushu Naga Sakti Pematang Siantar.
29
3. Untuk mengetahui manakah yang lebih baik pengaruhnya antara, antara
latihan Split Jump dan Squat Jump terhadap kecepatan Tendangan
Samping/Cechuitui pada Atlet Wushu Naga Sakti Pematang Siantar.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan suatu hal yang bermanfaat
bagi kita semua, sehingga dari hasil penelitian ini nantinya akan memberikan
masukan-masukan yang berguna seperti yang penulis uraikan di bawah ini.
Adapun manfaat-manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan bagi para pelatih, khususnya pelatih Sasana
Wushu Naga Sakti di Gedung Olahraga Pematang Siantar, akan mendapat
variasi tentang latihan menendang dengan latihan Split Jump atau latihan
Squat Jump terhadap kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui.
2. Hasil penelitian ini kiranya dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam
penyusunan program latihan pembinaan prestasi khususnya pada Atlet
Wushu.
3. Penelitian ini dijadikan sebagai bahan acuan untuk kegiatan penelitian
selanjutnya dengan ruang lingkup yang lebih luas.
30
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kajian Teoritis
3. Hakekat Wushu
Kungfu lebih tua dari peradaban, selama ada manusia dibumi telah ada
perkelahian. Orang selalu mencari cara untuk membantu mereka bertarung dengan
baik. Ini berkembang menjadi suatu seni, yaitu Kungfu. Dan ini terjadi sebelum
orang mulai bertani dan menetap, yang merupakan awal dari peradaban. Pada
masa lalu kungfu dikenal dengan nama lain, nyatanya sepanjang sejarah dan pra
sejarah beladiri China ini telah dikenal dengan lebih dari 40 istilah. Istilah kungfu
cukup modern ini, hanya digunakan pada abad ke-20.
Istilah Wushu yang populer sejak tahun 1949, juga digunakan dari abad
ke-3 SM sampai abad ke-9 M, adalah Wuyi. Wu berarti beladiri, dan Yi berarti
seni. Baik wushu dan wuyi diterjemahkan sebagai seni beladiri (Mortal Art).
Tetapi secara semantik, Yi lebih tepat artinya. Istilah umum lainnya yang
digunakan untuk seni beladiri Tionghoa pada masa lalu oleh Wong Kiew Kit
(2003:14) disebutkan di bawah ini :
Jueli Combating Strength Kekuatan Bertempur
Juedi Wrestling Gulat
Jiji Techniques of Fighting Teknik Bertarung
Wuji Martial Techniques Teknik Beladiri
Xiangfu Buting Combath Pertempuran Menanduk
Xiangpo Inter Combat Pertempuran Antara
Shaupo Hand Combat or Boxing Pertempuran Tangan/Tinju
Zuojiao Griping and Throwing Mencengkram dan Melempar
Quanfo Fist Techniques Teknik Pukulan
Quanshu Art of The Fist Seni Pukulan
31
Istilah wuyi pertamakali muncul pada Dinasti HAN (207 SM 220 M),
dan tetap menjadi istilah populer untuk seni beladiri diantara Orang Tionghoa
sepanjang masa. Pada masa itu wuyi meliputi panahan, pertempuran, dengan
menunggang kuda, angkat berat, tinju, gulat, pertarungan tanpa senjata,
pertarungan dengan senjata, latihan dengan rangkaian gerakan dan latihan
berpasangan.
Kungfu yang dikenal pada waktu Dinasti SONG YUAN dan MING adalah
Wuyi (seni beladiri) dan Wuji (teknik beladiri). Pada Tahun 960-1279 M
Pemerintah Song sangat mendorong rakyatnya utnuk berlatih wuyi dan mendirikan
sekolah beladiri. Pada Tahun 1044, ia menerbitkan Kitab Agung Seni Beladiri,
yang meliputi organisasi dan latihan militer, seni invanteri, dan kavaleri. Gerakan
militer dan perkemahan, strategi dan teknik pembuatan dan penggunaan senjata,
geografi militer dan sejarah.
Banyak ahli wuyi yang mencari nafkah dengan mempertunjukkan seni
mereka di depan publik sebagai peraga keliling atau peraga permanen.
Pertunjukan mereka meliputi gulat, tinju, akrobat demonstrasi jurus seni beladiri,
senjata, penahan, dan angkat berat. Unsur menariknya adalah banyak unsur dari
wanita. Istilah untuk menyebut mereka adalah Nuzhan.
Akan tetapi selama Dinasti YUAN (1260-1368 M), ketika Orang
Mongolia menguasai China, Orang China dilarang menyimpan senjata atau
melatih seni beladiri, meskipun demikian Olahraga Zejiao (mencengkram dan
melempar atau gulat Mongolia) menyebar, dan beberapa seniman beladiri juga
mempraktekkan seni ini secara diam-diam. Banyak yang menyembunyikan wuyi
32
di dalam akrobatik dan seni drama yang sangat populer pada waktu itu. Namun,
meskipun banyak teknik bertarung yang dipelihara dengan cara ini, hal ini
mempercepat degradasi seni beladiri menjadi bentuk demonstrasi semata.
Dinasti MING (1368-1644 M) mewakili penanda penting dalam
perkembangan seni beladiri Tionghoa, khususnya dikenal sebagai wuyi atau
Quanfu (tekhnik pukulan) dalam masa ini dan perbedaan antrara beladiri dan
aspek demonstrasi lebih jelas. Disatu sisi banyak Jenderal MING yang
menggunakannya sebagai bagian penting dan terhormat dalam latihan militer
dengan kompetisi teratur bagi tentara.
Sebaliknya seniman wuyi profesional menggarapnya sebagai seni
pertunjukan dan sering mengawinkannya dengan gerakan kembangan untuk
menyenangkan penonton. Istilah pukulan kembangan dan tendangan sulaman
sering digunakan untuk menggambarkan jenis gerakan ini, yang kemudian
menjadi tidak efektif untuk menjadi tujuan pertempuran.
Setelah berakhirnya Perang Dunia Ke-II, dan komunis berhasil menguasai
daratan China, banyak ahli wushu melarikan diri ke Taiwan bersama Chiang Kiai
Shek dan koloni Hongkong bahkan lebih jauh lagi ke Asia, termasuk ke Indonesia.
Beberapa bentuk wushu akhirnya diperkenalkan dibeberapa daerah baru-
baru ini yang kebanyakan tercatat berasal dari Daerah Utara China. Salah satu
style wushu yang akhirnya populer di Hongkong atau bahkan mendunia adalah
Wing chun.
Wing chun muda diterima oleh masyarakat karena efektivitas nyatanya
