You are on page 1of 14

KEMAMPUAN MENDENGAR Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Mata Kuliah "BAHASA INDONESIA"

OLEH
Nur Lailatul Warda : (D07209017)

Mauidlotul Chasanah : (D07209049) Zamrotul Muhibbah : (D37209007)

Dosen Pembimbing: Drs. M. Nadlir, M.Pd.I

FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2010

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang sederhana ini dengan judul POPULASI,SAMPEL DAN PELUANG. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada khotamul anbiya wal mursalin Nabi Muhammad saw., semoga syafaatnya senantiasa mengalir kepada kita sampai akhir masa. Sungguh merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kami yang pada akhirnya diberi kekuatan untuk menyelesaikan tugas ini sebagai penyempurna persyaratan memenuhi mata kuliah BAHASA INDONESIA. Kami menyadari, bahwa selesainya tugas makalah ini tidak semata-mata karena kemampuan kami, namun banyak partisipasi dari pihak lain yang membantu baik tenaga maupun pikiran dalam upaya pembuatan makalah ini hingga dapat terselesaikan. Untuk itulah kami tidak lupa menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu meringankan beban kami. Harapan kami semoga makalah ini dapat memberi makna serta manfaat bagi orang lain dan semoga kritik atau saran akan senantiasa mengalir sebagai koreksi terhadap kelemahan dan keterbatasan kami dalam menyusun makalah. Semoga Allah swt. Meridhai terhadap apa yang kita lakukan, hanya kepadanya kami berserah diri dalam meraih cita-cita dan impian dalam hidup dan kehidupan. Amin ya rabbal alamin.
Comment [Z2]: Seharusnya SWT Comment [Z1]: Seharusnya SAW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adapun hal-hal Sering tidak disadari siswa bahwa yang disampaikan pembicara itu hanya pendapatnya kemudian siswa menanggapi sebagai kebenaran; yang sering terjadi lagi adalah siswa tidak dapat menerka kelanjutan uraian pembicara dalam pikirannya, sehingga sukar menangkap makna yang disampaikan pembicara dalam sekali mendengar. Untuk mengatasi hal ini perlu tindakan perbaikan, karena dalam ketrampilan mende-ngar perlu latihan. Kurang trampil mendengar disebabkan kurang konsentrasi, tidak pasti dalam tujuan mendengar dan banyak gangguan. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian pendengaran? 2. Bagaimana teknik agar bisa mendengar dengan sepenuh hati? 3. Apa faktor yang membuat telinga tidak bisa mendengar dengan baik? 4. Apa saja tingkatan mendengar? 5. Apa saja masalah yang menyebabkan sulitnya memusatkan kemampuan pendengaran kita?
Comment [Z4]: Seharusnya mendengarkan Comment [Z3]: Tidak pakai ;

C. Tujuan 1. Menjelaskan pengertian pendengaran 2. Menyebutkan teknik agar bisa mendengar dengan sepenuh hati 3. Menyebutkan faktor yang membuat telinga tidak bisa mendengar dengan baik 4. Menyebutkan tingkatan mendengar 5. Menyebutkan masalah yang menyebabkan sulitnya memusatkan

kemampuan pendengaran kita

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian taubat Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak. Tidak semua suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies dapat mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz sampai 20.000 Hz. Bila dipaksa mendengar frekuensi yang terlalu tinggi terus menerus, sistem pendengaran dapat menjadi rusak. Menyimak atau pun mendengar bukan hal yang baru maupun hal yang istimewa dalam berbagai kesempatan berkomunikasi. Mendengar adalah kegiatan berkomunikasi yang kita lakukan dan terima begitu saja sebagai satu paket dengan proses komunikasi itu sendiri. Mendengarkan dengan baik, dalam psikologi dikenal dengan istilah mendengar sepenuh hati. Mendengar dapat dilakukan oleh setiap manusia, bahkan hewan, yang tidak ada problem dengan pendengarannya,tetapi mendengarkan atau mendengar sepenuh hati hanya bisa dilakukan oleh
Comment [Z8]: Amplitudo Comment [Z9]: Frekuensi Comment [Z7]: Kalimat pertama dan selanjutnya tidak nyambung Comment [Z5]: Seharusnya mendengar

Comment [Z6]: Tidak pakai dalam

orang-orang tertentu. Salah satu bukti bahwa kita bisa mendengarkan, kita mampu memberikan tanggapan (response), bukan reaksi (reaction) terhadap lawan bicara kita. Reaksi dengan tanggapan adalah dua hal yang hampir sama, tetapi sebenarnya berbeda, dan kita sering kesulitan membedakannya.

