You are on page 1of 2

Demokrasi Demos (rakyat) dan cratein atau cratos (kekuasaan dan kedaulatan) merupakan bahasa Yunani yang membentuk

kata demokrasi. Secara umum demokrasi adalah sebuah bentuk pemerintahan yang berasaskan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Ketiga prinsip demokrasi di atas dapat dilakukan dengan: 1. Pemerintahan dari rakyat : suatu pemerintahan mendapat pengakuan dan dukungan mayoritas rakyat melalui demokrasi, pemilihan umum. 2. Pemerintahan oleh rakyat : suatu pemerintahan menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat, bukan dorongan pribadi elite negara atau elite birokrasi. 3. Pemerintahan untuk rakyat : kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat. Pemerintah juga harus menyediakan saluran demokrasi sebagai wadah untuk melakukan kontrol sosial terhadap pemerintah. Terdapat dua saluran demokrasi (1) saluran formal yang berasal dari DPR dan partai politik; (2) saluran nonformal (ruang publik) seperti stasiun radio dan televisi. Selain itu pemerintah harus memberikan dukungan terhadap kebebasan pers yang bertanggung jawab. Menuju demokratis dibutuhkan norma dan rujukan agar prinsip demokrasi dapat dijalankan dan dipatuhi oleh antarwarga negara dan antarwarga negara dengan negara. Enam norma tersebut adalah (1) kesadaran akan pluralisme; (2) musyawarah; (3) cara haruslah sejalan dengan tujuan; (4) norma kejujuran dalam permufakatan; (5) kebebasan nurani, persamaan hak, dan kewajiban; dan (6) percobaan dan salah dalam berdemokrasi. Selain norma berdemokrasi juga terdapat unsur penting pendukung tegaknya demokrasi antara lain: (1) negara hukum; (2) Masyrakat Madani; (3) aliansi kelompok strategis. Negara atau pemerintahan dapat dikatakan demokratis apabila memenuhi ketiga aspek parameter tatanan kehidupan demokratis yaitu: (1) pemilihan umum sebagai proses pembentukan pemerintah; (2) susunan kekuasaan negara yang distributif; (3) kontrol rakyat terhadap kekuasaan pemerintah. Sebagai negara demokrasi, Indonesia telah melaksanakan pemilihan umum setelah masa orde baru (era reformasi). Pada pemilu pertama tahun 1999, pemilihan presiden dan wakil presiden mekanismenya masih dilakukan melalui sidang MPR. Sedangkan pemilu kedua tahun 2004, prinsip demokrasinya semakin berkualitas karena presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat. Hal ini juga menjadi tonggak sejarah baru bagi terlaksananya pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) secara langsung berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004. Islam dan Demokrasi Banyak ahli berpendapat bahwa demokrasi tidak sesuai dengan Islam. Hal ini tidak benar, sebab di dalam Islam, terdapat prinsip demokratis yaitu syura (musyawarah), ijtihad dan ijma (konsesus). Hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya negara demokrasi dengan mayoritas penduduk Islam seperti Indonesia yang telah sukses melaksanakan pemilu sebagai mekanisme dari proses demokrasi. Tokoh yang mendukung pandangan ini adalah Fahmi Huwaidi, M. Husain Haekal, dan R. William Liddle.

Penerimaan negara-negara muslim terhadap demokrasi, tidak berarti bahwa demokrasi dapat tumbuh dan berkembang di negara Muslim secara otomatis. Bahkan yang terjadi sangat bertolak belakang. Negara Muslim justru merupakan negara yang tertinggal dalam berdemokrasi, kehadiran rezim otoriter di sejumlah negara muslimlah yang menjadi dominan Terdapat beberapa faktor yang menjelaskan mengapa demokrasi berkembang secara lamban di dunia Islam antara lain:
1. pemahaman doktrinal menghambat praktik demokrasi. Hal ini dapat diatasi dengan

upaya liberalisasi pemahaman keagamaaan dalam rangka mencari konsesus dan sintesis antara pemahaman doktrin Islam dengaan teori modern seperti demokrasi dan kebebasan.
2. persoalan kultur. Langkah yang diperlukan adalah penjelasan kultural mengapa

demokrasi tumbuh subur di Eropa, sementara di kawasan dunia Islam malah otoritarianisme yang tumbuh dan berkembang.
3. lambannya pertumbuhan di dunia Islam tidak ada hubungan dengan teologi maupun

kultur, melainkan lebih terkait dengan sifat alamiah demokrasi itu sendiri. Untuk membangun demokrasi diperlukan kesungguhanm kesabaran, dan di atas segalanya adalah waktu. Kesungguhan dan kesabaran umat Muslim diharapkan tecermin dalam sokongan mereka untuk menyerukan nilai-nilai Islam, seperti amanah dan shiddiq (tepercaya), menjadi sokguru praktik berdemokrasi di Indonesia, sambil bersabar dengan hal-hal negatif yang mungkin timbul dari sistem politik demokrasi Apakah demokrasi bertentangan dengan sila ke-4 (musyawarah) dalam pancasila? Menurut pendapat saya tidak. Walaupun dalam sila keempat disebutkan bahwa dalam mencapai suatu mufakat diperlukan suatu permusyawaratan perwakilan, dalam prosesnya demokrasi pasti terlibat. Dalam bermusyawarah (berdiskusi), kita tidak bisa memaksakan pendapat orang lain, mereka juga memiliki hak untuk menyuarakan pendapatnya. Sehingga untuk mencapai suatu kemufakatan diperlukan adanya pemungutan suara (voting) seperti yang terdapat pada demokrasi. Hal yang perlu ditekankan adalah penetapan suara terbanyak harus didasarkan pada hasil pemikiran yang logis dan dengan hati nurani serta tidak memaksakan kehendak orang lain. Bagaimana pendapat anda mengenai demokrasi? Menurut pendapat saya, demokrasi adalah sebuah sistem sosial-politik yang paling baik dari sekian banyak sistem yang ada dewasa ini. Prinsipnya yang berpijak pada dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat sangat baik untuk diterapkan di Indonesia. Dengan Sumber Daya Manusia yang sangat banyak, akan sia-sia jika pemikiran kita tidak didengarkan dan hanya bisa ditentukan oleh otoriter rezim penguasa. Nilai dari demokrasi itu sendiri juga sudah sesuai dengan Pancasila dan Ajaran Islam yang ada seperti musyawarah, amanah, dan terpercaya. Jika sekarang Indonesia belum mampu menjadi negara maju, bukan sistem politik demokrasi yang dijadikan kambing hitam. Namun, diperlukan adanya kesungguhan dan kesabaran dari kalangan elite nasional untuk membangun demokrasi di negeri ini dengan cara berpolitik santun, bersih dari unsur-unsur politik manupulatif serta berorientasi kepada kesejahteraan rakyat.

You might also like