sebagai metode beladiri dan kesederhanaan strukturnya. Wing chun diciptakan
33
oleh seorang pendekar wanita yang bernama Yin Wing Chun pada akhir Abad Ke-
17, yang gerakan maupun filosofinya didasarkan pada ajaran seorang Biarawati
Budha Ng mi.
Wing chun dibawa dari balik negara Tirai Bambu oleh Yip Man, seorang
Guru besar ternama yang meninggal belum lama berselang. Yip Man adalah guru
besar Bruce Lee (Lee Siao Lung). Yang lebih punya andil dari siapapun mengenai
popularitas wushu (di dunia lebih populer dengan kungfu) dibanyak negara
dewasa ini.
Setelah Tahun 1949, pemerintah China memasukkan Biara Shaolin ke
dalam perlindungan pemerintah dan melakukan perbaikan terhadap bangunannya.
Biara Shaolin diperbaiki kembali dan dibuka bagi para turis. Setelah pemerintah
komunis yang menggantikan pemerintahan telah melakukan banyak hal untuk
membangkitkan kejayaan dan kebesaran seni beladiri Tionghoa yang mereka
namakan lagi Wushu.
Ada komite kerja ditingkat nasional, provinsi maupun distrik untuk
mempelajari maupun untuk mempromosikan seni itu, sekolah dan kampus wushu
khusus didirikan. Tim wushu dikirim ke luar negeri untuk demonstrasi. Promosi
berbagai buku yang memberi informasi yang berharga tentang wushu diterbitkan,
turnamen wushu nasional dan internasional diadakan. Wushu sudah dimasukkan
ke Asian Games bahkan ke Olympiade.
4. Hakekat Kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui
Kecepatan bukan berarti hanya mengerakkan seluruh tubuh dengan cepat,
akan tetapi dapat pula hanya pada anggota-anggota tubuh dalam waktu yang
34
sesingkat-singkatnya. Harsono (1988:216) mengemukakan, bahwa kecepatan
adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan secara berturut-turut dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya.
Dalam olahraga beladiri wushu tendangan ditentukan oleh gerakan paha/
kaki yang dilakukan secara cepat. Kecepatan tendangan pada wushu yaitu
Tendangan Samping/Cechuitui ditentukan singkat tidaknya tendangan dalam
menempuh sasaran. Menurut Harsono (1988:31) menyatakan kecepatan ialah
kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya. Dalam beladiri Wushu pada saat melakukan Tendangan Samping/
Cechuitui unsur kecepatan akan terlihat pada saat melakukan Cechuitui.
Kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui sangat penting dalam latihan,
Taulo (kata), terutama pada saat bertarung (Sansho). Seorang Wushu-an harus
memiliki kecepatan yang tinggi agar pada saat aba-aba mulai terdengar, dengan
sesingkat itu pula ia melepaskan tendangan/serangan kesasaran yang telah
ditentukan. Kecepatan menunjukkan waktu diantara saat seseorang diberi
rangsangan dan reaksi otot atau gerakan permulaan dilakukan. Menurut Nossek
(1981:87) meyatakan bahwa kecepatan adalah merupakan kualitas kondisional
yang membawakan seseorang olahragawan untuk bereaksi secara cepat bila
dirangsang dan untuk menampilkan/melakukan gerakan secepat mungkin.
Gerakan-gerakan kecepatan dilakukan melawan perlawanan yang berbeda-
beda dengan efek bahwa pengaruh kekuatan juga menjadi faktor yang kuat.
Karena gerakan-gerakan kecepatan dilakukan dalam waktu yang sesingkat
mungkin, kecepatan secara langsung bergantung pada waktu yang ada dan
35
pengaruh kekuatan kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui ditentukan oleh
singkat tidaknya otot paha dan kaki dalam mencapai sasaran.
Peningkatan kondisi fisik memungkinkan peningkatan prestasi, karena
seorang atlet dapat mempersiapkan latihan dan melakukan dengan baik seperti
yang dikatakan oleh Harsono (1988:5) yang menyatakan, jika kondisi fisik baik
maka :
6. Akan ada peningkatan kemampuan dalam sistem sirkulasi dan karya
jantung.
7. Akan ada peningkatan dalam kekuatan kelenturan, stamina, kecepatan,
dan kemampuan kondisi fisik.
8. Akan ada ekonomis gerak yang akan lebih baik pada waktu latihan.
9. Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah
latihan.
10. Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-
waktu respon demikian diperlukan komponen kondisi fisik, yaitu
kecepatan dan kekuatan sangatlah mendukung dalam mencapai hasil
tendangan samping/cechuitui.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa kecepatan sangatlah mendukung atau
menopang dengan rangkaian gerakan-gerakan yang lebih luas dalam latihan
pertandingan jurus (tauto) atau komite (shanso).
Teknik tendangan menjadi sangat penting karena kekuatannya yang jauh
lebih besar dari pada tangan. Walaupun teknik tendangan secara umum lebih
sukar dibanding dengan teknik pukulan. Namun dengan latihan-latihan yang
benar, baik, dan terarah teknik tendangan akan menjadi senjata yang dahsyat
untuk melumpuhkan lawan. Kepala yang juga salah satu senjata jarang sekali
digunakan di dalam pertandingan resmi kecuali untuk pembelaan diri yang betul-
betul terdesak saja.
36
Menurut V.Yoyok Suryadi (2002:32), menyatakan : untuk melakukan
tendangan diperlukan kecepatan, kekuatan dan yang lebih utama keseimbangan
yang prima, selain itu diperlukan juga penguasaan jarak, dan timing yang tepat
agar tendangan tersebut menjadi efektif.
Lebih lanjut Siswantoro, Sugiarto, dan Louw Tjhing Houw (2000:29-41),
menyatakan teknik tendangan dasar yang terpenting di dalam wushu adalah
sebagai berikut :
1. Tanti, yaitu tendangan ke depan.
2. Cechuitui, yaitu tendangan samping.
3. Tengkong Feijiao yaitu tendangan punggung.
4. Xietitui, yaitu tendangan menyilang atau diagonal.
5. Waibaitui, yaitu tendangan ke arah luar.
6. Lihetui, yaitu tendangan ke arah dalam.
7. Chaitui, yaitu tendangan trap.
8. Tan pa ciao, yaitu tendangan menepik.

