You are on page 1of 4

Kas, modal dan Laba

Kapitalisasi Ukuran yang paling sering disarankan untuk aktiva bersih dari perspekif teoritis adalah mengkapitalisasi nilai pembagian kas yang diharapkan kepada pemegang saham oleh perusahaan selama sisa hidup perusahaan tersebut, termasuk jumlah terakhir yang diharapkan akan dibayarkan pada saat likuiditas. Jika investasi dilakukan untuk jumlah tahun yang pasti, dengan harapan tidak hanya untuk imbalan selama tahun tahun ini, tetapi juga pelunasan modal pada akhirnya, maka persamaan dapat ditulis sebagai:

Untuk satu periode tunggal, dapat ditulis kembali menjadi:

Penyusunan kembali persamaan menghasilkan ( )

Dengan kata kata, nilai dari investasi seseorang dapat diperkirakan bertumbuh dengan naiknya suku bunga, tetapi menurun dengan jumlah kas yang dikonsumsi. Penyusunan kembali ini sesuai dengan definisi umum kita tentang laba, ditemukan bahwa Laba = ( )

Dengan perkataan lain, laba ex ante dari seseorang dapat dihitung dengan menggabungkan arus kas yang diharapkan seseorang untuk diterima dari perusahaan dengan perubahan yang diperkirakan dalam nilai dan penahanan orang itu, di mana nilai nilainya ditetapkan dengan mendiskontokan arus kas masa depan yang diharapkan. Pada tingkatan perusahaan kita memperoleh: Laba satuan usaha = ENCF1 + (TV1-TVo) = rTVo

Dengan perkataan lain, laba ex ante dari perusahaan dapat dihitung dengan menggabungkan arus kas perusahaan yang diharapkan dengan perubahan yang diperkirakan dari total nilainya. Perumusan individu dan perusahaan keduanya dapat diubah dari ex ante ke ex post dengan memusatkan pada arus kas yang direalisasi. Kapitalisasi dalam ketidakpastian Dua kasus terjadi di sini. Pertama, pasar dikatakan lengkap. Secara formal, ini berarti bahwa perdagangan dapat dilakukan untuk semua komoditi dan di semua Negara di dunia. Yang kedua, pasar dikatakan tak lengkap. Dengan perkataan lain, perdagangan tak dapat dilakukan untuk barang barang tertentu di dunia. Apabila kasus kedua terjadi, dan beberapa menganggap ini merupakan hal yang normal, maka secara teknis menjadi tak layak untuk mendefinisikan angka laba ex ante perusahaan atas dasar nilai kapitalisasi. Inti permasalahannya adalah bahwa dengan tidak adanya pasar bisa tidak ada kesepakatan tentang nilai aliran manfaat masa depan dari aktiva aktiva. Dalam kasus ketidakpastian, kebanyakan pengarang mendefinisikan tingkat yang tepat sebagai tingkat subyektif yang disyaratkan untuk investasi dengan resiko yang sama atau tingkat imbalan target, juga dikenal sebagai biaya kesempatan. Tetapi jika antisipasi pada akhir periode berubah sejak periode awal, laba subjektif ex post untuk periode ini akan berbeda dari laba subjektif yang diantisipasi atau ex ante. Sementara laba subjektif yang dianisipasi didasarkan pada nilai subjektif dari aktiva aktiva perusahaan pada awal periode, laba subjektif actual atau ex post mencakup perubahan dalam nilai subjektif aktiva pada akhir periode. Kesimpulan. Pendekatan kapitalisasi arus kas masa depan untuk mendefinisikan laba menghasilkan sejumlah konsep yang berguna. Misalnya, diperagakan bahwa: 1. Bagian utama dari laba itu adalah bunga subjektif pada nilai kapitalisasi perusahaan. Ini merupakan fungsi dari waktu, tingkat bunga yang diharapkan di masa depan. Arus kas yang diharapkan berasal dari produksi sekarang atau masa mendatang dan upaya upaya penjualan.