Secara sederhana, reaksi bisa didefinisikan sebagai sebuah tindakan untuk menandingi atau untuk menghadapi tindakan sebelumnya maupun yang sedang terjadi (action). Sedangkan response adalah memberikan pehatian terhadap apa yang dilakukan oleh orang lain dan berupaya memahaminya serta memberi umpan balik yang terbaik. Agar bisa mendengar sepenuh hati, kiranya perlu belajar memberi tanggapan yang hangat (negatif maupun positif). Bukan mereaksi. Tanggapan yang hangat bisa ditunjukkan dengan kata-kata, atau bahasa tubuh. Memberikan tanggapan bisa dengan ekspresi wajah kita, gerak tubuh, atau sikap duduk kita Selain memberikan respons kepada lawan bicara, mendengar dengan baik dapat dibuktikan dengan memberikan empati (merasakan apa yang dialami oleh orang lain sebagaimana dia merasakan), memberikan perhatian yang hangat, dan membuka hati untuk menerima. B. Teknik Agar Kita Bisa Mendengar Dengan Sepenuh Hati amies K. Van Fleet (1999) menawarkan lima teknik agar kita bisa mendengar sepenuh hati sehingga orang lain mau membuka diri dan mau berbicara dengan kita. Pertama, melihat kepada orang yang berbicara. Jangan sampai kita terusik oleh apa pun juga. Orang yang sedang berbicara akan segera mengetahui kurangnya perhatian kita dan akan kecewa karenanya. Kedua, tunjukkan minat pada apa yang ia katakan. Jangan ucapkan sepatah kata pun. Anggukkan saja kepala kita dan senyumlah jika perlu. Ketiga, condongkan badan ke arah orang itu. Ini menunjukkan
Comment [Z11]: Amies Comment [Z10]: Seharusnya response

kepedulian mendalam pada apa yang dikatakan oleh orang lain. Keempat, gunakan umpan balik agar ia tetap berbicara. Kita dapat menunjukkan kepedulian kita dan menjaga agar lawan bicara tetap berbicara. Kelima, ajukan pertanyaan bila perlu. Selain lima teknik yang tawarkan Jamies, Les Giblin (1995)

menambahkan dua teknik lagi, untuk melengkapi teknik-teknik yang ditawarkan Jamies. Pertama, tetap mengikuti bahan percakapan si pembicara. Jangan mengganti bahan percakapan yang sedang dikemukakan orang lain sebelum dia selesai, tidak peduli apakah kita tidak sabar ingin memulai bahan percakapan baru. Kedua, gunakan kata-kata si pembicara untuk menyampaikan pendapat kita sendiri. Setelah orang lain selesai bicara, ulangi kembali kepadanya beberapa hal yang dikatakannya. C. Faktor Yang Membuat telinga Tidak Bisa Mendengar Dengan Baik Mohammad Fauzil Adhim (2002) mensinyalir, setidaknya ada lima faktor yang dapat membuat telinga tak bisa mendengar dengan baik. Pertama, memotong pembicaraan. Kesabaran untuk tidak memotong pembicaraan, telebih ketika yang berbicara kepada kita sedang dikuasai emosinya, akan meluluhkan sikap yang keras, meredakan gejolak amarah yang membakar, dan membangkitkan kebahagiaan pada hati yang sedang bersemangat. Kedua, menghakimi. Bila ada orang berbicara kepada kita, bersabarlah sejenak, usahakan untuk tidak menghakimi, apalagi menyalahkan.