Tendangan Cechuitui adalah tendangan yang sering diarahkan pada
pinggang, perut dan leher. Bagian kaki yang digunakan untuk menendang adalah
bagian pisau kaki (bal nal) ataupun tumit kaki.
V.Yoyok Suryadi (2002:34) menyatakan, pada saat menendang diperlukan
kontraksi badan sehingga disaat memindahkan tenaga kesasaran diperoleh daya
hentak atau daya dorong yang maksimal.
Wong Kiew Kit (2003:105) menyatakan, bahwa Tendangan Samping/
Cechuitui sering digunakan dalam kungfu Shaolin. Dan kaki harus ditarik seketika
ke belakang atau posisi semula setelah menendang, sehingga menjadi/membentuk
kuda-kuda busur anak panah menyamping sehingga ia tidak terkena meskipun
penyerang meneruskan dengan tendangan cepat dari posisinya, kecuali ia telah
menurunkan kaki yang menendang dan bergerak dekat atau di depan penahan.
37
Untuk menguasai teknik tendangan menurut Suryadi (2002:32-33) ada
beberapa pedoman yang harus dipahami dan dilatih terus-menerus secara
sistematis, yaitu:
6. Maksimalkan kekuatan tendangan dengan kekuatan dan kelenturan
lecutan lutut.
7. Jaga konsentrasi dan pandangan pada sasaran serta aturlah jarak dan
timing.
8. Setelah melakukan tendangan kaki harus secepatnya ditarik dan kembali
siap untuk melakukan tendangan atau gerakan selanjutnya.
9. Aturlah keseimbangan sebaik-baiknya, karena untuk melakukan
tendangan yang cepat butuh keseimbangan yang baik dan untuk
menjaga keseimbangan yang baik butuh kecepatan tendangan.
10. Koordinasikan seluruh gerak tubuh, terutama dengan putaran pinggang
agar menghasilkan tenaga yang maksimal.