2. Perubahan dalam pengharapan berkenaan dengan arus kas masa depan timbul karena perubahan baik dalam penaksiran efisiensi atau kekurangan manajemen, atau pengharapan mengenai kondisi kondisi ekonomi (seperti perubahan selera). Hal itu dapat disebabkan oleh optimism atau pesimisme secara umum. 3. Perbedaan antara kas actual yang tersedia untuk dibagikan dan yang diharapkan dapat disebabkan oleh keuntungan atau kerugian mendadak dari penyebab eksternal atau salah kalkulasi dalam pengharapan semula. Meskipun konsep kapitalisasi ini mempunyai manfaat sebagai konsep laba ekonomi, ia mempunyai beberapa kekurangan spesifik dari segi konseptual dan praktis untuk tujuan akuntansi. Kekurangan praktis timbul terutama dari sifat subjektif dari pengharapan itu. Banyak yang berpendapat bahwa konsep kapitalisasi juga mempunyai kekurangan karena alasan sebagai berikut: 1. Pengharapan mengenai arus kas masa depan tak dapat dikonversikan menjadi nilai tunggal atau ekuivalen kepastian tanpa mengetahui preferensi resiko dari pemakai informasi itu. 2. Penekanan dapat dilakukan pada factor waktu dan arus kas yang diharapkan; semua kejadian dan aktivitas ekonomi lain diabaikan 3. Pengukuran laba tidak mengungkapkan apakah itu karena tindakan yang dianjurkan manajemen atau hanya situasi yang bersifat kebetulan; yaitu, hal itu tidak memberikan informasi yang berguna untuk mengukur efisiensi manajemen. 4. Nilai perusahaan ditentukan dengan mendiskontokan semua arus kas yang diharapkan secara tak terbatas ke masa depan, banyak daripadanya tidak mempunyai hubungan pada aktivitas kini atau masa lalu. 5. Konsep ini menaruh kereta di depan kuda. Karena prediksi harus didasarkan sekurang kurangnya pada aktivitas ekonomi masa kini dan masa lalu, pemakai data keuangan harus diberi beberapa pengukuran aktivitas masa lalu guna membuat prediksinya sendiri atau mengevaluasi prediksi pihak lain. 6. Akhirnya, dalam dunia ketidakpastian, pengharapan tergantung paling tidak sebagian pada keadaan optimism atau pesimisme pada suatu saat.

Penilaian pasar dari perusahaan Nilai pasar dari perusahaanlah yang menjadi kepentingan dari total nilai pasar. Dinyatakan dengan cara lain, itu adalah nilai pasar dari semua pos kewajiban dan ekuitas pemilik pada laporan posisi keuangan. Dengan perkataan lain: TMVj = MVj (uang) + MVj (ekuitas pemilik) + MVj (kepentingan minoritas) Untuk perusahaan yang sahamnya beredar luas nilai nilai ini tersedia dalam publikasi seperti The Wall Street Journal dan dari sumber sumber seperti Moodys. Angka laba satuan usaha yang dihasilkan adalah perumusan ex ante dan dapat dituliskan sebagai berikut: ENINCj = ENCFj + TMVj Ada beberapa manfaat dalam penggunaan nilai pasar. Pertama pengharapan untuk pasar menggantikan pengharapan dari individu. Karena itu penilaian yang dapat diuji diperoleh, yaitu didasarkan pada evaluasi pasar atau arus kas masa depan kepada pemegang saham. Ini berbeda dengan metode kapitalisasi karena tingkat imbalan kesempatan (opportunity rate of return) dan penyesuaian untuk resiko di pasar dapat berbeda dengan tingkat diskonto subjektif akuntan. Kedua, itu merupakan satu satunya ukuran modal yang secara semantic dapat ditafsirkan, yaitu orang dapat mengacu pada harga pasar actual sebagai sumber dari ukuran ini. Beberapa menyatakan bahwa harga pasar yang tercatat merupakan harga dari hanya beberapa harga saham dan karenanya tidak menyiratkan bahwa semua saham dapat dibeli pada harga itu. Namun demikian, merupakan praktik standar untuk menyamakan harga marjinal dengan total harga pada situasi situasi tersebut. Yang lain berpendapat bahwa harga saham dipengaruhi oleh factor factor eksternal dan impulsive. Mereka menyimpulkan bahwa segi dapat diuji dapat diofset oleh tidak adanya bebas dari bias. Akan tetapi, hasil hasl teori pasar yang efisien membantah kesimpulan ini karena mereka menunjukan bahwa harga pasar ditetapkan secara cepat dan tanpa bias.

You might also like