Menghakimi tanpa minta penjelasan atau memvonis tanpa mendengarkannya sampai tuntas, akan mudah menyesatkan. Ketiga, menerangkan. Saat

percakapan berlangsung, kita mungkin sering mengalami, lawan bicara kita memberikan penjelasan atau komentar tidak perlu. Keempat, menasihati. Nasihat menasihati itu perintah agama; melaksanakannya merupakan kebaikan. Akan tetapi, ia berubah menjadi keburukan kalau kita tidak menyertai dengan cara yang tepat. Di antara sumber keburukan adalah hilangnya kesabaran. Kita tidak mampu menahan diri untuk manasihati. Kelima, merasa tidak sabar. Tidak sabar mendengar bersumber dari keengganan untuk mendengarkan. Munculnya keengganan itu bisa karena ada hal yang lebih menarik bagi yang bersangkkutan, sedang tidak berminat untuk berbicara, atau karena tidak meminati isi pembicraan, atau bisa juga karena dia memang terbiasa tidak mendengarkan dengan baik. D. Tingkatan Mendengar Pertama, kita dapat mendengar (hearing), tetapi sama sekali tidak mendengarkan (listening). Ini hanya berarti bahwa secara fisik telinga kita normal (tidak tuli). Misalnya, saat ada demonstrasi di Bundaran Hotel Indonesia, sejumlah orang memberikan semacam orasi dan yang lain mendengar tapi tidak sampai mendengarkan. Buktinya, banyak orang sibuk sendiri dengan obrolan dan kegiatan lainnya yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan orasi yang sedang disampaikan. Kedua, kita dapat mendengar tapi tidak sampai mendengarkan ketika kita memberikan kesan seolah-olah mendengarkan tetapi sesungguhnya tidak. Artinya, kita cuma pura-pura mendengarkan, cuma basa basi sosial untuk tidak membuat orang lain tersinggung. Pada tahap ini apa yang masuk dari telinga kanan, langsung
Comment [Z14]: hearing Comment [Z15]: listening Comment [Z13]: bersangkutan Comment [Z12]: Cukup ,

keluar dari telinga kiri. Informasi, keluhan, nasihat, kritik, atau apapun yang disampaikan lawan bicara kita tidak sampai menetap di otak, apalagi sampai ke dalam hati. Jadi, pada tahap ini pun keterlibatan pikiran dan hati belum terjadi. Biasanya inilah yang terjadi saat seorang pegawai mendengarkan atasannya memberikan pengarahan yang membosankan. Ketiga, kita dapat mendengarkan secara amat selektif. Kita mendengarkan juga, tetapi tidak sampai memahami secara utuh apa yang sebenarnya ingin disampaikan lawan bicara. Kita hanya sibuk mencari cara untuk memberikan tanggapan balik kepada lawan bicaranya, entah dengan maksud untuk menyenangkan ataupun dengan maksud untuk mencari kelemahan dari kata-kata yang disampaikan lawan bicara kita. Misalnya, dalam diskusi yang sarat dengan adu argumentasi. Keempat, kita dapat mendengarkan secara logika. Pada tahap ini kita sudah melangkah lebih jauh dari sekadar hearing. Kita mendengarkan dengan "otak", mampu mengingat/menghafal apa yang dikatakan oleh lawan bicara kita. Jika kita diminta mengulangi apa yang telah dikatakannya secara verbal, maka kita dengan mudah akan dapat melakukannya. Kelima, kita dapat mendengarkan sampai benar-benar memahami apa yang sesungguhnya ingin disampaikan lawan bicara kita. Pada tahap ini kita mendengarkan dengan tujuan untuk memahami sepenuhnya. Dan ini tidak saja menuntut keterlibatan pikiran, tetapi juga ketulusan hati. E. Masalah Yang Menyebabkan Sulitnya Memusatkan Kemampuan Pendengaran Ada beberapa masalah yang menyebabkan sulitnya memusatkan