5. Hakekat Latihan
Sebelum masuk kehakekat latihan Split Jump dan latihan Squat Jump perlu
diketahui terlebih dahulu hakekat latihan. Dalam pembinaan olahraga prestasi
tujuan latihan adalah untuk meningkatkan penampilan olahraga. Harsono (1988:5)
menyatakan bahwa latihan adalah suatu proses penyempurnaan atlet secara sadar
untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik, teknik,
taktik, dan mental yang terarah serta teratur, meningkat bertahap dan berulang-
ulang waktunya. Sedangkan Pate (1993:317) menyatakan latihan adalah peran
serta dalam yang sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
fungsional fisik dan daya tahan latihan.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, latihan adalah
suatu kegiatan yang tersusun secara sistematis dan berulang-ulang, dan beban kian
bertambah. Yang dimaksud dengan sistematis adalah berencana, menurut jadwal
dan menurut pola sistem tertentu, metodis dari yang mudah ke yang sukar, latihan
38
yang teratur dari yang sederhana ke yang kompleks. Berulang-ulang maksudnya
adalah gerakan-gerakan yang sukar dilakukan menjadi semakin mudah dan
reflektif pelaksanaannya. Beban makin bertambah maksudnya adalah setiap kali,
secara perodik setelah tiba saatnya maka beban ditambah demi meningkatkan
perubahan-perubahan dan tercapainya prestasi.
Latihan yang baik dan benar dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi
semuanya tidak lepas dari penerapan prinsip-prinsip latihan. Adapun prinsip-
prinsip latihan itu sendiri menurut PB PASI (1993:61) ada 3 (tiga) azas yang
paling penting yaitu: 1. Prinsip Overload (beban berlebih), 2. Prinsip Reversibility
(kompensasi), 3. Prinsip Specility (kekhususan).
Dari beberapa uraian di atas dapat dijelaskan, bahwa dengan melakukan
latihan secara berulang-ulang, terprogram, serta mengacu pada prinsip latihan
merupakan usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, yaitu memperoleh
tingkat kesegaran jasmani yang tinggi sehingga memperoleh prestasi yang
maksimal dan menghindari terjadinya cidera.
3.1. Hakekat Latihan Split Jump
Dalam olahraga beladiri sangat diperlukan suatu gerakan kecepatan
tendangan kearah sasaran. Kecepatan tendangan salah satunya ditentukan oleh
kemampuan daya ledak otot tungkai yang baik, Sehingga akan dapat melakukan
tendangan yang sangat cepat. Dengan demikian daya ledak otot tungkai,
merupakan salah satu komponen gerak yang sangat penting dalam olahraga
beladiri terutama pada Wushu.
39
Harsono (1988:26) menyatakan, power (daya ledak) adalah kemampuan
otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang cepat.
Selanjutnya Mutalip (1984:12) mengemukakan, power otot (tenaga otot) adalah
kemampuan otot untuk mengeluarkan tenaga ototnya secara eksplosif, unsur
yang mempengaruhi daya ledak otot di samping kekuatan otot juga kecepatan
rangsangan saraf, dan kecepatan kontraksi otot. Dengan kata lain power
berbanding lurus dengan kekuatan dan berbanding terbalik dengan waktu.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan
bahwa daya ledak otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot dalam
mengerahkan tenaga maksimal untuk mengatasi beban tertentu dalam waktu yang
tercepat. Jadi daya ledak otot merupakan unsur yang mendasar dan harus dimiliki
oleh setiap atlet beladiri khususnya atlit wushu, di samping unsur kondisi fisik
lainnya. Dengan demikian atlet beladiri yang memiliki kecepatan gerakan
terutama gerakan tendangan akan memiliki keuntungan karena akan cepat
melakukan serangan dan menangkis serangan.
Untuk dapat memiliki daya ledak otot tungkai yang baik diperlukan
latihan, salah satu bentuk latihan yang dapat dilakukan adalah latihan Spilt Jump.
Latihan Split Jump merupakan salah satu bentuk latihan polymetrics yang
bertujuan untuk meningkatkan daya eksplosif power. Hazildine (1989:14)
mengemukakan latihan polymetrics adalah model latihan untuk meningkatkan
kemampuan atlet, dengan latihan-latihan yang mutlak, kekuatan yang diperlukan
untuk menghasilkan mengahasilkan gerak eksplosif. Radcliffe dan Forentinos
(1985:15) mengemukakan, latihan polymetrics dapat meningkatkan daya
40
eksplosif anggota bagian bawah atau otot tungkai yang bentuk latihannya
mengarah pada bentuk latihan bound, jump, dan hop.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa latihan
playmetrics adalah bentuk latihan yang dapat meningkatkan kemampuan daya
eksplosif otot anggota gerak bawah, khususnya otot-otot tungkai, dengan bentuk
latihan seperti bound, jump, dan hop. Pada dasarnya jenis latihan ini dilakukan
untuk menghasilkan dan meningkatkan daya otot tungkai, sehingga dapat
memberikan sumbangan yang berarti pada cabang olahraga yang ditekuni.
Seperti yang telah dikemukakan, bahwa salah satu bentuk latihan yang dapat
meningkatkan daya ledak otot tungkai adalah bentuk latihan Split Jump. Adapun
pelaksanaannya adalah cobalah berdiri tegak lurus, salah satu kaki dimajukan ke
depan, kaki yang terdepan ditekuk pada sudut 90
o
, sehingga pangkal paha sejajar
dengan lutut. Selanjutnya coba melompat ke atas setinggi mungkin dibantu oleh
ayunan kedua lengan, kemudian mendarat dengan posisi yang sama seperti semula
dengan kaki yang terdepan ditekuk setinggi lutut sehingga pangkal paha sejajar
dengan lutut. Ulangi gerakan tersebut seketika setelah mendarat.
3.2. Hakekat Latihan Squat Jump
Menurut Nurhasan (2001:53), bahwa Squat Jump merupakan bentuk
latihan untuk melatih dan meningkatkan dan meningkatkan komponen daya tahan,
power otot tungkai. Rodecliff dan Forentinos (1985:54) tentang latihan Squat
Jump, yaitu : latihan Squat Jump dimulai dengan posisi tegak lurus dengan kaki
ditempatkan selebar bahu, sambungkan jari-jari tangan dan tempatkan telapak
tangan ke belakang kepala, gerakan ini menekan lutut dan pangkal paha. Adapun
41
rangkaian gerakan dan dimulai dengan tekanan ke bawah secara cepat dengan
posisi setengah jongkok. Dengan segera bergerak ke bawah dan dengan cepat
melompat ke atas sama tingginya kemungkinan dengan pendaratan dengan posisi
setengah jongkok.
Squat Jump adalah salah satu bentuk latihan playmetrics yang gunanya
untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai. Adapun gerakan Squat Jump
dimulai dengan posisi setengah jongkok dan dengan cepat melompat ke atas.
Latihan Squat Jump dirancang sedemikian rupa dengan memenuhi prinsip- prinsip
ilmiah latihan agar dapat dijadikan satu latihan untuk memperoleh dan
meningkatkan daya ledak (power) otot. Dan diduga untuk masa latihan 6 (enam)
minggu power dapat meningkat sesuai dengan ilmu dasar dalam kepelatihan
olahraga.
Latihan Squat Jump merupakan bentuk latihan untuk meningkatkan daya ledak
otot tungkai. Tetapi dengan bentuk latihan yang berbeda dengan perlakuan
tendangan samping/cechuitui, maka penulis memprediksikan bahwa bentuk
latihan Squat Jump lebih sedikit pengaruhnya dari bentuk latihan Split Jump
B. Kerangka Berfikir
Untuk mencapai prestasi yang baik harus melakukan proses latihan yang
teratur dan terprogram. Dalam bidang kepelatihan dikenal empat jenis latihan,
yaitu latihan fisik, teknik, taktik, dan mental. Urutan dan pengurutan telah
menggambarkan bahwa kondisi fisik harus diberikan secara seirama dengan
teknik, taktik dan mental. Apabila salah satu komponen tersebut dihilangkan,
maka program latihan tidak akan terlaksana dengan baik.
42
Olahraga beladiri wushu yang memiliki gerakan teknik dasar juga
memiliki karakteristik kondisi fisik khusus pada kecepatan tendanagan adalah
Split Jump. Di mana unsur ini bertujuan untuk melatih daya ledak otot tungkai.
Bentuk latihan ini sangat diperlukan untuk melatih daya otot tungkai yang
dilakukan dengan irama cepat supaya tercipta atau menghasilkan kecepatan
eksplosif Tendangan Samping/Cechuitui.
Menurut Sugiarto, Herry Siswantoro, Lauw Tjhing How (2000:61,65)
wushu variasi dan perkembangan bahwa hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan Tendangan Samping/Cechuitui dada dibusungkan, pandangan
diluruskan, pinggul rileks, tubuh bagian atas diputar kesalah satu sisi tetapi tetap
tegak, lutut diluruskan, kaki yang diangkat harus tinggi, tenaga tendangan
disalurkan ketubuh, sisi luar dari kaki menghadap ke atas, dan kaki yang
menopang harus mantap.
Untuk itu Radcliffe dan Forentinus (1985:15) menyatakan bentuk latihan
yang dapat meningkatkan kemampuan daya eksklusif otot anggota gerak bawah
adalah Polymetrics khsususnya Split Jump, karena latihan Split Jump memberikan
sumbangan yang berarti pada kecepatan kaki.
Selain bentuk latihan di atas dapat juga dilakukan dengan bentuk latihan
Squat Jump. Yang bertujuan untuk meningkatkan kecepatan dan kekuatan otot
tungkai kaki, di mana untuk menghasilkan Tendangan Samping/Cechuitui yang
maksimal harus didukung oleh unsur kecepatan dengan kekuatan. Gerakan kaki
sangatlah penting dalam melakukan serangan maupun menghindari serangan
43
lawan. Dengan latihan yang teratur otot-otot kaki akan terbentuk menjadi kuat dan
terlatih dengan baik dalam melakukan teknik.
Radcliffe dan Forentinus (1985:15) juga menyatakan bentuk latihan yang