kemampuan pendengaran kita, antara lain masalah fisik, distraksi, bosan atau jenuh, dan lupa akan hal yang sudah didengar sebelumnya. Masalah Fisik Kecuali jika telinga mengalami gangguan penyakit, sebenarnya telinga akan mempunyai kemampuan yang sama pada usia berapapun, hal itu terantung dari cara kita memelihara telinga itu sendiri seperti dengan menjauhi kebisingan dari kehidupan sehari-hari. Masalah Distraksi Distraksi pendengaran atau teralihnya pendengaran biasanya diakibatkan oleh dua sumber utama yaitu diri kita sendiri dan lingkungan. Hal yang menonjol dari manusia adalah kemampuan mengalihkan bunyi-bunyian yang tidak kita kehendaki. Contoh, seorang ibu dapat mendengar tangisan anaknya ditengah suara gaduh kerumunan pasar. Masalah Rasa Bosan dan Jemu Rasa bosan atau jemu muncul pada saat kita dipaksa untuk mendengar hal yang tidak menarik perhatian kita. Untuk mengatasinya cobalah untuk menumbuhkan minat mengkritik apa yang anda dengar hal yang membosankan tersebut.Jadi jika ingin mengajukan kritik konstruktif terhadap percakapan yang membosankan, pusatkan daya pendengaran untuk
Comment [Z16]: setelah titik harus ada spasi

menangkap hal yang membosankan tersebut. Dengan demikian pikiran akan menjadi lebih mudah menangkap semua informasi yang didengar. Masalah Lupa Hal Yang Pernah Didengar

Lupa dengan hal yang pernah didengar dapat membawa kita pada suatu situasi yang memalukan. Untuk itu kita harus meningkatkan kemampuan mendengar. Ada tiga cara yang dapat membantu mendengar secara effektif, yaitu memotivasi diri sendiri, menyiapkan diri untuk mendengar, dan memilih kata kunci.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Mendengarkan dengan baik, dalam psikologi dikenal dengan istilah mendengar sepenuh hati. Mendengar dapat dilakukan oleh setiap manusia, bahkan hewan, yang tidak ada problem dengan pendengarannya. Menurut Jamies K. Van Fleet (1999) ada lima teknik agar kita bisa mendengar sepenuh hati sehingga orang lain mau membuka diri dan mau berbicara dengan kita. Pertama, melihat kepada orang yang berbicara. Kedua, tunjukkan minat pada apa yang ia katakan. Ketiga, condongkan badan ke arah orang itu. Keempat, gunakan umpan balik agar ia tetap berbicara. Kelima, ajukan pertanyaan bila perlu. Mohammad Fauzil Adhim (2002) berpendapat ada lima faktor yang dapat membuat telinga tak bisa mendengar dengan baik. Pertama, memotong pembicaraan. Kedua, menghakimi. Ketiga, menerangkan. Keempat, menasihati. Kelima, merasa tidak sabar. Tingkatan mendengar :Pertama, kita dapat mendengar (hearing), tetapi sama sekali tidak mendengarkan (listening). Kedua, kita dapat mendengar tapi tidak sampai mendengarkan ketika kita memberikan kesan seolah-olah mendengarkan tetapi sesungguhnya tidak.Ketiga, kita dapat mendengarkan secara amat selektif.Keempat, kita dapat mendengarkan secara logika. Kelima, kita dapat mendengarkan sampai benar-benar memahami apa yang
Comment [Z19]: setelah titik ada spasi Comment [Z20]: setelah titik ada spasi Comment [Z17]: hearing Comment [Z18]: listening

sesungguhnya ingin disampaikan lawan bicara kita. Ada beberapa masalah yang menyebabkan sulitnya memusatkan kemampuan pendengaran kita, antara lain masalah fisik, distraksi, bosan atau jenuh, dan lupa akan hal yang sudah didengar sebelumnya.

Daftar Pustaka http://www.informasi-training.com/tag/mendengar-yang-baik http://imamgm.blogspot.com/2008/07/belajar-mendengar.html http://simontanutama.multiply.com/journal/item/417/Mendengar http://olasolahudin.blogspot.com/2010/01/tata-cara-mendengar-atau-pendengaryang.html http://www.kendaripos.co.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=2715

You might also like