dapat meningkatkan kemampuan daya eksklusif otot anggota gerak bawah adalah
Polymetrics khususnya Squat Jump, karena latihan Squat Jump memberikan
sumbangan yang berarti pada kecepatan kaki.
Dalam melakukan teknik Tendangan Samping/Cechuitui akan dapat
dilakukan dengan baik bila kondisi fisik yang diperlukan dimilikinya, sebab
pelaksanaan teknik Tendangan Samping/Cechuitui harus melatih kaki dengan
latihan Split Jump dan latihan Squat Jump memberikan pengaruh terhadap
Tendangan Samping/Cechuitui, akan tetapi bila dikaji secara teliti dan seksama
kemungkinan akan ditemukan perbedaan pengaruh diantara kedua bentuk latihan
tersebut tehadap kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui.
Terkait dengan karakteristik latihan Split Jump dan Squat Jump, maka
latihan Split Jump yang mengunakan kuda-kuda Xu-bu lebih berpengaruh
dibandingkan latihan Squat Jump dalam meningkatkan kecepatan Tendangan
Samping/Cechuitui.
Karena latihan Spilt Jump bentuknya atau pelaksanaannya menyerupai
sikap untuk melakukan Tendangan Samping/Cechuitui, di mana salah satu kaki
dimajukan ke depan, kaki yang terdepan ditekuk 90
o
, sehingga pangkal paha
sejajar dengan lutut. Selanjutnya melompat ke atas setinggi mungkin, dibantu oleh
ayunan kedua lengan, kemudian mendarat dengan posisi yang sama, seperti
44
semula dengan kaki yang terdepan ditekuk setinggi lutut sehingga pangkal paha
sejajar dengan lutut.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam kajian teoritis dalam
kerangka pemikiran maka hipostesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh yang signifikan latihan Split Jump terhadap kecepatan
Tendangan Samping/Cechuitui Atlet Wushu Naga Sakti Pematang Siantar.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan latihan Squat Jump terhadap kecepatan
Tendangan Samping/Cechuitui Atlet Wushu Naga Sakti Pematang Siantar.
3. Latihan Split Jump lebih besar pengaruhnya dari pada latihan Squat Jump
terhadap kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui pada Atlet Wushu
Naga Sakti Pematang Siantar.
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan data penelitian dilaksanakan dilokasi Gedung
Olahraga Jalan Merdeka Pematang Siantar. Adapun alasan peneliti memilih
tempat tesebut karena penulis adalah mantan atlet dari sana, dan Perguruan
Wushu Naga Sakti Cabang Pengcab Pematang Siantar menggunakan tempat
tersebut sebagai tempat latihan secara rutin dan terprogram.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Agustus sampai
Nopember 2009 dengan frekwensi 3 kali seminggu, yaitu hari Senin, Rabu, dan
Jumat.
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi ialah semua nilai, baik hasil perhitungan maupun pengukuran,
baik kwantitatif maupun kwalitatif daripada karakteristik tertentu mengenai
sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh Atlet Wushu Naga Sakti Pematang Siantar.
2. Sampel
Pengambilan sampel yang digunakan dalam peneliatian ini sebanyak 30
orang Pewushu. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Porporsive
Sample atau sampel bertujuan (Husaini Usman, 1983;186).
46
Teknik porporsive sample adalah anggota sampel yang dipilih secara
khusus berdasarkan tujuan penelitiaannya. Yang menjadi sampel penelitian ini
adalah Atlet Wushu Naga Sakti yang dilatih di Gedung Olahraga Pematang
Siantar Sabuk Biru/Tingkatan 2.
Setelah sampel didapat sebanyak 30 orang, kemudian untuk membagi
Kelompok I (melakukan latihan Split Jump), dan Kelompok II (melakukan latihan
Squat Jump) dilakukan Pre-Test untuk melakukan Tendangan Samping/Cechuitui
dengan secepat-cepatnya sebanyak 3 kali tiap orang yang langsung diukur dengan
Stop Watch. Waktu yang tercepat akan diambil lalu dilakukan Metode Matching
by Pairing.
C. Metode Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang diuraikan
sebelumnya, bahwa penelitian dilakukan untuk menentukan informasi tendangan.
Perbedaan pengaruh latihan Split Jump dan Squat Jump terhadap kecepatan
Tendangan Samping/Cechuitui. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka
penulis menggunakan metode yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti
yang menggunakan metode eksperimen dengan teknik pengumpulan data dengan
menggunakan tes dan pengukuran.
Adapun variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini yaitu latihan
Split Jump dan latihan Squat Jump sebagai variabel bebas, dan Kecepatan
Tendangan Samping/Cechuitui sebagai variabel terikat. Kedua variabel ini dapat
didesain dalam bentuk kolom desain penelitian sebagai berikut.

47
D. Desain Penelitian
Bentuk rancangan penelitian Pre-Test dan Post-Test (Pre- and Post-Two
Group Design).
Tabel 1. Desain Penelitian
Pre-Test Perlakuan/Treatment Post-Test
T
1
X
1
Split Jump T
2

X
2
Squat Jump
Keterangan :
T
1
: Test awal (Pre Test) Tendangan Samping/Cechuitui.
T
2
: Tes akhir (Post Test) Tendangan Samping/Cechuitui setelah 6
minggu diberikan pelatihan.
X
1
: Latihan Spilt Jump.
X
2
: Latihan Squat Jump.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa penelitian ini
berbentuk eksperimen (perlakuan). Sebelum diberi perlakuan sampel melakukan
test awal melakukan Tendangan Samping/Cechuitui. Setelah itu sampel diberi
perlakuan sesuai dengan apa yang dijelaskan. Sampel dibagi dengan dua
kelompok dengan menggunakan metode Matching by Pairing, yaitu Kelompok A
dan Kelompok B. Kelompok A diberi perlakuan latihan Split Jump, dan
Kelompok B diberikan perlakuan latihan Squat Jump. Perlakuan diberikan selama
18 kali pertemuan dengan volume latihan 3 kali dalam seminggu. Setelah diberi
perlakuan baru diadakan test akhir (Post-Test) untuk melihat apakah ada pengaruh
bentuk kedua latihan tersebut.
48
E. Instrumen Dan Proses Pelaksanaan Penelitian
1. Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan pengukuran, kemudian
setelah mendapat sampel maka peneliti dapat melakukan penelitian. Dalam
penelitian, peneliti menggunakan alat beberapa alat bantu pendukung sebagai
berikut :
1. Formulir Tes, 2. Alat Tulis, 3. Stop Watch, 4. Meja dan Kursi, dan
5. Kamera.
Instrumen penelitian yang dipergunakan untuk memperoleh data adalah tes
kecepatan Tendangan Samping/Cechuitui, dengan stop watch. Stop watch adalah
alat tes untuk mengukur kecepatan gerakan dari suatu benda.
Peneliti memberi aba-aba bersedia, siap, dan ya. Orang coba / atlet
wushu nagasakti langsung melakukan Tendangan Samping/Cechuitui. Perlakuan
ini dilakukan sebanyak tiga kali. Dimana setelah aba-aba pertama dilakukan,
orang coba berhenti sejenak, setelah diambil atau dicatat hasilnya oleh pemegang
stop watch yaitu pelatih Wushu Nagasakti pematang siantar Drs. Risbon Sinaga..
Setelah itu dilakukan lagi sampai tiga kali, dalam waktu yang tercepat dari
perlakuan itu, itulah yang diambil.
2. Proses Penelitian
Setelah semua persiapan dilakukan dari populasi dan penentuan sampel
(orang coba), maka kegiatan eksperimen diawali dengan :
- Pre-Test dengan tujuan untuk mendapatkan data awal waktu tercepat dari
Tendangan Samping/Cechuitui.
49
- Mengurutkan (dirangking) waktu tercepat, kecepatan Tendangan
Samping/Cechuitui yang telah dilakukan dan membuat peringkatnya.
- Membagi sampel menjadi dua kelompok, dan masing-masing kelompok
berjumlah 15 orang dengan teknik Maching by Pairing.
- Setelah mengelompokkan orang coba, maka didapat dua kelompok, yaitu
kelompok orang coba latihan Split Jump, dan kelompok orang coba latihan
Squat Jump.
- Sebelum kedua kelompok diberikan pelatihan, terlebih dahulu sampel
melakukan Trial dan Error. Masing-masing latihan untuk memperoleh
kemampuan maksimal yang dilakukan dalam pembuatan program latihan.
- Setelah program latihan siap dibuat, maka sampel melakukan latihan
berdasarkan program latihan selama 6 minggu dengan frekwensi 3 kali
dalam dalam seminggu.
a. Pelaksanaan Latihan Split Jump
Adapun cara pelaksanaan Split Jump menurut James C Rode Clife, BS dan
Robert C Forentinos (1985:6) bahwa, Orang coba mengambil sikap posisi tegak,
langkahkan kaki kanan/kiri ke depan dengan lutut siku-siku, sedangkan kaki yang
di belakang jinjit, kemudian melompat/melangkah dengan cepat. Lakukanlah
gerakan tersebut secara berulang-ulang.7
b. Pelaksanaan Latihan Squat Jump
Adapun cara pelaksanaan Squat Jump menurut James C Rode Clife, BS
dan Robert C Forentinos (1985:6), posisi awal tegak badan gerak jongkok,
kemudian lompat dengan tolakan kedua kaki, mendarat dengan kedua kaki
50
mengeper, tangan di belakang kepala, dan posisi tubuh seperti posisi awal (tumit
tidak boleh kena pantat). Lompatan dilakukan setinggi mungkin dengan kedua
kaki bergantian di depan.
F. Teknik Analisa Data
Data yang dikumpulkan dari hasil Pre-Test dan Post-Test akan diolah
dengan menggunakan prosedur teknik analisa statistik. Untuk membuktikan
apakah hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini dapat diterima atau ditolak.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan Uji-Test.
Adapun rumus-rumus yang digunakan merujuk pada buku Sudjana 2002, sebagai
berikut :
1. Mencari Mean (Sudjana, 2002 : 67)

n

X
= X
2. Mencari Mean Beda (Sudjana, 2002 : 210)
n

B
= B
3. Mencari Variabel 1 dan 2 (Sudjana, 2002 : 242)
n
Sb
t
B
=
4. Mencari Simpangan Baku (Sudjana, 2002 : 94)
( )
( ) 1
2
1
2
1 2
1

X X
=

n n
n
S


51
5. Mencari Simpangan Baku Beda (Sudjana, 2002 : 210)
( )
( ) 1
2
2
2

B B
=

n n
n
S
B

6. Melakukan Uji Normalitas (Sudjana, 2002 : 466)
S
i
X X
= Z
1

7. Melakukan Uji Homogenitas (Sudjana, 2002 : 250)
terkecil Varian
terbesar Varian
F =
8. Mencari Simpangan Baku Gabungan (Sudjana, 2002 : 239)
( ) ( )
2
1 1
2 1
2
2 2
2
1 1
+
+
=
n n
S n S n
S
G

9. Uji t Gabungan / Kesamaan Dua Rata-Rata (Sudjana, 2002 : 239)

2 1
2 1
1 1
n n
S
t
G
+
X X
=
G. Hipotesis Statistik
Adapun hipotesis statistik yang akan di uji adalah sebagai berikut :
H
o
:
1
>
2
= Terdapat pengaruh hasil latihan Split Jump dan latihan
Squat Jump.
H
a
:
1
<
0
= Tidak terdapat pengaruh hasil latihan Split Jump dan
latihan Squat Jump.
Kriteria pengujian Hipotesis adalah sebagai berikut :
Tolak H
o
dan terima H
a
, jika t
hitung
> t
tabel
pada taraf signifikan = 0,05.
Terima H
o
dan tolak H
a
jika t
hitung
< t
tabel
pada taraf signifikan = 0,05.
52

BAB IV. JADWAL PENELITIAN DAN USULAN BIAYA
a. Jadwal Penelitian
No Uraian Kegiatan
Bulan
Juli Agt Sep Okt Nop
1 Persiapan

a) Sosialisasi

b) Pertemuan Tim Peneliti

c) Menyusun Jadwal

2 Pelaksanaan

a) Program Latihan

3 Analisis Data

a) Pengumpulan Data



b) Pengolahan Data



4 Laporan

a) Penyusunan Laporan Akhir


b) ``Pengiriman Laporan






b. Usulan Biaya
Perkiraan Biaya Penelitian
1 Biaya Operasional

1) Perjalanan Ketua Peneliti (Persiapan dan Selama
Penelitian) Rp 500,000

2) Perjalanan Anggota Peneliti 2 orang (Persiapan dan
Selama Penelitian) Rp 1,000,000
Sub Total Rp 1,500,000
2 Bahan dan Peralatan Penelitian
1) Kertas Quarto 5 rim x Rp 40.000 Rp 200,000
2) Tinta Printer 2 dan Catridge Rp 500,000
53
3) Flasdisk 2 Giga 2 Buah x @ 150000 Rp 300,000
4) Pemeliharaan Komputer Rp 250,000
5) Sewa Peralatan Latihan Rp 1,500,000
Sub Total Rp 2,750,000
4 Laporan
1) Biaya Foto Copy dan Penggandaan Proposal Rp 200,000
2) Biaya Foto Copy dan Penggandaan Laporan (Lux) Rp 300,000
Sub Total Rp 500,000
5 Diseminasi internal/Evaluasi Rp 250,000
Sub Total Rp 250,000
TOTAL BIAYA Rp 5,000,000

V. Tim Pengusul
Personil Pelaksana Penelitian
1 Ketua Peneliti :
a. Nama :
b. Jenis Kelamin :
c. NIM :
d. Fakultas/Jurusan :
e. Waktu penelitian : 12 jam/Hari
2 Anggota Peneliti 1
a. Nama :
b. Jenis Kelamin :
c. NIM :
d. Fakultas/Jurusan :
e. Waktu penelitian : 10 jam/hari
Anggota Peneliti 2
a. Nama :
b. Jenis Kelamin :
c. NIM :
d. Fakultas/Jurusan :
e. Waktu penelitian : 10 jam/hari



54
VI. Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan. (2005). Kejuaraan Nasional Wushu Indonesia Medan.
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan. (2004). Pedoman
Penulisan Skripsi. FIK. Unimed.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta : CV.
Tambal Kurnia.

Hazeldine, (1989). Fitnes for Sport. Marlborough The Crowood Press-London.
Husaini Usman. (1983). Pengantar Statistika. Yogyakarta.
Radcliffe, Forentinus. (1985). Polymetrics. Jakarta : Kantor Menpora.

Mutalip, (1984). Teori Umum Latihan. Semarang : IKIP.
Nossek, (1981). Teori Umum Latihan, Institut Nasional Olahraga, Logos.
Jakarta : Pab Dirjen Pendidikan Tinggi.

Nurhasan, (2001). Tes dan Pengukuran. Dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta :
Direktoral Jenderal Olahraga.

Pate, (1993). Dasar-Dasar Ilmu Kepelatihan. Semarang : IKIP.
PB. PASI, (1993). Prinsip- Prinsip Latihan. Jakarta : PB. PASI.
Sajoto. (1986). Pembinaan Kondisi Fisik. Jakarta : Departemen P&K, Dirjen
Dikti.

Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sugiarto, Herry Siswanto, Lauw Tjhing Houw. (2000). Wushu, Variasi dan
Perkembangan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.

V. Yoyok Suryadi. (2002). Taekwondo, Poomse Tae Jeuk. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Wong Kiew Kit. (2003). The Art of Shaolin Kungfu, Rahasia Kungfu Untuk
Beladiri, Kesehatan dan Pencerahan. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo.


55

You might also like